Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS

‘’KEJANG DEMAM KOMPLEKS’’

Oleh : dr. Vitria Putri Sulaiman


Pembimbing : dr.Anne M Tupan Sp. A

Internsip RSUD Kab. Fakfak 2021-2022


BAB I
LAPORAN KASUS
 Nama : An. Shifa
 Tanggal Lahir : 23-09-2020

 Usia : 1 Tahun 1 Bulan


 Jenis Kelamin : Perempuan

 Nama ibu : Ny.Suci Damayanti

 Umur Ibu : 32

 Pekerjaan ibu : IRT

 Agama : Islam
 Alamat : Jln. Kokas
 Ruangan : Anak

 Tanggal Masuk : 20-10-2021


ANAMNESA

keluhan Utama : kejang


Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien diantar keluarga nya ke IGD
pada tanggal 20-10-2021 tiba di IGD pukul 04.00 WIT dengan keluhan
kejang, kejang berlangsung dari rumah sekitar jam 03.40 (kurang lebih
sekitar 20 menit) dan sampai di IGD kejang masih berlangsung, tipe
kejangnya mata mendelik keatas, kedua tangan dan kaki kaku dan
kelojotan. Sampai IGD langsung diberikan obat lewat pantat 1x dan
sekitar 1-2 menit kejang berhenti , pasien sadar dan tidak berulang
sampai masuk ruangan.
Kejang didahului dengan demam tinggi, demam sejak tanggal 19-10-
2021 sekitar jam 10 malam . Demam tinggi, sudah minum paracetamol
tapi demam tidak turun.
sebelumnya pada jam 03.20 pasien sempat kejang dirumah berlangsung
kurang lebih sekitar 2 menit namun kejang berhenti. Setelah kejang
pasien sadar dan menangis
 Keluarga mengaku ini adalah kejang pertama kali.
Keluhan lain seperti batuk (-), pilek (-), mencret 3x (+)
air>ampas, ASI (-) dari lahir hanya minum susu
formula , ibu pasien mengaku ASI tidak bisa keluar.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Kejang sebelumnya (-)
Riwayat imunisasi DPT/MMR (-)
Kejang diawali tanpa demam (-)
Keterlambatan tumbuh kembang (-)
Riwayat PBRT (perawatan bayi rekio tinggi) >28 hari (-)
 Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Kejang demam dalam keluarga (-)
Riwayat keluarga dengan Epilepsi (-)
Riwayat sakit seperti TB paru, HIV disangkal
Riwayat alergi , asma (-)
riwayat imunisasi
Lengkap sesuai jadwal

0-7 hari 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 9 bulan 18 bulan


Hep B 0 BCG DPT/ DPT/ DPT/ MR/ DPT/
Polio 1 HB/Hib HB/Hib HB/Hib MMR HB/Hib
(1) (2) (3) Polio
Polio 2 Polio 3 Polio 4 MR/
MMR
√ √ √ √ √ √ (-)



√ Skor 10 : Tahap
perkembangan anak
sesuai dengan tahan
perkembangannya



Riwayat sosial ekonomi
Ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ayah pasien
bekerja sebagai pegawai kantoran.
Pasien adalah anak ke 5 dari 5 bersaudara, lahir di
puskesmas ditolong oleh bidan, saat lahir bayi langsung
menangis, bayi lahir cukup bulan (9bulan), BB saat lahir
sekitar 3kg (?), saat lahir tidak diberikan ASI karena ASI
sulit keluar.
PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum :Tampak lemas

 Kesadaran :Compos mentis

 Tanda Vital
 Frekuensi nadi : 158 x/menit, reguler, tegangan cukup, kuat angkat.
 Frekuensi napas : 36 x/menit
 Suhu badan : 40,1oC
 Saturasi O2 : 99% spontan

 Umur : 1 tahun 1 bulan

 Berat Badan : 8 kg

 Panjang Badan : 76 cm
 Kepala : UUB cekung/menonjol (-), mata
cowong (-) C.anemis (-/-), S.Ikterik (-/-),
PCH (-/-),
 Thoraks:

Pulmo:
Inspeksi : Simetris, Ikut gerak nafas,
retraksi subcostal (+)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+),
Rhonki(-/-) , Wheezing (-)
 Cor :
BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen:
 Inspeksi : datar
 Auskultasi : Bising usus (+) ↑
 Palpasi : Supel, turgor kulit kembali normal, Hepar/Lien:
tidak teraba
 Perkusi : Timpani
 Ekstremitas: Deformitas (-), Akral HKM (+), CRT <2 detik,
edema (-)
 Status neurologis :
GCS E4V5M6,
Rangsang meningeal : kaku kuduk (-) , brudzinki 1 (-),
Refleks fisiologis : refleks patella (++)
Refleks patologis : babinski (-), openheim (-)
STATUS GIZI
BB/U : Normal
TB/U : Normal
BB/TB : dibawah -1 Normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

