Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
PENGARUH ZIKIR QALBU TERHADAP TINGKAT STRES MAHASISWA
TAHUN KETIGA PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
PENGESAHAN PENGUJI
Tim Penguji
iii
KATA PENGANTAR
iv
9. Adik-adik program studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas angkatan 2017 yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada
penulis untuk penyusunan skripsi.
10. Berbagai pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul ........................................................................................ i
Halaman Persetujuan Proposal ................................................................... ii
Halaman Pengesahan Penguji .................................................................... iii
Kata Pengantar ........................................................................................... iv
Daftar Isi..................................................................................................... vi
Daftar Gambar ............................................................................................ vii
Daftar Istilah............................................................................................... viii
Daftar Lampiran ......................................................................................... ix
vi
4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 25
4.3.1 Populasi ....................................................................................... 25
4.3.2 Kriteria Sampel ........................................................................... 25
4.3.3 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................................... 26
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 27
4.4.1 Variabel Penelitian ...................................................................... 27
4.4.2 Definisi Operasional.................................................................... 27
4.5 Instrumen Penelitian............................................................................. 28
4.6 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 29
4.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 30
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.4 Kerangka Teori................................................................ 23
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................... 24
Gambar 4.6 Prosedur Pengumpulan Data ........................................... 29
viii
DAFTAR ISTILAH
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan dan Anggaran Biaya Skripsi ...................... 35
Lampiran 2. Surat Permohonan menjadi Responden ................................. 36
Lampiran 3. Lembar Persetujuan menjadi Responden .............................. 37
Lampiran 4. Data Karakteristik Responden ............................................... 38
Lampiran 5. Kuisioner DASS21 ................................................................ 39
Lampiran 6. Rancangan Master Tabel ....................................................... 41
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1
hubungan interpersonal, dan manajemen waktu yang kurang baik[3,4]. Pada
mahasiswa kedokteran, empat stresor terbesar adalah jadwal yang padat, beban
studi yang besar, penyelesaian tugas, dan persiapan ujian [1].
Stres pada mahasiswa tahun pertama yang paling tinggi adalah ketika akan
ujian dan selama ujian, lingkungan belajar yang berbeda dari sekolah menengah,
tingginya kompetisi di antara mahasiswa, dan aktivitas ekstrekulikuler yang
diikutinya. Pada mahasiswa tahun kedua, mulai muncul ketakutan tentang masa
depan profesinya kelak dan beratnya beban pelajaran. Pada mahasiswa tahun
ketiga, muncul stres akibat persaingan yang ketat dan masif disertai menurunnya
dukungan dari teman-teman. Di sisi lain, pada mahasiswa tahap akhir, didapatkan
penurunan tingkat stres dikarenakan beban studi dan persaingan sudah
berkurang[5]. Mahasiswa biasanya mengalami puncak stresnya saat di tahun
pertama dan ketiga. Dalam suatu penelitian di Universitas Sains Malaysia,
didapatkan bahwa stres pada mahasiswa tahun ketiga lebih tinggi dibandingkan
dengan stres mahasiswa tahun pertama[6].
Stres adalah suatu gangguan emosional yang disebabkan oleh stresor. Jika
respon terhadap stres tidak cukup baik, maka keadaan tersebut dapat berlanjut
pada kecemasan, hingga sampai pada depresi[1]. Stres yang dialami oleh
mahasiswa kedokteran jika tidak ditangani dengan baik, dapat mengurangi
2
efektivitas belajar dan menurunkan produktivitasnya sebagai mahasiswa. Stres
akademik yang tinggi juga berdampak pada tingkat kreativitas mahasiswa yang
rendah. Hal ini juga berdampak pada munculnya kebiasaan-kebiasaan yang buruk,
seperti absen di kegiatan akademik dan tidak konsentrasi ketika kuliah, sehingga
berdampak jangka panjang, seperti prestasi akademik yang buruk, berhenti kuliah,
hingga kegagalan karir[3,5].
Dengan demikian, perlu penanganan dan teknik terapi yang efektif untuk
menurunkan tingkat stres pada mahasiswa. Stresor sering kali tidak dapat
dihindari, tetapi dapat dipelajari cara untuk menghadapinya dengan baik, sehingga
meminimalisir gangguan emosional dan somatik yang timbul akibat stres[1]. Hal
ini nantinya akan berdampak pada perbaikan kemampuan menghadapi masalah
dan memecahkan masalah[8]. Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang
memiliki tingkat stres yang rendah, cenderung mendapatkan nilai ujian yang lebih
tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tingkat stresnya lebih tinggi [9].
Penanganan secara holistik tidak lepas dari aspek spiritual, yaitu agama
dan kepercayaan. Intervensi spiritual telah diterapkan di berbagai bidang, di
antaranya bidang kesehatan, bedah, maternal, pediatrik, hingga psikiatri yang
sangat erat kaitannya dengan spiritualitas. Pengaruh dari intervensi spiritual juga
telah terbukti membantu pasien mendapatkan respon relaksasi berupa ketenangan
dan peningkatan konsentrasi. Selain itu juga dapat mengaktifkan mekanisme
3
neurologis yang berdampak pada self-healing melalui adaptasi psikologis, status
fisiologis, hubungan dengan lingkungannya, dan hubungan dengan Tuhannya[10].
Zikir dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja dengan durasi yang
panjang, maupun singkat. Zikir dapat memunculkan efek relaksasi pada sistem-
sistem dalam tubuh seseorang, di samping mendekatkan diri kepada Allah[13].
Zikir diketahui dapat menyucikan hati dari emosi dan hal-hal negatif,
membebaskan jiwa dari stres, kecemasan, dan depresi, serta meningkatkan
konsentrasi, sehingga menjadi pribadi yang lebih bersemangat dan optimis dalam
menjalani aktivitas sehari-hari. Zikir menyebabkan stimulasi sistem saraf otonom
menurun yang kemudian menginisiasi berbagai perubahan fisiologis, sehingga
terlihat pada menurunnya tekanan darah, suhu tubuh, napas, dan nadi, yang
berkorelasi dengan menurunnya tingkat stres. Bahkan zikir juga diketahui dapat
memperbaiki kualitas tidur[10,13]. Zikir dapat meningkatkan konsentrasi dan
kepekaan dengan cara memusatkan perhatiannya pada pernapasan, sensasi pada
tubuh, suara, pikiran, persepsi, dan impuls[13].
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stres
Stres adalah respon yang tidak spesifik terhadap suatu tekanan, tuntutan,
atau beban pada diri seseorang[14]. Stres juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang
mengancam dan menimbulkan respon psikologi dan perilaku[3]. Kata stres cukup
sulit didefiniskan karena stress memiliki makna yang beragam. Stres memiliki 4
arti, yaitu stimulus fisik dan psikis yang menyebabkan tekanan, hasil tindakan
yang dipicu oleh stresor, pengaruh agen stresor itu sendiri, dan mekanisme
pertahanan tubuh menghadapi stimulus[5]. Stresor diartikan sebagai suatu stimulus
berupa kejadian, dorongan, tantangan, ancaman, atau tekanan yang berasal dari
lingkungan atau diri sendiri yang menyebabkan stres. Stres bukan hanya tentang
stimulus atau respon terhadap stresor, tetapi juga berkaitan dengan persepsi dan
cara mengatasi stresor tersebut. Stres dapat berdampak positif atau negatif,
tergantung pada persepsi dan coping mechanism atau cara individu menghadapi
stresor tersebut. Contohnya adalah jika stres tersebut memicu mahasiswa untuk
belajar lebih giat, maka itu disebut „favourable stress‟ atau stres yang
menguntungkan. Sedangkan jika stres membuat semangat belajar menurun,
disebut „unfavourable stress‟ atau stres yang tidak menguntungkan[2].
6
2.1.2 Penyebab Stres
Stresor dibagi menjadi dua, yaitu stresor internal dan stresor eksternal.
Stres terjadi jika stresor dipersepsikan sebagai suatu ancaman Stres dapat terjadi
karena adanya konflik akibat keinginan dan kenyataan yang tidak sesuai dan tidak
mampu diatasi[3]. Stresor dapat memengaruhi seseorang tergantung pada
intensitas, derajat keberatannya, dan kemampuan mengontrol stresor tersebut.
Kejadian yang dapat menjadi stresor yang berat di antaranya peristiwa kehilangan
atau kerugian, penghinaan, dan peristiwa yang membahayakan. Berbagai macam
stresor yang terjadi bersamaan lebih berpeluang menyebabkan stres, seperti dalam
dunia kerja, waktu yang terbatas disertai dengan tekanan pekerjaan, atau
permintaan yang tinggi disertai keterbatasan kemampuan[15].
8
otak di bagian sistem limbik. Sistem limbik adalah bagian otak yang berfungsi
mengatur pikiran, perasaan, dan perilaku atau fungsi psikis seseorang.
