DOSEN PEMBIMBING :
OLEH :
KELOMPOK 5
DEPARTEMEN KMB
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas seminar departemen Keperawatan Medikal Bedah. Dalam makalah
ini kami membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur Radius Ulna”.
Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan serta motivasi dari
beberapa pihak, oleh karenya kami mengucapkan alhamdulillah dan terimakasih kepada
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka diri
untuk menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak. Penulis berharap semoga
penulis
LEMBAR PENGESAHAN
: TOPIK SEMINAR
TELAH DILAKSANAKAN
JANUARI 2023 24
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................3
DAFTAR ISI..........................................................................................................................4
BAB 1.....................................................................................................................................6
3.1 Pengkajian.............................................................................................................17
3.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................17
3.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................................17
BAB 4...................................................................................................................................20
4.1 Pengkajian.............................................................................................................20
4.1.1 Identitas Klien................................................................................................20
4.1.2 Anamnesa.......................................................................................................20
4.1.3 Assesment Primer...........................................................................................21
4.1.4 Pemeriksaan A B C D....................................................................................22
4.1.5 Pemeriksaan Fisik..........................................................................................23
4.1.6 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................25
4.1.6 Terapi.............................................................................................................25
4.2 Analisa Data..........................................................................................................26
4.3 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................29
4.4 Intervensi Keperawatan.........................................................................................29
4.5 Implementasi.........................................................................................................32
4.6 Evaluasi.................................................................................................................36
BAB 5...................................................................................................................................38
5.1 Pengkajian.............................................................................................................38
5.2 Diagnosa................................................................................................................38
5.3 Intervensi...............................................................................................................38
5.4 Implementasi.........................................................................................................38
5.5 Evaluasi.................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................39
BAB 1
PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan ulna yang
disebabkan oleh cedera pada lengan bawah baik trauma langsung maupun trauma tidak
langsung (Noor, 2012). Fraktur adalah suatu perpatahan pada kontinuitas struktur tulang.
Patahan tadi mungkin tidak lebih dari suatu retakan atau primpilan korteks, biasanya
patahan tersebut lengkap dengan fragmen tulangnya bergeser. Jika kulit diatasnya masih
utuh disebut fraktur tertutup, sedangkan jika salah satu rongga tubuh tertembus disebut
fraktur terbuka
Kebanyakan fraktur pergelangan tangan dapat terjadi baik akibat jatuh dengan
posisi lengan terbuka maupun pukulan langsung saat kecelakaan kendaraan bermotor
maupun perkelahian. Fraktur kedua tulang lengan bawah merupakan cedera yang tidak
stabil, fraktur non dislokasi jarang terjadi. Stabilitas fraktur bergantung pada jumlah energi
yang diserap selama cedera dan gaya otot besar yang cenderung menggeser fragmen
(Thomas dkk, 2012).
Untuk mencapai tujuan itu dan luasnya spektrum pelayanan dimana Fisioterapi
terlibat kolaboratif dengan profesi keshatan lain, maka pengembangan Fisiotrapi mengarah
pada spesialisasi pada bidang pelayanan yang utama yaitu bidang Tumbuh kembang,
Bidang Muskuloskeletal, Bidang Neuromuskular dan Bidang Cardiovaskular dan
Respirasi, Olahraga, Geriatri, Kesehatan Wanita , wellness dll. (Depkes RI, 2012).
Fraktur lengan bawah meliputi fraktur corpus (shaft), radii, ulna, atau keduanya
(antebrachii). Fraktur lengan bawah diklasifikasikan lebih lanjut menurut lokasi (fraktur
radius 1/3 proximal, 1/3 tengah, atau 1/3 distal). Pola fraktur pada lengan bawah meliputi
transversal, oblique, spiral, kominutif, segmental, dengan atau tanpa dislokasi, dan angulasi
(volar atau dorsal, dan radial atau ulnar) (Thomas dkk, 2012). Dalam kasus penanganan
pada kondisi fraktur dibedakan menjadi 2 yaitu metode konservative dan operatif. Metode
konservative menggunakan OREF (Open Reduction External Fixation) yaitu dengan
fiksasi yang dipasang di luar tubuh/ anggota gerak yang cedera (gips, spalk, bandage, dll),
sedangkan metode operative dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation) yaitu
penggunaan fiksasi yang dipasang di dalam tubuh dapat berupa plat and screws, nail,
narrow, whire, dll).
