SKRIPSI
Oleh :
FAKHRI AMIR
160100148
SKRIPSI
Oleh :
FAKHRI AMIR
160100148
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan berkat-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Skripsi ini berjudul “Karakteristik Status Gizi Penderita TB Meningitis di RSUP
Haji Adam Malik Periode 2015-2018” yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat banyak
dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
ii
satu per satu saling bahu membahu menolong satu sama lain dari awal
perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.
7. Sahabat penulis diluar FK USU, Sarah Tejok, Enjoy Baya, Pitri, Dila Sod
seluruh bagian dari komunitas FANCY, atas tawa dan tangis yang dialami
Bersama penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
baik dari segi konten maupun cara penulisannya. Oleh sebab itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat
menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap skirpsi ini dapat bermanfaat dan mampu
memberikan sumbangsih bagi bangsa dan Negara terutama dalam bidang
pendidikan terkhususnya ilmu kedokteran.
Fakhri Amir
160100148
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ............................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................. ii
Daftar Gambar........................................................................................................ vi
Daftar Tabel .......................................................................................................... vii
Daftar Singkatan .................................................................................................. viii
Abstrak …….. ........................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................3
1.4.1 Manfaat Untuk Peneliti .......................................................3
1.4.2 Manfaat Untuk Mahasiswa .................................................3
1.4.3 Manfaat Untuk Masyarakat .................................................3
iv
2.2.9 Alur Diagnosis ..................................................................11
2.2.10 Diagnosis Banding ............................................................14
2.2.11 Tatalaksana ........................................................................15
2.2.12 Pencegahan.........................................................................18
2.2.13 Prognosis ............................................................................18
2.3 Kernig’s and Brudzinski’s sign ...........................................................18
2.4 Glasgow Coma Scale ...........................................................................19
2.5 Status Gizi ............................................................................................21
2.5.1 Definisi ..............................................................................21
2.5.2 Prevalensi ...........................................................................22
2.6 Kerangka Teori.....................................................................................23
2.7 Kerangka Konsep ................................................................................23
v
4.1.1 Distribusi berdasarkan tempat tinggal ...................................33
4.1.1 Distribusi berdasarkan GCS ..................................................34
4.1.1 Distribusi berdasarkan status gizi..........................................35
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR SINGKATAN
ix
ABSTRAK
Latar Belakang. Tuberculosis meningitis merupakan infeksi leptomeninges yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan infeksi meningitis serius yang biasa ditemukan di negara
endemic terhadap tuberculosis. Indonesia berada pada peringkat ke-3 dengan prevalensi TB
tertinggi di dunia. Tuberculosis meningitis terjadi sebesar (3,2%) dari kasus komplikasi infeksi
primer TB dan (83%) disebabkan karena komplikasi infeksi primer paru setelah HIV. Penyakit
tuberculosis meningitis pada penderita tanpa HIV (2%) dan (14%) pada penderita yang teringeksi
HIV meningkatkan risiko terjadinya meningitis TB sebanyak (50%). Incidence rates TBM di
spesifik umur dari 31,5 per 100.000 (<1tahun) sampai 0,7 per 100.000 (10-14 tahun) di Western
Cape, Afrika Selatan. (25%) pasien TB mengalami gizi kurang di seluruh dunia seperti anoreksia,
absorpsi nutrisi terganggu, atau peningkatan katabolisme tubuh. Tujuan. Mengetahui
karakteristik status gizi pada penderita Tuberkulosis Meningitis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan periode 2015-2018 Metode. Penelitian ini berjenis deskriptif dengan
pendekatan cross-sectional dan sampel dikumpulkan melalui data sekunder sebanyak 58 sampel.
