Disusun Oleh:
Pendamping:
I
HALAMAN PENGESAHAN
Topik :
Mengetahui,
I
KATA PENGANTAR
Hormat saya,
dr. Nuri Sakina Suharto
2
DAFTAR ISI
3
4.2.3.4 Gambaran Pelayanan Petugas Kesehatan ....................................... 30
4.2.4 Hubungan (Pengetahuan, Sikap terhadap KB, Dukungan Suami,
Pelayanan Petugas) dengan Kejadian Unmet need ............................. 31
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan .......................................................................................................... 39
5.2 Saran ................................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 42
Lampiran ..................................................................................................................... 44
4
DAFTAR TABEL
Tabel 4.8 Tabilasi Silang antara Pengetahuan dan Unmet Need ..................... 37
Tabel 4.9 Tabulasi Silang antara Sikap terhadap KB dan Unmet Need ......... 39
Tabel 4.10 Tabulasi Silang antara Dukungan Suami dan Unmet Need .......... 41
Tabel 4.10 Tabulasi Silang antara Dukungan Suami dan Unmet Need .......... 43
5
DAFTAR DIAGRAM
6
DAFTAR GAMBAR
7
BAB I
PENDAHULUAN
8
bersih dan anjuran pada ibu untuk mencegah dan menangani diare secara cepat dan tepat
agar angka morbiditas dan mortalitas diare menurun (Soebagyo & Santoso, 2010).
Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan ibu tentang diare pada anak merupakan
salah satu komponen faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku dalam
melaksanakan penanganan diare pada anak (Notoatmodjo, 2010).
Ibu merupakan orang yang paling dekat dengan anak dan mempunyai peran
penting dalam menjaga dan memelihara kesehatan anak. Kemampuan ibu sangat
menentukan keselamatan anak yang mengalami diare mulai dari mengenali apa itu diare,
tanda gejala diare, penyebab, dampak / komplikasi yang muncul akibat diare, serta upaya
melakukan pertolongan pertama untuk mencegah terjadinya dehidrasi serta perawatan
sebelum mendapat pengobatan lanjutan dari tenaga kesehatan. Kemampuan ibu dinilai
pada aspek pengetahuan dan perilaku ibu dalam penanganan terhadap penyakit diare.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran tingkat perilaku hidup bersih sehat ibu dengan kejadian
kematian balita akibat diare di wilayah Puskesmas Tawangrejo.
2. Mengetahui gambaran pelaksanaan imunisasi campak dengan kejadian kematian
balita akibat diare di wilayah Puskesmas Tawangrejo.
3. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang daire kejadian kematian
balita akibat diare di wilayah Puskesmas Tawangrejo.
4. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan keluarga dalam mengatasi diare akut
di rumah tangga dengan kejadian kematian balita akibat diare di wilayah
Puskesmas Tawangrejo.
9
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Puskesmas Tawangrejo
1. Dapat memberikan informasi dan masukan tentang penanganan diare pada ibu
balita.
2. Dapat menjadi evaluasi bagi petugas kesehatan dalam upaya penanganan
kasus diare pada balita.
b. Bagi Masyarakat
1. Dapat memperoleh informasi mengenai diare dan penanganan diare akut.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
2.1.2 Beberapa Tatanan PHBS
Tatanan PHBS melibatkan beberapa elemen yang merupakan bagian dari tempat beraktivitas
dalam kehidupan sehari – hari. Berikut ini 5 tatanan PBHS yang dapat menjadi simpul –
simpul untuk memulai proses penyadartahuan tentang perilaku hidup bersih sehat :
PHBS di Rumah tangga
PHBS di Sekolah
PHBS di Tempat kerja
PHBS di Sarana kesehatan
PHBS di Tempat umum
12
menyediakan kelengkapan imunisasi. Penimbangan secara teratur juga dapat
memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih.
Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri
sekaligus langkah pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat tangan
yang bersih dan bebas dari kuman.
5. Menggunakan air bersih.
Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.
6. Menggunakan jamban sehat.
Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan dengan
unit pembuangan kotoran dan air untuk keperluan pembersihan.
7. Memberantas jentik nyamuk.
Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus
hidup makhluk tersebut menjadi bagian penting dalam pencegahan berbagai
penyakit.
8. Konsumsi buah dan sayur.
Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat
yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja
yang melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.
10. Tidak merokok di dalam rumah.
Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah
kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di
dalam rumah dapat menghindarkan keluarga dari berbagai masalah kesehatan.
13
ASI eksklusif adalah proses pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain
pada bayi berumur 0–6 bulan disebut. ASI eksklusif yang dimaksud yaitu bayi tidak
diberikan apapun, kecuali makanan yang langsung diproduksi oleh ibu yaitu ASI
(Yuliarti, 2010). Pemberian ASI Eksklusif dapat diberikan seara lansung maupun
tidak langsung. Pemberian ASI seara langsung yaitu dengan ara menyusui, sedangkan
pemberian ASI tidak langsung yaitu dengan ara memerah atau memompa ASI,
menyimpannya, untuk kemudian diberikan kepada bayi (Suryoprajogo, 2009). World
Health Organization (WHO) dan United Nation Childrens Fund (UNICEF)
merekomendasikan sebaiknya anak hanya diberi air susu ibu (ASI) selama paling
sedikit enam bulan pertama dalam kehidupan seorang bayi dan dilanjutkan dengan
makanan pendamping yang tepat sampai usia 2 tahun dalam rangka menurunkan
angka kesakitan dan kematian anak.
2.1.4.2 Jenis ASI
ASI dihasilkan oleh ibu memiliki jenis dan kandungan yang berbeda-beda, terdapat
tiga jenis ASI yang diproduksi oleh ibu yaitu :
a. Kolostrum
Kolostrum adakah airan kekuningan yang diproduksi pada hari pertama
hingga keempat dengan kandungan protein dan at antiinfeksi yang tinggi serta
berfungsi sebagai pemenuhan gii dan proteksi bayi baru lahir (Astutik, 2014),
b. ASI Peralihan
ASI peralihan adalah air susu ibu yang keluar setelah kolostrum. ASI
peralihan diproduksi 8- 20 hari dengan kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air
yang lebih tinggi, dan kadar protein mineral lebih rendah (Widuri, 2013).
c. ASI Matang
ASI matang adalah air susu ibu yang dihasilkan sekitar 21 hari setelah
melahirkan dengan kandungan sekitar 90% air untuk hidrasi bayi dan 10%
karbohidrat, protein, dan lemak untuk perkembangan bayi (Widuri, 2013). ASI
matang memiliki dua tipe yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk diproduksi pada
awal menyusui dengan kandungan tinggi protein, laktosa dan nutrisi lainnya
namun rendah lemak, serta komposisi lebih ener. Sedangkan hindmilk diproduksi
menjelang akhir menyusui dengan kandungan lemak tinggi (Astutik, 2014).
