Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

AKNE
VULGARIS
Pembimbing:
dr. Buih Amartiwi, Sp.KK
PENDAHULUAN
◦ Akne vulgaris merupakan kondisi inflamasi pada unit polisebaseus ditandai dengan komedo, papul, pustul,
nodul. Akne vulgaris termasuk (self-limited disease.

Penyebab Akne vulgaris antara lain :

◦ Faktor genetic • Faktor jenis kulit

◦ Faktor bangsa ras • Faktor kebersihan


◦ Faktor makanan
• Faktor penggunaan kosmetik
◦ Faktor iklim
• Faktor stress

• Faktor infeksi dan faktor pekerjaan.

Nisa, Afriyanti R. 2015. “Akne Vulgaris Pada Remaja” Medical Faculty of Lampung University. Jurnal Majority Vol 4 No 6.
DEFINISI

• Akne vulgaris merupakan peradangan kronik dari unit


pilosebaseus
• Adanya penyumbatan dari penimbunan bahan keratin duktus
kelenjar
• Diatandai dengan adanya komedo, papula, pustula, nodul,
kista.
EPIDEMIOLOGI

Menurut catatan studi dermatologi kosmetika Indonesia menunjukan yaitu

• Ada 60% penderita akne vulgaris pada tahun 2006

• 80% terjadi pada tahun 2007

• 90% terjadi pada tahun 2009.

Pravelensi Tertinggi yaitu :

• Pada Wanita terjadi di umur 14-17 tahun, berkisar 83-85%

• Pada Pria di umur 16-19 tahun berkisar 95-100%.

Nisa, Afriyanti R. 2015. “Akne Vulgaris Pada Remaja” Medical Faculty of Lampung University. Jurnal Majority Vol 4 No 6.
Patogenesis
Etiologi

a) Genetik : Genotip XYY


b)Faktor Hormon : Progestoron dan Androgen f) Kondisi Kulit
c) Faktor Diet : Makanan tinggi lemak , Makanan • Kulit normal
tinggi karbohidrat, alcohol dan yodium • Kulit berminyak
d)Faktor Kosmetik : Bahan komedogenik • Kulit kering
e) Faktor Infeksi dan Trauma : • Kulit Kombinasi
• Infeksi di folikel pilosebasea karena peningkatan f) Faktor Pekerjaan : Occupational Acne
jumlah dan aktivitas flora folikel g) Faktor Psikis : Emosi dan Stress
• Trauma gesekan h) Faktor Iklim : Suhu Panas, Lembab, Musim
dingin
KLASIFIKASI
Untuk di Indonesia, FKUI/RSCM menggunakan klasifikasi penentuan derajat acne yang diadopsi dari
2nd Round Table Meeting (South East Asia), Regional Consensus on Acne Management di Vietnam
tahun 2003

1. Acne ringan : komedo < 20, atau lesi inflamasi < 15, atau total lesi < 30.

2. Acne sedang : komedo 20-100, atau lesi inflamasi 15-50, atau total lesi 30-125.

3. Acne berat : kista > 5 atau komedo > 100, atau lesi inflamasi > 50, atau total lesi > 125.
GEJALA KLINIS
Gejala predominan salah satunya Komedo merupakan gejala patognomonik bagi akne
adalah : vulgaris yang memiliki dua bentuk sumbatan, yaitu :
• Komedo • Komedo tertutup (whitehead)
• Papul non-inflamasi • Komedo terbuka (blackhead).
• Pustul
• Nodul
• Kista non-inflamasi.
GAMBAR KOMEDO

Open comedones Closed comedones Papulopustul Open comedones, Closed


Comedones,
Papulopustul dan Kista
DIAGNOSIS
Keluhan penderita dapat berupa
• gatal atau sakit, tetapi pada umumnya keluhan penderita lebih bersifat kosmetik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan komedo, baik komedo terbuka maupun komedo tertutup.
Dapat pula ditemukan
• papul
• pustul
• Nodul
• Kista
Pemeriksaan laboratorium : Jika dicurigai adanya hiperandrogenis
DIAGNOSA BANDING
Rosasea Dermatitis Perioral Folikulitis

Gejala - Kulit eritema - Rasa terbakar dan gatal - Tidak ditemukan komedo
- Telangiektaksis - Papul kemerahan dan eritrma - Nampak pustula
- Papulapustul menyerupai - Papulovesikel - Gatal dan sensasi terbakar
jerawat - Papulopustul - Nyeri dan perih
- Kulit kasar - Sering pada daerah perioral
- Tidak ada komedo

Laboratorium - KOH (demodex - Pengecatan gram


folicolorum)
PENGOBATAN BERDASARKAN

AKNE Akne komedonal

Hanya terapi topikal saja yang dapat mengadakan pengelupasan kulit.