Selanjutnya, otak akan menstimulasi saraf otonom yang diteruskan ke kelenjar
endokrin (hormonal)[14]. Tubuh akan bereaksi dengan produksi hormon stres.
Stres dapat menyebabkan gangguan hemodinamik karena adanya
ketidakseimbangan stimulasi simpatik, parasimpatik, dan sistem endokrin[8]. Saat
menghadapi stres, terjadi supresi sistem saraf parasimpatis dan stimulasi sistem
saraf simpatis[1].
9
2.1.4 Manifestasi Klinis Stres
Gejala dan tanda stres dapat ditemukan dari suasana emosinya dan tanda-
tanda vitalnya. Di mana orang yang mengalami stres hingga kecemasan biasanya
merasa tidak aman, tidak berdaya, tidak siap, atau kurang mampu menghadapi
tuntutan, tantangan, atau tekanan di kehidupannya. Orang yang mengalami
kecemasan dapat merasa berdebar-debar, berkeringat, hingga sulit bernapas[19].
Secara subjektif, orang yang mengalami stres berat dan kecemasan dapat dikenali
tanda-tandanya, seperti sulit tenang, sulit tidur, mudah tersinggung, dan
cenderung tidak sabar[8].
10
hipertensi, jantung berdebar-debar, nyeri dada, insomnia, gatal-gatal, rambut
rontok, keringat dingin, selera makan kurang, hingga sulit buang air besar.
c. Reaksi kognitif adalah reaksi yang berhubungan dengan proses berpikir,
memengaruhi konsentrasi, daya ingat, dan persepsi. Sehingga mahasiswa
merasa sulit berkonsentrasi, mudah lupa, bingung, prestasi menurun, berpikir
negatif, kehilangan harapan, dan sulit mengambil keputusan.
d. Reaksi perilaku adalah reaksi yang muncul dalam bentuk perilaku-perilaku
tertentu, seperti mudah gugup, suka berbohong, sering bolos, tidak disiplin,
sering melangar peraturan, tidak peduli terhadap lingkungan dan
pendidikannya, malas belajar, sering tidak mengerjakan tugas, suka
menyontek, takut bertemu guru, juga suka menyendiri. Bahkan dapat
berdampak pada perilaku yang menyimpang, seperti merokok dan bat-obatan
terlarang. Reaksi ini adalah reaksi yang mudah terlihat.
13
Upaya preventif yang dapat dilakukan agar seseorang tidak mudah
mengalami stres, maka kekebalan terhadap stres perlu ditingkatkan. Upaya untuk
meningkatkan kekebalan stres dapat dilakukan dengan cara berikut[14]:
a. Makanan yang baik dan tidak berlebihan, serta mengandung gizi dan kalori
yang cukup. Menu makanan yang bervariasi, seimbang dan hangat dapat
membantu mengurangi stres. Makan yang berlebihan dalam jangka panjang
dapat menyebabkan obesitas yang bisa jadi salah satu pemicu stres.
b. Tidur secara teratur, berkualitas, dan durasi yang cukup, yaitu antara 7-8 jam
semalam. Atau minimal 4 malam dalam seminggu tidur dengan waktu yang
cukup dan berkualitas.
c. Olahraga yang cukup dan teratur, misalnya lari pagi, senam, atau bersepeda.
d. Hindari rokok, minuman keras, serta narkotika dan zat adiktif (NAPZA) yang
dapat memperburuk kesehatan dan kekebalan tubuh, juga mengakibatkan
gangguan mental dan perilaku.
e. Menjaga pergaulan (silaturrahim) dengan menjaga komunikasi yang baik dan
memperbanyak relasi, sehingga memiliki rekan untuk saling bertukar pikiran
dan saling membantu ketika ada masalah yang menimbulkan stress. Termasuk
pula hubungan baik dengan keluarga dan tetangga.
f. Beribadah sesuai dengan keyakinan, karena manusia memerlukan pemenuhan
kebutuhan dasar spiritual (basic spiritual need). Saat beribadah hendaknya
mampu menghayati dan mengamalkan keyakinan agamanya. Berbagai
penelitian membuktikan bahwa tingkat keimanan berhubungan dengan
kekebalan fisik dan mental.
g. Rekreasi, yaitu meluangkan waktu untuk mencari hiburan yang sehat guna
membebaskan diri dari kejenuhan. Selain itu, rekreasi juga dapat menjadi
sarana untuk lebih dekat dengan keluarga atau teman-teman.