14
2.1.5 Cuci Tangan
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua
belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kotoran
dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme
sementara (Dahlan dan Umrah, 2013).
Kebersihan tangan yang tak memenuhi syarat juga berkontrubusi menyebabkan penyakit
terkait makanan, seperti infeksi bakteri salmonella dan E. Coli infection. Mencuci tangan
dengan sabun akan membuat bakteri lepas dari tangan (IKAPI, 2007).
Cuci tangan merupakan salah satu cara untuk menghindari penyakit yang ditularkan melalui
makanan. Kebiasaan mencuci tangan secara teratur perlu dilatih pada anak. Jika sudah
terbiasa mencuci tangan sehabis bermain atau ketika akan makan ,aka diharapkan kebiasaan
tersebut akan terbawa sampai tua (Samsuridjal, 2009).
2.1.6.2. Manfaat Cuci Tangan
Wirawan (2013) menjelaskan bahwa manfaat mencuci tangan selama 20 detik yaitu sebagai
berikut:
a. Mencegah risiko tertular flu, demam dan penyakit menular lainnya sampai
50%.
b. tertular penyakit serius seperti hepatitis A, meningitis dan lain-lain.
c. Menurunakan risiko terkena diare dan penyakit pencernaan lainnya sampai
59%.
d. Jika mencuci tangan sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan,
sejuta kematian bisa dicegah setiap tahun.
e. Dapat menghemat uang karena anggota keluarga jarang sakit.
15
a. Sebelum dan sesudah makan.
Pastilah hal ini harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terkontaminasinya makanan yang akan kita konsumsi dengan kuman, sekaligus
mencegah masuknya kuman ke dalam tubuh kita.
b. Sebelum dan sesudah menyiapkan bahan makanan
Bukankah kuman akan mati ketika bahan makanan dimasak? Memang benar.
Masalahnya bukan terletak pada bahan makanannya, tetapi kuman – kuman yang
menempel pada tangan anda ketika mengolah bahan mentah.
c. Sebelum dan sesudah mengganti popok
Untuk menjaga sterilnya kulit bayi dari kuman – kuman berbahaya yang dapat
menginfeksi, maka anda wajib untuk mencuci tangan dengan benar sebelum dan
sesudah mengganti popok bayi.
d. Setelah buang air besar dan buang air kecil
Ketika melakukan buang air besar dan buang air kecil kuman dan bakteri akan mudah
menempel pada tangan anda, dan harus dibersihkan.
e. Setelah bersin atau batuk
Sama seperti buang air kecil dan buang air besar, ketika bersin atau batuk, itu artinya
anda sedang menyemburkan bakteri dan kuman dari mulut dan hidung anda. Refleks
anda pastinya menutup mulut dan hidung dengan tangan, yang artinya, kuman akan
menempel pada tangan anda.
f. Sebelum dan setelah menggunakan lensa kontak
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi infeksi pada bagian mata ketika anda
menempelkan lensa kontak pada mata anda.
g. Setelah menyentuh binatang
Bulu binatang merupakan penyumbang bakteri dan kuman yang sangat besar,
sehingga anda wajib mencuci tangan anda setelah bersentuhan dengan binatang,
terutama yang berbulu tebal.
h. Setelah menyentuh sampah
Sampah, sudah pasti merupakan sumber bakteri dan kuman yang sangat berbahaya
bagi tubuh. Wajib hukumnya bagi anda untuk mencuci tangan setelah menyentuh
sampah.
i. Sebelum menangani luka
Luka, terutama pada bagian tubuh tertentu akan sangat sensitive terhadap bakteri dan
kuman. Apabila anda tidak mencuci tangan sebelum menangani luka, maka
16
kemungkinan terjadinya infeksi karena bakteri dan kuman akan menjadi semakin
tinggi.
j. Setelah memegang benda “umum”
Mungkin agak berlebihan, tetapi anda harus tahu, benda – benda umum memiliki
kandungan bakteri dan kuman yang sangat tinggi, sehingga wajib anda bersihkan.
17
tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia termasuk diare. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah:
i) Mengambil air dari sumber air yang bersih.
ii) Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup,
serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.
iii) Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang,
anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum
dengan sumber pengotoran (tangki septik), tempat pembuangan
sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter.
iv) Menggunakan air yang direbus.
v) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan
cukup (Depkes RI, 2000).
Berdasarkan hasil penelitian (Wibowo, 2004) kelompok kasus sebesar 68,25% keluarga
menggunakan sumber air minum yang memenuhi syarat sanitasi, persentase terbesar (53,9%)
menggunakan sumur terlindung. Sumber air minum yang tidak memenuhi syarat sanitasi
akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar 2,5 kali lipat
dibandingkan keluarga yang menggunakan sumber air minum yang memenuhi syarat sanitasi.
a. Kualitas fisik air bersih
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau. Menurut Notoatmodjo (2003), syarat-syarat air minum yang sehat adalah
sebagai berikut:
1) Syarat Fisik.
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna),
tidak berasa, tidak berbau, suhu dibawah suhu udara di luarnya, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik tidak
sukar.
2) Syarat Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama
bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh
bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel air tersebut. Bila dari
pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari empat bakteri E. coli, maka air
tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
3) Syarat Kimia
18
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah tertentu
pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air, akan
menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia seperti flour (1-1,5 mg/l), chlor
(250 mg/l), arsen (0,05 mg/l), tembaga (1,0 mg/l), besi (0,3 mg/l), zat organik (10
mg/l), pH (6,5-9,6 mg/l), dan CO2 (0 mg/l). Berdasarkan hasil penelitian Rahadi
(2005) bahwa air mempunyai peranan besar dalam penyebaran beberapa penyakit
menular. Besarnya peranan air dalam penularan penyakit disebabkan keadaan air
itu sendiri sangat membantu dan sangat baik untuk kehidupan mikroorganisme.
Hal ini dikarenakan sumur penduduk tidak diplester dan tercemar oleh tinja.
Banyaknya sarana air bersih berupa sumur gali yang digunakan masyarakat
mempunyai tingkat pencemaran terhadap kualitas air bersih dengan kategori
tinggi dan amat tinggi. Kondisi fisik sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat
kesehatan berdasarkan penilaian inspeksi sanitasi dengan kategori tinggi dan amat
tinggi dapat mempengaruhi kualitas air bersih dengan adanya pencemaran air
kotor yang merembes ke dalam air sumur.
2.1.7 Penggunaan Jamban Sehat
Jamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat buang air
besar. Sehingga sebagai tempat pembuangan tinja, jamban sangat potensial untuk
menyebabkan timbulnya berbagai gangguan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya.
Gangguan tersebut dapat berupa gangguan estetika, kenyamanan dan kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2003), suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan,
apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1) Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut.
2) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.
3) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.
4) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoak, dan binatang-
binatang lainnya.
5) Tidak menimbulkan bau.
6) Mudah digunakan dan dipelihara.
7) Sederhana desainnya.
8) Murah.
9) Dapat diterima oleh pemakainya.
19
Menurut Entjang (2000), macam-macam kakus atau tempat pembuangan tinja, yaitu:
1) Pit-privy (Cubluk) Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah
dengan diameter 80-120 cm sedalam 2,5-8 meter. Dindingnya diperkuat dengan batu
atau bata, dan dapat ditembok ataupun tidak agar tidak mudah ambruk. Lama
pemakaiannya antara 5-15 tahun. Bila permukaan penampungan tinja sudah mencapai
kurang lebih 50 cm dari permukaan tanah, dianggap cubluk sudah penuh. Cubluk
yang penuh ditimbun dengan tanah. Ditunggu 9-12 bulan. Isinya digali kembali untuk
pupuk, sedangkan lubangnya dapat dipergunakan kembali.
2) Aqua-privy (Cubluk berair) Terdiri atas bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah
sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukannya sama seperti halnya
pembusukan tinja dalam air kali. Untuk kakus ini, agar berfungsi dengan baik, perlu
pemasukan air setiap hari, baik sedang dipergunakan atau tidak.
3) Watersealed latrine (Angsa-trine) Jamban jenis ini merupakan cara yang paling
memenuhi persyaratan, oleh sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang
dianjurkan. Pada kakus ini closetnya berbentuk leher angsa, sehingga akan selalu
terisi air. Fungsi air ini gunanya sebagai sumbat, sehingga bau busuk dari cubluk tidak
tercium di ruangan rumah kakus.
4) Bored hole latrin. Sama dengan cubluk, hanya ukurannya lebih kecil karena untuk
pemakaian yang tidak lama, misalnya untuk perkampungan sementara.
5) Bucket latrine (Pail closet) Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan
kemudian dibuang di tempat lain, misalnya untuk penderita yang tidak dapat
meninggalkan tempat tidur.
6) Trench latrine Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm untuk tempat
penampungan tinja. Tanah galiannya dipakai untuk menimbuninya.
7) Overhung latrine Kakus ini semacam rumah-rumahan yang dibuat di atas kolam,
selokan, kali dan rawa.
8) Chemical toilet (Chemical closet). Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi
caustic soda sehingga dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan
dalam kendaraan umum, misalnya pesawat udara atau kereta api. Dapat pula
digunakan dalam rumah sebagai pembersih tidak dipergunakan air, tetapi dengan
kertas (toilet paper).
b. Jenis lantai rumah
Syarat rumah yang sehat, jenis lantai rumahnya yang penting tidak berdebu pada
musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Lantai rumah dari tanah agar
20
tidak berdebu maka dilakukan penyiraman air kemudian dipadatkan. Dari segi
kesehatan, lantai ubin atau semen merupakan lantai yang baik sedangkan lantai rumah
dipedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Apabila perilaku penghuni rumah
tidak sesuai dengan norma-norma kesehatan seperti tidak membersihkan lantai
dengan baik, maka akan menyebabkan terjadinya penularan penyakit termasuk diare
(Notoatmodjo, 2003).
1. Definisi
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit.
Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi
melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat,
tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-
kanak. Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan
vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya
vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah
jarang ditemukan.
21
wabah. Imunisasi adalah jalan utama untuk mencegah dan menurunkan angka
kematian anak-anak akibat campak.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah
pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan
tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah
imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah
antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah
penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan.
Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut
menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa
kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
22
d. Dosis dan Cara Pemberian
Imunisasi campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara
Subkutan, lebih baik pada lengan atas. Pada setiap penyuntikan harus
menggunakan jarum dan syringe yang steril. Vaksin yang telah dilarutkan
hanya dapat digunakan pada hari itu juga (maksimum untuk 8 jam) dan itupun
berlaku hanya jika vaksin selama waktu tersebut disimpan pada suhu 2°-8°C
serta terlindung dari sinar matahari. Pelarut harus disimpan pada suhu sejuk
sebelum digunakan. Satu dosis vaksin campak cukup untuk membentuk
kekebalan terhadap infeksi.Di negara-negara dengan angka kejadian dan
kematian karena penyakit campak tinggi pada tahun pertama setelah kelahiran,
maka dianjurkan imunisasi terhadap campak dilakukan sedini mungkin setelah
usia 9 bulan (270 hari). Di negara-negara yang kasus campaknya sedikit, maka
imunisasi boleh dilakukan lebih dari usia tersebut. Vaksin campak tetap aman
dan efektif jika diberikan bersamaan dengan vaksin-vaksin DT, Td, TT, BCG,
Polio, (OPV dan IPV), Hepatitis B, dan Yellow Fever.
Tata Cara Pemberian Imunisasi Campak
Imunisasi campak dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali pakai (autodestruct
syringe). Penggunaan alat suntik tersebut dimaksudkan untuk menghindari penularan
penyakit HIV/AIDS dan Hepatitis B.