Hasil. Dari 58 pasien TB meningitis mayoritas pada laki-laki sebesar 32 orang (55,2%),
mayoritas terjadi pada usia 17-30 (24,1%), bertempat tinggal diluar kota medan (74,1%),GCS
komposmentis (70,7%), gizi kurang (56,9%). Kesimpulan. Status gizi tertinggi pada penderita TB
meningitis adalah status gizi kurang atau malnutrisi.
x
ABSTRACT
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Gizi kurang sering dijumpai pada pasien yang menderita TB. Prevalensi
gizi kurang pada pasien TB dewasa tinggi, khususnya negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia. 25% pasien TB yang terdokumentasi dalam
kasus baru TB mengalami gizi kurang di seluruh dunia. Status nutrisi yang
buruk pada pasien TB disebabkan oleh absorpsi nutrisi terganggu, atau
peningkatan katabolisme tubuh. Gizi kurang pada pasien TB jika tidak
teridentifikasi segera akan menyebabkan permasalahan kesehatan yang lebih
serius, seperti peningkatan angka mortalitas (Salsabela et al., 2016).
Ventrikel merupakan tempat diproduksi nya CSS tepatnya oleh sel
ependymal, di ventrikel terdapat Blood CSF Barrier sebagai pelindung
ventrikel terhadap zat-zat yang bisa masuk ke dalam ventrikel antara lain
Glukosa, Oksigen, Ion, Vitamin dan juga bakteri. Bakteri memerlukan
Glukosa untuk energi sehingga glukosa yang diperlukan oleh tubuh diambil
oleh bakteri dan menyebabkan hipoglikemi dan absorpsi nutrisi terganggu
(Lestari et al., 2016).
Berdasarkan kondisi di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian Karakteristik Status Gizi Terhadap Penderita TB Meningitis.
TINJAUAN PUSTAKA
Otak dibungkus oleh meningen. Yang terdiri dari duramater dan lapisan
dalamnya leptomeninx, dibagi menjadi arachnoidea dan piamater (Badrul,. 2018) :
1. Duramater
Lapisan luar melekat pada permukaan dalam cranium dan juga
membentuk periosteum, dan mengirimkan perluasan pembuluh darah dan
fibrosa ke dalam tulang itu sendiri. Disampaikan oleh (Drake, et al,. 2014)
dura mater merupakan lapisan tebal, keras, dan lapisan terluar menutup
otak.
4
5
2. Arachnoidea
Membrana arachnoidea melekat pada permukaan dalam dura dan hanya
terpisah dengannya oleh suatu ruang potensial, yaitu spatium subdural.
Menurut (Drake, et al,. 2014) lapisan arachnoid merupakan lapisan tipis,
avascular, lapisan dalam dari dura matter.
3. Piamater
Piamater merupakan selaput jaringan penyambung yang tipis yang
menutupi permukaan otak dan membentang ke dalam sulkus, fissura dan
sekitar pembuluh darah.
6
2.2.1 Definisi
2.2.2 Epidemiologi
2.2.3 Etiologi
2.2.5 Klasifikasi
2.2.6 Patofisiologi
Jalur masuk utama dari M. tuberculosis adalah paru-paru lebih dari 98%
kasus. Selama lesi di paru-paru semakin berkembang, bacilli masuk melalui
pembuluh darah dan system limfatik untuk menginfeksi banyak bagian tubuh,
paling banyak adalah hati, limpa, pancreas, lymph node, dan meninges (Starke,
2010). Pada dewasa dan remaja kandungan mycobacteria didalam tubuh mungkin
tidak menunjukkan suatu gejala dan bisa menyebabkan suatu kondisi laten sampai
respon imun mengenali atau reaktifasi imun yang menyebabkan lesi di SSP
(Kechagia et al., 2012).
Bakteri tahan asam ini masuk ke dalam tubuh inang melalui droplet
inhalasi. Infeksi local di paru menjadi luas dan menyebar secara hematogen ke
ekstraparu termasuk system saraf pusat (SSP). Penyebaran hematogen bisa terjadi
pada saat awal infeksi sebelum dikendalikan oleh system imun adaptif orang yang
terinfeksi TBM. Bakteri basil tersebut berdiam di meningeal atau parenkim otak
sebagai hasil dari pembentukan focus subpial atau subependimal kecil dari lesi
kaseosa metastatic yang dikenal sebagai Fokus Rich. Focus rich semakin
membesar sehingga ruptur atau pecah dan masuk ke dalam ruang subarachnoid
dan masuk ke dalam ruang subarachnoid dan menyebabkan meningitis
(Sulistyowati et al., 2017).
9
Tahap berikutnya adalah proses rupturnya dari Rich focal dan lepasnya
basili ke dalam ruang subarachnoid lalu mengaktivasi proses peradangan T sel
dependent granulomatous sebagai respon terhadap berkembangnya tuberculosis
meningitis (Kechagia et al., 2012).
2.2.7 Patogenesis
Gambar 2.3 Gejala Meningitis meliputi mual, dan muntah, sakit kepala, demam, dan kaku
kuduk
Karakteristik klinik seperti gejala yang lebih lama (>6 hari), CSS
pleiocytosis sedang, dan timbulnya focal defisit meningkatkan kemungkinan
TBM. Temuan karakteristik terhadap CSS pada TBM meliputi (Marx and Chan,
2011) :
a) Lymphocytic-predominant pleiocytosis. Jumlah sel putih normal
diantara 100 dan 500 cells/µL. Pada gejala awal, jumlah lebih
rendah dan neutrophil predominan mungkin muncul.
b) Meningkatnya jumlah protein, normal diantara 100 dan 500mg/gL
c) Rendahnya kadar glukosa, biasanya kurang dari 45mg/dL atau CSS
: ratio plasma <0,5.
Gambar 2.4 CT-Scan TBM, CT kontras pada pasien TBM menunjukkan adanya peningkatan pada
sisterna basalis dan meninges dengan dilatasi ventricle (Piyush Ojha, 2015)
14
a) Hemisfer cerebral
b) Saraf kranial
c) Sumsum tulang belakang
2.2.11 Tatalaksana
a) Farmakologi
Pada dewasa, dosis obat harian OAT adalah isoniazid 5 (4-6) mg/kgBB,
maksimum 300 mg/hari;rifampisin 10 (8–12) mg/kgBB, maksimum 600
mg/hari;pirazinamid 25 (20–30)mg/kgBB, maksimum 2.000 mg/hari;etambutol 15
(15–20) mg/kgBB, maksimum 1.600 mg/hari; streptomisin 12-18 mg/kgBB.
Dosis kortikosteroid antara lain deksametason 0,4 mg/kgBB atau prednison 2,5
mg/kgBB (Chin, 2014).
Pada anak, dosis obat harian OAT adalah isoniazid 10 (7–15) mg/kgBB,
maksimum 300 mg/hari; rifampisin 15 (10–20) mg/kgBB, maksimum 600
mg/hari; pirazinamid 35 (30–40) mg/kgBB, maksimum 2.000 mg/hari; etambutol
20 (15–25) mg/kgBB, maksimum 1.000 mg/hari. Dosis kortikosteroid antara lain
deksametason 0,6mg/kgBB atau prednison 2-4mg/kgBB (Nahid et al., 2016).
dan dilanjutkan dengan pemberian per oral sesuai klinis pasien (Nahid et al.,
2016).
b) Bedah
Sejak berkembangnya efektifitas dari terapi antituberkulosis, peran dari
bedah sebagian besar telah berputar untuk menangani komplikasi yang serius dari
efek massa tuberculoma dan draining dari abses otak. Hydrocephalus disangkut
pautkan merupakan komplikasi dari basal meningitis dimana aliran dari CSS
terblok dari jalur keluarnya pada ventricle keempat dari jalur penyerapannya di
18
vili arachnoid atau kemungkinan destruksi dari vili arachnoid nya itu sendiri.
Hydrocephalus merupakan komplikasi yang paling parah dari infeksi dari TBM
dan dapat ditatalaksana dengan diuretic, osmotic agent, lumbar pungsi, external
ventricular drainage, atau VentriculoPeritoneal Shunt (VPS). VPS dan waktu
penggunaan pada anak masih kontroversial. Beberapa penelitian menganjurkan
melakukan VPS pada waktu awal hydrocephalus, terutama pada grade ringan
sampai sedang (grade I/II/III) dan melakukan uji coba drainase eksternal pada
kasus dengan tingkat yang sangat buruk (grade IV). Peran dari VPS telah
diperiksa pada TBM-terkait hydrocephalus menunjukkan hasil yang sukses
dengan kisaran 40 sampai 50% dan komplikasi dari VPS adalah 30% (Rock et al.,
2008).
