Anda di halaman 1dari 36

KEJANG DEMAM

Pembimbing : dr. Resti Cahyani


Disusun oleh : dr. Lenny
Gusniati

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSEKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG
22 NOVEMBER 2022 – 21 MEI 2023
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. T
Usia : 5 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kp. Babakan Anyar
Tanggal Pemeriksaan: 06 Februari 2023
Berat Badan : 20 kg
Tinggi Badan : 90 cm
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan orangtua pasien pada tanggal 29 April 2023 di IGD
Puskesmas Rawat Inap Rangkasbitung

KELUHAN UTAMA
Kejang
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
An. T usia 5 tahun datang diantar orangtua ke IGD Puskesmas Rawat Inap Rangkasbitung
dengan keluhan kejang disertai demam. Demam dirasakan sejak 1 hari yang lalu dan demam
semakin tinggi. Saat dirumah sekitar 30 menit sebelum dibawa ke IGD, pasien mengalami
kejang seluruh badan. Tangan dan kaki pasien kaku dan mata melirik keatas. Kejang
berlangsung 1 kali selama kurang lebih 5 menit. Orangtua pasien mengaku bahwa pasien juga
mengeluhkan ada nya batuk sejak 1 hari sebelumnya. Pilek (-), mual (-), muntah (-), BAB dan
BAK tidak ada keluhan.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Riwayat kejang demam sebelumnya disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat kejang demam pada keluarga disangkal

RIWAYAT KELAHIRAN
Ibu pasien mengatakan, anaknya lahir secara normal dengan berat badan 3000 gram dan
panjang badan 48 cm, lahir spontan langsung menangis kuat

RIWAYAT IMUNISASI
Ibu pasien mengatakan pasien melakukan imunisasi dasar lengkap
PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kepala : Normocephal, UUB menutup


Kesadaran : Composmentis Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Mata cekung (-/-),
Tanda Vital Sklera ikterik (-/-)
Nadi : 100x/menit Hidung : Normal, Septum deviasi (-/-), Sekret (-/-)
Pernafasan : 32x/menit Telinga : Normal, Sekret (-/-)
Suhu : 38.4oC Tenggorok : Uvula ditenga, faring hiperemis (+)
BB : 20kg Thorax : Normochest, simetris kanan dan kiri
Pulmo
Inspeksi : Simetris kanan kiri, retraksi dinding dada (-/-)
Palpasi : Gerakan dinding dada simetris
Perkusi : Suara sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I,II regular, murmur (-/-), gallop (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : BU (+)
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-), Sianosis (-/-), CRT < 2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

DIAGNOSIS BANDING
Kejang Demam Sederhana e.c Infeksi Bakteri
Kejang Demam Sederhana e.c Infeksi Virus

DIAGNOSIS KERJA
Kejang Demam Sederhana e.c ISPA
PENATALAKSANAAN PROGNOSIS

- IVFD RL 15tpm (makro)


- Ad Vitam : ad bonam
Diazepam Suppositoria 10 mg
- Ad Sanam : ad bonam
Paracetamol 500mg 3 x ½ tab
- Ad Functionam : ad bonam
Amoxicillin 500 mg 3 x ½ tab
- Observasi kejang selama 6 jam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak


berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh
(suhu di atas 38oC, dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak
disebabkan oleh proses intrakranial
EPIDEMIOLOGI

Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan – 5 tahun (IDAI, 2016). Angka
kejadian kejang demam bervariasi di berbagai negara. Hampir 80% kasus adalah kejang
demam sederhana .
ETIOLOGI

Belum diketahui pasti


Kejang demam sering terjadi pada :

OTITIS MEDIA
ISPA AKUT
Faktor Genetik

• Gen berperan penting pada Kejang Demam


• Risiko Kejang Demam selanjutnya pada turunan dengan satu anak penderita
Kejang Demam 10%
• Risiko meningkat 5% jika orangtua menderita Kejang Demam
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI

KEJANG DEMAM SEDERHANA (Simple Febrile Seizure)

KEJANG DEMAM KOMPLEKS (Complex Febrile


Seizure)
KEJANG DEMAM SEDERHANA (Simple Febrile
Seizure)
Kejang demam yang berlangsung singkat (< 15 menit), bentuk kejang umum (tonik dan
atau klonik), serta tidak berulang dalam waktu 24 jam

KEJANG DEMAM KOMPLEKS (Complex Febrile


Seizure)
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut :
1. Kejang lama (> 15 menit)
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam
KEJANG DEMAM SEDERHANA KEJANG DEMAM KOMPLEKS

Durasi < 15 menit > 15 menit

Sifat Umum tonik dan / atau klonik FFokal / parsial (1 sisi)

Frekuensi/24 jam Tidak berulang Berulang


ANAMNESIS
• Adanya kejang, waktu terjadi kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan
kejang
• Sifat kejang (fokal atau umum)
• Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)
• Kesadaran sebelum dan sesudah kejang
• Riwayat demam
• Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE)
• Riwayat kejang sebelumnya
PEMERIKSAAN FISIK
• Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran
• Suhu tubuh
• Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk, Bruzinski I dan II, Kernique, Laseque
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM

Pemeriksaan labotorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk
mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam

PUNGSI LUMBAL

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan


meningitis.
EEG

Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk kejang demam, KECUALI apabila bangkitan bersifat fokal untuk

menentukan adanya fokus kejang diotak yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut

PENCITRAAN

Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala) tidak rutin dilakukan. Pemeriksaan tersebut dilakukan

apabila terdapat indikasi seperti kelainan neurologis fokal yang menetap, misalnya hemiparesis atau paresis

nervus kranialis
TATALAKSANA
Pemberian Obat Saat Demam

ANTIPIRETIK

Dosis parasetamol yang digunakan adalah


 Paracetamol 10 – 15 mg/kg/kali diberikan tiap 4 – 6 jam
 Ibuprofen 5 – 10 mg/kg/kali diberikan 3 – 4 kali sehari
ANTIKONVULSAN INTERMITTEN

Obat antikonvulsan yang diberikan hanya pada saat demam


 Diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau
 Diazepam rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk bb < 12 kg dan 10 mg untuk bb > 12 kg),
diberikan sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali.

Profilaksis intermitten diberikan pada kejang demam dengan salah satu faktor risiko :
1. Kelainan neurologis berat, C/ serebral palsy
2. Berulang 4 x atau lebih dalam setahun
3. Usia < 6 bulan
4. Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat
5. Apabila pada episode kejang sebelumnya suhu tubuh meningkat dengan cepat
ANTIKONVULSAN RUMATAN

 Asam valproate 15 – 40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis


 Fenobarbital 3 – 4 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproate setiap hari efektif dalam menurunkan risiko
berulangnya kejang. Obat pilihan saat ini adalah asam valproate.

Lama pengobatan rumat


Pengobatan diberikan selama 1 tahun, penghentian pengobatan rumat untuk kejang demam
tidak membutuhkan tapering off, namun dilakukan pada saat anak tidak sedang kejang
INDIKASI RAWAT INAP
1. Kejang demam pertama
2. Kejang demam kompleks
3. Hiperpireksia (suhu tubuh > 41oC)
4. Usia < 6 bulan
5. Terdapat kelainan neurologis
PROGNOSIS
Kecacatan atau kelainan neurologis
Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Perkembangan mental dan
neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.
Suatu studi melaporkan terdapat gangguan recognition memory pada anak
yang mengalami kejang demam yang berpotensi menjadi kejang lama.
EDUKASI
Beberapa hal yang harus dikerjakan bila anak kejang :
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Longgarkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah, bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
4. Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya sangat kecil) lidah tegigit,
jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
5. Ukur suhu, observasi dan catat bentuk dan lama kejang
6. Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang
7. Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung lebih dari 5 menit. Jangan
berikan bila kejang telah berhenti.
8. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih, suhu
tubuh lebih dari 40 deraj, kejang tidak berhenti dengan diazepam rektal, kejang fokal,
setelah kejang anak tidak sadar atau terdapat kelumpuhan.
ANALISA KASUS
Bagaimana Penegakkan Diagnosis pada kasus pasien diatas?

TEORI KASUS

- Kejang demam adalah bangkitan kejang Dari kasus diatas sudah sesuai dengan teori.
yang terjadi pada anak berumur 6 bulan Ditegakkan diagnosis kejang demam
sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan sederhana karena anak tersebut mengalami
suhu tubuh > 38oC kejang yang didahului demam dengan
- Kejang demam yang berlangsung singkat frekuensi kejang 1 kali selama kurang lebih 5
(< 15 menit), bentuk kejang umum, serta menit. Setelah dilakukan pemeriksaan suhu
tidak berulang dalam waktu 24 jam badan pasien 38,4oC.
Bagaimana Tatalaksana pada kasus pasien diatas?

TEORI KASUS

Obat yang dapat diberikan oleh orangtua di


rumah (prehospital)adalah diazepam rektal.
Pada pasien ini diberikan diazepam
 diazepam rektal 5 mg untuk anak BB < 12 kg
 diazepam rektal 10 mg untuk anak BB > 12 kg.
suppositoria rectal dengan dosis 10 mg
kemudian diberikan parasetamol 500mg 3 x
- Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang
½ tablet sebagai antipiretik. Tatalaksana pada
belum berhenti  diulang lagi dengan cara dan dosis
pasien ini sudah sesuai dengan teori.
yang sama dengan interval waktu 5 menit.
- Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih
tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit.
Apa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya kejang demam pada pasien diatas?

TEORI KASUS

Penyebab kejang demam hingga saat ini


belum diketahui dengan pasti. Kondisi yang
dapat menyebabkan kejang demam Pasien mengalami demam diserta dengan
diantaranya adalah infeksi. Seperti infeksi batuk, hingga menimbulkan demam tinggi
saluran pernafasan, otitis media,
bronchitis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sofwan Ismail, Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo, dkk. 2016. Rekomendasi
Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta.
2. Zulmeliza Rasyid, Dian Kusuma Astuti, Christine Vita Gloria Purba. 2019. Determinants of
Fever Events in Toddlers Budhi Mulia Pekanbaru Mother and Child Hospital. Jurnal
Epidemiologi Kesehatan Indonesia.
3. Behrem RE, Kliegman RM,. 1992. Nelson of Pediatrics. WB
Sauders.Philadelpia.
4. American Academy of Pediatrics, Subcommitee on Febrile Seizure. Pediatr. 2011;127:389-94.

Anda mungkin juga menyukai