Dengan cara :
23
tidak menembus pembuluh darah). Alat suntik yang telah dipakai langsung
dibuang kedalam insinerator tanpa penutup jarum dan penutup torak.
Untuk menghindari resiko tertusuk jarum, petugas kesehatan tidak boleh memasang kembali
penutup jarum. Insinerator berisi alat suntik bekas pakai dibawa kembali ke Puskesmas dan
kemudian setelah penuh, baru dipakai.
Perhatian !
Alat suntik ini bersifat sekali pakai (autodestruct), maka torak tidak boleh ditarik
sebelum jarum tersebut ditusukkan kedalam vial vaksin. Torak yang sudah ditarik
sebelum diisi vaksin tidak akan dapat digunakan lagi.
7. Vaksin campak yang telah dilarutkan hanya bertahan 3 jam, setelah lewat
waktu tersebut tidak boleh dipakai lagi.
8. Lokasi penyuntikan sebaiknya paha anak, tekhnis penyuntikan sesuai juknis
imunisasi.
e. Efek Samping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8 - 12 hari setelah vaksinasi. Terjadinya
Encephalitis setelah vaksinasi pernah dilaporkan yaitu dengan perbandingan 1
kasus per 1 juta dosis yang diberikan.
f. Kontraindikasi
Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan pemberian vaksin
campak. Walaupun berlawanan penting untuk mengimunisasi anak yang
mengalami malnutrisi. Demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas atau
diare, dan beberapa penyakit ringan lainnya jangan dikategorikan sebagai
kontraindikasi. Kontraindikasi terjadi bagi individu yang diketahui alergi berat
terhadap kanamycin dan erithromycin. Karena efek vaksin virus campak hidup
terhadap janin belum diketahui, maka wanita hamil termasuk kontraindikasi.
Individu Pengidap Virus HIV (HUMAN IMMUNODEFFICIENCY VIRUS).
Vaksin Campak kontraindikasi terhadap individu-individu yang mengidap
penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan
respon imun karena leukimia, lymphoma atau generalized malignancy.
24
Bagaimanapun penderita HIV, baik yang disertai gejala ataupun tanpa gejala
harus diimunisasi vaksin campak sesuai jadual yang ditentukan.
2.3 Diare
2.3.1 Definisi
Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari)
(Depkes RI, 2000). Sedangkan, menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai
buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun
tidak. Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak) peringkat
pertama di Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik balita, anak-
anak dan orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang tinggi
terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Zubir, 2006).
2.3.2 Klasifikasi Diare
Menurut Depkes RI (2000), jenis diare dibagi menjadi empat yaitu:
d. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan
dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
e. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri
adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan
terjadinya komplikasi pada mukosa.
f. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan
gangguan metabolisme.
g. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare akut
dan diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti
demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
Menurut Suraatmaja (2007), jenis diare dibagi menjadi dua yaitu:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat.
b. Diare kronik, yaitu diare yang berlanjut sampai dua minggu atau lebih
dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama
masa diare tersebut.
25
2.3.3 Etiologi
26
2.3.4 Gejala
Menurut Widjaja (2002), gejala diare pada balita yaitu:
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun meninggi.
b. Tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah.
c. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
d. Anusnya lecet.
e. Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.
f. Muntah sebelum atau sesudah diare.
g. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).
h. Dehidrasi.
2.3.5 Epidemiologi
27
tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan
kejadian diare.
28
2.3.8. Penanggulangan diare
Menurut Depkes RI (2005), penanggulangan diare antara lain:
a. Pengamatan intensif dan pelaksanaan SKD (Sistem Kewaspadaan Dini)
Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data tentang jumlah penderita dan
kematian serta penderita baru yang belum dilaporkan dengan melakukan
pengumpulan data secara harian pada daerah fokus dan daerah sekitarnya yang
diperkirakan mempunyai risiko tinggi terjangkitnya penyakit diare. Sedangakan
pelaksanaan SKD merupakan salah satu kegiatan dari surveilance epidemiologi
yang kegunaanya untuk mewaspadai gejala akan timbulnya KLB (Kejadian Luar
Biasa) diare.
b. Penemuan kasus secara aktif
Tindakan untuk menghindari terjadinya kematian di lapangan karena diare pada
saat KLB di mana sebagian besar penderita berada di masyarakat.
c. Pembentukan pusat rehidrasi
Tempat untuk menampung penderita diare yang memerlukan perawatan dan
pengobatan pada keadaan tertentu misalnya lokasi KLB jauh dari puskesmas atau
rumah sakit.
d. Penyediaan logistik saat KLB
Tersedianya segala sesuatu yang dibutuhkan oleh penderita pada saat terjadinya
KLB diare.
e. Penyelidikan terjadinya KLB
Kegiatan yang bertujuan untuk pemutusan mata rantai penularan dan pengamatan
intensif baik terhadap penderita maupun terhadap faktor risiko.
f. Pemutusan rantai penularan penyebab KLB
Upaya pemutusan rantai penularan penyakit diare pada saat KLB diare meliputi
peningkatan kualitas kesehatan lingkungan dan penyuluhan kesehatan.
2.3.9. Pencegahan Diare
Menurut Depkes RI (2000), penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan
antara lain:
a. Meningkatkan penggunaan ASI (Air Susu Ibu).
b. Memperbaiki praktek pemberian makanan pendamping ASI.
c. Penggunaan air bersih yang cukup.
d. Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
e. Penggunaan jamban yang benar.
29
f. Pembuangan kotoran yang tepat termasuk tinja anak-anak dan bayi yang benar.
g. Memberikan imunisasi campak.
Penanganan Diare Akut di Rumah Tangga
Penatalaksanaan diare akut (tanpa darah) yang dapat dilakukan di rumah tangga
bertujuan mencegah dehidrasi dan malnutrisi. Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi
memerlukan tambahan cairan dan garam untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit
akibat diare. Jika ini tidak diberikan, tanda-tanda dehidrasi dapat terjadi. Ibu atau keluarga
harus diajarkan cara-cara mencegah dehidrasi di rumah dengan memberikan anak lebih
banyak cairan daripada biasanya, bagaimana mencegah kekurangan gizi dengan terus
memberi makan anak dan mengapa tindakan-tindakan ini penting. Mereka juga harus tahu
apa tanda-tanda yang menunjukkan bahwa anak harus dibawa ke petugas kesehatan.
