Disusun Oleh :
G1A221035
Penguji :
drg. Irawati
Tugas Akhir Ini Telah Diterima Sebagai Salah Satu Tugas Program Studi
Profesi Dokter Bagian Ilmu Kedokteran Masyarakat- Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas
Rahmat-Nya tugas akhir dengan Judul “Gambaran Pelaksanaan Pandu PTM
dan Permasalahannya di Puskesmas Simpang Kawat Bulan Juni sampai
Agustus Tahun 2023” ini dapat diselesaikan. Tugas Akhir ini dibuat sebagai tugas
akhir dalam menjalankan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi.
Terwujudnya makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai
pihak, dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Nuriyah, M. Biomed selaku kepala Puskesmas Simpang Kawat yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan ilmu yang
sangat berguna Ketika diskusi selama kepanitraan klinik di stase Ilmu
Kesehatan Masyarakat ini.
2. Drg. Irawati selaku penguji
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan,
karena penulis masih dalam tahap belajar dan kurangnya pengalaman serta
pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar lebih
baik kedepannya.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambahkan informasi dan pengetahuan kita.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi perhatian global maupun pada
nasional hingga kini. PTM secara tidak proposional mempengaruhi orang – orang
di negara berkembang, dimana lebih dari 31,4 juta kematian PTM terjadi. Menurut
data WHO 2018, Pada tahun 2016, sekitar 71% penyebab kematian di dunia adalah
penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun. Sekitar 80%
kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah. 73%
kematian saat ini disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena
penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh
penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM
lainnya.7
Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit Tidak Menular mengalami
kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain, stroke, penyakit
ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi dan lain-lain. Kenaikan prevalensi
penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok,
konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur.
Sejak tahun 2013 prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun) terus meningkat,
yaitu 7,2% (Riskesdas 2013), 8,8% (Sirkesnas 2016) dan 9,1% (Riskesdas 2018).
Data proporsi konsumsi minuman beralkohol pun meningkat dari 3% menjadi
3,3%. Demikian juga proporsi aktivitas fisik kurang juga naik dari 26,1% menjadi
33,5% dan 0,8% mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan. Hal lainnya adalah
proporsi konsumsi buah dan sayur kurang pada penduduk ≥ 5 tahun, masih sangat
bermasalah yaitu sebesar 95,5%.3
2.3 Penderita
Faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular terdiri dari factor perilaku
yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Perilaku yang dapat
diubah, seperti penggunaan tembakau, kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang
tidak sehat, dan penggunaan alkohol yang berbahaya, semuanya meningkatkan
risiko PTM.5
• Tembakau menyumbang lebih dari 8 juta kematian setiap tahun (termasuk dari
efek paparan asap rokok)
• 1,8 juta kematian tahunan telah dikaitkan dengan kelebihan asupan
garam/natrium.
• Lebih dari setengah dari 3 juta kematian tahunan yang disebabkan oleh
penggunaan alkohol berasal dari PTM, termasuk kanker .
• 830.000 kematian setiap tahun dapat dikaitkan dengan aktivitas fisik yang tidak
mencukupi.
Selain faktor diatas, faktor risiko metabolik juga berkontribusi dalam meningkatkan
risiko terjadinya PTM, antara lain:5
• Tekanan darah tinggi;
• Kelebihan berat badan/obesitas;
• Hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi); dan
• Hiperlipidemia (kadar lemak tinggi dalam darah).
Faktor risiko metabolik utama yang menyebabkan kematian secara global
adalah peningkatan tekanan darah (19%), diikuti oleh peningkatan glukosa darah
dan kelebihan berat badan/obesitas.
Kotak 2
Anamnesis Faktor risiko PTM yang perlu diidentifikasi melalui anamnesis
adalah sebagai berikut:
a) Pola makan tinggi gula, garam, dan lemak.
Hal-hal yang perlu ditanyakan pada pengunjung puskesmas tentang pola makan
antara lain:
1. Apakah anda mengonsumsi buah dan sayur kurang 5 porsi sehari?
2. Apakah anda makanan manis/ gula tambaha lebih dari 4 sendok makan
sehari?
3. Apakah anda mengkonsumsi makan asin/ garam lebih dari 1 sendok teh?
4. Apakah anda mengkonsumsi makanan/ berminyak/ digoreng/
ditumis lebih dari 5 sendok makan sehari?
b) Kebiasaan merokok.
Ditanyakan pada setiap individu usia diatas 10 tahun. Beberapa hal yang perlu
ditanyakan tentang kebiasaan merokok:
1. Merokok
2. Tidak merokok merokok
3. Berhenti merokok selama 3 bulan, 6 bulan, l 6 bulan, lebih dari ebih dari
1 tahun (disebut berhenti merokok, apabila tidak pernah merokok lebih
dari 1 tahun terakhir)
c) Kurang aktivitas fisik (frekuensi dan durasi)
1. Kriteria aktivitas fisik:
● ringan: bila saat melakukan aktivitas masih mampu berbicara
normal dan bernyanyi
● sedang: bila saat beraktivitas fisik masih bisa berbicara tetapi
tidak bisa bernyanyi
● berat: saat melakukan aktivitas fisik sulit untuk berbicara atau
terengah- engah
2. Durasi aktivitas yang dianjurkan: setiap hari selama 30 menit atau 150
menit per minggu
3. Bila aktivitas fisik yang dilakukan berat dan kurang dari 30 menit
perhari atau kurang dari 150 menit perminggu maka diberikan
penyampaian KIE untuk untuk merubah perilaku/aktivitas fisik
d) Berat badan berlebih.
Penilaian berat badan berlebih dilakukan dengan anamnesis tentang riwayat
obesitas pada pengunjung dilanjutkan dengan pengukuran IMT sebagaimana
dijelaskan pada poin B (pengukuran IMT)
e) Pada pengunjung wanita usia 30-50 tahun (batasan usia mengikut Peraturan
Menteri Kesehatan) yang sudah menikah atau pernah melakukan hubungan
seksual (3b), setelah anamnesis dilakukan pemeriksaan (3), dan dilakukan
tambahan pemeriksaan SADANIS dan Inspekulo serviks untuk menilai curiga
kanker atau adanya servisitis berat. Bila curiga kanker/servisitis berat, rujuk
FKRTL (7). Bila tidak curiga kanker/servisitis berat, lakukan tes IVA (3b.1).
Bila IVA positif (3b.1.1), lakukan penilaian syarat krioterapi. Bila memenuhi
syarat, maka lakukan krioterapi (2b.1.1), kemudian lakukan follow up dan
kontrol (9). Bila FKTP tidak memiliki fasilitas krioterapi, maka rujuk ke
FKRTL (7). Bila IVA positif tidak memenuhi syarat krioterapi, rujuk ke
FKRTL (7). Bila IVA negatif (3b.1.2) berikan KIE (8). Bila pemeriksaan
SADANIS (3b.2) yang menunjukkan ada benjolan (3b.2.1), lakukan rujuk ke
FKRTL (7). Bila tidak ada benjolan (3b.2.2), berikan KIE (8). Selanjutnya
FKRTL mengirimkan umpan balik hasil pelayanan dan saran tindak lanjut
kepada FKTP.
Kotak 3
Pemeriksaan.
Setelah anamnesis, dilakukan pengukuran pengukuran:
1. Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dengan baik dan benar adalah langkah penting
untuk mendiagnosis hipertensi dan mengevaluasi respon pengobatan.
Pengukuran tekanan darah dilakukan menggunakan tensimeter digital atau
tensimeter jarum (aneroid) yang dikalibrasi secara berkala. Pengukuran TD
yang direkomendasikan adalah:
a) Persiapan
Duduk dengan tenang, tidak dalam keadaan cemas atau gelisah,
maupun kesakitan. Dianjurkan istirahat 5 menit sebelum pemeriksaan.
Tidak dianjurkan mengonsumsi kafein, merokok, atau melakukan
aktivitas olahraga minimal 30 menit sebelum pemeriksaan. Tidak
dianjurkan menggunakan obat-obat yang mengandung stimulan
adrenergik seperti fenilefrin atau pseudoefedrin (misalnya obat flu, obat
tetes mata). Tidak sedang dalam keadaan menahan buang air kecil
maupun buang air besar. Tidak mengenakan pakaian ketat terutama di
bagian lengan. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan diam, tidak
berbicara di ruangan yang tenang dan nyaman. Bila pemeriksaan
menggunakan tensimeter aneroid atau digital, gunakan ukuran manset
yang sesuai dengan lingkar lengan atas (LLA). Ukuran manset standar:
panjang 35 cm dan lebar 12-13 cm. Gunakan ukuran yang lebih besar
untuk LLA >32 cm, dan ukuran lebih kecil untuk anak. Ukuran ideal:
panjang balon manset 80-100% LLA, dan lebar 40% LLA. Lakukan
validasi tensimeter setiap 6-12 bulan.
b) Posisi
Posisi pasien dapat berupa duduk, berdiri, atau berbaring (sesuai
kondisi di FKTP). Pada posisi duduk: Gunakan meja untuk menopang
lengan dan kursi bersandar untuk meminimalisasi kontraksi otot
isometrik. Posisi fleksi lengan bawah dengan siku setinggi jantung.
Kedua kaki menyentuh lantai dan tidak disilangkan.
c) Prosedur
Pasien duduk dengan nyaman selama 5 menit sebelum pengukuran
TD dimulai. Pengukura Pengukuran TD dilakukan minimal dilakukan
minimal 2 kali dengan j dengan jarak 1-2 menit. Pengukuran tambahan
hanya dilakukan jika dua kali pembacaan pertama terdapat perbedaan
>10 mmHg. Tekanan darah diukur dari rerata dua pengukuran terakhir.
Ukur TD pada kedua lengan pada kunjungan pertama untuk mendeteksi
kemungkinan perbedaan antara kedua lengan. Gunakan TD dari lengan
dengan referensi nilai terbesar. Ukur TD 1 menit dan 3 menit setelah
berdiri dari posisi duduk pada semua pasien pada pengukuran pertama
untuk menyingkirkan kemungkinan hipotensi ortostatik. Pengukuran TD
berbaring dan berdiri harus dipikirkan pada pasien lanjut usia, pasien
dengan diabetes melitus, dan pasien dengan kondisi lain yang mungkin
menyebabkan terjadinya hipotensi ortostatik. Gambar 2.2 berikut
menjelaskan cara mengukur tekanan darah dengan benar pada posisi
duduk.
d) Diagnosis
Diagnosis hipertensi ditegakkan bila tekanan darah sistolik ≥140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Diagnosis hipertensi
ditegakkan berdasarkan pengukuran tekanan darah yang benar.
Diagnosis hipertensi direkomendasikan berdasarkan pemeriksaan
tekanan darah lebih dari satu kali kunjungan, kecuali pada hipertensi berat
(derajat 3 dan khususnya pada pasien risiko tinggi). Bila hasil pengukuran
TD kunjungan pertama menunjukkan hasil hipertensi, maka dilakukan
pengukuran ulang pada kunjungan kedua untuk penegakkan diagnosis
hipertensi.
Setiap kunjungan klinik, pengukuran TD dilakukan minimal 2 kali
dengan jeda 5 menit. Pengukuran tambahan dilakukan jika pada dua
pengukuran awal memiliki perbedaan >10mmHg.
TD pasien adalah nilai rata-rata dari dua pengukuran terakhir.
Dianjurkan melakukan pengukuran TD pada kedua lengan pada semua
kunjungan pertama. Jika terdapat perbedaan >15 mmHg dicurigai adanya
penyakit aterosklerosis dan di hubungkan dengan peningkatan risiko
kardiovaskular.
Jika TD sudah diukur pada kedua lengan, direkomedasikan
pengukuran TD seterusnya pada lengan dengan TD tertinggi. Bagi pasien
yang terdiagnosis hipertensi dilakukan tatalaksana sesuai pedoman yang
berlaku, seperti PPK1, PNPK dan lain-lain, termasuk deteksi dini
komplikasi berdasarkan dasarka organ target.
e) Kriteria Hipertensi
Berdasarkan pengukuran tekanan darah, hipertensi dibagi dalam
beberapa kriteria seperti yang terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut ESH 20188
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 dan <80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Nirmal-Tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Grade 1 hypertention 140-159 dan/atau 90-99
Grade 2 hypertension 160-179 dan/atau 100-109
Grade 3 hypertension ≥180 dan/atau ≥110
Isolated systolic ≥140 dan <90
hypertension
Atau
Pemeriksaan HbA1C > 6,5% dengan menggunakan metode high-performance liquid
chromatography (HPLC) yang terstandarisasi oleh Nasional Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP). (derajat rekomendasi B)
Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis Diabetes Berdasarkan Kadar Gula Darah / Glukosa
Kriteria GDP G2PP GDS
Diabetes >126 >200 >200
Prediabetes 100-125 140-199 140-199
Normal <100 <140 <100
Catatan :
* dalam 2 kali pengukuran pengukuran
** perlu konfirmasi TTGO, namun bila tidak memungkinkan dan tidak tersedia
fasilitas pemeriksaan TTGO maka pemeriksaan penyaring dengan menggunakan
glukosa darah kapiler diperbolehkan untuk patokan diagnosis diabetes melitus. Jika
ditemukan faktor risiko prediabetes, maka dilakukan intervensi (KIE, dan bila perlu
pemberian obat) dan pemantauan minimal setiap 6 bulan. Intervensi dan
pemantauan pemantauan selanjutnya dapat dilakukan di Posbindu, kecuali bila ada
penyulit yang harus ditangani di FKTP.
Batas ambang IMT untuk dewasa ditentukan dengan merujuk pada Keputusan
Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/603/2020 tahun 2020 tentang PNPK
Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa, sebagaimana tampak pada tabel
berikut :
Tabel 2.3 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Orang Asia dewasa 9
Klasifikasi IMT (kg/m2) Risiko berdasarkan lingkar pinggang
Pengukuran IMT ini tidak dapat dilakukan pada orang hamil, binaragawan,
penderita edema, ascites dan penyanda disabilitas yang mengalami amputasi
anggota gerak. Untuk mempermudah menilai apakah seseorang kurus, normal,
gemuk (overweight) atau obesitas, secara sederhana dapat menggunakan instrumen
di bawah ini.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Petugas Puskesmas Simpang Kawat tahun 2023
No Usia Petugas Jumlah Frekuensi (%)
1 <30-39 10 33,3
2 40-49 12 40
3 >50 8 26,7
Total 30 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar usia Petugas Puskesmas
Simpang Kawat yaitu di angka 40-49 tahun, yaitu sebesar 40% atau 12 orang.
Sedangkan yang usia <30-39 tahun sebesar 33,3% atau 10 orang, dan untuk usia
>50 tahun sebesar 26,7% atau 8 orang.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Petugas Puskesmas Simpang Kawat tahun
2023
No Pendidikan Terakhir Petugas Jumlah Frekuensi (%)
1 D3 24 80
2 D4/S1 6 20
Total 30 100
Data sekunder didapatkan dari hasil data pasien pada aplikasi P-Care
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Peserta skrining yang telah tercatat Carta Prediksi Risiko Pandu PTM di
Puskesmas Simpang Kawat Tahun 2023
NO Carta Prediksi risiko jumlah Peserta Frekuensi (%)
1 Risiko PJPD <5% 17 36,95
2 Risiko PJPD 5-10% 12 26,10
3 Risiko PJPD 10-20% 16 34,78
4 Risiko PJPD >20% 1 2,17
TOTAL 46 100
Hasil Data Sekunder, rerata pasien deteksi dini yang tercatat pada Carta
Prediksi Risiko Pandu PTM di Puskesmas Simpang Kawat Tahun 2023 pada risiko
PJPD <5% adalah sebanyak 36,95%, dengan jumlah peserta sebanyak 17 orang,
Sedangkan persentasi pada risiko PJPD 5-10% adalah sebanyak 26,10% dengan
jumlah peserta sebanyak 12 orang. Sedangkan untuk persentasi pada risiko PJPD
10-20% adalah sebanyak 34,78% dengan jumlah peserta sebanyak 16 orang, dan
yang terakhir untuk persentasi pada risiko PJPD >20% adalah sebesar 2,17%
dengan jumlah peserta hanya sebanyak 1 orang.
BAB V
MASALAH KESEHATAN
3. Terbatasnya media
N 7 5 8 5
informasi III
(brosur/leaflet/poster/ikla 89
n) terkait program Pandu BN 35 20 24 10
PTM di puskesmas
4. Kerjasama antar lintas
N 8 3 4 4 IV
program puskesmas yang
72
belum terkoordinasi
BN 40 12 12 8
dengan baik.
Keterangan:
B = Bobot *Bobot ditentukan 1-5, nilai ditentukan 1-10.
N = Nilai
BN = Bobot x Nilai = Skor (S)
Dari hasil penentuan masalah menggunakan teknik MCUA, maka masalah yang
menjadi prioritas berdasarkan skor penilaian adalah Cakupan pengetahuan tenaga
medis tentang program Pandu PTM masih rendah.
Tabel 5.2 Penentuan Prioritas Masalah Berdasarkan USG
Masalah U S G Total Peringkat
Cakupan pengetahuan tenaga medis 5 5 4 14 I
tentang program Pandu PTM masih
rendah
Kurangnya pengetahuan pasien 4 4 3 11 II
tentang tujuan dan manfaat dari
program Pandu PTM
Terbatasnya media informasi 3 2 1 6 IIII
(brosur/leaflet/poster/iklan) terkait
program Pandu PTM di puskesmas
Keterangan:
Berdasarkan Skala Likert 1-5
5= Sangat Besar; 4= Besar; 3= Sedang; 2= Kecil; 1= Sangat Kecil
U (Urgency)= tingkat urgensi
S (Seriousness): keseriusan
G (growth): potensi perkembangan
Pemeriksaan
TTV
Wawancara terkait
factor risiko PTM
Ada
Arahkan ke
Petugas Pandu Tidak
PTM
Lingkungan proses
B. Proses
1. Proses rujuk antar poli yang masih belum terkoordinasi dengan baik
Berdasarkan hasil wawancara, pemegang program mengatakan, oleh karena
terbatasnya tenaga kesehatan di dalam gedung sehingga terkadang petugas
cukup kewalahan menghadapi pasien dan seringkali lupa untuk merujuk
pasien ke bagian Pandu PTM. (Terkonfirmasi)
2. Kegiatan skrining masih dilakukan di dalam gedung puskesmas saja
Berdasarkan hasil wawancara pemegang program, dikarenakan program
Pandu PTM masih sangat baru di Puskesmas Simpang Kawat dan belum
adanya media untuk skrining, maka penyaringan pasien masih dilakukan di
Puskesmas saja. (Terkonfirmasi)
C. Bahan/Material
1. Media informasi penyuluhan dan pemeriksaan yang terbatas.
Berdasarkan wawancara dengan pemegang program menyampaikan bahwa
media informasi yang dikhususkan seperti leaflet skrining PTM belum ada,
tapi buku saku mengenai tentang penyakit salah satunya apa itu hipertensi
atau tentang diabetes sudah tersedia. (Terkonfirmasi)
D. Lingkungan
1. Kurangnya kesadaran masyarakat akan manfaat Pandu PTM
Berdasarkan wawancara dengan pemegang program menyampaikan bahwa
kebanyakan pasien menolak untuk diarahkan ke Pandu PTM dan dilakukan
skrining karena waktu tunggu yang sudah lama serta ada pekerjaan lain.
Juga dari data P-care baru mencakup 46 orang yang menunjukkan belum
luasnya cakupan deteksi dini untuk program ini. (Terkonfirmasi)
2. Dukungan dari lintas sektor terkait program Pandu PTM masih belum maksimal.
Berdasarkan wawancara dengan pemegang program, dukungan dari lintas
sektor (kepala desa/ ketua RT) masih terbatas pada kegiatan posbindu saja.
(Terkonfirmasi)
5.3.5 Analisa Akar Masalah Paling Dominan
Tabel 5.3 Analisa akar masalah paling dominan
No Prioritas Masalah Penyebab Masalah Penyebab Masalah Dominan
Berdasarkan diskusi, adu argumentasi dan justifikasi antar anggota tim pemecah
masalah didapatkan penyebab masalah paling dominan adalah dari faktor proses
yaitu “Kurangnya petugas yang mengikuti pelatihan program Pandu PTM.”
BAB VI
N 9 6 5 7
Mengadakan seminar
1 98 I
dengan mengundang BN 45 24 15 14
tenaga ahli (dokter
spesialis, staf dinas
kesehatan) berkaitan
dengan program Pandu
PTM
N 5 4 5 4
Kemitraan dengan instansi
2 64 III
setempat untuk melakukan BN 25 16 15 8
kegiatan pembinaan pandu
PTM bagi para petugas
puskesmas dan kader.
N 7 7 4 5
3 Menunjuk salah satu 85 II
pemegang program untuk BN 35 28 12 10
melaksanakan bimbingan
pembinaan dan penilaian
terhadap staf puskesmas
mengenai Pandu PTM
Keterangan:
B = Bobot N = Nilai
BN = Bobot x Nilai = Skor (S)
Bobot ditentukan 2-5, Nilai ditentukan 1-10
Berdasarkan hasil tabel MCUA didapatkan bahwa hasil prioritas untuk pemecahan
masalah adalah “ Mengadakan seminar dengan mengundang tenaga ahli (dokter
spesialis, staf dinas kesehatan) berkaitan dengan program Pandu PTM”.
a. Sulit menemukan dokter spesialis sebagai pembica ahli dan petugas dinas
kesehatan
b. Terbatasnya waktu dan tempat untuk melakukan seminar, serta keterbatasan
biaya.
c. Kurangnya minat petugas puskesmas untuk mengikuti seminar terutama jika
tidak berkaitan dengan program kerjanya
Rencana usulan kegiatan pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6.3 Rencana Usulan Kegiatan Pemecahan Masalah
6.5.1 Monitoring
6.5.2 Evaluasi
Membandingkan frekuensi / tingkat masalah atau sebab masalah sebelum
intervensi dan sesudah intervensi. Menggunakan format evaluasi yang telah
disediakan.
Tabel 6.6 Evaluasi Kegiatan
7.1 Kesimpulan
1. Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi adalah Puskesmas non perawatan yang
teletak di Kelurahan Payo Lebar Kec. Jelutung Kota Jambi
2. Berdasarkan hasil pengamatan dan berbagai upaya dalam memecahkan
masalah pada pelaksanaan Pandu PTM di Puskesmas Simpang Kawat dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Cakupan pengetahuan tenaga medis tentang program Pandu PTM masih
rendah
b. Kurangnya pengetahuan pasien tentang tujuan dan manfaat dari
program Pandu PTM
c. Terbatasnya media informasi (brosur/leaflet/poster/iklan) terkait
program Pandu PTM di Puskesmas Simpang Kawat
d. Kerjasama antar lintas program puskesmas yang belum terkoordinasi
dengan baik.
3. Prioritas masalah pelaksanaan Pandu PTM yang menggunakan metode
MCUA dan USG adalah cakupan pengetahuan tenaga medis tentang
program Pandu PTM masih rendah.
4. Faktor-faktor penyebab masalah yang dominan terkait masalah pelaksanaan
Pandu PTM di Puskesmas Simpang Kawat adalah masih kurangnya petugas
yang mengikuti pelatihan program pandu PTM.
5. Alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mengadakan
seminar dengan mengundang tenaga ahli (dokter spesialis, staf dinas
kesehatan) berkaitan dengan program Pandu PTM, kemitraan dengan
instansi setempat untuk melakukan kegiatan pembinaan pandu PTM bagi
para petugas puskesmas dan kader, serta menunjuk salah satu pemegang
program untuk melaksanakan bimbingan pembinaan dan penilaian terhadap
staf puskesmas mengenai Pandu PTM
6. Pemecahan masalah terpilih yaitu mengadakan seminar dengan
mengundang tenaga ahli (dokter spesialis, staf dinas kesehatan) berkaitan
dengan program Pandu PTM.
7. Rencana usulan kegiatan untuk pemecahan masalah terpilih adalah untuk
meningkatkan pengetahuan petugas puskesmas terutama pemegang
program Pandu PTM.
8. Rencana pelaksanaan kegiatan untuk pemecahan masalah terpilih adalah
mengadakan seminar dengan mengundang tenaga ahli (dokter spesialis, staf
dinas kesehatan) berkaitan dengan program Pandu PTM
9. Monitoring dan evaluasi disusun menggunakan tabel monitoring dan
evaluasi. Dikatakan berhasil jika cakupan skrining PTM di Puskesmas
Simpang Kawat meningkat.
7.2 Saran
Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah:
a) Adanya penyuluhan dan pembinaan kepada kader dalam melaksanakan
deteksi dini PTM
b) Menggalang komitmen lintas sektoral baik dari pihak desa, kelurahan, RT
maupun dengan Puskesmas lain dalam penyelenggaraan Program Pandu PTM
c) Membentuk kegiatan yang menarik guna menarik minat masyarakat untuk
ikut serta dalam program Pandu PTM
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
IDENTITAS
Nama :
Umur :
Pekerjaan (Program) :
Pendidikan :
(Berilah tanda O/X di salah satu jawaban yang menurut anda paling benar)
2. Jika di pelayanan posbindu PTM ada kasus yang berisiko, maka yang
dilakukan adalah …
a. Memberikan penyuluhan di posbindu
b. Merujuk ke pandu ptm
c. Memberikan terapi di posbindu PTM
d. Screening PTM ulang
e. Menganjurkan olahraga
9. Apabila pasien yang berisiko telah mendapatkan terapi untuk penyakit tidak
menularnya, maka edukasi yang kita lakukan adalah …
a. CERDIK
b. PATUH
c. GERMAS
d. PENYULUHAN
e. WASPADA
10. Untuk edukasi preventif dan promotife pada pandu PTM, yang kita lakukan
adalah…
a. Cek Kesehatan secara berkala
b. Enyahkan asap rokok
c. Rajin aktifitas fisik
d. Diet gizi seimbang
e. Semua benar
Lampiran 2
Foto Kegiatan