HB 11,4 g/dl By : 10-17


Leukosit 9.510 /mm3 Ank <2 tahun 6.200-17.000
Eritrosit 4.51 Juta/mm3 L 4.7-6.1 juta
Hematokrit 35,7 %
Trombosit 257.000 /mm3 150.000-400.000
GDS 155 Mg/dl  
Diff count
Basofil 1 %
Eusinofil 0 %
Stab
Netrofil 73 % 50-70
Limfosit 19 % 20-40
Monosit 7 % 2-6
DDR -
Diagnosis Kerja
Kejang demam kompleks
Diare akut tanpa dehidrasi
Penatalaksanaan
 IVFD D51/4 NS 800 cc/24 jam
 Inj. Paracetamol 90 mg IV
 Stesolid supp 5 mg
 Konsul dr. Sp. A advice tambahkan :
 Inj. Cefotaxime 3 x 400 mg IV
 Inj. Gentamisin 1x50 mg IV
 Bila kejang kembali inj sibital (fenobarbital) 150 mg IV diencerkan
dengan Nacl 0,9 % 1:1 bolus pelan
 Zink 1x20 mg
 Pantau TTV
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

DEFINISI
 Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada anak
berumur 6 bulan - 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu
tubuh (suhu >38˚C) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranial dan tidak disebabkan oleh proses intrakranial
atau penyebab lain (trauma kepala, gangguan elektrolit,
hipoksia, atau hipoglikemia)

 Bila anak berumur <6 bulan  kejang didahului demam 


kemungkinan infeksi SSP

 Bayi berusia <1 bulan  kejang neonatus


EPIDEMIOLOGI

 Kejang demam merupakan penyebab kejang tersering pada anak


 Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan – 5 tahun
 65 – 90% adalah kejang demam simpleks
KLASIFIKASI

 Terbagi : kejang demam simpleks dan kompleks

Kejang Demam simpleks Kejang demam kompleks

Kejang bersifat umum (tonik Kejang fokal atau parsial satu


klonik) sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
Kejang < 15 menit Kejang > 15 menit

Tidak berulang dalam 24 jam Berulang dalam 24 jam


Dari anamnesis dan
PEMBAHASAN pemeriksaan fisik pasien
sudah dapat di diagnosis
 Kasus dengan kejang demam
kompleks

Anamnesis : Pemeriksaan fisik :

• Anak usia 1 tahun 1 • Suhu 40,1


bulan • GCS E4V5M6 (tidak ada
• Kejang didahului dengan penurunan kesadaran)
demam suhu 40,1˚C, • Status generalis dalam
kejang >15 menit batas normal
• kejang berulang dalam • Status neurologis dalam
24 jam, batas normal
• kejang bersifat umum
FAKTOR RESIKO
 Demam akibat
Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pencernaan
Infeksi THT
Infeksi saluran kencing
Roseola infantum/infeksi virus lainnya
Paska imunisasi
FAKTOR RESIKO

Kejang demam pertama kali :


 developmental delay,

 Beberapa vaksinasi  DPT, MMR

 Defisiensi zat besi dan zinc

 riwayat keluarga dengan kejang demam,

 perawatan di PBRT > 28 hari

jika ada 2 fc resiko  28% beresiko menderita setidaknya 1x episode


kejang demam

Reese CG, Oehler K, Tingle LE. Febrile seizures : risks, evaluation, and prognosis. American family physician. 2019;
Kejang demam berulang
 1. Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga

 2. Usia <12 bulan

 3. Suhu tubuh <39˚C saat kejang

 4. Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya


kejang.
 5. Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.

*Bila seluruh faktor tersebut di atas ada  kemungkinan berulangnya 80% , Jika
tidak ada  10-15%
FAKTOR RESIKO

Kejang tanpa demam berulang


 Kejang demam kompleks

 Durasi demam  ≤ 1 jam (resiko meningkat)

 Riwayat keluarga dengan epilepsi

 Abnormalitas neurodevelopmental (CP, hidrosefalus)


PEMBAHASAN
Apa saja faktor resiko pada pasien ini sehingga terjadi kejang
demam ?
Anamnesis :
 Infeksi saluran pernapasan : batuk (-), pilek (-), nyeri menelan (-)

 Infeksi saluran pencernaan : BAB cair 3x , air>ampas

 developmental delay (-)

 Beberapa vaksinasi  DPT, MMR (-)

 Defisiensi zat besi dan zinc (pemeriksaan lanjutan tidak dapat


dilakukan) Faktor resiko terjadi kejang demam pada pasien ini
adalah demam yang disebabkan oleh infeksi
 riwayat keluarga dengan kejang demam disangkal
saluran pencernaan
 perawatan di PBRT > 28 hari disangkal

 epilepsi dalam keluarga (-)


Penyebab terjadinya kejang

Tetanus
Keracunan KD simpleks
Non Cerebral
(selama kejang Botulismus
sadar) Tetani Ekstrakranial

Infeksi KD Kompleks
Intrakranial
Gg metabolik
KEJANG
Gg elektrolit
Akut sesaat Gg kardiovaskuler
Keganasan
Malformasi
Cerebral Keracunanbahan toksik
Withdrawl obat
(selama kejang
tak sadar)
Epilepsi :
Kronik berulang - umum / general
- partial
- tak terklasifikasi
PEMERIKSAAN UNTUK MENCARI ETIOLOGI KEJANG

 Anamnesa : Tingkat kesadaran,

 Pemeriksaan fisik , Pemeriksaan neurologis lengkap.

