KABUPATEN BADUNG
NIM. 1120025019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Proposal penelitian dengan judul “Persepsi Dokter Mengenai Potensi Fraud
Pada Era Jaminan Kesehatan Nasional Di Rumah Sakit Umum Daerah Mangusada
Kabupaten Badung ”
Oleh:
Yustina Maria Owa
NIM. 1120025019
Menyetujui,
Denpasar, 12 Maret 2018
Mengetahui Pembimbing
Koordinator PSKM FK Unud
(dr. I Made Ady Wirawan, M.PH., PhD) (Putu Ayu Indrayathi, SE., MPH)
NIP. 197712282005011001 NIP. 197703312005012001
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
kekuatan, dan kesempatan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini, yang berjudul “Persepsi Dokter Mengenai Potensi Fraud Pada Era Jaminan
penulisan proposal penelitian ini juga atas bantuan, bimbingan, dan petunjuk dari
semua pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. dr. I Made Ady Wirawan, M.PH., PhD., selaku Koordinator Program Studi
iii
5. Pihak–pihak yang terkait, yang sangat membantu dan mendukung dalam
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan waktu dan kemampuan
yang dimiliki, oleh karena itu saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul....................................................................................................... i
Halaman Persetujuan............................................................................................. ii
Kata Pengantar....................................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................................ v
Daftar Tabel........................................................................................................... vii
Daftar Gambar.......................................................................................................viii
Daftar Lampiran.................................................................................................... ix
Daftar Singkatan.................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................ 5
1.3 Pertanyaan Penelitian......................................................................... 5
1.4 Tujuan Studi........................................................................................ 5
1.4.1 Tujuan Umum......................................................................... 5
1.4.2 Tujuan Khusus........................................................................ 5
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
1.5.1 Manfaat Teoritis...................................................................... 6
1.5.2 Manfaat Praktis....................................................................... 6
1.6 Ruang Lingkup Studi.......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7
2.1 Fraud ................................................................................................. 7
2.1 Definisi Fraud........................................................................ 7
2.2 Teori Fraud Triangle.............................................................. 7
2.2 Jaminan Kesehatan Nasional.............................................................. 10
2.3 Rumah sakit Sebagai FKRTL............................................................. 11
2.4 Sistem INA CBG’s.............................................................................. 12
2.5 Fraud dalam Pelayanan Kesehatan.................................................... 14
2.5.1 Fraud JKN di FKRTL............................................................. 15
2.5.2 Penyebab Fraud di Rumah Sakit............................................ 16
2.5.3 Pencegahan Fraud JKN di FKRTL........................................ 18
v
2.6 Persepsi...............................................................................................20
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Jadwal Penelitian................................................................................ 35
ix
DAFTAR SINGKATAN
PT : Perseroan Terbatas
RS : Rumah Sakit
UU : Undang-Undang
x
BAB I
PENDAHULUAN
setiap orang yang telah membayar iuran / iurannya dibayar oleh pemerintah
(Kemenkes RI, 2004). Program JKN ini diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara
sistem pembayaran kapitasi di fasilitas kesehatan (faskes) tingkat pertama dan tarif
INA CBG’s untuk faskes tingkat lanjutan. Sistem pembayaran kapitasi adalah sistem
pembayaran yang didasarkan pada jumlah peserta yang terdaftar di faskes tersebut
dikalikan dengan besaran kapitasi per jiwa (BPJS Kesehatan, 2014). Sedangkan tarif
INA CBG’s merupakan sejumlah biaya yang dibayarkan per episode pelayanan
akomodasi, serta biaya lain yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan pasien
Baik sistem tarif kapitasi maupun Indonesian Case Based Groups (INA-
1
2
diberikan. Hal ini tentu memicu adanya kontradiksi antara pihak BPJS Kesehatan
menekan biaya klaim. Namun sistem ini menekan dunia fasilitas kesehatan yang
Dalam program JKN ini, tarif INA CBG’s dikhawatirkan dapat merugikan
rumah sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit. Sistem INA CBG’s
yang diterapkan masih memiliki kelemahan antara lain ada beberapa layanan yang
belum tercantum dalam sistem. Ada beberapa spesialis, penunjang terutama yang
tidak masuk dalam INA CBG’s. Ada juga beberapa tindakan yang tercantum di
sistem namun biayanya hanya cukup untuk membayar bahan yang dipakai dan tidak
ada untuk membayar tenaga kesehatan. Penetapan biaya INA CBG’s yang dinilai
terlalu rendah ini beresiko menyebabkan fasilitas kesehatan dan para tenaga
Semua pihak khususnya rumah sakit dan juga tenaga medis memiliki kualitas
dan standar pelayanan yang berbeda-beda sehingga tidak bisa disamaratakan tarifnya
(Yonora, 2017). Rumah sakit tidak ingin dirugikan serta ingin memperoleh manfaat
yang sebesar-besarnya dari pelaksanaan JKN khususnya dari sistem pembayaran INA
CBG’s ini. Hal ini dapat memicu terjadinya keinginan untuk melakukan fraud,
Fraud merupakan sekumpulan tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar hukum
yang ditandai dengan adanya unsur kecurangan yang disengaja. Menurut National
Health Care Anti-Fraud Association’s, (2007) dalam Hanevi (2014), Fraud dalam
2
3
pelayanan kesehatan disebut sebagai suatu bentuk upaya yang secara sengaja
baik oleh individu atau institusi dan dapat merugikan pihak lain. Suatu tindakan
Fraud pada program JKN dapat terjadi pada semua simpul bisnis proses
semua pihak yang mempunyai wewenang pada transaksi bisnis pelayanan kesehatan.
Dari rujukan yang ada, pelaku fraud terbesar adalah pelaksana pelayanan kesehatan
yaitu dokter, dokter gigi, perawat, direksi RS, dll. Sedangkan pelaku fraud lainnya
yaitu peserta program dan pengelola JKN itu sendiri, dalam hal ini BPJS Kesehatan.
(Ilyas, 2014). Dokter adalah salah satu pelaksana pelayanan kesehatan yang sangat
berpotensi melakukan tindakan fraud. Menurut Ilyas (2014), para dokter tidak
berniat dalam melakukan fraud. Fraud dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan
dokter mengenai bentuk-bentuk fraud yang dapat terjadi di era JKN ini.
ada yang berdampak pada klaim dan ada juga yang hanya berdampak pada kepuasan
pasien yang merupakan peserta BPJS Kesehatan. Sebagai contoh, fraud yang berupa
pelanggaran regulasi yang dilakukan oleh dokter, dimana dokter dengan sengaja
memberi resep tambahan kepada pasien sehingga pasien membeli obat di luar faskes
karena tidak berdampak pada klaim. Hanya saja, pasien akan melakukan complain
3
4
kepada BPJS Kesehatan, bukan kepada faskes sehingga akan berpengaruh terhadap
terhadap sustainabilitas JKN itu sendiri. Sebagai contoh kasus fraud berupa
Rp. 5.000.000 namun karena dilakukan upcoding, BPJS Kesehatan harus membayar
klaim sebesar Rp. 10.000.000, hal ini tentu sangat merugikan BPJS Kesehatan.
Apabila kasus ini terjadi di seluruh Indonesia, tentu saja akan berdampak pada
Mengatasi fraud bukanlah hal yang mudah, di Amerika Serikat saja yang telah
memiliki Undang-Undang (UU) dan Sistem Anti Fraud yang bagus, 7,9% biaya
tahun 2017 menyatakan ada potensi kecurangan (fraud) mencapai 3,1 triliun rupiah
dalam klaim biaya pengobatan pesertanya. Kecurangan ini diduga dilakukan oleh
pihak rumah sakit terhadap 1,8 juta peserta BPJS Kesehatan dan 48% diantaranya
yang dilakukan provider dan sudah ada tindak lanjut terhadap kasus tersebut, dimana
BPJS Kesehatan Cabang Denpasar telah melakukan audit terhadap provider tersebut
bahkan telah sampai pada tahap pemulihan kerugian. Hal ini diketahui dari hasil
pemerintah kelas B yang bersifat non profit yang tergabung dalam pelaksanaan JKN
4
5
Kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan tingkat lanjut. Sebagai salah satu
pada pasien dan keselamatan pasien dengan mengedepankan mutu yang diartikan
sebagai kesesuaian antara pelaksanaan tugas pemberi pelayanan dengan standar yang
sudah dibuat. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melihat persepsi dokter
mengenai potensi fraud pada era JKN di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Penggunaan tarif INA CBG’s yang dinilai masih rendah dari tarif umum
rumah sakit (RS) beresiko menimbulkan kerugian bagi pihak rumah sakit maupun
tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit Provider BPJS Kesehatan, sehingga
penerapan INA CBG’s ini dapat memicu terjadinya tindakan fraud. Tindakan fraud
pada era JKN dapat terjadi di semua simpul bisnis proses pelayanan kesehatan
dimana pelakunya ialah salah satu pelaksana pelayanan kesehatan yaitu dokter.
Persepsi dokter mengenai sistem fraud sangatlah penting dalam rangka mencegah
Bagaimanakah persepsi dokter mengenai potensi fraud pada era JKN di RSUD
5
6
Untuk mengetahui persepsi dokter mengenai potensi fraud pada era JKN di
1. Untuk mengetahui persepsi dokter terhadap bentuk-bentuk fraud pada era JKN
2. Untuk mengetahui persepsi dokter terhadap penyebab fraud pada era JKN di
3. Untuk mengetahui persepsi dokter terhadap pencegahan fraud pada era JKN di
2. Dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian terkait fraud di era JKN.
1. Hasil studi ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mendeteksi adanya fraud di
rumah sakit.
2. Membantu pelaksana JKN dalam menentukan langkah tepat untuk mencegah fraud
di rumah sakit.
6
7
JKN.
Ruang lingkup studi ini adalah bidang administrasi dan kebijakan kesehatan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fraud
Definisi fraud menurut Black’s Law Dictionary dalam Kurniawati (2012) ialah
segala hal yang dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang untuk
mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan sarana yang salah atau pemaksaan
kebenaran, dan mencakup semua cara yang tak terduga, penuh siasat licik atau
tersembunyi, dan setiap cara yang tidak wajar yang menyebabkan orang lain tertipu.
Fraud dilakukan untuk tujuan mendapatkan sesuatu yang bernilai atas kerugian
orang lain. Fraud merupakan upaya penipuan untuk mendapat keuntungan pribadi
(Hendrartini, 2013).
sebagai tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau badan
yang tidak baik kepada individu atau entitas atau pihak lain (Ernst & Young LLP,
2009). Menurut Arens dan Loebbecke (2003), fraud terjadi ketika kesalahan dibuat
dalam suatu keadaan yang sudah diketahui bahwa hal itu adalah suatu kepalsuan dan
Fraud triangle adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh Donald R. Cressey
setelah melakukan penelitian untuk tesis doktor-nya pada tahun 1953. Cressey
8
9
keuangan yang tidak bisa diselesaikan bersama, tahu dan yakin bahwa masalah
miliki dan mengubah pola pikir dari konsep mereka sebagai orang yang dipercayai
memegang aset menjadi konsep mereka sebagai pengguna dari aset yang
Tekanan/motif
Kesempatan Rasionalisasi
1. Tekanan/Motif
dan lain-lain. Tekanan paling sering datang dari adanya tekanan kebutuhan
tekanan/motif mempunyai dua bentuk yaitu nyata dan bentuk persepsi. Tekanan
2. Kesempatan
kelemahan dalam akses informasi. Hal yang paling menonjol dalam hal ini
3. Rasionalisasi
oleh sikap atau karakter dari seseorang sehingga sulit untuk diukur.
11
sosial, antara lain jaminan kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health
Coverage). Dalam sidang ke58 tahun 2005 di Jenewa, World Health Assembly
kesehatan sosial. WHA juga menyarankan kepada WHO agar mendorong negara-
Health Coverage.
Di Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 juga
mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam Undang-
Undang Dasar (UUD) 45 pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992
ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses
atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban
turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial. Untuk mewujudkan komitmen
kesehatan perorangan.
12
merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk
JKN ini, BPJS Kesehatan berkewajiban untuk membayar fasilitas kesehatan baik
milik pemerintah maupun swasta, yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Untuk
Tingkat Lanjutan (FKRTL) seperti rumah sakit, akan dibayar dengan sistem paket
INA CBG’s.
Rumah Sakit, yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Berdasarkan kepemilikannya rumah sakit dapat dibagi menjadi dua yaitu rumah sakit
pemerintah dan rumah sakit swasta. Rumah sakit pemerintah adalah rumah sakit
yang dimiliki oleh Departemen Kesehatan, pemerintah daerah, Abri dan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). Rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang
13
Tarif INA-CBGs untuk rumah sakit pemerintah dan swasta adalah sama,
perbedaannya yaitu pada kelompok kelas rumah sakit. Oleh karena itu di era JKN
rumah sakit harus berlomba untuk meningkatkan akreditasi rumah sakitnnya. Dalam
yang baik antara tim dokter dengan manajemen untuk mengurangi variasi pelayanan
dan pilih layanan yang paling cost effective dengan membuat dan menjalankan
clinical pathway serta mengedepankan kendali mutu dan kendali biaya, untuk
menghasilkan pelayanan yang bermutu, efisien dan cost effective (Kemenkes, 2014).
Rumah sakit provider BPJS Kesehatan setelah menangani pasien peserta BPJS
verifikator BPJS Kesehatan. Klaim pada FKRTL diajukan secara kolektif oleh rumah
2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Jaminan Kesehatan, tarif Ina CBG’s adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS
14
Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang
ingin dicapai dari penerapan sistem ini yaitu pelayanan kesehatan yang berkualitas
dan cost effective. Tidak ada satupun sistem pembiayaan yang sempurna, setiap
sistem pembiayaan memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut tabel kelebihan dan
Kelebihan Kekurangan
Provider 1. Pembayaran lebih Kurangnya kualitas koding akan
adil sesuai dengan menyebabkan ketidak sesuaian
kompleksitas proses grouping (pengelompokan
pelayanan kasus)
2. Proses klaim lebih
cepat
Pasien 1. Kualitas pelayanan 1. Pengurangan kuantitas pelayanan
baik 2. Provider merujuk ke luar / RS lain
2. Dapat memilih
provider dengan
pelayanan terbaik
(2014), fraud dalam pelayanan kesehatan disebut sebagai suatu bentuk upaya yang
seharusnya dinikmati baik oleh individu atau institusi dan dapat merugikan pihak
15
lain. Suatu tindakan dikatakan fraud apabila seseorang / sarana pelayanan kesehatan
Nasional pada Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah tindakan yang dilakukan
dengan sengaja oleh peserta, petugas BPJS Kesehatan, pemberi pelayanan kesehatan,
serta penyedia obat dan alat kesehatan untuk mendapatkan keuntungan finansial dari
program jaminan kesehatan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional melalui perbuatan
curang yang tidak sesuai dengan ketentuan. Tindakan kecurangan yang dilakukan
oleh pemberi pelayanan kesehatan pada program JKN dapat terjadi baik di FKTP
Pada era JKN ini, terjadi perubahan sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia
dimana mekanisme pembayaran bagi FKRTL menjadi claim INA CBG’s. Dalam
sistem pembayaran yang menggunakan klaim, selalu ada potensi fraud (Laksono,
2014).Adapun fraud yang mungkin terjadi di rumah sakit pada era JKN ini ialah :
16
1. Pengubahan kode diagnosis dan prosedur menjadi kode yang memiliki tarif
3. Klaim palsu atau klaim atas layanan yang tidak pernah diberikan / phantom
billing.
4. Klaim atas biaya obat dan alat kesehatan yang lebih besar dari biaya yang
5. Klaim atas dua atau lebih diagnosis / prosedur yang seharunya menjadi satu
paket pelayanan dalam episode yang sama atau menagihkan beberapa prosedur
secara terpisah yang seharusnya dapat ditagihkan bersama dalam bentuk paket
pelayanan, untuk mendapatkan nilai klaim lebih besar pada satu episode
6. Rujukan semu / selfs-referals yaitu klaim atas biaya pelayanan akibat rujukan ke
dokter yang sama di fasilitas kesehatan lain kecuali dengan alasan fasilitas
11. Melakukan tindakan yang tidak perlu atau tidak berdasarkan indikasi medis /
no medical value.
14. Menambah panjang waktu penggunaan ventilator yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.
17. Admisi yang berulang, lebih dari satu kali seolah-olah lebih dari satu episode /
readmisi.
18. Melakukan rujukan pasien yang tidak sesuai dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan tertentu.
19. Meminta cost sharing tidak sesuai dengan ketentuan peraturan peundang-
undangan.
(Kemenkes, 2015)
diantaranya ialah :
3. Perbedaan yang cukup tinggi antara Tarif INA CBG’s dengan Tarif Fee For
Services
kondisi latar belakang yang memungkinkan pelaku melakukan fraud antara lain
sebagai berikut :
18
1. Ketidakjelasan terhadap prosedur kerja atau aturan kerja yang jelas, sehingga
pekerjaan yang kurang terkontrol baik, sehingga pelaku merasa lebih leluasa
kerugian yang ditimbulkan. Dalam hal ini adalah BPJS atau Negara Republik
Indonesia.
6. Adanya motivasi atau niat dari pelaku karena terdesak kebutuhan atau bujukan
dari pihak lain, atau tindakan kesengajaan untuk menjatuhkan nama baik
institusi.
7. Adanya peluang atau kesempatan yang terbuka (tidak terkontrol) di lingkungan
mengatur dan mendorong seluruh sumber daya manusia FKRTL untuk bekerja
dan pedoman pencegahan kecurangan JKN ini terdiri atas pengaturan yang
kelola organisasi dan tata kelola klinis yang berorientasi kepada kendali mutu
pathway.
c. Audit klinis.
d. Penetapan prosedur klaim
Adapun pengembangan budaya pencegahan kecurangan JKN ini dilakukan
berdasarkan prinsip :
a. Transparansi
Keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan keputusan maupun
d. Independensi
Suatu keadaan dimana organisasi dikelola secara professional tanpa
benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang
kecurangan JKN.
(Kemenkes, 2015)
2.6 Persepsi
bisa saja memiliki persepsi yang berbeda walaupun objeknya sama. Hal tersebut
dapat dikarenakan oleh adanya perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri kepribadian
dalam Sobur (2003) menjelaskan bahwa persepsi mempunyai pengertian dalam arti
sempit dan arti luas. Dalam arti sempit, persepsi merupakan penglihatan yaitu
mengartikan sesuatu.
oleh frame of reference yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki dan diperoleh dari
pendidikan, bacaan, penelitian atau cara lain. Persepsi juga dipengaruhi oleh frame of
experience yaitu pengalaman yang telah dialami sendiri dan tidak terlepas dari
keadaan lingkungan.
21
persepsi yaitu objek yang dipersepsi, alat indera, syaraf dan susunan syaraf, serta
perhatian. Objek yang dipersepsi menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera
atau reseptor, dimana stimulus dapat datang dari dalam diri individu yang
bersangkutan maupun dari luar individu yang mempersepsi. Alat indera atau reseptor
merupakan alat untuk menerima stimulus, dimana untuk meneruskan stimulus yang
diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran harus
melalui syaraf sensoris. Untuk menyadari persepsi atau dalam mengadakan persepsi
Penyebab Fraud
Tekanan/motif
Kesempatan
Rasionalisasi
Ketidaksengajaan / Ketidaktahuan
`
Persepsi
Kerangka konsep pada gambar 3.2 yang dimodifikasi dari teori fraud triangle diatas
kesempatan dan rasionalisasi dari sudut pandang dokter sebagai pemberi pelayanan
Kabupaten Badung
3 Persepsi Sistem Cara pandang dokter terhadap pencegahan Wawancara Mendalam Pedoman Wawancara
METODE PENELITIAN
24
25
RSUD Kabupaten Badung Mangusada terhadap potensi fraud pada era JKN.
Moleong (2007) menjelaskan bahwa data deskriptif yang berupa data-data tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dapat dihasilkan melalui
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan secara holistik dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
2007).
dengan waktu pengumpulan data yang akan dilakukan selama tiga bulan dari
Populasi dalam penelitian ini adalah wilayah obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh dokter spesialis yang bekerja
Informan dalam penelitian ini adalah dokter spesialis yang bekerja di RSUD
kesesuaian. Asas kecukupan dapat diartikan data yang diperoleh dari informan
keterkaitan informan dengan topik penelitian. Oleh karena itu, jumlah informan
27
tidak menjadi faktor penentu utama dalam penelitian akan tetapi kelengkapan
(purpose) tertentu, yaitu memilih sampel yang kaya akan informasi (Utarini,
2007).
Oleh karena itu peneliti akan memilih sebanyak 17 dokter spesialis yang
dipilih data belum mencapai saturasi maka jumlah informan akan ditambah
sesuai dengan kriteria sehingga mencapai saturasi data yang diinginkan peneliti.
terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti.
Dalam penelitian kualitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data dan
berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan. Peneliti
merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Oleh karena itu, peneliti
harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas untuk bertanya, menganalisis,
dan mengkontruksi objek yang diteliti menjadi lebih jelas (Noor, 2011).
serta BPJS Kesehatan. Peneliti dalam penelitian ini adalah seorang mahasiswa
peneliti tunggal, dalam penelitian ini peneliti juga berperan sebagai pihak
Data yang digunakan adalah data primer yaitu data indepth interview atau
sedangkan alat pencatat selain dicatat secara manual juga direkam dengan
menurut Moser & Kalton (1979) dalam metode penelitian kualitatif bidang
UI,2000).
respon dan tanggapan dengan antusias terhadap setiap pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti.
29
(Saraswati, 2011), analisis data kualitatif dimulai dari proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil diskusi Focus Group
bentuk fraud, penyebab fraud dan pencegahan fraud. Hasil dari analisa tersebut
kemudian di hubungkan dengan teori yang ada atau hasil penelitian lain.
Kemudian data tersebut akan disajikan dalam bentuk kuotasi. Kuotasi adalah
yang dapat disajikan sebagai bagian dari kalimat (apabila tidak terlalu
(Utarini,2007)
30
jumlah yang sedikit, maka perlu dilakukan beberapa strategi agar validitas data
suatu penelitian.
penelitian dilakukan dengan mencari data dari sumber yang beragam yang masih
terkait satu sama lain dimana peneliti melakukan eksplorasi untuk mengecek
kebenaran data dari beragam sumber. Beragam sumber yang dimaksud dalam
terhadap fraud pada era JKN, dimana data yang didapatkan dari satu sampel
dicocokkan dengan data yang didapatkan dari sampel yang lainnya. Data dari
yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber-sumber tersebut
untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan mengecek data dengan sumber
yang sama dengan metode yang berbeda. Metode yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah metode pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer
31
ternyata diperoleh situasi yang berbeda maka peneliti perlu berdiskusi lebih lanjut
dengan sumber data atau yang lain untuk memastikan data yang dianggap benar
(Satori, 2009).