2.2.12 Pencegahan
2.2.13 Prognosis
2.5.2 Prevalensi
M. tuberculosis
masuk ke Tubuh
Menyebar melalui Bakteremia
hematogenous endothel vaskular
Kondisi Kondisi
laten Aktif
Bakteri masuk ke Meningkatnya
CSF adhesi protein
terhadap leukosit
Mengganggu
absorbsi Glukosa
Status Gizi
• Anamnesa
Klasifikasi
• Pemeriksaan fisik berdasarkan
• Pemeriksaan perhitungan IMT
penunjang
TB Meningitis
Status Gizi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh popilasi.
Metode samplimg pada penelitian ini adalah total sampling, yaitu dengan
mengambil selur
uh jumlah populasi pasien TB Meningitis.
25
Sampel penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu
sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
a. Penderita TB Meningitis di RSUP H. Adam Malik periode 2015-
2018
b. Gejala klinis, analisis LCS, kultur/sediaan apus Gram
menunjukkan kecurigaan TBM
2. Kriteria ekslusi
a. Pasien dengan data rekam medik yang tidak lengkap
Pengumpulan
Data
Mencatat Rekam
Medik Pasien
Tuberkulosis
Meningitis
Analisis Data
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no.17 Medan, kelurahan Kemenangan,
kecamatan Medan Tuntungan, kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit
ini berdiri sejak 21 Juli 1993 dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor HK.02.02/MENKES/390/2014 tanggal 17 Oktober 2014 ditetapkan
sebagai rumah akit rujukan nasional. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan
ini juga merupakan jenis rumah sakit umum kelas A dan rumah sakit Pendidikan,
sehingga peneliti dapat melakukan penelitian di rumah sakit ini. Penelitian ini
dilakukan di sub bagian rekam medis RSUP HAM Medan (Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik, 2018).
Pada Juni 2007, RSUP HAM telah berubah status menjadi Badan Layanan
Umum (BLU) bertahap dengan tetap mengikuti pengarahan yang diberikan oleh
Ditjen Yanmed dan Departemen kewangan untuk perubahan status menjadi BLU
penuh.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder beruoa data
rekam medis pasien yang berobat ke RSUP HAM Medan. Penelitian dilakukan
dengan metode total sampling, jumlah sempel penelitian ini adalah 58 pasien
TBM yang pernah berobat di RSUP Haji Adam Malik Medan dari tahun 2015-
2018. Dibawah ini diuraikan distribusi frekuensi dari sampel penelitian :
28
29
normal sebanyak 13 (22,4%), paling sedikit adalah status gizi pre-obese dan
obesitas sebanyak masing-masing 3 sampel (5,2%).
4.2 PEMBAHASAN
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa penderita TB Meningitis dengan jenis
kelamin laki-laki berjumlah 32 orang (55,2%) dan penderita TB Meningitis
dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 26 orang (44,8%). Berdasarkan hasil
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penderita TB Meningitis lebih banyak
diderita oleh laki-laki yaitu 32 orang (55,2%) dibandingkan dengan perempuan 26
orang (44,8%). Hal ini sama dengan penelitian (Souza et al., 2014) yang
melakukan penelitian di Brazil yang mengakatan bahwa laki-laki memliki risiko
lebih tinggi menderita TBM daripada perempuan. Hal ini dikarenakan laki-laki
lebih sering menderita malnutrisi, kemiskinan, infeksi, alkoholik, kanker, diabtes
dan menderita HIV/AIDS serta menggunakan imunosupresant..
Tetapi penelitian ini tidak sesuai dengan (Forssbohm et al., 2008; Fiske et
al., 2010; Ducomble et al., 2013) yang dilakukan di Jerman tentang
ekstrapulmonal dan tb meningitis nasional mengatakan bahwa pasien dengan
manifestasi ekstrapulmonal lebih sering diderita oleh perempuan dan imigran.
Penelitian pendukung ini dapat dijadikan sebagai referensi pathogenesis TBM
berdasarkan jenis kelamin dan etnis dan juga factor resiko berdasarkan jenis
kelamin, umur, dan lingkungan tempat tinggal.