Langkah-langkah tersebut dirangkum dalam empat rencana terapi sebagai berikut:
Aturan 1 : Memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah
dehidrasi. Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan yang
cair dan atau air matang. Jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan
makanan padat lebih baik diberikan oralit dan air matang daripada makanan
cair.Berikan larutan ini sebanyak anak mau dan teruskan hingga diare berhenti. Cara
membuat larutan gula-garam: Bahan terdiri dari 1 sendok teh gula pasir, seperempat
sendok teh garam dapur dan 1 gelas (200 cc) air matang. Setelah diaduk rata pada
sebuah gelas diperoleh larutan gulagaram yang siap digunakan.
Aturan 2 : Ajarkan orang tua tentang pemberian suplementasi Zinc. Dosis zinc
diberikan sesuai aturan: anak dibawah usia 6 bulan diberikan 10 mg, anak usia di atas
6 bulan diberikan 20 mg. Zinc diberikan selama 10-14 hari berturutturut meskipun
anak telah sembuh dari diare.
Aturan 3 : Anjurkan orang tua untuk tetap memberikan dukungan nutrisi untuk
mencegah kurang gizi. ASI tetap diberikan selama terjadinya diare pada diare akut
cair maupun berdarah dan frekuensi pemberian lebih sering dari biasanya. Bila anak
sudah mendapat makanan tambahan sebaiknya makanan tetap diteruskan sesuai umur
anak dengan menu yang sama pada saat anak sehat.
Aturan 4 : Nasihat Orang tua atau pengasuh harus membawa anak ke petugas
kesehatan (Puskesmas atau dokter) bila:
30
Muntah terus menerus sehingga diperkirakan pemberian oralit tidak
bermanfaat Mencret yang hebat dan terus menerus sehingga diperkirakan
pemberian oralit kurang berhasil.
Terdapat tanda-tanda dehidrasi (seperti mata tampak cekung, ubun-ubun
cekung pada bayi, bibir dan lidah kering, tidak tampak air mata meskipun
menangis turgor berkurang yaitu bila kulit perut dicubit tetap berkerut, nadi
melemah sampai tidak teraba, tangan dan kaki teraba dingin, kencing berkurang,
rasa haus yang nyata sampai kejang atau kesadaran menurun).
31
2.5 Kerangka Konsep
Imunisasi campak
Kematian Balita Akibat
Diare
32
BAB III
METODE PENELITIAN
I. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian
ini disebut penelitian deskriptif kuantitatif karena peneliti menghasilkan data berupa
gambaran dengan kalimat-kalimat mengenai faktor-faktor penyebab diare balita di
Puskesmas Tawangrejo. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang diolah dari skala
Guttman untuk proses penarikan kesimpulan. Skala ini digunakan untuk memperoleh
besarnya persentase dari 4 skala, yaitu PHBS, imunisasi ampak, pengetahuan tentang diare,
dan penanganan diare di rumah tangga.
1. Identifikasi Variabel
33
2. Definisi Operasional Variabel
34
terjaga dari pencemaran apakah ibu menjaga
binatang, anak-anak dan sumber air dari
sumber pengotoran pencemaran.
Pada kuesioner ini
terdiri dari 7
pertanyaan yang
masing-masing skor 1
jika menjawab benar
dan skor 0 jika
jawaban salah,
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟
× 100%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
Penggunaan Sarana yang digunakan Kuesioner Menilai bagaimana Nilai Kuesioner
jamban sehat masyarakat sebagai tempat wawancara keadaan jamban dari < 55% kurang
buang air besar dengan segi jenisnya, jarak 56-75% cukup
syarat tidak mengotori antara jamban dengan > 75% baik
permukann tanah di sumber air, dan
sekeliling jamban, tidak keadaan fisik di sekitar
mengotori air permukaan di jamban.
sekitarnya, tidak mengotori Pada kuesioner ini
air tanah di sekitarnya, tidak terdiri dari 4
dapat terjangkau oleh pertanyaan yang
serangga dan binatang, tidak masing-masing skor 1
menimbulkan bau, mudah jika menjawab benar
digunakan dan dipelihara, dan skor 0 jika
sederhana desainnya, jawaban salah,
murah, dapat diterima oleh
pemakainya. Total skor benar lalu
35
dimasukkan ke dalam
rumus berikut:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟
× 100%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
36
Total skor benar lalu
dimasukkan ke dalam
rumus berikut:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟
× 100%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
Penanganan Langkah untuk mengatasi Kuesioner Penanganan diare akut Nilai Kuesioner
diare akut diare oleh orangtua atau wawancara. diukur dakam < 55% kurang
oleh keluarga pengasuh, terdiri dari empat ketepatan menjawab 56-75% cukup
langkah yaitu memberikan kuesioner sesuai > 75% baik
cairan rumah tangga (oralit, dengan literatur.
makanan cair, atau air Pada kuesioner ini
matang), pemberian Zinc, terdiri dari 10
memberi dukungan nutrisi pertanyaan yang
untuk mencegah kurang masing-masing skor 1
gizi, tahu kapan orangtua jika menjawab benar
harus membawa anak ke dan skor 0 jika
petugas kesehatan. jawaban salah,
Total skor benar lalu
dimasukkan ke dalam
rumus berikut:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟
× 100%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
V. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian berupa kuesioner data diri responden dan kuesioner yang dibuat sendiri
oleh peneliti. Kuesioner ini berisi pertanyaan yang mengacu pada PHBS, imunisasi campak,
pengetahuan tentang diare, dan penanganan diare di rumah tangga.
37
maka akan diberikan kuesioner beserta penjelasan cara pengisiannya. Responden akan
dibantu mengisi pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Setelah pengisian
kuesioner selesai, kuesioner tersebut dikumpulkan dan terlebih dahulu diperiksa kelengkapan
data yang ada.
Pemilihan Judul
Penyusunan BAB
I, II, III
Pengambilan Data
Analisa Data
Laporan
Penelitian
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
39
penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tawangrejo Kota Madiun mencapai
3584,9 jiwa/Km2.
Komposisi penduduk terbesar adalah kelompok umur 5-9 tahun sebesar 900
laki-laki dan 809 perempuan. Sedangkan komposisi penduduk paling sedikit adalah
kelompok umur 70-74 tahun sebesar 162 laki-laki dan 113 perempuan. Keterangan
lebih lanjut dapat dilihat pada gambar piramida penduduk tahun 2017 dibawah ini.
Gambar 4.1 Piramida Persentase Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tawangrejo Kota Madiun Tahun 2017
a. Sarana Kesehatan
Penyediaan sarana kesehatan melalui rumah sakit, puskesmas, puskesmas
pembantu, posyandu, polindes, rumah bersalin, balai pengobatan klinik dan sarana
kesehatan lainnya diharapkan dapat menjangkau masyarakat terutama masyarakat di
pedesaan agar mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah dan bermutu.
40
1. Puskesmas
a. Posyandu
b. Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan
sumberdaya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
41
Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah
memiliki minimal sebuah poskesdes dengan 1 orang bidan dan 2 orang
kader kesehatan. Jumlah kelurahan siaga di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Tawangrejo Kota Madiun sebanyak 4 kelurahan (100%),
sedangkan yang sudah aktif sebanyak 4 kelurahan (100%).
c. Poskesdes/Poskeske
b. Tenaga Kesehatan
42
12. Penyuluh KB 3
13. Analis kesehatan 2
14. Promosi Kesehatan 4
15. Akuntan 1
16. Tenaga administrasi 5
17. Rekam Medis 1
18. Pengemudi 2
19. Penjaga malam 1
20. Tenaga Laundry 1
21. Tenaga Kebersihan 3
Total 73
43
Diagram 4.2 Gambaran Perilaku ASI Eksklusif
3
2.5
1.5 Tepat
Tidak Tepat
1
0.5
0
Nyonya A Nyonya B
Berdasarakan tabel di atas dapat dilihat bahwa Nyonya A tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya. Nyonya A hanya memberi ASI eksklusif sampai bayi berusia 1
bulan lalu memberi susu formula. Sementara Nyonya B juga tidak memberikan ASI
eksklusif. ASI diberikan sampai usia 4 bulan lalu memberi susu formula.
Menurut artikel WHO tahun 2013 menyimpulkan bahwa bayi yang disusui secara
eksklusif sampai 6 bulan umumnya lebih sedikit menderita penyakit gastrointestinal dan
lebih sedikit mengalami gangguan pertumbuhan. Menurut Suradi bayi yang mendapat
ASI lebih jarang terkena diare karena adanya zat protektif saluran cerna seperti
Lactobacillus bifidus, laktoferin, lisozim, SIgA, faktor alergi, serta limfosit T dan B. Zat
protektif ini berfungsi sebagai daya tahan tubuh imunologik terhadap zat asing yang
masuk dalam tubuh. Penelitian oleh Lamberti et al yang dilakukan di negara-negara
berkembang menunjukkan perbandingan risiko diare pada bayi yang tidak mendapat ASI
eksklusif lebih tinggi dua kali dibanding yang mendapatkan ASI secara eksklusif.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian di atas, bahwa ibu tidak memberi ASI
Eksklusif pada bayinya sehingga meningkatkan resiko terkena diare.
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua
belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kotoran
dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme
sementara.
44
Responden Hasil Kategori
Nyonya A 100% Baik
Nyonya B 100% Baik
3
2.5
2
Baik
1.5
Cukup
1
Kurang
0.5
0
Nyonya A Nyonya B
Pada penelitian ini Nyonya A dan Nyonya B sudah memiliki perilaku cuci tangan
yang baik. Kedua ibu mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir saat sebelum
dan susudah makan, sebelum dan sesudah buang air besar, sebelum menyuapi anak dan
sesudah membuang tinja anak.
Kebersihan tangan yang tak memenuhi syarat juga berkontrubusi menyebabkan
penyakit terkait makanan, seperti infeksi bakteri salmonella dan E. Coli infection. Mencuci
tangan dengan sabun akan membuat bakteri lepas dari tangan (IKAPI, 2007). Walaupun
kedua ibu sudah mencuci tangan dengan benar namun anak masih mengalami diare. Hal ini
mungkin terjadi karena diare disebabkan oleh faktor-faktor yang lain.
Menurut Depkes RI tahun 200 hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih
adalah mengambil air dari sumber air yang bersih, menyimpan air dalam tempat yang bersih
dan tertutup, memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak,
dan sumber pengotoran, menjaga jarak antara sumber air minum dengan sumber pengotoran
lebih dari 10 meter, dan minum air yang direbus.
Responden Hasil Kategori
Nyonya A 57% Cukup
Nyonya B 43% Kurang
45
3
2.5
2
Baik
1.5
Cukup
1 Kurang
0.5
0
Nyonya A Nyonya B
Berdasarkan hasil penelitian (Wibowo, 2004) sumber air minum yang tidak
memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak
balita sebesar 2,5 kali lipat dibandingkan keluarga yang menggunakan sumber air minum
yang memenuhi syarat sanitasi.
Pada penelitian ini menunjukkan penggunaan air bersih Nyonya A memiliki kategori
cukup, Nyonya A mengambil air dari sumber yang bersih, menyimpan air di tempat bersih
dan tertutup, merebus air minum, dan mencuci peralatan makan. Hal yang belum memenuhi
syarat adalah tidak menggunakan gayung khusus, tidak menjaga sumber air minum dari
penemaran, dan jarak pembuangan dan sumber air kurang dari 10 meter. Sementara Nyonya
B memiliki kategori kurang, Nyonya B mengambil air dari sumber yang bersih, merebus air
minum, dan mencuci peralatan makan. Hal yang belum memenuhi syarat adalah tidak
menyimpan air di tempat bersih dan tertutup, tidak menggunakan gayung khusus, tidak
menjaga sumber air minum dari pencemaran, dan jarak pembuangan dan sumber air kurang
dari 10 meter.
d. Penggunaan Jamban
Jamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat buang air
besar. Sehingga sebagai tempat pembuangan tinja, jamban sangat potensial untuk
menyebabkan timbulnya berbagai gangguan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya.
46
3
2.5
2
Baik
1.5
Cukup
1 Kurang
0.5
0
Nyonya A Nyonya B
e. Imunisasi Campak
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit.
Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi
melindungi terhadap penyakit. Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan
terhadap penyakit campak sampai seumur hidup. Penyakit campak yang disebabkan
oleh virus yang ganas ini dapat dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi
campak, minimal dua kali yakni semasa usia 6 bulan - 59 bulan dan masa SD (6 - 12
tahun).
47
3
2.5
1.5 Tepat
Tidak Tepat
1
0.5
0
Nyonya A Nyonya B
Pada penelitian ini baik Nyonya A dan Nyonya B sudah memberikan imunisasi campak pada
bayi sesuai dengan buku KMS. Nyonya A mengimunisasikan bayinya saat berusia 9 bulan.
Nyonya B mengimunisasikan bayinya saat usia 9 bulan dan memberikan booster di usia 14
bulan.
Pada penelitian oleh Kurniawati tahun 2016 terdapat hubungan yang signifikan antara
status imunisasi campak dengan kejadian diare akut pada anak balita. UNICEF dan WHO
telah merekomendasikan langkah penurunan diare salah satunya dengan imunisasi campak
dan rotavirus. Tujuan diberikan imunisasi adalah untuk membentuk kekebalan tubuh anak
agar mampu melawan berbagai gangguan bakteri dan virus yang ada di sekeliling tempat
hidupnya. Jadi dengan imunisasi, tubuh anak akan bereaksi dan anti bodinya meningkat untuk
melawan antigen yang masuk termasuk kuman penyebab diare. Sebanyak 1-7% kejadian
diare pada balita berhubungan dengan campak dan diare yang terjadi pada campak umumnya
lebih berat dan lebih lama (susah diobati, cenderung menjadi kronis) karena adanya kelainan
pada epitel usus (Kurniawati, 2016).
48
3
2.5
2
Baik
1.5
Cukup
1 Kurang
0.5
0
Nyonya A Nyonya B
Pada penelitian ini menunjukkan baik Nyonya A maupun Nyonya B kurang memiliki
pengetahuan tentang diare. Nyonya A dan Nyonya B mengetahui definisi diare, namun tidak
mengetahui penyebab diare, perilaku-perilaku yang menyebabkan diare, gejala-gejala anak
terkena diare, dan bagaimana menangani diare di rumah tangga. Baik Nyonya A maupun
Nyonya B tidak tahu diare dapat menyebabkan dehidrasi, gejala anak dehidrasi, dan apa yang
harus dilakukan saat anak dehidrasi.
49
3
2.5
2
Baik
1.5
Cukup
1 Kurang
0.5
0
Nyonya A Nyonya B
Pada kedua responden tidak tahu apa itu Zinc, apa manfaatnya terhadap diare, dan
bagaimana pemberian dosisnya. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi
lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume
tinja serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya (Black, 2003).
Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Hidayat (1998) dan Soenarto (2007) yang dilakukan di
Indonesia menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11%
dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna
50
sebesar 67%. Meskipun demikian, penggunaan Zinc dalam penanganan diare pada balita oleh
masyarakat masih belum optimal walaupun sosialisasi penggunaan Zinc sebagai upaya
penanganan diare telah digalakkan oleh Departemen (Kementerian) Kesehatan RI sejak tahun
2004.
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
perilaku hidup bersih sehat oleh kedua ibu balita yang meninggal akibat diare, dilihat dari
beberapa aspek yaitu pemberian ASI eksklusif, perilaku cuci tangan, penggunaan air bersih,
penggunaan jamban, menunjukkan hasil yang bervariasi.
Kedua ibu tidak memberikan ASI eksklusif karena ASI yang dikeluarkan sedikit dan
ibu harus bekerja, sehingga waktu untuk menyusui terbatas. Kedua ibu mengandalkan susu
formula sebagai pengganti ASI, dan sudah memberikan makanan lunak sebelum anak berusia
6 bulan.
Kedua ibu memiliki perilaku cuci tangan yang baik, hal ini ditunjukkan kedua ibu
mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir saat sebelum dan susudah makan,
sebelum dan sesudah buang air besar, sebelum menyuapi anak dan sesudah membuang tinja
anak.
Pada PHBS aspek penggunaan air bersih Nyonya A mendapat kategori cukup,
sementara Nyonya B mendapat kategori kurang. Meskipun berbeda kategori, tetapi nilainya
tidak terpaut jauh. Ini menunjukkan bahwa kedua ibu belum terlalu mengerti bagaimana
menggunakan air sebagai sumber kehidupan dengan benar. Kedua ibu sudah menyimpan air
minum di tempat khusus dan merebus air sebelum dikonsumsi. Di sisi lain kedua ibu belum
menggunakan gayung khusus untuk mengambil air minum, tidak menjaga sumber air minum
dari pencemaran, dan jarak pembuangan dan sumber air kurang dari 10 meter. Lokasi rumah
responden yang berada di perumahan menyulitkan responden untuk mendapat akses air
minum yang jauh dari tempat pembuangan. Pembuangan ditanam di bawah dapur yang di
atasnya merupakan tempat mengambil air. Lokasi rumah yang padat juga menyulitkan kedua
ibu untuk menjaga sumber air dari pengotoran, anak-anak, hewan, dan serangga.
Perilaku hidup bersih dan sehat aspek penggunaan jamban menunjukkan penggunaan
jamban baik Nyonya A dan Nyonya B memiliki kategori kurang. Kategori yang belum
dipenuhi kedua responden adalah ibu tidak membuang tinja bayi ke jamban, jarak sumber air
dan lubang jamban kurang dari 10 meter, jamban berbau dan kotor, lantai jamban tidak
diplester dengan rapat. Lantai kamar mandi tidak diplester dengan rapat karena kurang
52
pengetahuan tentang sanitasi. Nyonya A tidak menggunakan jamban untuk membuang tinja
bayi, tinja bayi dibuang di sungai dekat rumah.
53
II. SARAN
Pada akhir penelitian ini, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa
saran yang diberikan adalah sebagai berikut :
Membuat program unggulan tambahan “GRIYA SARE” Gerakan Ibu Ayah Sadar Diare,
yang berorientasi preventif dengan upaya memperbaiki perilaku hidup bersih sehat di
masyarakat, dan berorientasi kuratif sehingga masyarakat dapat menangani diare di tingkat
rumah tangga. Program ini dapat terlaksana dengan kerjasama lintas sektor agar dapat
menurunkan tingkat kesakitan balita diare dan kematian balita akibat diare tidak terulang lagi.
54
dehidrasi, sehingga jika terjadi dehidrasi orangtua segera membawa anak ke
puskesmas ataupun rumah sakit agar anak segera ditangani.
4. Membuat grup WhatsApp “SIGARE” Siaga Anak Diare, di tiap wilayah kelurahan
yang beranggotakan petugas KIA di kelurahan wilayah kerja Puskesmas Tawangrejo
serta ibu-ibu di wilayah tersebut. Dalam grup ini saat anak diare ibu dapat langsung
melakukan chat dengan petugas tentang perkembangan penyakit diare. Petugas dapat
memotivasi ibu melalui chat seperti bagaimana memberikan oralit dan zinc. Orangtua
dapat bertanya pada petugas melalui WhatsApp jika anak menunjukkan tanda-tanda
dehidrasi, sehingga orangtua segera membawa anaknya ke IGD agar anak segera
mendapatkan penanganan.
55
DAFTAR PUSTAKA
56
LAMPIRAN
Dengan pertimbangan di atas, tanpa ada paksaan dari siapa dan pihak manapun, saya
memutuskan Bersedia/Tidak Bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian
yang dilakukan oleh :
Nama Peneliti : Nuri Sakina Suharto
Alamat : Jalan Sikatan No. 1, Nambangan Lor, Madiun
Pekerjaan : Dokter Internsip
Demikian pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Responden,
( )
57
KUESIONER GAMBARAN FAKTOR FAKTOR YANG MENYEBABKAN
KEMATIAN BALITA KARENA DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TAWANGREJO MADIUN TAHUN 2019
A. Identitas Responden
1. Nama Ibu : ..............................................
2. Usia : ..............................................
3. Pendidikan terakhir : ..............................................
4. Pekerjaan : ..............................................
5. Nama Ayah : ..............................................
6. Usia : ..............................................
7. Pendidikan terakhir : ..............................................
8. Pekerjaan : ..............................................
9. Alamat : ..........................................................................
...........................................................................
10. Nama Balita : .............................................
11. Jenis Kelamin : .............................................
12. Tanggal Lahir : .............................................
13. Tanggal Kematian : .............................................
Tanggapi pernyataan-pernyataan pada lembar berikut ini dengan cara memberi tanda
centang pada kolom jawaban di sebelah kanan sesuai dengan keadaan anda.
58
ii. Sarana Air Bersih
No. Pertanyaan Ya Tidak Skor
2. Apakah ibu mengambil air dari sumber air yang bersih
(tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa)?
3. Apakah ibu mengambil dan menyimpan air dalam tempat
yang bersih dan tertutup?
4. Apakah ibu menggunakan gayung khusus untuk
mengambil air?
5. Apakah ibu memelihara atau menjaga sumber air dari
pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan sumber
pengotoran?
6. Apakah jarak antara sumber air minum dengan sumber
pengotoran seperti septic tank, tempat pembuangan
sampah dan air limbah lebih dari 10 meter?
7. Apakah anak minum menggunakan air yang direbus?
8. Apakah ibu mencuci semua peralatan masak dan makan
dengan air yang bersih dan cukup?
59
iv. Kebiasaan Cuci Tangan
No. Pertanyaan Ya Tidak Skor
15. Apakah ibu mencuci tangan dengan air mengalir dan
sabun sesudah buang air besar?
16. Apakah ibu mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum
dan sesudah makan?
17. Apakah ibu mencuci tangan dengan air sabun sebelum
menyuapi makanan pada anak?
18. Apakah ibu mencuci tangan dengan air dan sabun sesudah
membuang tinja anak?
C. Imunisasi Campak
No. Pertanyaan Ya Tidak Skor
19. Apakah balita sudah diberikan imunisasi campak?
20. Apakah ibu memberikan balita imunisasi tambahan seperti
booster?
60
gelisah, dan nafsu makan menurun.
28. Apabila anak diare terdapat darah dalam tinja maka
disebut disentri.
29. Balita yang menderita diare jika tidak ditangai dengan baik
makan tidak akan mengalami kekurangan cairan
(dehidrasi).
30. ASI dapat mencegah diare karena mengandung antibodi
yang memberikan perlindungan terhadap penyakit diare.
31. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah
makan dapat mencegah diare.
32. Membersihkan jamban/toilet secara teratur tidak berperan
dalam penurunan risiko penyakit diare.
33. Anak yang menderita diare harus diberikan minum yang
lebih banyak dari biasanya dan diberikan sedikit demi
sedikit.
34. Apabila anak diare makan makanan seperti makanan yang
berserat tidak boleh diberikan.
35. Anak yang mengalami diare saat dirumah dapat diberikan
oralit, air tajin, kuah sayur dan air matang
36. Anak yang menderita diare sebaiknya diberikan zinc
selama 10 hari.
37. Kondisi anak yang harus segera dibawa ke dokter, jika
anak mengalami demam terus menerus, tidak mau makan
dan minum, lemas.
61
matang.
40. Ibu mengetahui apa itu oralit dan bagaimana cara
membuatnya.
41. Ibu atau keluarga mengetahui manfaat zinc untuk
penanganan diare pada anak.
42. Ibu mengetahui aturan pemberian zinc saat anak diare.
43. Ibu atau keluarga mengetahui saat anak diare nutrisi harus
tetap dipenuhi untuk mencegah kurang gizi.
44. Anak harus dibawa ke rumah sakit/dokter apabila muntah
terus menerus.
45. Anak harus dibawa ke rumah sakit/dokter apabila diare
tidak berhenti meski sudah diberikan oralit.
46. Ibu atau keluarga tahu apa itu dehidrasi dan apa saja tanda
tandanya.
47. Anak harus dibawa ke rumah sakit/dokter bila terdapat
tanda-tanda dehidrasi.
62