a) Asam Retinoat 0,05 % dalam bentuk krim atau gel.

b) Bensoil Peroksida gel 2,5-5%

c) Asam salisilat 0,5-2% dalam larutan hidroalkoholik

d) Pengelupasan kimia (Chemical peeling) dengan larutan asam trikhloroasetat

e) 10-30% atau asam glikolat 20-50% dapat diulang setelah 4 minggu sekali
Akne papulo-pustuler

a. Ringan (Tingkat I-11)

Kombinasi obat yaitu pada pengelupasan kulit (bensoil peroksida, tretinoin, asam salisilat atau
pengelupasan kimia) dan antibiotika topical yaitu Klindamisin 1% atau Eritromisin 2% gel.

b. Berat (Tingkat III-IV): Obat pengelupas kulit dan antibiotika oral:

- Tetrasiklin: 4 x 250 mg/hari atau 2 x 500 mg/hari. Dosis diturunkan setelah ada perbaikan klinis,
dosis pemeliharaan 250-500 mg/hari.

- Doksisiklin 2 x 50-100mg/hari.

- Klindamisin: 2 x 150-300 mg /hari, (efek samping: kolitis pseudomembran)

- Eritromisin stearat: dosis dan cara sama dengan tetrasiklin


PENGOBATAN BERDASARKAN
c) Akne konglobata/akne berat lainnya
AKNE
Pengobatan seperti pada akne bentuk papulo-pustuler erat dan bila diperlukan dapat diberikan
tindakan tambahan antara lain:

Injeksi kortikosteroid dapat diberikan pada bentuk nodulokistik :

• triamnisolon asetonid konsentrasi 2,5 mg/ml dan tiap-tiap lesi diberikan 0,01-0,05 ml

- Pengelupasan kimia

- Estrogen dan cyproterone asetat oral (3-6 siklus menstruasi)

- Ethynil estradiol

d)Dermabrasi dan khemabrasi untuk mengurangi parut akne.


KOMPLIKASI
• Semua tipe akne berpotensi meninggalkan sekuele.

• Semua acne meninggalkan makula eritema yang bersifat sementara setelah lesi sembuh.

Pada warna kulit yang lebih gelap

• Akan ada hiperpigmentasi post inflamasi yang bertahan berbulan- bulan setelah lesi acne sembuh.

• Acne juga dapat menyebabkan terjadinya scar

• Selain itu, adanya acne juga menyebabkan dampak psikologis.

• 30–50% penderita acne mengalami gangguan psikiatrik karena adanya akne.


KESIMPULAN
• Akne vulgaris disebabkan oleh banyak faktor (multifaktorial)
Terjadinya akne vulgaris di pengaruhi oleh peningkatan
• Produksi sebum
• hiperkeratinisasi duktus polisebasea
• infeksi dari mikobakterium
• proses inflamasi.
Akne vulgaris berdampak pada psikologis dan dapat meninggalkan makula eritema yang bersifat
sementara serta menyebabkan terjadinya scar pada beberapa individu sehingga penatalaksaan pada kasus
Akne vulgaris baik medikamentosa seperti pengobatan topikal dan sistemik maupun non medikamentosa
seperti gaya hidup harus di lakukan secara seimbang.
Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
1. Adinda Luthfia, K. 2018. “Hubungan Antara Penggunaan Bedak Padat Dengan Derajat Keparahan Akne Vulgaris”. Fakultas Kedokteran Universitas
Pendidikan Semarang.

2. Anggraini D, Sibero H, Sirajudin A 2019. “Prevalensi dan Gambaran Epidemiologi Akne Vulgaris di Provinsi Lampung". Jurnal Kedokteran Unila.

3. Djuanda A, Aisah S, Hamzah M. 2005. “Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin”. 4 rd. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

4. James W.D, Timothy G.B, and Dirk M.E. 2011. “Andrew’s Diseases Of The Skin : Clinical Dermatology. Edisi ke - 11. Canada : Sauder Elsevier.

5. Klaus W, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, sLeffel DJ. 2008. “Fitzpatrick Dermatology in general medicine”. Edisi ke-8. New York:
McGraw Hill. Hal : 897-917.

6. Murtiastutik, Dwi. 2009. “Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin”. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya

7. Nisa, Afriyanti R. 2015. “Akne Vulgaris Pada Remaja” Medical Faculty of Lampung University. Jurnal Majority Vol 4 No 6.

8. Ricahrd B.W, Hamish J.A. Hunter, and Margaret W. Mann. 2015. “Clinical Dermatology”. Edisi ke – 5. Carlton, Victoria, Australia.

9. Tjekyan RM. 2008. “Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris”. Jurnal Media Medika Indonesiana.

10.Wasiaatmadja S. 2018. Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia : Akne. Jakarta. Badan Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai