Disusun oleh :
dr. Muhammad Fahmi
dr. Putty
Pembimbing :
dr. Resti Cahyani
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan mini project yang berjudul “Deteksi
Dini penyakit TB Paru Menggunakan Media Kuesioner petugas kesehatan Puskesmas
Rangkasbitung dan masyarakat wilayah kerja puskesmas rangkasbitung” dengan baik dan
tepat waktu. Presentasi laporan mini project ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan program internsip dokter indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Resti Cahyani
sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan sejawat dan petugas kesehatan puskesmas yang telah
memberikan dukungan, saran, dan kritik yang membangun. Keberhasilan penyusunan ini
tidak akan tercapai tanpa adanya bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak tersebut
Penulis menyadari bahwa mini project ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, dengan kerendahan hati segala kritik dan saran akan penulis terima dengan tangan
terbuka.
Akhir kata, penulis berharap mini project ini dapat berguna untuk rekan-rekan dalam
menambah pengetahuan.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................
BAB 1: PENDAHULUAN.......................................................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................................................
2.2 Penularan...................................................................................................................
2.5 Pengobatan...............................................................................................................
3. 1 Kerangka Konsep.....................................................................................................
3.2 Definisi Operasional................................................................................................
3.6.1 Populasi..............................................................................................................
3.6.2 Sampel................................................................................................................
BAB 4: HASIL.......................................................................................................................
4.1.2 Visi.....................................................................................................................
4.1.3 Misi....................................................................................................................
4.1.4 Tujuan................................................................................................................
4.1.5 Fungsi................................................................................................................
4.1.6 Azas...................................................................................................................
4.2.2 Visi.....................................................................................................................
4.2.3 Misi.....................................................................................................................
5.3 Pembahasan.............................................................................................................
6.1 Kesimpulan..............................................................................................................
6.2 Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
LAMPIRAN...........................................................................................................................
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
Tingginya
angka TB di
wilayah kerja
Puskesmas Medical Care
Lingkung Rangkasbitung Services
an
Lifestyl
e
Kurangnya pengetahuan responden mengenai TB,
Etika batuk dan meludah yang salah dalam masyarakat,
Ketidaktahuan masyarakat akan dampak yang dapat
ditimbulkan akibat ketidakteraturan minum obat,
Kurangnya kesadaran suspek TB untuk memeriksakan
dirinya
Kurangnya kesadaran penderita TB untuk berobat,
Asupan gizi yang kurang.
2. Bagi Puskesmas
Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan
bagi perumusan kebijakan program kesehatan di Puskesmas Rangkasbitung.
3. Bagi Masyarakat
Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang penyakit TB Paru dan
pentingnya mendapatkan pengobatan sampai tuntas, meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pencapaian masyarakat bebas tuberkulosis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Penularan
Sumber penularan adalah penderita dengan TB BTA positif, yang dapat
menularkan TB kepada orang disekelilingnya, terutama kontak erat. Pada waktu
batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
nuclei (percikan dahak). Sekali batuk dapat dikeluarkan 3000 droplet. Umumnya
penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang
lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam
dalam keadaan yang gelap dan lembab. 2,7
Penularan umumnya terjadi dalam ruangan dengan ventilasi kurang. Orang
dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan.
Setelah itu kuman TB dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui
sistem peredaran darah dan sistem limfe. Daya penularan seorang pasien
ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Karena
proses terjadinya infeksi oleh kuman TB biasanya secara inhalasi, maka TB paru
merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibandingkan organ lainnya. 2,7
Resiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.
Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan resiko penularan
lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif. Resiko penularan setiap
tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu
proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar
1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.
ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB dibuktikan dengan
perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif. 2
Adapun resiko menjadi sakit TB hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB
akan menjadi sakit TB. Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000
penduduk rata-rata terjadi 1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang)
akan menjadi sakit TB setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA
positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB
adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan
malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang
terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas
sistem daya tahan tubuh seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi
penyerta (oportunistic), seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan
menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang
terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan
demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula. 2
Tidak semua orang yang terpajan dengan patogen TB akan berkembang
menjadi penyakit TB. Secara skematis, persentase orang terpajan TB yang akan
berkembang menjadi penyakit TB dapat dilihat pada gambar. Sekitar 30% dari
orang yang terpajan terhadap kuman TB akan terinfeksi dengan TB. Dari pasien
yang terinfeksi TB, sekitar 3 – 10 % akan berkembang menjadi TB aktif dalam 1
tahun pertama setelah infeksi. Setelah 1 tahun, sekitar 3 – 5 % pasien dengan TB
laten akan berkembang menjadi TB aktif, sisanya akan tetap memiliki TB laten
sepanjang hidup. Presentase orang terpajan kuman TB yang berkembang menjadi
penyakit TB
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman diwilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB. Sudah dibuktikan bahwa lingkungan sosial
ekonomi yang baik, pengobatan yang teratur dan pengawasan minum obat ketat
berhasil mengurangi angka morbiditas dan mortalitas di Amerika selama 1950 –
1960. 6,8
Penegakan diagnosis
Pasien TB anak dapatditemukan melalui dua pendekatan utama,
yaitu:
- Investigasi terhadap anak yang kontak erat dengan pasien TB
dewasa aktif dan menular
- Anak yang datang ke pelayanan kesehatan dengan gejala dan tanda
klinis yang mengarah ke TB. (gejala klinis TB pada anak tidak
khas)
Sistem skoring (scoring system) diagnosis TB membantu tenaga
kesehatan agar tidak terlewat dalam mengumpulkan data klinis maupun
pemeriksaan penunjang sederhana sehingga diharapkan dapat mengurangi
terjadinya underdiagnosis maupun overdiagnosis.