 Pemeriksaan penunjang
laboratorium
Pungsi lumbal
EEG
Pencitraan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara
rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan
untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab
demam.

 Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan


atas indikasi misalnya darah perifer, elektrolit, dan
gula darah
PUNGSI LUMBAL

Indikasi
 1. Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal

 2. Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan


anamnesis dan pemeriksaan klinis
 3. Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam
yang sebelumnya telah mendapat antibiotik dan pemberian
antibiotik tersebut dapat mengaburkan tanda dan gejala
meningitis.
ELEKTROENSEFALOGRAFI (EEG)
 Indikasi : Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk kejang demam,
KECUALI apabila bangkitan bersifat fokal.

 Keterangan: EEG hanya dilakukan pada kejang fokal untuk


menentukan adanya fokus kejang di otak yang membutuhkan evaluasi
lebih lanjut.
PENCITRAAN

 Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala)


tidak rutin dilakukan pada anak dengan kejang demam
sederhana

 Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat indikasi,


seperti kelainan neurologis fokal yang menetap,
misalnya hemiparesis atau paresis nervus kranialis.
PEMBAHASAN
 Pemeriksaan penunjang pada kasus ini ?
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

HB 11,4 g/dl By : 10-17


Leukosit 9.510 /mm3 Ank <2 tahun 6.200-17.000
Eritrosit 4.51 Juta/mm3 L 4.7-6.1 juta
Hematokrit 35,7 %
Trombosit 257.000 /mm3 150.000-400.000
GDS 155 Mg/dl  
Diff count
Basofil 1 %
Eusinofil 0 %
Stab
Netrofil 73 % 50-70
Limfosit 19 % 20-40
Monosit 7 % 2-6
DDR Negatif
GDS 155
Elektrolit Tidak
dilakukan
PENATALAKSANAAN KEJANG
1. Tetap tenang dan tidak panik.
2. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
3. Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah,
bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
4. Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya sangat kecil) lidah
tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
5. Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang.
6. Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang.
7. Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung >5 menit
8. Bawa ke dokter / RS bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih, suhu
tubuh >40˚C kejang tidak berhenti dengan diazepam rektal, kejang fokal,
setelah kejang anak tidak sadar, atau terdapat kelumpuhan.
PEMBERIAN OBAT SAAT DEMAM
1. Antipiretik
2. Antikonvulsan (intermiten dan rumatan)
ANTIPIRETIK

 Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali


diberikan tiap 4-6 jam.
 Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
ANTIKONVULSAN INTERMITEN

salah satu faktor risiko di bawah ini:


 Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
 Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
 Usia <6 bulan
 Bila kejang terjadi pada suhu tubuh <39 ˚C
 Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh
meningkat dengan cepat.
 Diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5
mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg
untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari,
dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali.

 Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama


demam. Perlu diinformasikan pada orangtua bahwa dosis
tersebut cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia,
iritabilitas, serta sedasi.
ANTIKONVULSAN RUMAT

 Indikasi pengobatan rumat:


 1. Kejang fokal
 2. Kejang lama >15 menit
 3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang, misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.
 Obat pilihan saat ini adalah asam valproat.
 Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi
dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-
2 dosis.
Pembahasan

Penatalaksanaan
 IVFD D51/4 NS 800 cc/24 jam
 Inj. Paracetamol 90 mg IV
 Stesolid supp 5 mg
 Konsul dr. Sp. A advice tambahkan :
 Inj. Cefotaxime 3 x 400 mg IV
 Inj. Gentamisin 1x50 mg IV
 Bila kejang kembali inj sibital (fenobarbital) 160 mg IV diencerkan
dengan Nacl 0,9 % 1:1 bolus pelan
 Pantau TTV
 Obat saat pulang : cefixime 2x2,5 ml (50 mg) ; zink 1x20 mg,
paracetamol syr 1x20 mg
PROGNOSIS

 Prognosis kejang demam secara umum sangat baik.


 Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan.
 Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada
pasien yang sebelumnya normal.
 Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang
berulang, baik umum maupun fokal. Suatu studi melaporkan terdapat
gangguan recognition memory pada anak yang mengalami kejang lama.
 Hal tersebut menegaskan pentingnya terminasi kejang demam yang
berpotensi menjadi kejang lama.
VAKSIN
 Sampai saat ini tidak ada kontraindikasi untuk
melakukan vaksinasi pada anak dengan riwayat kejang
demam.
 Kejang setelah demam karena vaksinasi sangat jarang.

 Angka kejadian kejang demam pascavaksinasi DPT


adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi,
 sedangkan setelah vaksin MMR adalah 25-34 kasus per
100.000 anak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai