PROPOSAL PENELITIAN
OLEH:
OLEH :
Disetujui oleh :
Pembimbing,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal Penelitian ini telah diseminarkan dan disetujui oleh Komisi Penguji
Proposal pada Program Studi Fisioterapi Program Sarjana Fakultas
Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra
Lubuk Pakam, sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Fisioterapi (S.Kes)
Disahkan Oleh :
Dekan, Ketua Program Studi,
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
karuniaNya. Sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan proposal penelitian ini
yang berjudul “Pengaruh Myofascial Release dan Mc Kenzie Exercise terhadap
penurunan nyeri pasien pada kasus Low Back Pain Myogenic di Rsud Mth.
Djaman, Kabupaten Sanggau Tahun 2022 ” sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Fisioterapi Program Sarjana Fakultas
Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra lubuk Pakam.
Dalam proses penyusunan proposal penelitian yang panjang ini tidak
terlepas dari dukungan dan motivasi dari semua pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Syukur Hasibuan,
S.Farm.,M.Farm sebagai pembimbing, yang senantiasa meluangkan waktu dan
penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan proposal ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd, M.Kes, selaku Ketua Yayasan Medistra
Lubuk Pakam.
2. Ns. Rahmad Gurusinga, S.Ke. M.Kep, selaku Rektor Institut Kesehatan
Medistra Lubuk Pakam.
3. Ns. Tati Murni Karokaro, S.Kep.,M.Kep, selaku Dekan Fakultas
Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
4. Bapak Ftr. Sabirin Berampu, SST.,M.Fis, selaku Ketua Program Studi
Fisioterapi Program Sarjana Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut
Kesehatan Medistra lubuk Pakam
5. Seluruh Staf dosen pengampu dan dosen mata kuliah beserta staf pegawai
pada Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi, yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat dan bimbingan selama peneliti menempuh pendidikan.
6. Kepada Suami, Anak dan Orangtua yang sangat saya cintai dan saudara/i
tersayang yang senantiasa memberikan doa, motivasi untuk melanjutkan
pendidikan dan dukungan moril kepada penulis, agar tetap optimis dalam
mengikuti proses pendidikan.
iv
Penulis juga menyadari kurang memadainya ilmu pengetahuan, sehingga
masih terdapat banyak kekurangan dalam proposal ini. Sebagai manusia yang
tidak luput dari kekurangan, maka penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Pada kesempatan ini juga peneliti mengharapkan kritik, saran dan masukan dari
pembaca demi kesempurnaan dari penelitian ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membalas semua kebaikan dan
bantuan yang telah peneliti terima dalam proses penyusunan proposal penelitian
ini.
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................6
2.1 Futsal.....................................................................................................6
2.2 Fleksibilitas Otot Hamstring.................................................................7
2.3 Muscle Energy Tehnique (MET).........................................................16
2.4 Kerangka Konsep Penelitian...............................................................20
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................26
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian..........................................................26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................26
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian..........................................................27
3.4 Metode Pengumpulan Data.................................................................30
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional.....................................................31
3.6 Metode Pengukuran/ Instrumen..........................................................32
3.7 Pengolahan Data..................................................................................32
3.8 Alur Penelitian....................................................................................34
3.9 Metode Analisa Data...........................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR SINGKATAN
FC = Futsal Club
IAIN = Institut Agama Islam Negeri
LGS = Luas Gerak Sendi
MET = Muscle Energy Technique
ROM = Range Of Motion
x
PENDAHULUAN
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah kasus nyeri yang sering
ditemukan pada praktik klinis fisioterapis. Terdapat banyak jenis klasifikasi pada LBP, salah
satunya adalah LBP miogenik. Menurut Borenstein dan Wiesel, yang dikutip oleh Pramita
(2014) menjelaskan bahwa LBP miogenik merupakan nyeri yang berkaitan dengan
bagaimana tulang, ligamen dan otot punggung bekerja. Nyeri tersebut akan menjadi masalah
bila mempengaruhi cara kita menjalani atau mengganggu aktifitas kehidupan.
LBP miogenik memiliki tanda dan gejala antara lain adalah ditemukannya nyeri
otot yang dikenal sebagai nyeri miogenik. Nyeri tersebut ditandai dengan adanya nyeri tekan
serta ketegangan otot-otot (muscle spasm) pada daerah punggung bawah sehingga
menimbulkan keterbatasan gerakan pada badan. Adanya keterbatasan tersebut tentu akan
menyebabkan penurunan mobilitas lumbal sehingga aktifitas fungsional terganggu, terutama
aktifitas yang memerlukan gerak membungkuk dan memutar badan.
Salah satu modalitas intervensi fisioterapi yang umum dilakukan di RSUD Mth
Djaman, Kabupaten Sanggau pada pasien kasus LBP adalah pemberian Mc. Kenzie. Hal
tersebut dirasa kurang efektif dalam upaya penanganan nyeri pada kasus LBP. Terdapat
suatu teknik manual terapi yang terkenal dengan sebutan Myofascial Release Technique
(MRT) yang efektif untuk menurunkan derajat nyeri pada kasus LBP miogenik. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Ajimsha, et al. (2014) yang menyatakan bahwa MRT mampu
secara efektif menurunkan nyeri dan keterbatasan fungsional pada kasus LBP.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nyeri menurut Bull dan Archard (2007) merupakan perasaan yang sangat
subjektif dan tingkat keparahannya sangat dipengaruhi oleh pendapat pribadi dan
keadaan saat nyeri tersebut terjadi. Mereka juga berpendapat bahwa nyeri dapat
digambarkan sebagai sensasi yang tidak menyenangkan yang terjadi bila mengalami
cedera atau kerusakan pada tubuh. LBP merupakan nyeri yang berkaitan dengan
bagaimana tulang, ligamen dan otot punggung bekerja. Nyeri tersebut akan menjadi
masalah bila mempengaruhi cara kita menjalani atau mengganggu aktifitas kehidupan.
Menurut pendapat Paliyama dalam Pramita (2014) LBP miogenik adalah nyeri
pada punggung bawah yang disebabkan oleh gangguan pada unsur tendomusculer
tanpa disertai dengan gangguan neurologis antara vertebra torakal 12 sampai dengan
bagian bawah pinggul dan anus. LBP miogenik dapat timbul akibat adanya potensi
kerusakan pada: dermis, pembuluh darah, fascia, musculus, tendon, kartilago, tulang,
ligamen, meniscus, bursa. LBP miogenik berhubungan dengan gangguan otot di daerah
punggung bawah, tendon, dan ligamen yang bisa timbul pada saat melakukan aktifitas
sehari-hari secara berlebihan, seperti duduk lama, berdiri lama atau mengangkat beban
berat dengan cara yang salah, dimana nyeri bersifat tumpul dan tidak menjalar ke
tungkai.
Gangguan yang terjadi pada LBP miogenik yaitu nyeri tekan pada regio lumbal,
2.1.2 Etiologi
Menurut Bull dan Archad (2007), faktor-faktor resiko pada LBP dapat dibagi
menjadi 2 kelompok utama, yaitu faktor eksternal atau pekerjaan dan faktor
internal.
Faktor eksternal atau pekerjaan antara lain adalah pekerjaan fisik yang
berat, terutama yang memberikan tekanan yang cukup besar pada punggung
berkepanjangan, misalnya berdiri atau duduk yang cukup lama, apalagi disertai
dengan vibrasi atau getaran pada tubuh, misalnya mengendarai mobil, truk, atau
2) Faktor internal
Faktor internal berkaitan dengan individu itu sendiri, antara lain adalah
meningkat pada usia 35 tahun dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 55
individu dengan obesitas mempunyai resiko yang lebih besar mengalami nyeri
menjelaskan bahwa keluhan utama pasien LBP miogenik adalah adanya nyeri,
terpicu oleh rangsang mekanik, kimiawi maupun thermal maka impuls nyeri akan
memberikan respon terhadap impuls saraf tersebut. Respon tersebut berupa upaya
endogen yang mempunyai sifat analgesik yaitu endorphin. Disamping itu impuls
nyeri yang mencapai medulla spinalis, akan memicu respon reflek spinal segmentak
yang menyebabkan spasme otot dan vasokonstriksi. Spasme otot yang terjadi disini
adalah merupakan suatu mekanisme proteksi, karena adanya spasme otot akan
membatasi gerakan sehingga dapat mencegah kerusakan lebih berat, namun dengan
adanya spasme otot, juga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah yang menyebabkan
rangsangan mekanik, yaitu penggunaan otot yang berlebihan. Penggunaan otot yang
berlebihan dapat terjadi pada saat tubuh dipertahankan dalam posisi statik atau
posisi yang salah dalam jangka waktu yang cukup lama, dimana otot-otot di daerah
Penggunaan otot yang berlebih ini akan menimbulkan iskemia atau inflamasi
menjadi lebih sensitif, stimulasi yang seharusnya tidak menimbulkan nyeri dapat
menimbulkan terjadinya nyeri. Setiap gerakan pada otot dapat menimbulkan nyeri
sekaligus menambah spasme otot (Meliala dan Pinzon, 2004; Pramita, 2014).
membungkuk (fleksi) dan memutar (rotasi). Nyeri dan spasme otot seringkali
tersebut yaitu berkurangnya massa otot dan penurunan kekuatan otot, akhirnya
2014).
Tanda dan gejala LBP miogenik adalah ditemukannya nyeri otot yang dikenal
sebagai nyeri miogenik, yaitu nyeri yang tidak wajar yang tidak sesuai dengan
distribusi saraf serta dermatom dengan reaksi yang sering berlebihan. Nyeri tersebut
ditandai dengan adanya nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan (triger point),
kehilangan ruang gerak kelompok otot yang bersangkutan (loss of range motion),
Pramita, 2014).
2.2.1 Definisi
teknik terapi yang efektif untuk mengobati nyeri sindroma miofasial, yang mengacu
pada teknik peregangan dan penekanan untuk meregangan fascia dan melepaskan
ikatan antara fascia dan kulit, otot, serta tulang, dengan tujuan untuk
menghilangkan rasa sakit yang akan berdampak pada peningkatan jangkauan gerak
Jaringan otot terdiri atas 75% cairan dan cairan tersebut tetap menggenangi
collegen otot berkat perlindungan fascia. Ketika otot bekerja secara fisiologis, yakni
sepenuhnya, karena normalnya cairan otot atas perlindungan fascia. Fascia yang
bersifat elastis-transparan berfungsi sebagai perekat/lem antara otot dan tulang dan
sendi, karena 60% tubuh terdiri atas jaringan otot dan tulang yang harus
dipersatukan oleh fascia agar dapat berfungsi dengan baik (Manheim, 2001).
tubuh mulai dari kepala sampai ujung jari kaki. Jaringan ini memungkinan otot bisa
bergerak secara bebas diantara struktur lainnya dan mengurangi tekanan. Jaringan
Fascia sangat kuat tetapi merupakan jaringan yang fleksibel dan dapat ditemukan
dibawah permukaan kulit, otot, grup otot, tulang, saraf, pembuluh darah dan organ
interna lainnya. Jaringan fascia memelihara agar gerakan pada organ interna/ tubuh
membungkus tubuh mulai dari kepala sampai ke ujung kaki (Bellmunt, et al.,
2017).
20
Otot-otot intrinsik pada punggung terbagi menjadi tiga lapisan menurut
Moore dan Dalley (2004), yaitu superficial, intermediate dan deep. Namun pada
regio punggung hanya terdapat lapisan intermediate dan deep. Pada lapisan
bilateral. Lapisan deep disusun oleh otot-otot yang berjalan oblik, terdiri dari
vertebra di atasnya.
Terdapat banyak macam teknik dalam MRT, namun terdapat beberapa teknik
dan prosedur pelaksanaan MRT menurut Ajimsha, et al. (2014) dalam penelitiannya
yang juga mengangkat tema tentang MRT dalam penanganan NPB miogenik
terapis ada disamping pasien pada sisi kontra lateral. Teknik pelaksanaannya
diatas PSIS (posterior superior iliac spine) dan disekitar area intermediate
tulang trochanter mayor dan kearah otot gluteus maximus, dengan arah gerakan
membentuk sudut 15˚ untuk area pada tulang dan sudut 45˚ pada area otot.
Penekan dan gerakan yang dilakukan harus konsisten dan perlahan, dengan
durasi 3 menit untuk setiap sisinya (total durasi = 6 menit). Berikut gambaran
terapis ada disamping pasien pada sisi kontra lateral. perhatikan otot piriformis
yang terletak pada garis imajiner yang ditarik antara titik tengah aspek lateral
dari sakrum dan trokanter mayor, maka MRT akan dilakukan pada daerah sekitar
dengan durasi 3 menit pada salah satu sisi (total durasi 6 menit). Berikut
Teknik ini fokus pada otot punggung bawah atau prone back work-lower
yaitu fokus pada m. erector spinae dan fascia thoracolumbalis, dengan posisi
pasien dalam keadaan tengkurap (prone lying) dan area lumbal distabilkan
menggunakan bantal, sedangkan posisi terapis ada disamping pasien pada sisi
dengan menggunakan siku dimulai dari area sekitar T12 ke arah inferior.
Tekanan perlahan diarahkan ke arah yang lebih rendah dimaksudkan untuk fokus
pada salah satu sisi (total durasi 6 menit). Berikut gambaran pelaksanaannya;
Gambar 4. MRT pada area posterior dari thoracolumbal fascia (Ajimsha, et al.,
2014)
4) MRT pada area trunk sides (m.obliquus internus dan externus abdominis)
Posisi pasien dalam keadaan tidur miring (side lying), kepala pasien
ditopang bantal senyaman mungkin dengan posisi hip fleksi 45˚ dan lutut/ knee
dimulai pada lingkar pinggang (the waistline at the midline of the coronal
iliac spine). Tekanan diberikan sekitar 90 detik dengan durasi 3 menit pada salah
satu sisi (total durasi 6 menit). Berikut gambaran pelaksanaan teknik tersebut;
2.1.1 Manfaat
Manfaat dari pemberian MRT dalam kasus NPB menurut Manheim (2009)
gerak sendi (ROM), menurunkan ketegangan otot serta meningkatkan sirkulasi dan
sistem transmisi saraf dan dapat melepaskan perlengketan jaringan pada fasia serta
myofascial release technique (MRT) sangat efektif pada kasus nyeri myofascial.
manual terhadap bagian otot yang spesifik dan pengunaan stretching secara
simultan serta dapat mengurangi nyeri dengan prinsip “Gate Control Theory”. Gate
stimulasi tekanan bergerak lebih cepat dari pada stimulasi nyeri, stimulasi tekanan
berpengaruh pada transmisi rasa nyeri yang menuju otak, sehingga terjadi
“penutupan pintu gerbang” yang menuju pada reseptor rasa nyeri di otak.
dari jaringan fascia, vasodilatasi aliran darah, mobilitas jaringan dan fungsi normal
venule (vena kecil) dapat menghasilkan diffusi yang lebih cepat dan lebih komplit
release technique juga dapat menghasilkan mobilisasi pada jaringan lunak yang
2.3.1 Definisi
digunakan untuk penguatan dan peregangan otot-otot ekstensor dan fleksor sendi
lumbo sacralis dan dapat mengurangi nyeri. Latihan ini diciptakan oleh Robin Mc
untuk penguatan otot punggung bawah ditujukan untuk otot-otot fleksor dan untuk
adalah terapi latihan yang mengutamakan gerakan ektensi untuk penguatan dan
25
peregangan otot-otot extensor dan fleksor sendi lumbosacralis dan dapat
2.3.2 Manfaat
tightness, menurunkan nyeri dan spasme otot melalui efek rileksasi, dapat
buruk dengan memberikan kebiasaan posture baru dengan aligment yang senormal
posisi anterior sebagai akibat dai penekanan pada discus bagian dorsal dan
Karena mc kenzie exercise dapat nenurunkan nyeri low back pain yang
kekakuan pada sendi oleh kapsul legamenter tightness, dengan efek relaksasi yang
didapatkan dari mc kenzie exercise, selain untuk menurunkan nyeri dapat juga
memperbaiki posisi nucleus 11 yang sedikit bergeser akibat penekanan pada discus
sehingga mampu menurunkan nyeri pada low back pain (LBP). (Saputri, 2016).
nyeri yang terdapat di area lumbal maka dapat disimpulkan bahwa treatment ini di
menurunkan intensitas nyeri pada area lumbal akan tetapi tidak semua jenis nyeri
26
dapat diatasi dengan treatment ini tergantung penyebab dari nyeri tersebut
(Ridwan, 2011).
bahwa mc kenzie exercise dapat menurunkan intensitas nyeri pada kasus low back
pain myogenic dan juga telah dijelaskan dalam jurnalnya bahwa latihan ini lebih
eferktif untuk mngurangi nyeri pada keluhan low back pain myogenic pada
program back school. Pada penelitian ini peneliti ingin mengangkat 4 teknik yang
dianggap paling efektif untuk menurunkan intensitas nyeri pada kasus low back
pain myogenic
1. Prone-lying
Teknik pertama yaitu Prone –lying dengan posisi tengkurap dan mata dalam
keadaan terpejam dalam waktu 3-5 menit lalu atur nafas sampai tubuh terasa rileks.
2. Elbow press
3. Press –up
badan bagian atas terangkat posisi ekstensi elbow. Dilakukan secara perlahan
sambil mengkontraksikan bagian otot punggung bawah dan juga otot biceps
menekukkan kedua lutut secara bersamaan selanjutnya tarik kedua lutut secara
bersamaan hingga menyentuh dada dengan posisi kepala tetap menyentuh lantai
VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri
dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap ujungnya ditandai dengan
level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda “no pain” (tidak sakit) dan ujung kanan
diberi tanda “bad pain” (nyeri hebat). Pasien diminta untuk menandai disepanjang
garis tersebut sesuai dengan level intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Kemudian
jaraknya diukur dari batas kiri sampai pada tanda yang diberi oleh pasien (ukuran mm),
Menurut international association for the study of pain’s (2014) nyeri adalah
a. Nyeri akut
dengan cepat dengan intensitas dari sedang sampai berat dengan durasi
b. Nyeri kronik
a. Nyeri nosiseptif
b. Nyeri neuropatik
2013).
Gate control teory adalah teori tentang impuls nyeri yang dapat
nyeri, yaitu alur saraf desenden yang berfungsi dengan melepaskan opiate
merupakan pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh yang bekerja
Peningkatan Nyeri
Penurunan Nyeri
2.6.2 Hipotesa
(MRT) pada intervensi Mc. kenzie dengan intervensi Mc. kenzie terhadap
Sanggau
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan pendekatan secara pre
and post with control group design. Adapun rancangan penelitiannya adalah
sebagai berikut:
Kel. Eksperimen Q1 X1 Q2
Kel. Kontrol Q3 X2 Q4
Keterangan:
26
27
penelitian ini adalah pasien Low Back Pain Myognic yang terdaftar sebagai
pasien di rehabilitasi Medik RSUD Mth Djaman, Kabupaten Sanggau 2022.
Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin
(Suliyanto, 2006:100) adalah sebagai berikut :
N
n=
1+Ne2
Dimana :
N = Jumlah populasi
e = Batas ketelitian (margin error), ditetapkan sebesar 10%
n = Jumlah sampel yang diambil
95
n =
1,95
n = 48,71
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum yang harus
dipenuhi oleh subjek agar dapat diikut sertakan kedalam penelitian
(Notoatmodjo, 2012).
Kriteria inklusi penulisan ini ialah:
1. Responden berusia 20-50 tahun
2. Responden adalah pasien rawat jalan poli fisioterapi dengan
keluhan nyeri punggung bawah miogenik yang telah didiagnosa
oleh dokter
3. Hasil pemeriksaan spesifik fisioterapi dengan tes Straight Leg
Raising (SLR), tes Bragard, valsava manuver test hasilnya
negatif
4. Hasil pemeriksaan penunjang sesuai data rekam medis terbaru,
seperti hasil rontgen (R0) tidak menunjukan adanya kelainan
tulang, fraktur lumbosakral, spondilolisthesis, adanya perbedaan
panjang tungkai yang tidak dapat dikoreksi, osteoporosis,
skoliosis struktural, HNP dan lainnya.
5. Pasien tidak sedang mendapat terapi obat anti nyeri dan terapi
lain.