31
JENIS KELAMIN
Laki-laki Perempuan
13
11
10
7
7
4
2
2015 2016 2017 2018
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa penderita TBM berdasarkan usia yaitu
bayi berusia angtara 0-1 tahun berjumlah 10 orang (17,2%), batita berusia antara
1-3 tahun berjumlah 8 orang (13,8%), balita berusia antara 3-5 tahun berjumlah
1 orang (1,7%), anak-anak berusia antara 5-12 tahun berjumlah 10 orang (17,2%),
32
remaja berusia antara 12-17 tahun berjumlah 2 orang (3,4%), dewasa muda
berusia antara 17-30 tahun berjumlah 14 orang (24,1%), dewasa berusia antara
30-60 tahun berjumlah 13 orang (22,4%). Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa TBM paling banyak diderita oleh dewasa muda berusia antara
17-30 tahun yaitu 14 orang (24,1%) dan paling sedikit diderita oleh balita berusia
antara 3-5 tahun yaitu 1 orang (1,7%).
Hal ini sejalan dengan penelitian (atlas, 2012; Ducomble et al., 2013;
Masfiyah et al., 2013) umur sampel rata-rata berada pada usia produktif dan usia
reproduktif 39,59 usia tersebut merupakan suatu kondisi dimana sitem imun
berada dalam puncak kematangannya. Ada juga teori yang menyatakan bahwa
adanya meningitis TB disebabkan karena kondisi immunocompromised sehingga
infeksi menyebar ke organ lain. Keadaan immunocompromised didapatkan pada
usia muda maupun geriatri.
USIA
Bayi Batita Balita Anak-anak Remaja Dewasa Muda Dewasa
9
5
5
4
3
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
0
0
TEMPAT TINGGAL
Medan Luar Kota Medan
14
12
12
8
4
3
Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa GCS paling banyak komposmentis
sebanyak 41 sampel (70,7%), GCS somnolen sebanyak 6 sampel (10,3%), lalu
GCS apatis dan delirium dengan jumlah sampel yang sama yaitu 5 (8,6%),
sedangkan paling sedikit sporo koma 1 sampel (1,7%). Hal ini bertentangan
dengan (Chou et al., 2010; RV et al., 2012) yang mengatakan bahwa pasien
banyak dating ke rumah sakit dengan keadaan Stage II berdasarkan British
Medical Research Council : Stage I (GCS 15), Stage II (GCS 15 dengan deficit
neurologis maupun GCS 11-14), Stage III ≤ 10.
Tingkat keparahan dari tampilan klinis TBM berkaitan erat dengan
prognosis, banyak factor dan berbagai macam scoring yang telah dikembangkan
untuk memprediksi perjalanan penyakit TBM dan untuk mengevaluasi regimen
pengobatan. Pasien dengan GCS Stage III memiliki prognosis yang buruk dan
tingkat mortalitas yang lebih tinggi. (Gu et al., 2015).
35
GCS
Komposmentis Apatis Somnolen Delirium Sporo koma
18
12
6
4,5
3
3
2
2
1
1
1
1
1
0
0
0
2015 2016 2017 2018
Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa status gizi berdasarkan IMT didapatkan
bahwa mayoritas status gizi pasien TBM adalah sangat kurus sebanyak 33
(56,9%), selanjutnya status gizi normal sebanyak 13 (22,4%), paling sedikit
adalah status gizi pre-obese dan obesitas sebanyak masing-masing 3 sampel
(5,2%).
Hal ini sejalan dengan penelitian (Singh and Sunggoro, 2015) yang
dilaksanakan di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, sebanyak 50 pasien TB berat
memiliki indeks massa tubuh (IMT) kurang dari 18,5 kg/m 2. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Karyadi, dkk. dan penelitian lain di Brazil menunjukkan hasil
36
serupa, yakni 63,7% pasien TB memiliki IMT kurang dari 18,5 kg/m 2. Hubungan
antara malnutrisi dengan TB telah diketahui sejak lama. Malnutrisi dapat menjadi
faktor predisposisi terjadinya infeksi TB dan sebaliknya, TB juga sering
menyebabkan malnutrisi. STATUS GIZI
Sangat Kurus Kurus Normal Preobesitas Obesitas
13
12
6
5
4
3
2
2
1
1
1
1
1
1
0
0
0
2015 2016 2017 2018
BAB V
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
Ariya, E. 2012, 'Sistem Pakar Diagnosa Awal Radang Selaput Otak (Meningitis)
dengan Menggunakan Metode Certain Factor', pp. 6–7.
atlas 2012, 'The BCG world atlas', A database of global BCG vaccination policies
and practice. Available at: www.bcgatlas.org/.
Be, N. A., Kim, K. S., Bishai, W. R. and Jain, S. K. 2015, 'Pathogenesis of Central
Nervous System Tuberculosis', vol. 9, no. 2, pp. 94–99.
Chou, C.-H., Lin, G.-M., Ku, C.-H. and Chang, F.-Y. 2010, 'Comparison of the
APACHE II, GCS and MRC scores in predicting outcomes in patients with
tuberculous meningitis', INT J TUBERC LUNG DIS, vol. 14, no. 1, pp. 86–
92.
Dewanto, G., Suwono, W. J., Riyanto, B. and Turana, Y. 2009, Panduan Praktis :
Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Edited by N. Suryana. EGC,
Jakarta.
Ducomble, T., Tolksdorf, K., Karagiannis, I., Hauer, B., Brodhum, B., Haas, W.
and Fiebig, L. 2013, 'The burden of extrapulmonary and meningitis
tuberculosis: an investigation of national surveillance data, Germany, 2002
to 2009', vol. 18, no. 12, pp. 1–9. Available at: www.eurosurveillance.org.
Ersoz, M., Yildirmak, M., Gedik, H., Simsek, F., Kanturk, A., Iris, N. and Dinc,
39
40
Feng, G., Shi, M., Ma, L., Chen, P., Wang, B., Zhang, M., Chang, X., Su, X.,
Yang, Y., Fan, X., Dai, W., Liu, T., He, Y., Bian, T., Duan, L., Li, J., Hao,
X., Liu, Jia-yun, Xue, X., Song, Y., Wu, H., Niu, G., Zhang, L., Han, C.,
Lin, H., Lin, Z., Liu, Jian-jun, Jian, Q., Zhang, J., Tian, Y., Zhou, B., Wang,
Jing, Xue, C., Han, X., Wang, Jian-feng, Wang, S., Thwaites, G. E. and
Zhao, G. 2014, 'Diagnostic Accuracy of Intracellular Mycobacterium
tuberculosis Detection for Tuberculous Meningitis', vol. 189, no. 4, pp. 475–
481. doi: 10.1164/rccm.201309-1686OC.
Fiske, C. T., Griffin, M. R., Erin, H., Warkentin, J., Lisa, K., Arbogast, P. G. and
Sterling, T. R. 2010, 'Black race, sex, and extrapulmonary tuberculosis risk:
an observational study', BMC Infectious, vol. 10, no. 16, pp. 2–8. Available
at: http://www.biomedcentral.com/1471-2334/10/16.
Gu, J., Xiao, H., Wu, F., Ge, Y., Sun, M. and Ma, J. 2015, 'Prognostic factors of
tuberculous meningitis: a single-center study', Int J Clin Exp Med, vol. 8,
no. 3, pp. 4487–4493.
Jarrin, I., Sellier, P., Lopes, A., Morgand, M., Makovec, T., Delvey, V.,
Champion, K., Simoneau, G., Green, A., Mouly, S., Bergmann, J.-F. and
Lloret-Linares, C. 2016, 'Etiologies and management of aseptic meningitis
in patients admitted to an internal medicine department', vol. 95, , pp. 2–9.
Available at: www.md-journal.com.
Kechagia, M., Mamoucha, S., Adamou, D., Kanterakis, G., Velentza, A.,
Skarmoutsou, N., Stamoulos, K. and Fakiri, E.-M. 2012, Tuberculous
Meningitis. Edited by G. Wireko-Brobby. InTech, Croatia.
Lestari, F., Dian, S. and Parwati, I. 2016, 'Clinical and Cerebrospinal Fluid
Abnormalities as Diagnostic Tools of Tuberculous Meningitis', vol. 3, no. 1,
pp. 132–136.
Murthy, J. 2010, 'Tuberculous Meningitis : The Challenges', vol. 58, no. 5, pp.
716–722.
Nahid, P., Dorman, S. E., Alipanah, N., Barry, P. M., Brozek, J. L., Cattamanchi,
A., Chaisson, L. H., Chaisson, R. E., Daley, C. L., Grzemska, M., Higashi,
J. M., Ho, C. S., Hopewell, P. C., Keshavjee, S. A., Liendhardt, C.,
Menzies, R., Merrifield, C., Narita, M., O’Brien, R., Peloquin, C. A.,
Raftery, A., Saukkomen, J., Schaaf, H. S., Sotgiu, G., Starke, J. R., Migliori,
G. B. and Vernon, A. 2016, 'Official American Thoracic Society/Centers for
Disease Control and Prevention/Infectious Diseases Society of America
Clinical Practice Guidelines: Treatment of Drug-Susceptible Tuberculosis',
Oxford University Press, vol. 63, no. 7, pp. 147–185. doi:
10.1093/cid/ciw376.
Parikh, V., Tucci, V. and Galwankar, S. 2013, 'Infections of the nervous system',
vol. 3, no. 1, pp. 82–97.
Rock, R. B., Olin, M., Baker, C. A., Molitor, T. W. and Peterson, P. K. 2008,
'Central Nervous System Tuberculosis : Pathogenesis and Clinical Aspects',
vol. 21, no. 2, pp. 243–256. doi: 10.1128/CMR.00042-07.
Rosandali, F., Aziz, R. and Suharti, N. 2016, 'Hubungan antara Pembentukan Scar
Vaksin BCG dan Kejadian Infeksi Tuberkulosis', vol. 5, no. 2, pp. 381–384.
Available at: http://jurnal.fk.unand.ac.id.
Sheila, M. 2012, 'Hubungan lingkar lengan atas dan lingkar pinggang dengan
tingkat hipertensi pada pasien rawat jalan di poliklinik interna RSJ Prof. Dr.
VL Ratumbuysang'.
Souza, C. H. de, Yamana, A., Pandini, J. C., Ceretta, L. B., Ferraz, F., Luz, G. D.
da and Simoes, P. W. 2014, 'Incidence of tuberculous meningitis in the State
of Santa Catarina, Brazil', Revista da Sociade Brasileira de Medicina
Tropical, vol. 47, no. 4, pp. 483–489. Available at:
43
http://dx.doi.org/10.1590/0037-8682-0122-2014.
Steiner, I., Budka, H., Chaudhuri, A., Koskinierni, M., Sainio, K., Salonen, O. and
Kennedy, P. G. E. 2010, 'Viral meningoencephalitis : a review of diagnostic
methods and guidelines for management', European Journal of Neurology,
vol. 17, , pp. 999–1009. doi: doi:10.1111/j.1468-1331.2010.02970.x.
Ward, M. A., Greenwood, T. M., Kumar, D. R., Mazza, J. J. and Yale, S. H. 2010,
'Josef Brudzinski and Vladimir Mikhailovich Kernig : Signs for Diagnosing
Meningitis', Clinical Medicine & Research, vol. 3, no. 1, pp. 13–17.
CURRICULUM VITAE
Riwayat Pelatihan :
1. PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) 2016 Fakultas
Kedokteran USU Tahun 2016
2. MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) 2016 Fakultas Kedokteran USU
Tahun 2016
3. Seminar dan Workshop Balut dan Bidai Vital TBM FK USU Tahun 2016
4. Workshop Sirkumsisi PM SCORA PEMA FK USU 2017
5. Panitia Liaison Officer IMO 2017
6. Pengabdian Masyarakat Akbar PEMA FK USU 2017
7. Pengabdian Masyarakat Ikatan Mahasiswa Peduli Masyarakat USU 2018
8. Seminar Infeksi Saluran Kemih dan Workshop Sirkumsisi SCORA PEMA
FK USU Tahun 2018
9. Pelatihan Seminar Proposal SCORE PEMA FK USU 2019
10. Pengabdian Masyarakat SCORA FK USU 2019
46
jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 32 55,2 55,2 55,2
perempuan 26 44,8 44,8 100,0
Total 58 100,0 100,0
Kategori Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bayi 10 17,2 17,2 17,2
Batita 8 13,8 13,8 31,0
Balita 1 1,7 1,7 32,8
Anak-anak 10 17,2 17,2 50,0
Remaja 2 3,4 3,4 53,4
Dewasa Muda 14 24,1 24,1 77,6
Dewasa 13 22,4 22,4 100,0
Total 58 100,0 100,0
tempat tinggal
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Medan 15 25,9 25,9 25,9
Luar Kota Medan 43 74,1 74,1 100,0
Total 58 100,0 100,0
50
klasifikasi GCS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Komposmentis 41 70,7 70,7 70,7
Apatis 5 8,6 8,6 79,3
Somnolen 6 10,3 10,3 89,7
Delirium 5 8,6 8,6 98,3
Sporo koma 1 1,7 1,7 100,0
Total 58 100,0 100,0
kategori imt
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Kurus 33 56,9 56,9 56,9
Kurus 6 10,3 10,3 67,2
Normal 13 22,4 22,4 89,7
Pre Obese 3 5,2 5,2 94,8
Obesitas 3 5,2 5,2 100,0
Total 58 100,0 100,0
tahun
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2015 11 19,0 19,0 19,0
2016 17 29,3 29,3 48,3
2017 24 41,4 41,4 89,7
2018 6 10,3 10,3 100,0
Total 58 100,0 100,0
51
Dewasa
Kurus Somnolen
Bayi
Sangat Kurus Apatis
Anak-anak
Normal Komposmentis
Dewasa
Normal Komposmentis
Bayi
Sangat Kurus Komposmentis
Dewasa Muda
Sangat Kurus Komposmentis
Batita
Sangat Kurus Apatis
Remaja
Sangat Kurus Komposmentis
Dewasa
Kurus Komposmentis
Anak-anak
Sangat Kurus Komposmentis
Dewasa
Pre Obese Komposmentis
Dewasa Muda
Kurus Delirium
53
Bayi
Sangat Kurus Apatis
Dewasa
Normal Komposmentis
Anak-anak
Sangat Kurus Komposmentis
Dewasa
Normal Komposmentis
Dewasa
Normal Somnolen
Bayi
Sangat Kurus Somnolen
Batita
Sangat Kurus Komposmentis
Dewasa
Pre Obese Komposmentis
Dewasa Muda
Normal Somnolen
Batita
Sangat Kurus Komposmentis
Dewasa Muda
Sangat Kurus Komposmentis
Remaja
Sangat Kurus Komposmentis
Dewasa Muda
Kurus Komposmentis
Dewasa Muda
Normal Komposmentis
Batita
Sangat Kurus Delirium
Bayi
Sangat Kurus Apatis
Anak-anak
Sangat Kurus Komposmentis
Dewasa
Normal Komposmentis
Batita
Sangat Kurus Komposmentis
Bayi
Normal Komposmentis
Dewasa Muda
Sangat Kurus Komposmentis
Bayi
Sangat Kurus Delirium
Anak-anak
Sangat Kurus Delirium
Batita
Sangat Kurus Komposmentis
Dewasa Muda
Sangat Kurus Sporo koma
Dewasa Muda
Normal Apatis
Dewasa
Obesitas Komposmentis
54
Dewasa
Obesitas Komposmentis
Anak-anak
Sangat Kurus Komposmentis
Anak-anak
Sangat Kurus Komposmentis
Dewasa Muda
Normal Komposmentis
Batita
Kurus Komposmentis
Bayi
Sangat Kurus Komposmentis
Dewasa
Pre Obese Komposmentis
Anak-anak
Sangat Kurus Komposmentis
Balita
Sangat Kurus Komposmentis
Bayi
Sangat Kurus Komposmentis
Batita
Sangat Kurus Komposmentis
Dewasa
Normal Komposmentis
Dewasa Muda
Sangat Kurus Somnolen
Dewasa Muda
Kurus Komposmentis
Anak-anak
Sangat Kurus Komposmentis
Dewasa Muda
Normal Komposmentis
Bayi
Sangat Kurus Komposmentis
Dewasa Muda
Obesitas Somnolen
Anak-anak
Sangat Kurus Delirium