AKNE
VULGARIS
Pembimbing:
dr. Buih Amartiwi, Sp.KK
PENDAHULUAN
◦ Akne vulgaris merupakan kondisi inflamasi pada unit polisebaseus ditandai dengan komedo, papul, pustul,
nodul. Akne vulgaris termasuk (self-limited disease.
Nisa, Afriyanti R. 2015. “Akne Vulgaris Pada Remaja” Medical Faculty of Lampung University. Jurnal Majority Vol 4 No 6.
DEFINISI
Nisa, Afriyanti R. 2015. “Akne Vulgaris Pada Remaja” Medical Faculty of Lampung University. Jurnal Majority Vol 4 No 6.
Patogenesis
Etiologi
1. Acne ringan : komedo < 20, atau lesi inflamasi < 15, atau total lesi < 30.
2. Acne sedang : komedo 20-100, atau lesi inflamasi 15-50, atau total lesi 30-125.
3. Acne berat : kista > 5 atau komedo > 100, atau lesi inflamasi > 50, atau total lesi > 125.
GEJALA KLINIS
Gejala predominan salah satunya Komedo merupakan gejala patognomonik bagi akne
adalah : vulgaris yang memiliki dua bentuk sumbatan, yaitu :
• Komedo • Komedo tertutup (whitehead)
• Papul non-inflamasi • Komedo terbuka (blackhead).
• Pustul
• Nodul
• Kista non-inflamasi.
GAMBAR KOMEDO
Pada pemeriksaan fisik ditemukan komedo, baik komedo terbuka maupun komedo tertutup.
Dapat pula ditemukan
• papul
• pustul
• Nodul
• Kista
Pemeriksaan laboratorium : Jika dicurigai adanya hiperandrogenis
DIAGNOSA BANDING
Rosasea Dermatitis Perioral Folikulitis
Gejala - Kulit eritema - Rasa terbakar dan gatal - Tidak ditemukan komedo
- Telangiektaksis - Papul kemerahan dan eritrma - Nampak pustula
- Papulapustul menyerupai - Papulovesikel - Gatal dan sensasi terbakar
jerawat - Papulopustul - Nyeri dan perih
- Kulit kasar - Sering pada daerah perioral
- Tidak ada komedo
e) 10-30% atau asam glikolat 20-50% dapat diulang setelah 4 minggu sekali
Akne papulo-pustuler
Kombinasi obat yaitu pada pengelupasan kulit (bensoil peroksida, tretinoin, asam salisilat atau
pengelupasan kimia) dan antibiotika topical yaitu Klindamisin 1% atau Eritromisin 2% gel.
- Tetrasiklin: 4 x 250 mg/hari atau 2 x 500 mg/hari. Dosis diturunkan setelah ada perbaikan klinis,
dosis pemeliharaan 250-500 mg/hari.
- Doksisiklin 2 x 50-100mg/hari.
• triamnisolon asetonid konsentrasi 2,5 mg/ml dan tiap-tiap lesi diberikan 0,01-0,05 ml
- Pengelupasan kimia
- Ethynil estradiol
• Semua acne meninggalkan makula eritema yang bersifat sementara setelah lesi sembuh.
• Akan ada hiperpigmentasi post inflamasi yang bertahan berbulan- bulan setelah lesi acne sembuh.
2. Anggraini D, Sibero H, Sirajudin A 2019. “Prevalensi dan Gambaran Epidemiologi Akne Vulgaris di Provinsi Lampung". Jurnal Kedokteran Unila.
3. Djuanda A, Aisah S, Hamzah M. 2005. “Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin”. 4 rd. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. James W.D, Timothy G.B, and Dirk M.E. 2011. “Andrew’s Diseases Of The Skin : Clinical Dermatology. Edisi ke - 11. Canada : Sauder Elsevier.
5. Klaus W, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, sLeffel DJ. 2008. “Fitzpatrick Dermatology in general medicine”. Edisi ke-8. New York:
McGraw Hill. Hal : 897-917.
6. Murtiastutik, Dwi. 2009. “Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin”. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya
7. Nisa, Afriyanti R. 2015. “Akne Vulgaris Pada Remaja” Medical Faculty of Lampung University. Jurnal Majority Vol 4 No 6.
8. Ricahrd B.W, Hamish J.A. Hunter, and Margaret W. Mann. 2015. “Clinical Dermatology”. Edisi ke – 5. Carlton, Victoria, Australia.
9. Tjekyan RM. 2008. “Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris”. Jurnal Media Medika Indonesiana.
10.Wasiaatmadja S. 2018. Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia : Akne. Jakarta. Badan Penerbit FKUI.