Anda di halaman 1dari 20

Clinic Science Session

* Kepaniteraan Klinik Senior/G1A219116 /September2020


** Pembimbing : Dr. dr. Fitriyanti, Sp.KK, FINSDV **

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEELING AZELEIC DAN ASAM


PYRUVIC PADA TATALAKSANA ACNE PADA WANITA
DEWASA : RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL

Oleh:
Nabilah Haptriani, S.Ked*
G1A219116

Pembimbing:
Dr. dr. Fitriyanti, Sp.KK, FINSDV**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
LEMBAR PENGESAHAN

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEELING AZELEIC DAN ASAM PYRUVIC


PADA TATALAKSANA ACNE PADA WANITA DEWASA : RANDOMIZED
CONTROLLED TRIAL’

Oleh:
Nabilah Haptriani, S.Ked*
G1A219093

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020

Jambi, September 2020


Pembimbing:

Dr. dr. Fitriyanti, Sp.KK, FINSDV


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sebab karena
rahmatnya, tugas baca jurnal atau clinical science session (CSS) yang berjudul
“PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEELING AZELEIC DAN ASAM PYRUVIC
PADA TATALAKSANA ACNE PADA WANITA DEWASA : RANDOMIZED
CONTROLLED TRIAL” ini dapat terselesaikan. Tugas ini dibuat agar penulis dan teman –
teman sesama koass periode ini dapat memahami tentang efektiviitas peeling asam piruvat
dan azelaic dalam terapi acne vulgaris. Selain itu juga sebagai tugas dalam menjalankan
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Raden
Mattaher Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Fitriyanti, Sp.KK, FINSDV, selaku
pembimbing dalam kepaniteraan klinik senior ini dan khususnya pembimbing dalam tugas
baca jurnal ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran agar lebih baik kedepannya. Akhir kata, semoga tugas baca
jurnal ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah informasi serta pengetahuan kita.

Jambi, September 2020

Penulis

1
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEELING AZELEIC DAN ASAM PYRUVIC
PADA TATALAKSANA ACNE PADA WANITA DEWASA : RANDOMIZED
CONTROLLED TRIAL’
Karolina Chilicka , Aleksandra M. Rogowska , Renata Szyguła ,  
1 2🖂 1,4

Iwona Dzieńdziora -Urbińska & JakubTaradaj


1,4 3,4

Chemical peels adalah terapi yang banyak digunakan dalam dermatologi dan kosmetologi.
Studi ini bertujuan untuk mengeksplor perbedaan keefektifan azelaic dan asam pyruvic pada
tatalaksana acne vulgaris. Kriteria kelayakan untuk peserta adalah : jenis kelamin perempuan,
usia 18- 25 tahun, tidak ada terapi dermatologis dalam 12 bulan terakhir dan acne
papulopustular. Kami akan merawat 120 wanita muda ( dengan usia rata rata 22 tahun)
dengan sesi 6 kali peeling dalam interval 2 minggu. Dalam design studi klinis parallel, 1
kelompok acak ( n = 60) di terapi dengan asam azelaic (AA), sedangkan kelompok kedia
diterapi dengan asam pyruvic (PA). Kami mengevaluasi pasien secara klinis dua kali
( sebelum dan sesudah terapi) menggunakan skala keparahan gejala Hellegren- vincent untuk
menilai diagnosis acne, dan Nati Analyzer untuk mengestimasi jenis kulit ( kulit berminyak,
deskuamasi, porositas, dan kelembaan ). Evaluasi klinis pada pasien menujukan pengurangan
yang signifikan dari gejala keparahan acne, baik pada kelompok AA dan kelompok PA,
setelah sesi peeling. Efek juga ditemukan dalam mengurangi deskuamasi dan mengurangi
minyak di kulit. Baik chemical peeling AA dan PA merupakan perawatan yang aman dan
efisien untuk jerawat ringan, namun dalam pemilihan kedua asam tersebut, efek samping,
jenis kulit, dan preferensi pasien harus dipertimbangkan. Studi ini telah terdaftar di registry
ISRCTN.

Karakteristik acne vulgaris. Acne vulgaris adalah penyakit inflmasi kronis pada kulit, yang
di cirikan dengan adanya komedo, seborrhea, nodul, papul, pustule, dan scarring. Kelenjar
sebasea terbentuk sebagai hasil dari peningkatan kadar testosteron, hiperkeratinisasi folikel,
dan kolonisasi yang berlebihan dari Cutibacte rium acnes (nama lama Propionibacterium
acnes-P. acnes), yang menyebabkan reaksi kekebalan dan sebagai akibat dari peradangan.
Prevalensi acne vulgaris tersebar luas, dengan 95% laki-laki dan 83% perempuan pada usia
16 tahun mengalaminya. Wanita mengalami acne vulgaris pada usia awal dibanding dengan
laki- laki, kebanyakan, ini adalah hasil onset awal pubertas diantara wanita. Walaupun acne
cenderung lebih persisten pada wanita, laki- laki biasanya mengalami gejala yang lebih berat.
Ditambah lagi, lokasi akne berbeda di kedua kelompok gender, dengan akne yang terjadi
lebih sering di wajah pada wanita sedangkan lebih sering di dada dan punggung pada laki-

1
laki. Acne dewasa ( acne trada) adalah paling sering tejadi pada wanita di usia antara 20
sampai 25 tahun. Ada 2 subtipe acne trada; acne lanjut ( yang juga diketahui sebagai
perssten, ketika darurat terjadi pada remaja dan berlanjut sampai dewasa; terhitung 80 %
kasus) dan onset lanjut ( jika pertama muncul pada masa dewasa). Acne dewasa berbeda dari
tipe remaja. Bentuk inflamasi pada acne dewasa di tandai dengan akne papulopustular dan
inflamasi pada akne dewasa ditandai oleh papulopustular dan inflamasi nodulus, yang
dominasi di leher, rahang, dan dagu. Bentuk komedo terdiri dari makrokomedo ( kista
mikro). Tipe paling sering akne dewasa pada wanita adalah ringan- sedang dan biasanya
resistant terhadap terapi.
Treatment acne. Tatalaksana topikal digunakan paling sering pada pasien akne. Secara
khusus, terapi topikal maintenance direkomendasikan setelah pemberhentian terapi pada akne
wanita dewasa, untuk mengurangi risiko relaps akne. Secara bersamaan, terapi obat sistemik
dapat dimasukkan, bergantung pada keparahan penyakit. Karena pathogenesis akne banyak
faktor, terapi harus terdiri dari metode yang bervariasi ; terapi fotodinamik topikal, retinoid
topikal, asam azelaic, benzoyl peroxide, antibiotic oral dan topikal, isotretinoin oral, terapi
hormone, dana gen sensitasi insulin, 5a reductase type 1 inhibitor, isotretinoin dosis rendah-
jangka panjang, agen anti- inflamasi seperti lipoxygenase, dan diet khusus. Salah satu cara
efektif untuk mengurangi bekas jerawat adalah chemical peeling.
Chemical peeling adalah metode yang berguna dalam konsmetologi modern untuk
melapasi kembali penuaan dan kulit yang telah rusa karena terkena matahari, dan juga
menangani berbagai jenis penyakit kulit. Menurut American academy of dermatology,
chemical peeling untuk terapi penyakit kulit tertentu atau kondisi atau perbaikan kecantikan,
terdiri dari aplikasi satu atau lebih agen exfoliasi kimia untuk kulit, porsi yang hancur pada
lapisan epidermis atau dermis dan regenerasi jaringan dermal dan epidermal baru. Satu atau
lebih agen exfoliasi digunakan pada kulit epidermis dan dermis pada waktu yang ditentukan.
Chemical peeling bertujuan untuk membuang kulit wajah yang rusak dengan cara yang
terkontrol untuk melembutkan dan memperbaiki teksturnya. Efek ini juga dicapai dengan
merangsang respon penyembuhan luka. Dermis menebal sebagai hasil dari meningkatnya
faktor pertumbuhan dan produksi kolagen yang disebabkan oleh cedera kimiawi.

Efek klinis asam azelaic dan asam pyruvic peels pada akne.
Peeling adalah salah satu preosedur tertua dan terkenal di seluruh dunia. Chemical peels
superfsiaial, yang disebut juga refreshing peels atau light peels, didefnisikan sebagai aplikasi
satu atau lebih agen ke kulit yang bertujuan untuk deskuamasi ringan. Asam alpha – hydroski
2
adalah kelompok senyawa yang diekstrak dari buah- buahan dan tebu yang memilki hidroksil
pada posisi alfa. Alpha hydroxyl acids ( AHA) di metabolisme dari siklus karbohidrat dan
proses metabolic lain. Untuk medium peels, azelaic AHAs menjadi perawatan kulit dengan
efektifitas paling tinggi dalam memperbaiki kualitas dan tampilan kulit wajah, terutama
dalam mengurangi akne papular dan pustular.
Asam pyruvate adalah asam keto yang memperoleh perhatian sginifikan pada bereberapa
tahun terakhhir karena variasi keratolitiknya, antimicrobial, dan sebostatik serta
kemampuannya untuk merangsang pembentukan kolagen baru dan serat elastin. PA berubah
menjadi asam laktat secara fisiologis, dan sifatnya membuatnya menjadi agen peeling topical
khusus yang efektif, dengan risiko rendah scarring. PA menyebabkan pemisahan dermo-
epidermal dan meningkatkan pproduksi kolagen, derat elastin, dan glikoprotein, dan aktivitas
antimikroba. Terkait dengan sifat keratolitik dan desmoplastiknya, PA telah menjadi agen
peeling medium dalam akne yang inflamasi, scar acne moderate, kulit berminyak, keratosis
aktinik, dan kutil. Selain berguna untuk jerawat, photodamage, dan scar superfisial, agen ini
juga meneunjukkan manfaat dalam beberapa penyakit pigmen pada pasien berkulit terang.
Azeleic Acid secara natural tersaturasi asam dicarboxylic C9, yang efektif dalam terapi
akne. AA menunjukkan sifat anti inflmasi dan antibakteri terhadap akne yang disebabkan
oleh bakteri. Aksi antibakteri mempengaruhi mikroorganisme kulit yang berbeda,
menghambat sintesis proten sel pada mikroorganisme aeroobik dan anaerobic, seperti P.
acnes dan S. epidermidis. Selanjutnya, AA menghambat produksi radikal bebas dengan
neutrophil, terkhusus pada melasma dan hiperpigmentasi post inflamasi. Penelitian klinis
mengungkapkan bahwa AA mempunyai efektifitas sempurna dalam terapi akne vulgaris,
tidak menyebabkan komplikasi, dan bertoleransi baik pada kebanyakan pasien.

Studi sekarang.
Meskipun AA dan PA diketahui baik sebagai terapi akne, hanya ada sedikit pengetahuan
mengenai efikasi diantara asam tersebut sama atau berbeda signifikan. Studi ini
membandingkan AA dan PA untuk menilai efektifitas mereka dalam terapi akne vulgaris
pada wanita dewasa muda. Sejauh pengetahuan kami, kami mengeksplor efikasi dari kedua
terapi akne tersebut untuk pertama kali; dengan demikian, kami tidak membuat hipotesis
spesifik.

Hasil

3
Jumlah peserta yang secara acak didaftarkan dan menerima acid peels adalah 60. Pada baik
kelompok AA dan kelompok PA. Tidak ada kasus peserta yang hilang dan di ekslusikan
setelah di acak. Hasil rata- rata, kesalahan standar, dan 95 % confidence interval ditunjukkan
pada tabel 1 dan 2 menunjukkan hadil one way ANOVA dengan pengukuran berulang.
Perbedaan pada SHVSS diantara kelompok AA dan PA ditunjuukan pada gambar 1. Menurut
asumsi, derajat keparahan gejala akne pada SHVSS berkurang secara signifikan dibwah

terapi baik AA dan PA ( p< 0.001) ( Gambar 2). Ukuran efek di perkirakan dengan ηp2
untuk efek utama terapi sangat sangat besar dan mampu menjelaskan sekitar 80% varian
jerawat. Tidak ada perbedaan signifikan antara AA dan PA acid peels dalam terapi akne.
Persentasi minyak dan deskuamasi pada kulit berkurang secara signifikan
sebagai hasil dari terapi dengan asam ( gambar 2). Ukuran efek diperkirakan dengan
ηp2 karena efek utama Perawatan (Test, Retest) besar untuk kulit berminyak (dan bisa
menjelaskan sekitar 31% varian) dan sedang untuk kulit mengelupas (dengan 9% dari
total varian dijelaskan). Kelompok yang diobati dengan PA menunjukkan kulit
berminyak yang secara signifikan lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok yang
diobati dengan AA, tetapi ukuran efeknya kecil (dengan 3% dari total varian
dijelaskan). Indikator lain mengenai ukuran pori dan kelembaban kulit tidak berubah
secara signifikan. Tidak ada interaksi antara kelompok dan terapi asam.

4
Table 1. Perbandingan skor rata-rata untuk parameter kulit selama 12 minggu
terapiasam azelaic dan piruvat  

Tabel 2. Hasil ANOVA one way dengan berulang-ulang tindakan sebelum dan sesudah pengobatan
menggunakan salah satu dari dua jenis asam: piruvat atau azelaic.

Diskusi

Khasiat kulit asam azelaic dan piruvat dalam mengurangi gejala jerawat. Studi
tersebut menemukan bahwa AA dan PA menghasilkan penurunan keparahan dan lesi jerawat
yang serupa. Perbedaan rata-rata di SHVSS antara baseline dan minggu ke 12 pengobatan
asam menunjukkan bahwa menggunakan AA atau PA dapat mengurangi gejala jerawat.
Peningkatan global rata-rata secara keseluruhan adalah sekitar 40% pada kedua kelompok

5
pengobatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya. Efektivitas asam telah
dikonfirmasi dalam banyak penelitian4,8,11,19. Szymańska dkk.20 menunjukkan bahwa setelah
enam rangkaian perawatan asam yang dilakukan setiap 2 minggu, lesi jerawat wajah
berkurang dan aktivitas kelenjar sebaceous dinormalisasi. Penelitian terbaru menunjukkan
bahwa asam piruvat memiliki efek yang jauh lebih baik pada pengobatan acne vulgaris,
dibandingkan dengan campuran asam glikolat dan salisilat 21. Asam piruvat menunjukkan
peningkatan hidrasi kulit yang signifikan, dan terjadi penurunan jumlah melanin di bagian
epidermis dibandingkan dengan campuran asam glikolat dan salisilat, yang perubahannya
tidak signifikan secara statistik. Namun, penelitian sebelumnya tidak menemukan perbedaan
dalam khasiat asam piruvat dan salisilat22. Baik asam piruvat dan asam salisilat memiliki efek
yang serupa, karena jumlah erupsi kulit yang berkurang serupa pada kedua kelompok pasien.

G
Gambar 1. Skor rata-rata Skala Gejala Keparahan Hellegren – Vincent (SHVSS) di baseline dan 12 minggu
setelah pengobatan dengan azelaic atau asam piruvat. Bilah kesalahan adalah 95% confdence interval (CI). ***p

6
<.001. 

Gambar 2. Persentase rata-rata Nati Analyzer untuk sifat berminyak, pengelupasan, porositas, T kelembaban
dan kelembaban U   pada awal dan 12 minggu setelah perawatan dengan peeling asam azelaic atau piruvat.
Bilah kesalahannya 95% CI. *p<.05; **p<.01; ***p<.001.

Meskipun mekanisme yang tepat masih belum jelas, antimikroba, anti-infammatory


dan mode komedolitik tindakan tampaknya mengisi peran penting dalam perawatan
jerawat.15.AA dan PA dapat mengganggu gradien pH transmembran, yang terutama
menghambat sintesis protein dari mikroorganisme yang rentan. Ditemukan bahwa
pengurangan populasi Cutibacterium acnes intrafollicular mungkin lebih jauh menghasilkan
pengurangan asam lemak bebas yang timbul dari trigliserida karena aksi lipase bakteri.

Perbandingan perubahan parameter kulit di bawah pengaruh peeling AA dan


PA. Baik AA dan PA menghasilkan tingkat deskuamasi yang jauh lebih rendah
(sekitar 1% pada minggu ke-12). Parameter kulit lainnya, termasuk ukuran pori, serta
tingkat kelembaban daerah U dan T, tidak berubah secara signifikan di bawah
pengaruh AA dan PA. Namun, perbedaan yang signifikan antara kedua agen ini
ditunjukkan pada tingkat kulit berminyak.  PA cenderung mengurangi sifat berminyak
pada tingkat yang lebih besar (sekitar 19% pada minggu ke 12) daripada AA (sekitar
13% pada minggu ke 12). Efek AA dalam produksi sebum masih belum jelas.
Sebagian besar pasien melaporkan penurunan rasa berminyak pada kulit secara
bertahap. Sebaliknya, hasil penelitian tidak konsisten dan tampaknya bergantung pada
metode pengobatan, dan kombinasi asam dengan bahan kosmetik lainnya 2. Di sisi
lain, sifat sebostatik yang sangat baik dari PA telah didokumentasikan dengan baik
dalam penelitian sebelumnya19,23. Karena dimensinya yang kecil PA penetrasi lebih

7
cepat dan dalam melalui kulit daripada AA. Namun, kedalaman penetrasi juga
bergantung pada konsentrasi PA, gesekan, kendaraan, lintasan, dan waktu eksposur24. 

AA memiliki aksi antibakteri yang efektif. Ini mengurangi ukuran dan jumlah
komedo dengan mengubah hiperkeratosis folikel serta mengurangi hiperpigmentasi
pasca-inflamasi karena aktivitas anti-tirosinase. Selain itu, AA tidak beracun atau
fototoksik dan tidak berinteraksi dengan obat lain, sehingga dapat digunakan
selama  kehamilan dan menyusui15,23. Efek samping AA tidak khas dan termasuk gatal,
terbakar, iritasi, pewarna thesia, reaksi alergi terhadap kendaraan, sesak pada kulit di
area yang dirawat, efek pemutihan ringan dan perburukankulit yang sudah
terinfeksipada15,24. Te AA dapat dikombinasikan dengan kontrasepsi hormonal dan, pada
kasus jerawat yang parah, dengan tetrasiklin oral, untuk mempercepat perbaikan 16.
Tere konsensus di antara ahli kulit untuk merekomendasikan AA sebagai terapi lini
kedua.24. 
Namun, PA juga ditemukan sebagai agen peling yang efektif dan aman yang dapat
memperbaiki tekstur kulit dan warna kulit serta mengurangi jerawat aktif (terutama
jerawat mikrokistik) dan lesi hiperpigmentasi 5. PA juga memiliki sifat keratolitik,
antimikroba, dan sebostatik yang terkenal, dan merangsang pembentukan kolagen dan
serat elastis. PA menyebabkan sensasi menyengat dan terbakar yang intens selama
aplikasi dan menghasilkan uap yang menyengat dan mengiritasi untuk mukosa saluran
pernapasan atas8,11,25. Efek samping juga termasuk pengerasan kulit di area kulit yang
terinfeksi atau lebih tipis. Hingga 6 bulan afer mengupas, beberapa pasien mungkin
mengalami kesemutan atau sensasi terbakar diperi, daerah orifcial  atau bahkan
sementara efek samping hiperpigmentasi.26
Kontraindikasi antara lain infeksi virus herpes simpleks, kelainan kulit autoimun,
kehamilan, pengobatan isotretinoin dalam 3 bulan sebelumnya, serta keloid dan bekas
luka hipertrofik. Karena tindakan dalam dan cepat, PA tidak dianjurkan untuk kulit
dengan penghalang terganggu seperti dermatitis yang sedang berlangsung, iritasi
retinoid, dermatitis seboroik, dermatitis atopik, atau dermatitis perioral 24.Meskipun
keterbatasan ini, asam piruvat disarankan sebagai agen berguna dalam percepatan
efcacy terapi jerawat topikal dan sistemik, terutama untuk kulit berminyak dan bekas
luka jerawat ringan.27

8
Keterbatasan studi dan arahan penelitian lebih lanjut.
Hasil dari penelitian ini cukup menjanjikan tetapi membutuhkan konfirmasi dalam
penelitian lebih lanjut. Batasan pertama dari penelitian ini mungkin hanya pada
pengukuran; Di masa mendatang, kami ingin menggunakan alat ukur yang lebih tepat
(misalnya, DermaUnit SSC 3, Courage Khazaka Electronic). Kamera spesialis dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas tes studi. Kamera Visiopor R PP 34
menggunakan sinar UV khusus untuk memvisualisasikan lesi jerawat pada area
minimal 8 × 6,4 mm. Fuoresensi oranye-merah menunjukkan ada lesi akne P. acnes
bakteri dalam lesi yang tidak terbukti secara klinis (folikel dan mikrokomedon) dan
lesi yang terbukti secara klinis (komedo, papula, dan pustula). Batasan lain dari
penelitian ini adalah sampel penelitian ditinjau dari jenis kelamin dan usia; studi ini
difokuskan pada sekelompok wanita muda yang homogen, sehingga hasilnya tidak
dapat digeneralisasikan untuk pria, remaja, dan orang tua. Di masa mendatang, sampel
yang lebih besar harus berpartisipasi dalam penelitian ini, termasuk wanita dan pria
dengan jerawat, serta orang-orang yang tidak memiliki masalah kulit atau penyakit
(sebagai perbandingan). Lebih lanjut, kami ingin memeriksa remaja, serta orang
dewasa berusia di atas 30 tahun yang berjerawat.

KESIMPULAN 
Efektivitas asam azelaic dan piruvat dalam pengobatan jerawat sebanding, seperti
yang dikonfirmasi dalam penelitian ini. Kedua asam tersebut menghasilkan penurunan
yang sama dalam hal keparahan dan lesi jerawat serta penurunan deskuamasi. Namun,
PA mengurangi kulit berminyak lebih besar dari AA. Pemilihan pasien adalah wajib
ketika memilih antara peling AA dan PA. Perawatan asam harus dikaitkan dengan
struktur kulit, efek yang diharapkan pada sifat berminyak pada kulit, dan sejauh mana
efek samping terjadi. Rasa aman pada wanita selama menjalani terapi hormonal,
kehamilan, dan menyusui harus diutamakan28.

Metode 
Peserta. Studi ini dirancang sebagai uji klinis prospektif acak paralel. Ukuran sampel
ditentukan menggunakan rumus Cohran dengan koreksi untuk populasi kecil.
Perkiraan awal kami tentang ukuran sampel termasuk asumsi kejadian akne vulgaris
di antara wanita dewasa muda sebesar 60%. Kami memperkirakan bahwa total 165
siswa perempuan akan diperlukan untuk mendeteksi perbedaan antar kelompok,
9
dengan asumsi α 0,05 (tingkat kepercayaan 95% dan presisi 5%), dari total populasi
300 mahasiswa yang mempelajari tata rias di universitas. Studi ini awalnya merekrut
(antara 27 dan 31 Januari 2020) 165 siswa perempuan; Namun, 45 dari mereka tidak
memenuhi kriteria di atas dan mereka dikeluarkan dari penelitian lebih lanjut.
Akhirnya, sampel penelitian termasuk 120 wanita berusia antara 20 dan 24 tahun (M=
22.20, SD= 1.61), dan mereka semua adalah mahasiswa sarjana tata rias tahun ketiga
di Opole Medical School di selatan Polandia (Gbr.3) . 
Peneliti Karolina Chilicka melakukan urutan alokasi acak, mendaftarkan peserta,
dan menugaskan peserta untuk intervensi. Pengacakan blok digunakan di sini untuk
membagi mahasiswa menjadi salah satu dari dua kelompok paralel (AA, PA, AA, PA)
dalam rasio 1: 1. Kami membagi daftar siswa yang bernomor urut menjadi bilangan
ganjil dan bilangan genap; dan kemudian, angka ganjil ditugaskan ke grup AA,
sedangkan angka genap  ditugaskan ke grup PA. Baik kelompok AA dan PA terdiri
dari 60 wanita (50% dari total sampel). Kriteria kelayakannya adalah sebagai berikut:
jenis kelamin perempuan, usia 18-25 tahun, tidak ada pengobatan dermatologis dalam
12 bulan terakhir dan jerawat papulopustular ringan sampai sedang. Kriteria eksklusi
adalah sebagai berikut: kehamilan, laktasi, radang aktif pada kulit, penyakit kulit
kambuh bakteri, virus, alergi dan jamur, gangguan kontinuitas kulit, prosedur
pembedahan baru di area pengobatan, herpes aktif, pengobatan dengan isotretinoin,
penurunan imunitas. , dan alergi terhadap bahan-bahan yang mengelupas, rosacea
aktif, eksim, psoriasis, berbagai telangiektasis, nevi melanositik numerik, kulit
kecokelatan, kanker kulit, penyakit autoimun seperti pemfigus dan kolagenosis, baru-
baru ini menjalani operasi (hingga 2 bulan), baru-baru ini menjalani krioterapi
( hingga 6 bulan), jerawat parah dan pro pensitas terhadap keloid. 

Semua peserta datang dengan acne vulgaris, berdasarkan diagnosis


menggunakan Skala Gejala Keparahan Hellegren-Vincent (SHVSS). Te SHVSS
memungkinkan untuk menilai tingkat keparahan gejala jerawat mayor secara
keseluruhan, seperti eritema, komedo, pustula. Tablet dan papula inflamasi (Gbr.4).
Alat ini berguna untuk memperkirakan jumlah ketidaksempurnaan (papula, pustula,
komedo) dan menilai tingkat seborrhea. Derajat rata-rata SHVSS adalah 3 (M = 2.58,
SD = 0.5; berkisar antara 2 dan 3). Diantara peserta, 50 mendemonstrasikan tingkat
kedua SHVSS (41,67% dari total sampel) dan 70 menunjukkan derajat ketiga

10
(58,33%). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara sampel AA dan PA dalam
tingkat keparahan jerawat, χ (1)2= 0.14, p = 0.71, ϕ = -0.03. Distribusi keparahan
jerawat derajat dua serupa padaAA (n= 26, 43.33%) dan PA (nsampel= 24, 40.00%).
Tingkat keparahan jerawat yang ketiga terjadi pada kelompok AA (n= 34, 56,66%)
dan juga pada kelompok PA (n= 36, 60,00%). Di antara peserta, 100% disajikan
dengan jenis jerawat akhir ringan atau sedang, dengan durasi rata-rata ketekunan
jerawat 7 tahun (M= 6.78, SD= 0.64). 

Gambar 3. Bagan selir studi klinis Kelompok 1 dan Kelompok 2.

11
Gambar 4. Contoh peserta: (a) kelompok asam azelaic (AA), sebelum pengobatan; (b) kelompok AA,
setelah pengobatan (c) kelompok asam piruvat (PA), sebelum pengobatan; (d) kelompok PA, setelah
pengobatan.

Pengukuran. Evaluasi klinis dilakukan dengan menggunakan Skala Gejala


Keparahan Hellegren-Vincent (SHVSS). Alat ini berguna untuk memperkirakan
jumlah ketidaksempurnaan (papula, pustula, komedo) dan menilai tingkat seborrhoea.
Ada lima derajat keparahan gejala: (1) eritema, komedo, 1–5 nanah atau papula; (2)
eritema, komedo, 6-10 pustula atau papula; (3) eritema, komedo, 11-20 pustula atau
papula; (4) eritema, komedo, 21-30 pustula atau papula; (5) eritema, komedo, lebih
dari 30 pustula atau papula. Pengukuran fungsional kulit dilakukan sebelum prosedur
dan 14 hari setelah sesi lengkap empat perawatan, menggunakan perangkat Nati Skin
Analyzer (Beauty of Science, Wroclaw, Polandia). Dengan menggunakan perangkat

12
ini, kami mengukur sebum, kelembaban zona T dan U, pengelupasan kulit dan ukuran
pori-pori kulit. 
Te Nati Analyzer (NA) digunakan dalam penelitian ini untuk diagnosis
komprehensif dari parameter kulit berikut: struktur kulit, tingkat deskuamasi, tingkat
kelembaban, tingkat kulit berminyak, dan ukuran pori. Te NA adalah perangkat
modern dalam diagnostik tata rias komputer, yang menggunakan kamera digital yang
mengoperasikan teknologi HD Ready, dan sistem pengukuran 2-in-1 untuk
memungkinkan analisis fisik dan optik pada kulit. Pengukuran dilakukan dua kali,
pada awal (sebelum perawatan), dan 12 minggu kemudian (14 hari setelah enam sesi
dengan perawatan menggunakan pengelupasan asam). 

Prosedur. Enam sesi peeling dilakukan, masing-masing setiap 2 minggu sekali.


Pertama, wajah disiapkan untuk peeling asam dengan cara membersihkannya
menggunakan Pre Peel Cleanser, kemudian kulit dihilangkan lemaknya dengan Pre
Peel Lotion, untuk semua peserta. Pada kelompok AA, Azelaic Peel 1 (16% AA, 10%
asam Almond, dan 2% asam salisilat) diaplikasikan dua kali dengan swab.
Selanjutnya, Azelaic Peel 2 (16% AA) dioleskan dua kali dengan swab. Setiap lapisan
asam diaplikasikan setelah lapisan asam sebelumnya dikeringkan. Para peserta
diinstruksikan untuk meninggalkan asam pada kulit selama 6-8 jam, dan kemudian
membasuh wajah mereka. Pada kelompok PA, Pyruvic Peel (50% PA, dan 50% pH
0.8) diaplikasikan dengan baguette kapas tiga kali selama kurang lebih satu menit
sampai eritema muncul. Selanjutnya, penetral (5 ml indikator pH) dioleskan ke kulit
selama 1 sampai 2 menit. Diakhir sesi, krim pelindung dengan flter 50+ UV
diaplikasikan pada kulit wajah home care berdasarkan pencucian, penghilangan make-
up dengan micellar liquid, dan menggunakan regenerasi cream. Selama 12 minggu
sesi pengelupasan, tidak ada pasien yang diobati dengan agen dermatologis atau
kosmetik lain, dan perawatan perangkat, selain pengelupasan AA atau PA. Tidak ada
bahaya atau efek yang tidak diinginkan terkait dengan pengobatan yang dilaporkan
oleh peserta. 
Studi klinis paralel prospektif ini dengan analisis tindak lanjut dilakukan antara
Januari dan April 2020 di Sekolah Kedokteran Opole, Opole, Polandia. Itu disetujui
oleh Komite Etika Penelitian Manusia dari Sekolah Kedokteran Opole dan dilakukan
sesuai dengan prinsip-prinsip Deklarasi Helsinki (No. BC 1/2018). Semua peserta
memberikan persetujuan mereka untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Persetujuan

13
yang diinformasikan juga diperoleh untuk publikasi mengidentifikasi gambar dalam
publikasi akses terbuka online. Sekolah Kedokteran Te Opole memberikan dukungan
keuangan untuk pendaftaran protokol studi. Studi ini terdaftar di registri Nomor
Percobaan Acak Terkendali Standar Internasional (ISRCTN) (nomor registrasi
ISRCTN79716614, 17/01/2020). Para subjek diinformasikan bahwa mereka dapat
mengundurkan diri dari ujian setiap saat, tanpa memberikan alasan. Persetujuan
tertulis dan terinformasi diperoleh dari semua peserta. Data untuk makalah ini tersedia
di Mendeley Datasets di https://dx.doi.org/10.17632/syf7bhs5n.2. Protokol studi
tersedia di registri ISRCTN di https://www.isrctn.com/ISRCTN79716614. 

Analisis statistik.
Tindakan berulang ANOVA dilakukan untuk memeriksa perbedaan antara perawatan
AA dan PA peels. Variabel terikat adalah tingkat keparahan gejala jerawat (dinilai
dengan SHVSS). Perubahan parameter kulit setelah perawatan pengelupasan asam
juga terkendali. ANOVA dengan pengukuran berulang dilakukan secara terpisah
untuk parameter kulit seperti itu (sebagai variabel dependen), seperti sifat berminyak,
pengelupasan, porositas, kelembaban T dan kelembaban U. Variabel faktor
independen dalam semua analisis statistik adalah Pengelupasan asam (Piruvat,
Azelaic) dan Waktu perawatan (Test = pada baseline, Retest = afer 12 minggu).
Dalam semua analisis berikut, efek pengobatan dari waktu ke waktu untuk kelompok
pembanding (AA dan PA) diperiksa dalam uji dua sisi, karena kami tidak memiliki
hipotesis langsung. Uji post-hoc Jujur Signifikan Diference (HSD) Te Tukey
dilakukan untuk menemukan cara yang secara signifikan berbeda satu sama lain.
Ukuran efek kondisi dihitung menggunakan parsial eta square (ηp2).

14
REFERENSI

1. Leccia, MT et al. Pengobatan jerawat topikal di Eropa dan masalah resistensi


antimikroba. JEADV 29, 1485–1492. https: // doi. org / 10.1111 / jdv.12989
(2015). 
2. Weiss, JS Pilihan terkini untuk pengobatan topikal acne vulgaris. Pediatr.
Dermatol. 14, 480–4882. https: // doi. org / 10.1111 / j.1525-1470.1997.tb00696.x
(1997). 
3. Heng, AHS & Chew, FT Review sistematis dari epidemiologi acne vulgaris. Sci.
Rep. 10,5754. https://doi.org/10.1038/ s41598-020-62715-3 (2020). 
4. Fabbrocini, G., De Padova, MP, Cacciapuoti, S. & Tosti, A. Jerawat. Dalam Color
Atlas of Chemical Peels (eds De Padova, MP & Tosti, A.) 95–105 (Springer,
Berlin, 2012).5. Dessinioti, C. & Dreno, B. Acne. Dalam European Handbook of
Dermatological Treatments (eds Katsambas, AD et al.) 3–17 (Springer, Berlin,
2015). https://doi.org/10.1007/978-3-662-45139-7_1. 
6. Dréno, B. dkk. Jerawat wanita dewasa: paradigma baru. J. Eur. Acad. Dermatol.
Venereol. 27(9), 1063–1070. https://doi.org/10.1111/ jdv.12061 (2013). 
7. Katsambas, A. & Dessinioti, C. Perawatan baru dan baru dalam bidang
dermatologi. Jerawat Dermatol. Ter. 21, 86–95 (2008). 
8. Kontochristopoulos, G. & Platsidaki, E. Chemical peeling aktif pada jerawat
dan bekas jerawat. Clin. Dermatol. 35, 179–182 (2017). 
9. Pengelupasan kimia basichis, BA Superfcial dan medium-depth. Dalam
Peremajaan Wajah Bedah Lanjutan (eds Erian, A. & Shifman, MA) 181–191
(Springer, Berlin, 2012). 
10. Drake, LA dkk. Pedoman perawatan pengelupasan kimiawi.
Selai. Acad. Dermatol. 33, 497–503 (1995). 
11. Hofmeister, H. Superfcial dan pengelupasan kimia dengan kedalaman sedang.
Dalam Prosedur Kimia dan Fisik. Pendekatan dan Prosedur Klinis dalam
Dermatologi Kosmetik (eds Issa, MCA & Tamura, B.) 141–151 (Springer, Cham,
2018). 
12. Ghersetich, I. et al. Kulit asam piruvat untuk pengobatan
photoaging. Dermatol. Surg. 30, 32–36 (2004). 
13. Burchacka, E. et al. Formulasi gel liposomal asam azelaic baru yang efektif untuk
meningkatkan ketersediaan hayati farmasi. Biomed. Apoteker. 83, 771–775 (2016). 
14. Charnock, C., Brudeli, B. & Klaveness, J. Evaluation of the antibacterial efcacy of
diesters of azelaic acid. Eur. J. Pharm. Sci. 21, 589–596 (2004). 
15. Worret, WI & Fluhr, JW Acne therapy with topical benzoyl peroxide,
antibiotics and azelaic acid. JDDG 4, 293–300 (2006). 16. Kosmadaki, M. &
Katsambas, A. Topical treatments for acne. Clin. Dermatol. 35, 173–178 (2017). 
17. Reis, P. et al. Development and evaluation of a novel topical treatment for acne
with azelaic acid-loaded nanoparticles. Mikroskop. Microanal. 19, 1141–1150
(2015). 
18. Töpert, M., Rach, P. & Siegmund, F. Pharmacology and toxicology of azelaic
acid. Acta Dermatol. Venereol. 143, S14–S19 (1989). 19. Truchuelo, M., Cerdá, P.
& Fernández, LF Chemical peeling: a useful tool in the ofce. Actas Dermosifliogr.
108, 315–322 (2017). 20. Szymańska, A., Budzisz, E. & Erkiert- Polguj, A. Efcacy

15
of 30% azelaic acid peel in the nonpharmacological treatment of facial acne. J.
Dermatol. Memperlakukan. 28, 1–6 (2019). 
21. Zdrada, J., Odrzywołek, W., Deda, A. & Wilczyński, S. A split-face comparative
study to evaluate the efcacy of 50% pyruvic acid against a mixture of glycolic and
salicylic acids in the treatment of acne vulgaris. JCD
https://doi.org/10.1111/jocd.13288 (2020). 
22. Jafary, F., Faghihi, G., Saraeian, S. & Hosseini, SM Comparison the efectiveness
of pyruvic acid 50% and salicylic acid 30% in the treatment of acne. J. Res. Med.
Sci. 21, 31 (2016). 
23. Spellman, MC & Pincus, SH Efcacy and safety of azelaic acid and glycolic acid
combination therapy compared with tretinoin therapy for acne. Clin. Ter. 20, 711–
721 (1998). 
24. Tiboutot, DM et al. Practical management of acne for clinicians: an international
consensus from the global alliance to improve outcomes in acne. Selai. Acad.
Dermatol. 78, S1-23 (2018). 
25. De Padova, MP & Tosti, A. Complications of superfcial and medium chemical
peels. In Management of Complications of Cosmetic Procedures (eds Tosti, A. et
al.) 1–7 (Springer, Berlin, 2018). 
26. Wambier, CG Pyruvic acid peel. In Chemical and Physical Procedures. Clinical
Approaches and Procedures in Cosmetic Dermatol ogy (eds Issa, MCA & Tamura,
B.) 25–34 (Springer, Cham, 2018). 
27. De Padova, MP & Tosti, A. Pyruvic acid. In Color Atlas of Chemical Peels (eds
Tosti, A. et al.) 25–32 (Springer, Berlin, 2012). 28. Tan, AU, Schlosser, BJ &
Paller, AS A review of diagnosis and treatment of acne in adult female patients.
Int. J. Womens Dermatol. 4(2), 56–71. https://doi.org/10.1016/j.ijwd.2017.10.006
(2017). 
Acknowledgements 
Tis work was the part of the research Grant (No. ZB3/FI/2020) funded by
Ministry of Science in Poland. 
Author contributions 
KC conceived the experiment(s), KC and RS conducted the experiment(s), AMR and
KC analysed the results. All authors KC, AMR, RS, IUD, and JT wrote and
reviewed the manuscript. 
Competing interests 
Te authors declare no competing interests. 
Additional information 
Correspondence and requests for materials should be addressed to AMR 
Reprints and permissions information is available at
www.nature.com/reprints. 
Catatan penerbit Springer Nature tetap netral sehubungan dengan klaim yurisdiksi
dalam peta yang diterbitkan dan afiliasi kelembagaan. 
Open Access Tis article is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0
International  
License, which permits use, sharing, adaptation, distribution and reproduction in any
medium or  
format, as long as you give appropriate credit to the original author(s) and the source,
provide a link to the Creative Commons license, and indicate if changes were
16
made. Gambar atau materi pihak ketiga lainnya dalam artikel ini termasuk dalam
lisensi Creative Commons artikel, kecuali dinyatakan lain dalam batas kredit untuk
materi tersebut. If material is not included in the article's Creative Commons
license and your intended use is not permitted by statutory regulation or exceeds
the permitted use, you will need to obtain permission directly from the copyright
holder. Untuk melihat salinan lisensi ini, kunjungi
http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/. 

17

Anda mungkin juga menyukai