1. Apapengertian fraktur?
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Fraktur adalah terputusnya tulang dan ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya
(Brunner & Suddarth, 2001 dalam Wijaya & Putri, 2013 : 235). Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
Fraktur adalah suatu kondisi yang terjadi ketika keutuhan dan kekuatan dari tulang
mengalami kerusakan yang disebabkan oleh penyakit invasif atau suatu proses biologis
2.1.2 Klasifikasi
1) Fraktur Terbuka
Adalah patah tulang yang menembus kulit dan memungkinkan adanya hubungan
dengan dunia luar serta menjadikan adanya kemungkinan untuk masuknya kuman
a) Derajat I
Kulit terbuka <1 cm, biasanya dari dalam ke luar, memar otot ringan karena
b) Derajat II
Kulit terbuka >1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas, komponen
c) Derajat III
Kerusakan jaringan lunak yang lebih luas, termasuk otot, kulit, dan struktur
Laserasi jaringan lunak yang luas, cakupan tulang yang memadai, fraktur
2) Ftaktur Tertutup
Adalah patah tulang yang tidak mengakibatkan robeknya kulit sehingga tidak ada
kerusakan jaringan lunak dan mekanisme cidera langsung atau tidak langsung atara
lain:
a) Derajat 0
Cidera akibat kekuatan yang tidak langsung dengan kerusakan jaringan lunak
b) Derajat 1
c) Derajat 2
Memar yang signifikan pada otot dan mungkin dalam, kulit lecet
d) Derajat 3
Kerusakan jaringan lunak yang luas atau avulsi subkutan dan gangguan arteri
1) Fraktur Komplit
Terjadi patahan diseluruh penampang tulang, biasanya disertai dengan perpindahan posisi
tulang.
2) Fraktur Inkomplit
4) Fraktur Oblig
Grasif fraktur yang memuntir seputar batang tulang sehingga menciptakan pola spiral.
6) Fraktur Kompresi
7) Fraktur Kominutif
Terdapat beberapa patahan tulang sampai mneghancurkan tulang sampai tiga atau lebih
bagian.
8) Fraktur Impaksi
2.1.3 Etiologi
1) Trauma Langsung
Tidak terjadi benturan secara langsung pada tulang tetapi di tempat lain, dan
3) Kondisi Patologis
Manifestasi klinis dari fraktur menurut UT Southwestern Medical Center (2016) adalah :
1) Nyeri
2) Hilangnya fungsi
4) Pemendekan ekstremitas
5) Krepitasi
6) Pembengkakan local
7) Perubahan warna.
2.1.5 Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam jaringan
lunak di sekitar tulang tersebut, jaringan lunak yang biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat disekitar fraktur. Sel darah putih dan sel anast
osteoblast terangsang dan terbentuk tulang beruamatir yang disebut callus. Bekuan fibrin
direarbsobsi dan sel tulang baru mengalami remodelling untuk membentuk tulang sejati.
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan
pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusa darah total dan berakibat anoreksia
mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Kompikasi ini dinamakan
FRAKTUR
Pemasangan Pengeluaran
Fraktur Fraktur
platina/ fiksasi histamin
tertutup terbuka
eksternal
Reaksi
Perubahan
Perawatan nosiseptor Laserasi kulit
fragmen
post op
tulang
Respon reflek
Terputusnya
Gangguan protektif pada
Spasme otot, vena/arteri
fungsi tulang tulang
ruptur vena/arteri
Gangguan Perdarahan
Nyeri akut Protein
mobilitas fisik
plasma darah
Kehilangan
volume
Edema cairan
Penekanan Resiko
pembuluh Hipovolemi
darah
Perfusi perifer
tidak efektif
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
2) Scan tulang, scan CT/MRI :Memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk
menurun (pendarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada sisi
6) Profil kagulasi :Penurunan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple,
2.1.8 Penatalaksanaan
Tindakan penanganan fraktur dibedakan berdasarkan bentuk dan lokasi serta usia.