Anak dinyatakan probable TB jika skoring mencapai nilai 6 atau
lebih. Namun demikian, jika anak yang kontak dengan pasien BTA positif
dan uji tuberkulinnya positif namun tidak didapatkna gejala, maka anak
cukup diberiksan profilaksis INH terutama anak balita.
Catatan:
- Bila BB kurang, diberikan upaya perbaikan gizi dan dievaluasi
selama 1 bulan.
- Demam (>2 minggu> dan batukl (>3 minggu) yang tidak membaik
setelah dibierikan pengobatan sesuai baku terapi di puskesmas.
- Gambaran foto toraks mengarah ke TB berupa: pembesaran
kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat, atelektasis,
konsolidasi segmental/lobar, milier, kalsifikasi dengan infiltrat,
tuberkuloma.
- Semua bayi dengan reaksi cepat (<minggu) saat imunisasi BCG
harus dievaluasi dengna sistem skoring TB anak.
Keterangan:
- Bayi dengan BB kurang dari 5kg harus dirujuk ke rumah sakit
- Anak dengan BB >33kg, harus dirujuk ke rumah sakit.
- Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
- OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh atau
digerus sesaat sebelum diminum.
3. 1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam mini project ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
3.
3.6.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan
puskesmas dan masyarakat wilayah kerja puskesmas Rangkasbitungi.
Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling yaitu
pencarian sampel dengan cara mengambil sampel yang paling
memungkinkan di. Dimana
Kriteria inklusi:
1. Tenaga kesehatan dan masyarakat wilayah kerja puskesmas
Rangkasbitung
2. Bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini
Kriteria eksklusi:
1. Warga yang tidak bersedia menjadi responden penelitian ini
2. Warga yang sedang terjangkit TB Paru dan menjalani
pengobatan teratur
3.7 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peniliti menggunakan instrumen penelitian
berupa lembar kuesioner dan atau google form yang diisi oleh responden
berdasarkan pengalaman responden sendiri.
HASIL
WNI WNA
NO RW JUMLAH Ket
LK PR JUMLAH LK PR JUMLAH
1.60
1 2 1.956 3.556 - - - 3.556
0
1.60
2 3 3.540 5.149 1 - 1 5.150
9
1.60
3 4 1.903 3.510 - - - 3.510
7
4.81
Jumlah 6.399 12.215 1 - 1 13.430
6
a. Jumlah KK Setiap RW
WNI
No. RW.
Lk Pr Jumlah
1 2 886 64 950
2 3 879 128 1.007
3 4 866 37 903
Jumlah 2.631 229 2.860
Tabel 4.3. Jumlah KK Setiap RW
b. Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No RW TK SD SLTP SLTA UNIV
1 1 54 491 228 278 101
2 5 54 237 137 176 118
3 6 57 331 244 254 106
4 7 67 289 178 157 87
5 8 50 224 231 229 112
6 9 62 209 129 121 106
7 10 63 276 125 110 79
8 11 46 254 129 120 91
Jumlah 453 2311 1401 1445 800
Tabel 4.4. Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
a. Jumlah Bangunan Rumah Tinggal
Permane Semi Tidak Tempat
No. RW.
n Permanen Permanen Kos
1 2 167 87 85 122
2 3 361 402 392 -
3 4 369 57 40 -
JUMLAH 897 549 517 122
Tabel 4.5. Jumah Bangunan Rumah Tinggal
RW 1 RW 02 RW 03 RW 04
2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016
L 1 0 2 4 14 15 2 3
P 2 0 1 9 15 1 0
TOTA
3 0 2 5 23 30 3 3
L
RW 1 RW 02 RW 03 RW 04
2015 2016 2015 2016 2015 2016 2015 2016
RT 01 1 1 1 1
RT 02 7 5
RT 03 2 2 1 3 2
RT 04 4 3 1
RT 05 1 2
RT 06 1 2 6
RT 07 1 2 1 1 2
RT 08 4 4
RT 09 2 1
RT 10 1 4
TOTA
3 0 2 5 23 30 3 3
L
DISKUSI
Laki-laki Perempuan
30-55 tahun
>55 tahun
0
10
20
30
40
50
60
Perguruan Tinggi
SMA
SMP
SD
Tidak Sekolah
0 5 10 15 20 25 30 35 40
5.3 Pembahasan
Penyakit TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit TB sendiri dapat mengenai
banyak tempat, tetapi salah satu tempat yang paling banyak terinfeksi
merupakan paru-paru. Terutama di indonesia sendiri penyakit TB Paru
merupakan penyakit nomor 5 penyebab kematian terbanyak. Gejala yang
muncul pada penderita penyakit TB Paru sangat beragam, tetapi yang
terutama yang sering ditemui adalah batuk lama hingga 2 minggu yang
tidak kunjung sembuh, terdapat penurunan berat badan melebihi 5 kg
tanpa ada penyebab yang jelas, batuk berdarah, demam lebih dari 38 o lebih
dari 2 minggu, keringat malam yang tidak jelas juga penyebabnnya serta
badan terasa lemas dan lelah.
Pada hasil skrining yang dilakukan penulis di RT 06 RW 03
didapatkan 28 orang (60,9%) dari 46 responden didapatkan gejala
mengarah ke TB Paru. 18 orang (39,1%) responden memiliki gejala batuk
lama melebihi 2 minggu yang tidak kunjung sembuh yang mana 13 orang
(28,3%) diantaranya hanya memiliki gejala batuk lama melebihi 2 minggu
dan 5 orang (10,9%) responden memiliki gejala batuk lama melebihi 2
minggu disertai gejala lain seperti keringat malam, demam lebih dari 2
minggu serta penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Menurut
pedoman TB Nasional tahun 2014 semua batuk yang melebihi 2 minggu
merupakan indikasi untuk dilakukan pemeriksaan dahak untuk penemuan
peyakit TB Paru.
Lalu didapatkan juga gejala-gejala TB Paru yang tidak disertai
batuk seperti keringat malam dengan penyebab yang tidak jelas yang
ditemukan pada 8 orang responden (17,4%) dan juga batuk berdarah pada
2 orang (4,3%) responden. Dari hasil tersebut walaupun tidak ditemukan
adanya batuk, para responden yang memiliki gejala tetap dimasukan
kedalam suspek TB Paru dikarenakan gejala-gejala yang muncul itu
merupakan gejala khas TB Paru.
Penyakit TB Paru merupakan penyakit yang mudah menular, maka
itu penulis memasukan kuesioner untuk menjaring apakah ada faktor
resiko yang terdapat pada responden yang penulit teliti. Dari hasil
kuesioner yang dibagikan penulis, 34 orang (73,9%) responden memiliki
faktor resiko untuk terkena penyakit TB Paru, dimana faktor ventilasi
ruangan yang kurang mejadi faktor terbanyak pada responden, sebanyak
28 orang (60,9%), faktor ini penting karena jika dalam satu ruangan ada
salah satu penderita TB Paru yang batuk atau bersin dan tidak menutup
mulutnya kuman TB Paru dapat mudah menyebar pada ruangan tersebut.
Selain itu, kuman TB Paru atau Mycibacterium Tubercolosis dapat mudah
dimatikan dengan sinar matahari, maka itu faktor ventilasi menjadi salah
satu faktor penting dalam penyebaran penyakit TB Paru.
Faktor kedua terbanyak yang ditemukan pada responden adalah
rokok, baik yang merupakan perokok aktif atau pasif, ditemukan sebanyak
27 orang (58,7%), lalu diikuti oleh faktor penyakit lain yang dapat
menurunkan sistem imunitas tubuh seperti Diabetes Melitus, HIV/AIDS
dan Penyakit Ginjal sebanyak 11 orang (23,9%) dan faktor gizi yang
dilihat dari seberapa sering responden makan makanan 4 sehat 5
sempurna, didapatkan sebanyak 6 orang (13%) yang mengaku tidak selalu
makan makanan 4 sehat 5 sempurna. Dari faktor-faktor diatas semua
berhubungan pada sistem imunitas tubuh kita yang dapat mempermudah
tertular penyakit TB Paru jika terkena paparan. Yang terakhir didapatkan
faktor interaksi langsung dengan pasien yang sedang terinfeksi TB Paru,
didapatkan sebanyak 2 orang (4,3%) responden yang mengaku selama 2
tahun terakhir berinteraksi lama dengan pasein yang sedang terinfeksi
penyakit TB Paru.
Dari semua faktor resiko yang didapatkan pada responden, tidak
dapat langsung dimasukan dalam kategori suspek penyakit TB Paru,
karena tidak semua ditemukan gejala-gejala TB Paru. Tetapi kita dapat
menilai sejauh mana mudah nya penyebaran kuman penyebab TB Paru
dalam lingkungan RT 06 RW 03 Kelurahan Pondok Kopi.
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian yang penulis lakukan pada warga
RT 06 RW 03 Kelurahan Pondok Kopi, masih didapatkan banyak warga
memiliki gejala yang mengarah kepada penyakit TB Paru dan belum
berobat ke sarana kesehatan. Gejala yang paling banyak muncul pada
responden adalah batuk lama melebihi 2 minggu yang tidak kunjung
sembuh. Dari kuesioner tentang faktor resiko penyakit TB Paru, masih
banyak didapati warga yang memiliki faktor resiko untuk terjangkit
penyakit TB Paru, faktor terbanyak yang didapatkan pada warga adalah
kurangnya ventilasi dari rumah warga itu sendiri, karena lebih dari
setengah rumah responden tidak memiliki ventilasi yang memadai di tiap
ruangan sedangkan sinar matahari memegang faktor penting dalam
penyebaran kuman penyebab TB Paru.
6.2 Saran
6.2.1 Untuk Masyarakat
Segera memeriksakan dirinya ke tempat pelayanan kesehatan
setempat agar dapat dilakukan pemeriksaan BTA dari sputum
atau pemeriksaan lanjutan lain dan dilakukan tatalaksana yang
sesuai.
Agar mulai memperhatikan faktor-faktor resiko yang berperan
dalam penyebaran penyakit TB Paru.
Agar meningkatkan pengetahuan tentang penyakit TB Paru
dari definisi, faktor resiko, pengobatan hingga pencegahan
melalui berbagai media seperti penyuluhan dari tenaga
kesehatan, bertanya ke tenaga kesehatan maupun mengambil
informasi dari media dan lingkungan sosial yang terpercaya.
6.2.2 Untuk Puskesmas Pondok Kopi I
Agar lebih gencar melakukan sosialisai tentang penyakit TB
Paru kepada warga, baik dari definisi hingga pengobatan
penyakit TB Paru. Agar warga lebih dapat mengerti dan tidak
mendapat persepsi yang salah terhadap penyakit TB Paru
Megoptimalisasikan tenaga kesehatan serta sumberdaya yang
tersedia untuk mendeteksi dini penyakit TB Paru pada
masyarakat
Hormat Saya
dr. Erwin Sanders
KARAKTERISTIK RESPONDEN
a. Nomor :
……….................................................................................................
b. Nama
: .........................................................................................................
c. Jenis Kelamin: Laki-laki / Perempuan
d. Umur :………… Tahun
e. Pendidikan : ☐ Tidak Sekolah/Tamat SD ☐ SMP ☐ SMA ☐ Perguruan
tinggi
f. Pekerjaan : ☐Tidak Bekerja ☐Ibu rumah tangga ☐Wiraswasta
☐PNS/Pegawai ☐Petani
FAKTOR RESIKO
Y T
A I
D
A
K
1. Apakah dalam 2 tahun terakhir Ibu/Bapak tinggal atau berinteraksi
dalam waktu yang cukup lama dengan penderita TB?
2. Apakah Ibu/Bapak adalah seorang perokok?
3. Apakah Ibu/Bapak memiliki (atau pernah) penyakit seperti dibawah ini?
- Kencing Manis
- HIV/AIDS
- Kanker
- Penyakit ginjal
4. Apakah Ibu/Bapak mengkonsumsi obat yang diberitahukan dokter
memiliki efek samping menurunkan sistem kekebalan tubuh? (contoh:
Kortikosteroid)
5. Apakah Ibu/Bapak pernah memakai obat suntik yang tidak dianjurkan
oleh dokter?
6. Apakah rumah Ibu/Bapak memiliki ventilasi (pintu/jendela) yang rutin
dibuka tiap hari?
7. Apakah Ibu/Bapak makan 3 kali sehari dengan setiap makan termasuk
makanan 4 sehat 5 sempurna?
GEJALA TB
Apakah Ibu/Bapak merasa terdapat gejala seperti dibawah ini sekarang? Y TI
A D
A
K
1. Batuk yang tidak kunjung sembuh lebih dari 2-3 minggu?
2. Batuk berdarah?
3. Penurunan berat badan lebih dari 5 Kg tanpa sebab yang jelas?
4. Demam lebih dari 37,5ᵒC selama lebih dari 2 minggu?
5. Keringat malam tanpa sebab yang jelas?
6. Badan terasa sangat lemas dan lelah tanpa sebab yang jelas?