6. Responden bersedia mengikuti jalannya penelitian hingga selesai
sesuai dengan protokol penelitian
2. Kriteria Eksklusi
Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama, baik
dari individu atau perseorangan seperti wawancara atau hasil pengisian
lembar observasi yang bisa dilakukan peneliti. Penelitian ini
menggunakan data primer dimana peneliti melakukan observasi langsung
pada pasien di Instalasi Rehabilitasi Medik di RSUD Mth. Djaman,
Kabupaten Sanggau yang memenuhi kriteria penelitian dan melakukan
pengukuran terhadap penurunan nyeri sebelum (pre test) dan sesudah
(post test) pemberian Myofascial Release Technique dan Mc.Kenzie
Exercise. Observasi dilakukan sendiri oleh peneliti dengan memberikan
penjelasan kepada responden tentang maksud dan tujuan penelitian dan
perlakuan apa saja yang diberikan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini terdapat langkah- langkah
yang akan dilakukan, yaitu:
a. Responden dimintai persetujuan secara tertulis dan diberikan
2) Data sekunder
Data sekunder yang didapat dari sumber kedua, dari tempat
penelitian. Data sekunder yang diperoleh dari Ruang Fisioterapi di
Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Mth. Djaman, Kabupaten Sanggau
bulan Juli sampai Desember pada Tahun 2021 berjumlah 95 orang yang
terdaftar sebagai pasien Fisioterapi di RSUD Mth. Djaman, Kabupaten
Sanggau.
32
Nyeri Nyeri adalah rasa yang tidak Visual Observasi 1-3 = nyeri Ordinal
menyenangkan dan rasa sakit Analog
- ringan
yang dirasakan oleh pasien, Scale 4-6 = nyeri
sehingga menyebabkan pasien (VAS) sedang
susah menggerakkan anggota 7-9 = sangat
tubuh yang mengalami nyeri. nyeri
10 = tak
tertahankan
1. Karakteristik responden
Secara garis besar jalannya penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
1. Tahap persiapan
bimbingan dosen.
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap penyelesaian
a. Pengolahan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2010). Data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder, yang dikumpulkan oleh peneliti dari survei dan
pengamatan, instrumen pengumpulan data dengan menggunakan lembar
observasi.
1) Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan isian lembar observasi apakah
jawaban yang ada di lembar observasi sudah lengkap, jelas, relevan, dan
konsisten.
2) Coding
Yaitu merupakan kegiatan merubah data berbentuk angka atau bilangan. Coding
mempermudah pada saat analisis data.
3) Prosessing
Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentri data dari observasi ke
program komputerisasi. Tahapan ini dilakukan setelah pengkodean data.
4) Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri untuk melihat
apakah ada kesalahan atau tidak.
35
b. Alur Penelitian
Populasi target
Semua pasien Fisioterapi di RSUD
Mth. Djaman, Sanggau
48 sampel
Purposive Sampling
Informed consent
Hasil
b)
Jika nilai Greenhouse-Geisser Sig. < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha
diterima atau dengan kata lain ada perbedaan rata-rata pemberian
Mc. Kenzie exercise terhadap Penurunan Nyeri pada Low Back pain
Myogenic (signifikan) dari waktu ke waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, A. A., Purnawati, S., & Lesmana, S. I. (2015). Metode Active Isolated
Stretching (AIS) dan Metode Hold Relax Stretching (HRS) Sama Efektif
Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring Pada Mahasiswa
Akademi Fisioterapi Widya Husada Semarang yang Mengalami Hamstring
Muscle Tightness (HMTs). Sport and Fitness Journal, 3(2), 11–22.
Ballantyne, F., Fryer, G., & McLaughlin, P. (2003). The Effect of Muscle Energy
Technique on Hamstring Extensibility: the Mechanism of Altered Flexibility.
Journal of Osteopathic Medicine, 6(2), 59–63. https://doi.org/10.1016/s1443-
8461(03)80015-1
Barlow, A., Clarke, R., Johnson, N., Seabourne, B., Thomas, D., & Gal, J. (2004).
Effect of Massage of the Hamstring Muscle Group on Performance of The
Sit And Reach Test. 349–351. https://doi.org/10.1136/bjsm.2002.003673
Chaitow, L. (2021). " Muscle Energy Techniques" 4th Edition - May 21, 2013,
eBook ISBN: 9780702059629
Cheatham, S. W., Ph, D., Baker, R., & Ph, D. (n.d.). Clinical commentary
Instrument Assisted Soft-Tissue Mobilization : a commentary on clinical
practice. 14(4), 670–682. https://doi.org/10.26603/ijspt20190670
Er, G., Em, H., Inoue, N., Mj, L., Nl, L., Sd, L., Jr, M., & Lm, M. (2010). Muscle
Energy.
36
37
French, G., Grayson, C., French, G., Grayson, C., Sanders, L., Williams, T.,
Willard, M., & Martino, M. (2016). A Comparative Analysis of the
Traditional Sit-and-Reach Test and the R . S . Smith Sit-and-Reach Design.
17.
Ibrahim, R. C., Polii, H., & Wungouw, H. (2015). Pengaruh Latihan Peregangan
Terhadap Fleksibilitas Lansia. Jurnal E-Biomedik, 3(1).
https://doi.org/10.35790/ebm.3.1.2015.8074
Putra, 2014). (2014). Journal of Physical Education , Health and Sport. 1(1), 15–
22.
Sato, K., Nimura, A., Yamaguchi, K., & Akita, K. (2012). Anatomical study of
the proximal origin of hamstring muscles. Journal of Orthopaedic Science,
17(5), 614–618. https://doi.org/10.1007/s00776-012-0243-7
39
Smith, M., & Fryer, G. (2008). A comparison of two muscle energy techniques for
increasing flexibility of the hamstring muscle group. Journal of Body work
and Movement Therapies, 12(4), 312–317.
https://doi.org/10.1016/j.jbmt.2008.06.011
Stone, J. A. (2000). Muscle energy technique. Athletic Therapy Today, 5(5), 25.
https://doi.org/10.1123/att.5.5.25
van Dyk, N., Farooq, A., Bahr, R., & Witvrouw, E. (2018). Hamstring and Ankle
Flexibility Deficits Are Weak Risk Factors for Hamstring Injury in
Professional Soccer Players: A Prospective Cohort Study of 438 Players
Including 78 Injuries. American Journal of Sports Medicine, 46(9), 2203–
2210. https://doi.org/10.1177/0363546518773057
INFORMED CONSENT
Kepada,
Yth, Calon Responden Penelitian
di –
Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Mth. Djaman, Kabupaten Sanggau
xi
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Responden Penelitian
PERSETUJUAN RESPONDEN PENELITIAN
( Responden )
xii
Lampiran 3 : Standar Operasional Prosedure (SOP) Sit and Reach Arm Tes
Standar Operasional Prosedure (SOP) Myofascial Release Exercise
xiii
Lampiran 4 : Standar Operasional Prosedure (SOP) MET
Standar Operasional Prosedure (SOP) Muscle Energy Technique (MET)
Muscle Energy Technique (MET)
Pengertian Sebuah intervensi dengan menggunakan kekuatan intrinsik dari otot
untuk meningkatkan fleksibilitas otot yang dilakukan oleh responden
dibantu oleh fisiterapis.
Tujuan 1. Mengurangi tonus pada otot yang mengalami hypertonus dan
tightness.
2. Mengembalikan panjang otot normal saat istirahat.
3. Meningkatkan ROM.
4. Hipomobility pada sendi.
5. Ketidakseimbangan antar otot.
6. Nyeri miofasial.
7. Memulihkan gerak sendi akibat disfungsi articular.
Dosis Lakukan gerakan dalam 3 kali pengulangan dengan gerakan yang
sama diikuti masa istirahat selama 20 detik.
Prosedur
Step Gerakan Langkah-Langkah
Sumber: Leonchaitow 3rd Persiapan :
edition, 2006 Posisi responden senyaman mungkin
(comfortable), peneliti berada di sisi
Muscle tungkai responden
Energy
Technique A Aplikasi :
(MET) 1) Pasien tidur terlentang, dengan
posisi hip full fleksi dan ekstensi
knee.
2) Fisioterapis handling pada calf dan
knee pasien.
3) Instruksikan pasien untuk
melakukan gerakan fleksi hip
dengan ekstensi knee hingga
mencapai tahanan.
B 4) Fisioterapis menginstruksikan
pasien untuk melakuakan gerakan
ekstensi hip dengan kekuatan 20%,
tahan selama 10 detik (isometrik
hamstring).
5) Kemudian instruksikan pasien
untuk rileks dan ekspirasi, selama
ekspirasi melakukan gerakan fleksi
hip hingga mencapai tahanan baru
(isotonik hamstring), tahan selama
20 detik.
6) Lakukan selama 3 kali pengulangan
xiv
Lampiran 5 : Master Data Hasil Penelitian
Master Data
Hasil Pengukuran Fleksibilitas Hamstring Dengan Sit And Reach Arm Test
Katerangan:
xv