Berikut adalah tindakan pertolongan awal pada fraktur menurut (Muttaqin, 2015) :
1) Kenali ciri awal patah tulang memperhatikan riwayat trauma yang terjadi karena
benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan kuat pasien
mengalami fraktur.
2) Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptic dan bersihkan
3) Lakukan reposisi (pengembalian tulang ke posisi semula) tetapi hal ini hanya boleh
dilakukan oleh para ahli dengan cara operasi oleh ahli bedah untuk mengembalikan
4) Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai atau papan dari kedua
posisi tulang yang patah untuk menyangga agar posisi tulang tetap stabil.
6) Beri perawatan pada perlukaan fraktur baik pre operasi maupun post operasi.
Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi
semula(reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang
2.1.9 Komplikasi
1) Komplikasi awal
a) Syok
c) Sindrom Kompertemen
d) Infeksi
f) Emboli Paru
2) Komplikasi lanjut
a) Non-Union
b) Delayed Union
c) Mal-Union
d) Pertumbuhan Terhambat
e) Arthritis
3.1 Pengkajian
b. Keluhan utama Keluhan utamapada masalah fraktur yaitu nyeri. Nyeri akut
c. Unit memperoleh data pengkajian yang yang lengkap mengenai data pasien
di gunakan :
kesemutan.
e. Riwayat penyakit dahulu Apakah pasien mengalami patah tulang paha atau
menular.
f. Pola fungsi kesehatan
b) Pola nutrisi dan metabolisme Klien fraktur tidak ada perubahan nafsu
d) Pola istirahat dan tidur Kebiasaan pada pola tidur apakah ada gangguan
f) Pola persepsi dan konsep diri Klien mengalami gangguan percaya diri
sebab tubuhnya perubahan pasien takut cacat / tidak dapat bekerja lagi.
jika pada pola kognotif atau pola berfikir tidak ada gangguan.
maupun bentuk.
tekan
b) Leher Inspeksi : Simetris, tidak ada penonjolan Palpasi : Tidak ada nyeri
perubahan fungsi maupun bentuk, tidak ada lesi, dan tidak ada oedema.
e) Telinga Inspeksi :Normal, simetris, Palpasi : Tidak ada lesi, dan nyeri
tekan
h) Thoraks Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, tidak bengkak Palpasi : Iktus
l) Inguinal, genetalia, anus Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe,
berikut:
b) Palpasi (feel) pada pemeriksaan palpasi yaitu : suatu pada kulit, apakah
abnormalitas.
ataupun pasif
E:
(D.0077)
Jelaskan penyebab,
periode, pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Ajarkan teknik
nonfarmakologik untuk
mengurangi rasa nyeri
K:
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pembidaian (I.05180) Setelah dilakukan tindakan Gangguuan mobilitas
O: keperawatan selama …x24 fisik b.d. kerusakan
˗ Identifikasi kebutuhan jam, diharapkan mobilitas integritas struktur tulang
dilakukan pembidaian fisik meningkat dengan Mayor
˗ Monitor bagian distal area kriteria hasil: Ds:
cedera 1. Pergerakan ekstremitas Mengeluh sulit
˗ Monitor adanya perdarahan meningkat (5) menggerakkan
pada area cedera 2. Kekuatan otot meningkat ekstremitas
˗ Identifikasi material bidai (5) Do:
yang sesuai 3. Rentang gerak (ROM) ˗ Kekuatan otot
T: meningkat (5) menurun
˗ Tutup luka terbuka dengan 4. Nyeri menurun (5) ˗ Rentang gerak
balutan 5. Kecemasan menurun (5) (ROM) menurun
˗ Atasi perdarahan sebelum 6. Kaku sendi menurun (5)
bidai dipasang 7. Gerakan tidak Minor
˗ Minimalkan pergerakan, terkoordinasi menurun Ds:
terutama pada bagian yang (5) ˗ Nyeri saat bergerak
cedera 8. Gerakan terbatas ˗ Enggan melakukan
˗ Berikan bantalan pada bidai menurun (5) pergerakan
˗ Imobilisasi sendi diatas dan 9. Kelemahan fisik ˗ Merasa cemas saat
di bawah area cedera menurun (5) bergerak
˗ Topang kaki menggunakan Do:
penyangga kaki (L.05042) ˗ Sendi kaku
˗ Tempatkan ekstremitas ˗ Gerakan tidak
yang cedera dalam posisi terkoordinasi
fungsional ˗ Gerakan terbatas
˗ Pasang bidai pada posisi ˗ Fisik lemah
tubuh seperti saat
ditemukan (D.0054)
˗ Gunakan kedua tangan
untuk menopang area
cedera
˗ Gunakan kain gendongan
secara tepat
E:
˗ Jelaskan tujuan dan
langkah-langkah prosedur
sebelum pemasangan bidai
˗ Jelaskan tanda dan gejala
sindrom kompartemen
˗ Anjurkan membaitasi gerak
pada area cedera
BAB 4
4.1 Pengkajian
4.1.2 Anamnesa
Riwayat
Px. 3 Px. 2 Px. 1
Penyakit
Nyeri Nyeri Nyeri Keluhan
utama
Px datang dengan Px mengatakan nyeri Px dengan keluhan nyeri RPS
keluhan nyeri pada pada tangan kiri karena pada tangan sebelah kiri
tangan kanan akibat jatuh dari tangga, seperti akibat kecelakaan saat
jatuh dari tangga di di tusuk2, nyeri terus mengantar anaknya ke
sekolah pada jam menerus, sejak 30 menit sekolah, nyeri bertambah
7.49, tangan sulit yg lalu, sekala nyeri 8. ketika digerakkan, nyeri
digerakkan sehingga Pasien terjatuh dari seperti ditusuk tusuk,
gerakannya terbatas, tangga ketinggian 3 Skala nyeri 6, nyeri terus
skala nyeri 6. meter, kemudian menerus dan px
Terdapat perubahan tangannya di gunakan mengatakan tangannya
bentuk pada tangan sebagai tumpuan untuk tidak bisa di gerakkan.
kanan, bengkok dan mendarat dan terjadi
px tampak meringis patah.
dan gelisah. Nyeri
terasa berdenyut dan
hilang timbul, Px
dalam keadaan sadar
saat terjatuh.
Tidak ada Tidak ada Tidak ada RPD
Tidak ada Tidak ada Tidak ada RPK
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Riwayat
pengobatan
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Riwayat
alergi
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Riwayat
operasi
4.1.4 Pemeriksaan A B C D
Terpasang kateter
Kesadaran: - Kualitatif : Compos Kesadaran: Disability
- Kualitatif : Compos mentis - Kualitatif : Compos
mentis - AVPU : Alert mentis
4.1.7 Terapi
Keterbatasan gerak
dalam melakukan
aktifitas
Gangguan mobilitas
fisik
Pasien 2 (Fraktur Radius sinistra)
DO:
Stimulus nyeri
- wajah tampak meringis
- bersikap protektif dengan posisi
menghindari nyeri
Nyeri akut
- terdapat patah tulang di tangan
kiri, adanya nyeri tekan.
Oedema dan deformitas
- TD: 145/92 mmHg
- Nadi 74 x/menit
- RR: 20 x/menit
15 Jan DS: Fraktur Gangguan
2023 ˗ Pasien mengeluh tangan kiri mobilitas fisik
sulit di gerakkan
˗ Nyeri saat digerakkan Diskontinuitas
˗ Enggan melakukan pergerakan tulang
DO:
- Kelemahan otot menurun
deformitas
Kekuatanotot:
1 5
gangguan
5 5
mobilitas fisik
˗ Gerakan terbatas
˗ Aktifitas di bantu karena
tidak bisa menggerakan
tangan
Pasien 3 (fraktur radius ulna)
Px tampak meringis
Px tampak gelisah,
TD : 100/80 mmhg,
N : 90x/mnt,
RR : 20x/mnt
DX
Px. 3 Px. 2 Px. 1 No
.
Nyeri akut b.d agen Nyeri akut b.d agen Nyeri akut b.d agen
1.
pencedera fisik: trauma pencedera fisik: trauma pencedera fisik: trauma
Gangguan mobilitas fisik Gangguan mobilitas fisik Gangguan mobilitas fisik
b.d kerusakan integritas b.d kerusakan integritas b.d kerusakan integritas 2.
DX SLKI SIKI
No.
DX SLKI SIKI
No.
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
keperawatan 20 menit diharapkan Observasi:
tingkat nyeri menurun dengan - Identifikasi lokasi, karakteristik. Durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Keluhan nyeri cukup - Identifikasi sekala nyeri
menurun ( 4 ) - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Meringis cukup menurun memeperingan nyeri
(4) Terapeutik:
- Sikap protektif cukup - Berikan teknik non farmakologi untuk
menurun ( 4 ) mengurangi rasa nyeri
- Tekanan darah cukup - Fasilitasi istirahat dan tidur
membaik ( 4 )
Edukasi:
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
˗ Kolaborasi pemberian analgesik
( ketorolac 30mg/iv )
2 Setelah dilakukan tindakan Pembidaian
keperawatan 15 menit diharapkan Observasi:
mobilitas fisik meningkat dengan - Identifikasi kebutuhan dilakukan
kriteria hasil: pembidaian
- Pergerakan ekstremitas - Monitor adanya perdarahan pada area
cukup meningkat ( 4 ) cedera
- Kekuatan otot cukup - Identifikasi mterial bidai yang sesuai
meningkat ( 4 )
Terapeutik:
- nyeri cukup menurun ( 4 )
- Meminimalkan pergerakan terutama pada
- gerakan terbatas cukup
bagian yang cedera
menurun ( 4 )
- Imobilisasi sendi di atas dan di bawah area
cedera
- Pasang bidai pada posisi tubuh seperti saat
di temukan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan langkah2 prosedur
sebelum pemaangan bidai
- Anjurkan membatasi gerak pada area
cedera
DX SLKI SIKI
No.
4.5 Implementasi
4.6 Evaluasi
4.7.1 Anamnesa
Simetris, tidak Palpebra normal, sklera Palpebra normal, sklera Palpebra normal, sklera Mata
ada gangguan normal, konjungtiva normal, konjungtiva normal, konjungtiva
seperti normal, reflek cahaya normal, reflek cahaya normal, reflek cahaya
konjungtiva positif, pupil isokor positif, pupil isokor positif, pupil isokor
tidak anemis
(karena tidak
terjadi
perdarahan)
Simetris, tidak Bentuk normal, tidak ada Bentuk normal, tidak ada Bentuk normal, tidak ada Hidung
ada deformitas, jejas, tidak ada nyeri jejas, tidak ada nyeri jejas, tidak ada nyeri
tidak ada hidung, bernapas dengan hidung, bernapas dengan hidung, bernapas dengan
pernapasan spontan spontan spontan
cuping hidung
Simetris, tidak bentuk normal, bersih, bentuk normal, bersih, tidak bentuk normal, bersih, tidak Telinga
ada lesi, dan tidak ada jejas, tidak ada ada jejas, tidak ada otorhea ada jejas, tidak ada otorhea
tidak ada nyeri otorhea
tekan.
Simetris, tidak keadaan mulut bersih, keadaan mulut bersih, bibir Keadaan mulut bersih, bibir Mulut dan
ada pembesaran bibir lembab, lidah bersih, lembab, lidah bersih, tidak lembab, lidah bersih, tidak faring
tonsil, gusi tidak tidak terpasang alat bantu terpasang alat bantu terpasang alat bantu
terjadi
perdarahan,
mukosa mulut
tidak pucat.
Simetris, tidak tidak ada bendungan vena Tidak ada bendungan vena Tidak ada bendungan vena Leher
ada penonjolan, jugularis, tidak ada nyeri jugularis, tidak ada nyeri jugularis, tidak ada nyeri
tidak ada nyeri telan, tidak ada telan, tidak ada pembesaran telan, tidak ada pembesaran
tekan, reflek pembesaran kelenjar kelenjar tiroid, tidak ada kelenjar tiroid, tidak ada
menelan ada tiroid, tidak ada pergeseran trakea. pergeseran trakea.
pergeseran trakea.
Simetris, tidak bentuk dada simetris, bentuk dada simetris, tidak bentuk dada simetris, tidak Thorax
ada lesi, tidak tidak ada nyeri tekan, ada nyeri tekan, tidak ada ada nyeri tekan, tidak ada
bengkak, iktus tidak ada krepitasi, krepitasi, pergerakan krepitasi, pergerakan
kordis tidak pergerakan dinding dada dinding dada kiri dan kanan dinding dada kiri dan kanan
teraba, perkusi kiri dan kanan simetris simetris simetris
pekak, auskultasi
tidak ada ronchi,
wheezing
Pernapasan tidak ada krepitasi, tidak tidak ada krepitasi, tidak tidak ada krepitasi, tidak Paru
meningkat, ada nyeri tekan, perkusi ada nyeri tekan, perkusi ada nyeri tekan, perkusi
reguler atau paru sonor, tidak ada paru sonor, tidak ada paru sonor, tidak ada
tidak tergantung ronkhi, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing. ronkhi, tidak ada wheezing.
pada riwayat wheezing
penyakit klien
yang
berhubungan
denga paru.
Palpasi:
pergerakan
simetris,
fermitus teraba
sama, perkusi
sonor, tidak ada
suara tambahan.
Auskultasi :
suara nafas
normal, tidak
ada wheezing
atau suara
tambahan
lainnya.
Inspeksi : tidak perkusi jantung pekak, perkusi jantung pekak, ictus perkusi jantung pekak, ictus Jantung
tampak iktus ictus cordis teraba pada cordis teraba pada ICS 5 cordis teraba pada ICS 5
jantung. Palpasi: ICS 5 midclavicula midclavicula sinistra, suara midclavicula sinistra, suara
nadi meningkat, sinistra, Suara jantung 1 jantung 1 tunggal, suara jantung 1 tunggal, suara
iktus tidak tunggal, Suara jantung 2 jantung 2 tunggal, irama jantung 2 tunggal, irama
teraba. tunggal, irama teratur, tidak ada suara teratur, tidak ada suara
Auskultasi: suara teratur.Tidak ada suara jantung tambahan, HR : 74 jantung tambahan, HR :
S1 dan S2 jantung tambahan, HR : x/menit, tidak ada 112x/menit, tidak ada
tunggal. 90x/menit, tidak ada pembesaran jantung pembesaran jantung
pembesaran jantung
Inspeksi: bentuk flat, Terdapat bentuk flat, terdapat bentuk flat, terdapat Abdomen
simetris bentuk auskultasi peristaltik usus auskultasi peristaltik usus auskultasi peristaltik usus
datar. Palpasi: 15x/menit. Tidak ada 10x/menit. Tidak ada jejas, 11x/menit. Tidak ada jejas,
turgor baik, tidak jejas, tidak ada nyeri tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri tekan,
ada pembesaran tekan, turgor kulit baik, turgor kulit baik, perkusi turgor kulit baik, perkusi
hepar. Perkusi: perkusi abdomen timpani abdomen timpani. abdomen timpani.
suara timpani,
ada pantulan
ge;ombang
cairan.
Auskultasi:
peristaltik usus
normal kurang
lebih 10x/menit
Terdapat luka, terpasang infus, terdapat Terpasang infus, terdapat Terpasang infus, terdapat Ektstremitas
oedema dan fraktur tertutup di radius fraktur tertutup di ulna, fraktur tertutup di ulna,
ROM terbatas ulna, tulang simetris. ROM terbatas. Tulang ROM terbatas. Tulang
pada ekstremitas Edema di daerah fraktur, asimetris. Edema di daerah simetris, edema di daerah
atas. Pada ROM terbatas. Kekuatan fraktur. Kekuatan otot fraktur. Kekuatan otot
ekstremitas otot ekstremitas atas ekstremitas atas kanan 5, ekstremitas atas kanan 5,
bawah tidak ada kanan 2, kiri 5. kiri 1. Ekstremitas bawah kiri 2. Ekstremitas bawah
masalah. Ekstremitas bawah kanan kanan 5, kiri 5. kanan 5, kiri 5.
5, kiri 5.
Anus tidak ada Tidak ada darah dalam Keadaan urogenital bersih, Tidak terkaji Pelvis dan
hernia, tidak ada urin, urin jernih. belum BAK genetalia
pembesaran
limfe, tidak ada
kesulitan BAB
4.7.4 Evaluasi
PEMBAHASAN
5.1 Pengkajian
Data subyektif pada tinjauan kasus dilihat dari pengkajian antara 3 klien didapatkan
keluhan yang sama yang dialami klien 1,2 dan 3 yaitu nyeri pada luka fraktur radius.
Menurut peneliti pada pengkajian studi kasus ini penulis semua keluhan yang dirasakan
oleh ketiga klien merupakan dampak dari luka, sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan
bahwa antara fakta dan teori terdapat kesamaan. Nyeri merupakan perasaan kurang senang,
lega, dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, dan lingkungan (SDKI, hal 166).
Berdasarkan pengkajian peneliti pada studi kasus ini didapatkan bahwa pada klien 1.2 dan
3 mengatakan nyeri pada luka fraktur. Data Objektif pada observasi tanda-tanda vital
didapatkan bahwa Tn.S luka tidak mengalami pembengkakan dan mengalami nyeri dengan
skala nyeri 6 dan pada Tn.W didapatkan luka tidak mengalami pembengkakan dan nyeri
dengan skala nyeri 5. An. D didapatkan mengalami pembengkakan dan nyeri dengan skala
6. Hasil observasi dari ketiga klien yang mengalami fraktur femur dengan masalah nyeri.
20x/menit, S : 36,1 C.
5.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada ketiga klien dari hasil pengkajian, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan diagnostic yang didapatkan menunjukkan masalah yang dialami adalah nyeri
berhubungan dengan agen cidera fisik. Nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh
ke otak yang di ikuti oleh reaksi fisik,fisiologisdan emosional (Hidayat Aziz, 2016,hal 124)
Menurut peneliti pada studi kasus ini ditemukan bahwa klien 1 dan klien 2 mengalami rasa
nyeri dikarenakan fraktur, sehingga klien 1.2 dan klien 3 mengalami nyeri.
5.3 Intervensi
Intervensi keperawatan yang diberikan pada klien 1.2 dan klien 3 adalah pemberian
rasa nyaman. Kriteria hasil pada klien 1.2 dan klien 3 meliputimampu mengontrol rasa
nyeri, melaporkan bahwa nyeri berkurang, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang, dan tanda-tanda vital dalam rentang normal. Menurut teori Styohadi,Sally&
Putu (2016) munculnya masalah yang sangat bervariasi, peran perawat sangat dibutuhkan
guna membantu penyelesaian masalah yang dihadapi klien seperti contohnya penyuluhan
kepada masyarakat tentang tindakan yang dilakukan untuk menurunkan nyeri dan cara atau
Menurut peneliti pada pengkajian studi kasus ini ditemukan bahwa pada intervensi
monitor nyeri terdapat perbedaan antara klien 1.2 dan klien 3, yang meliputi : mengontrol
rasa nyeri, memonitor luka (luka berwarna merah, tidak ada pembengkakan pada klien 1
dengan skala nyeri 6 dan klien 2 dengan skala nyeri 5 dan klien 3 skala nyeri 6) dan tanda
5.4 Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien 1.2 dan klien 3 telah sesuai
dengan yang ada di intervensi keperawatan antara klien 1.2 dan klien 3 tidak terlalu
merupakan pelaksanakan dari rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan atau
hasil yang ditentukan. Kegiatan dalam implementasi merupakan tindakan langsung kepada
klien dan mengobservasi respon klien setelah dilakukan tindakan tersebut. Menurut peneliti
pada penelitian ini implementasi keperawatan yang di lakukan sudah sesuai dengan
intervensi yang ada seperti monitor keadaan luka, melakukan terapi non farmakologi
seperti teknik relaksasi napas dalam untuk mengontrol rasa nyeri pada klien saat nyeri
Evaluasi keperawatan pada ketiga klien dilakukan selama satu hari dan data yang
didapatkan pada hari pertama pada klien 1 didapatkan GCS 4-5-6 dengan kesadaran
composmentis,luka pada lengan nampak baik , TD:140/70 mmHg, N:94 x/menit, RR:24
x/menit , S:36,70C dengan skala nyeri 6 dan setelah diberi implementasi nyeri berkurang
dengan skala nyeri 5. Pada klien 2 didapatkan hasil GCS 4-5-6, kesadaran composmentis,
dan didapatkan hasil TD: 120/80 mmHg, N: 92 x/menit, RR: 22 x/menit, S : 36,20C
dengan skala nyeri 5 setelah diberi implementasi nyeri berkurang dengan skala nyeri 4.
Dan pada klien ke 3 didapatkan GCS 4-5-6 dengan kesadarn composmetis, luka tampak
baik, skala 6 dan setelah diberi implementasi nyeri berkurang dengan skala 5. Menurut
teori Nursalam (2016) evaluasi merupakan sesuatu yang direncanakan dan perbandingan
sistemik pada status kesehatan klien. Perawat dapat menentukan efektifitas asuhan
keperawatan dalam mencapai suatu tujuan dangan menlihat dan mengukur perkembangan
klien.
5.6 Comparation
Menurut peneliti terkait dengan nyeri yang dialami pasien pada peneliti ini dikarenakan
adanya kerusakan pada tulang pergelangan tangan yang diakibatkan adanya pukulan
langsung atau tumpuan yang mendadak. Sehingga akan timbul fragmen-fragmen tulang
yang dapat merusak jaringan sekitar mengakibatkan oedema, kerusakan otot dan
pembuluh darah. Hal ini sesuai pernyataan (Thomas dkk, 2012) . bahwa kebanyakan
fraktur pergelangan tangan dapat terjadi baik akibat jatuh dengan posisi lengan terbuka
Fraktur kedua lengan bawah merupakan cedera yang tidak stabil. Stabilitas fraktur
bergantung pada jumlah energi yang diserap selama cedera dan gaya otot besar yang
Dari persamaan tersebut masih ada banyak persamaan antara teori dengan pasien,
baik dari segi penatalaksanaan, manifestasi klinis, maupun masalah-masalah yang muncul.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara teori dan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC.
Kenneth, A et al. (2015). Handbook of Fractures 5th Edition. New York: wolters Kluwer.
Nurafif, A & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah II. Yogyakarta:
Mediaction.
Sjamsuhidayat & Jong. (2015). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3. Jakarta: EGC.