32
DAFTAR PUSTAKA
Ernst, dan Young. 2009. Detecting Financial Statement Fraud. Diunduh dari:
http://www.ey.com/Publication/vwLUAssets/FIDSFIDetectingFinancialSta
tementFrau d.pdf (Diakses pada 11 Juli 2015)
Hanevi. 2014. Fraud dalam sistem mikro pelayanan kesehatan. DIY : UGM
Jadwal Penelitian
Berikut jadwal penelitian “Persepsi Dokter Mengenai Potensi Fraud Pada Era
Badung”
Bulan
No Kegiatan
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
Pembuatan
1 Proposal
Seminar
Proposal dan
2 Perbaikan
Pelaksanaan
3
Penelitian
Pengolahan
4 dan Analisis
Data
Penyusunan
5 Hasil
Penelitian
Seminar
6 Hasil
Penelitian
37
Lampiran 2
NIM : 1120025019
tentang Persepsi Dokter Mengenai Potensi Fraud Pada Era JKN di RSUD
wawancara.
hambatan lain yang berkaitan dengan tugas yang dilakukan oleh Bapak/Ibu. Bersama
dengan lembar permohonan ini saya sertakan lembar informasi wawancara dan
Denpasar………….2018
Peneliti
Lampiran 3
tentang “Persepsi Dokter Mengenai Potensi Fraud Pada Era JKN di RSUD
Pada era JKN ini, penggunaan tarif INA CBG’s dinilai masih rendah dari tarif
umum RS sehingga beresiko menimbulkan kerugian bagi pihak rumah sakit maupun
tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit Provider BPJS Kesehatan. Hal ini
dapat memicu pihak rumah sakit untuk melakukan tindakan fraud. Tindakan fraud
pada era JKN dapat terjadi di semua simpul bisnis proses pelayanan kesehatan
dimana pelakunya ialah salah satu pelaksana pelayanan kesehatan yaitu dokter.
Persepsi dokter mengenai potensi fraud sangatlah penting dalam rangka mencegah
Penelitian ini dilakukan oleh Yustina Maria Owa, Program Studi Ilmu Kesehatan
dokter terhadap fraud dalam era JKN yang ditinjau dari persepsi bentuk-bentuk
Bapak / Ibu yang ikut berpartisipasi sebagai informan dalam penelitian ini akan
mengenai fraud yang dapat terjadi di rumah sakit pada era JKN. Bapak / Ibu sebagai
informan dalam penelitian ini tidak akan mendapatkan risiko ataupun kerugian.
Pertanyaan Wawancara
Bapak / Ibu yang berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai informan dalam
mengenai fraud di rumah sakit pada era JKN berdasarkan pedoman wawancara yang
telah dibuat oleh peneliti. Pertanyaan tersebut terdiri dari persepsi mengenai bentuk-
bentuk fraud, persepsi mengenai penyebab fraud serta sistem pencegahan fraud.
penelitian ini, namun partisipasi Bapak / Ibu sebagai informan bersifat sukarela
sehingga Bapak / Ibu dapat menolak untuk menjadi respoden dalam penelitian ini
Wawancara akan direkam menggunakan alat perekam suara. Identitas Bapak / Ibu
laporan yang akan dibuat oleh peneliti terkait dengan penelitian ini.
Jika Bapak / Ibu memerlukan informasi lebih lanjut terkait dengan wawancara atau
penelitian ini, Bapak / Ibu dapat menghubungi peneliti a.n. Yustina Maria Owa, No.
mengenai penelitian yang dilakukan kepada Bapak / Ibu sehingga Bapak / Ibu
40
bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai informan yang akan
diwawancarai oleh peneliti. Atas perhatian Bapak / Ibu peneliti sampaikan terima
kasih.
41
Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN
INFORMAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia berpartisipasi sebagai informan
dalam penelitian “Persepsi Dokter Mengenai Potensi Fraud Pada Era JKN di
RSUD Kabupaten Badung Mangusada” yang dilakukan oleh Yustina Maria Owa,
wawancara yang sebelumnya telah diberikan oleh peneliti dan bersedia memberikan
informasi dalam wawancara yang akan dilakukan sesuai dengan kapasitas dan
kapabilitas saya.
Informan
( )
Lampiran 5
Pedoman Wawancara