Stres yang biasa dialami oleh mahasiswa berasal dari tanggung jawab dan
tuntutan akademik. Sesungguhnya, stres dialami oleh setiap orang dan menjadi
bagian tak terpisahkan dalam kehidupan, yang membuat seseorang berpikir dan
berusaha untuk menyelesaikan tantangan atau permasalahan sebagai respon
adaptasi untuk bertahan. Mahasiswa tergolong usia remaja akhir, yaitu 18-20
tahun. Di usia ini, remaja akan mengalami keadaan storm and stress berupa
perubahan kondisi fisiologis dan perkembangan karena peningkatan kadar
hormon. Hal ini menyebabkan mahasiswa cenderung mudah mengalami stres
15
karena labil dalam menghadapi permasalahannya dan kurangnya pengalaman
dalam menyelesaikan masalah[27].
Aspek ini berkaitan dengan segala bentuk dorongan dari internal ataupun
eksternal yang mempengaruhi sikap, emosi, pikiran, dan perilaku yang
menyebabkan stres. Contohnya adalah keengganan untuk belajar materi
kedokteran karena bukan pilihannya melainkan harapan orang tuanya atau
mengikuti temannya, merasa salah memilih universitas, atau menjadi tidak
bersemangat karena mengetahui kenyataan kuliah di jurusan kedokteran. Tanpa
17
adanya keinginan dan motivasi yang kuat, seseorang akan lebih mudah menyerah
dan merasa tidak puas dengan yang ia dapatkan[2].
2.3 Zikrullah
Manusia terdiri dari jasad (fisik) dan ruh[31]. Qalbu atau hati adalah
dimensi ruh dalam diri manusia yang merupakan pusat spiritualitas. Qalbu
memiliki peran penting sebagai pusat iman, kesadaran, perasaan, emosi, dan
perilaku. Sesuai dengan hadis riwayat Muslim no. 1599, “Ingatlah, sesungguhnya
di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik,
maka seluruh tubuh juga baik. Jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh
tubuh juga rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah qalbu (hati).”[12]
Kebutuhan seorang hamba untuk menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya
dengan suatu apa pun, tidak memiliki bandingan yang dapat dikiaskan. Tetapi,
dari sebagian sisi mirip dengan kebutuhan tubuh terhadap makanan dan minuman.
Namun, di antara keduanya terdapat perbedaan mendasar, karena hakikat seorang
18
hamba adalah qalbu (hati) dan ruhnya. Ia tidak bisa baik kecuali dengan Allah
yang tiada Tuhan selain-Nya. Ia tidak bisa tenang di dunia kecuali dengan
mengingat-Nya. Dia dibutuhkan setiap saat dan setiap waktu, di mana pun hamba
berada maka Dia selalu bersamanya[31].
Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah, mencakup
semua jenis ketaatan pada Allah, berupa perkataan maupun perbuatan, yang lahir
(terlihat) ataupun batin (amalan hati)[31,33]. Ibadah dibagi menjadi tiga, yaitu
ibadah hati, lisan, dan anggota tubuh[31]. Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya
yang beriman untuk memperbanyak zikir kepada-Nya, seperti yang difirmankan
dalam Surat Al-Ahzab ayat 41-42 yang artinya: “Wahai orang-orang beriman!
Ingatlah Allah dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya. Dan
bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” Zikir harus dilakukan
dalam segala keadaan, karena berzikir tidak ada batasan apapun untuk dapat
meninggalkannya[32].
Secara umum, zikir dapat dibagi menjadi 2 teknik, yaitu zikir jahr
(dikeraskan/verbal) dan zikir sirr (dalam hati/non-verbal)[12,34].
Zikir sirr atau zikir qalbu dilakukan di dalam hati tanpa mengeraskan
suara dan tersembunyi. Zikir ini dapat dilakukan kapan saja, di mana saja, dan
19
dalam kondisi apapun dengan menyebut nama Allah berulang-ulang dan terus-
menerus[13]. Zikir qalbu dilakukan dengan ismu dzat, yaitu dengan menyebut
nama Allah di dalam qalbu (hati) seirama dengan helaan napas dan detakan
jantung yang disertai dengan rasa kedekatan dengan Allah Ta‟ala[12]. Ibadah
qalbiyah dilakukan dengan rasa khauf (takut), raja‟ (berharap), mahabbah (cinta),
tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut)[31].
21
pernapasan, merelaksasikan otot, merangsang gelombang alfa otak, menurunkan
tekanan darah, menurunkan hambatan pembuluh darah, dan menurunkan
konsumsi oksigen oleh tubuh. Selain itu juga berpengaruh pada penurunan kadar
CRH dan ACTH, sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah[30]. Saat
melakukan zikir, diketahui otak menghasilkan zat-zat neurokimia dalam jumlah
besar, seperti endorphin oleh kelenjar hipofisis, yang menimbulkan efek senang,
mengurangi rasa sakit, meringankan stres, dan memicu perasaan lebih baik[13].
22
2.4 Kerangka Teori
Keterangan:
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
3.2 Hipotesis
3.2.1 Hipotesis Nol (H0)
Tidak terdapat perbedaan tingkat stres antara sebelum dan sesudah
menerapkan zikir qalbu pada mahasiswa tahun ketiga Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
24
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.3.1 Populasi
Kriteria Inklusi:
1. Mahasiswa aktif tahun ketiga program studi Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
2. Beragama Islam.
3. Memiliki komitmen dan bersedia mengikuti pelatihan zikir qalbu
dengan mengisi surat pernyataan kesediaan.
Kriteria Eksklusi:
1. Sedang mengonsumsi obat-obatan antianxietas, antidepresan, dan
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya).
2. Sedang melakukan teknik relaksasi lain (yoga, meditasi, CBT, dll.).
3. Telah atau pernah terdiagnosis memiliki gangguan psikologis.
25
4. Menderita hipertiroid atau penyakit kronis (sakit lebih dari 3 minggu)
dalam sebulan terakhir.
)
n=( )2
)
n = 23,21 ≈ 23 sampel
n‟ =
n‟ =
26
n‟ =
n‟ = 25,56 ≈ 26 sampel
Tingkat stres
Definisi : respon yang tidak spesifik terhadap suatu tekanan, tuntutan,
atau beban pada diri seseorang.
Cara ukur : wawancara dengan kuisioner
Alat ukur : DASS-21 (Depression Anxiety Stress Scale-21)
Skala ukur : Numerik
Hasil ukur : a. Tidak stres (skor 0-7)
b. Ringan (skor 8-9)
c. Sedang (skor 10-12)
d. Berat (skor 13-16)
e. Sangat berat (skor ≥ 17)
27
Zikir Qalbu
Definisi : aktivitas menyebut nama Allah dalam qalbu (hati) yang dapat
menghadirkan ketenangan pada tubuh, jiwa, dan pikiran, serta
dapat memperbaiki psikologis, sosial, dan kesehatan fisik.
Cara ukur : menghitung durasi waktu minimal 10 menit setiap selesai
salat dan sebelum tidur atau total 60 menit per hari.
Alat ukur : stopwatch, timer, atau jam
Skala ukur : Kategorik
Hasil ukur : a. Berzikir
b. Tidak berzikir
28
4.6 Prosedur Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
didapatkan dari pengukuran tingkat stres melalui pengisian kuisioner DASS-21.
Langkah-langkah pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu:
1. Calon responden dijelaskan tentang tujuan dan prosedur dari penelitian ini,
kemudian calon responden yang bersedia diminta mengisi lembar persetujuan.
2. Calon responden dipastikan kembali apakah memenuhi kriteria inklusi. Jika
calon responden memiliki kriteria eksklusi, maka calon responden tidak
diikutsertakan dalam penelitian.
3. Seluruh responden diberikan kuisioner DASS-21 untuk menilai tingkat stres
awal atau sebagai pretest.
4. Responden dijelaskan cara melakukan zikir qalbu, yaitu memejamkan mata,
fokus ke qalbu (hati), ber-istigfar yang meresap ke qalbu (hati), dan menyebut
kalimat Allah dalam qalbu (hati) selama 10 menit setiap setelah salat dan
sebelum tidur, serta diberitahu waktu dimulainya melakukan zikir qalbu.
5. Setelah 7 hari, seluruh responden kembali diberikan kuisioner DASS-21 untuk
menilai tingkat stres sebagai posttest.
Data yang telah diinput dalam program pengolah data akan dilakukan
analisis univariat dan bivariat.
1. Analisis Univariat
Menganalisis variabel-variabel penelitian secara deskriptif dengan
menghitung distribusi frekuensi. Variabel yang dianalisis adalah tingkat stres
pretest dan posttest pada responden.
2. Analisis Bivariat
Menganalisis hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
Uji yang digunakan adalah paired-T test untuk menganalisis perbedaan tingkat
stres pada pretest dan posttest. Setelah itu dilakukan interpretasi analitik untuk
mengetahui adanya hubungan antara variabel independen dan dependen.
30
DAFTAR PUSTAKA
32
23. Primasari I, Hidayat R. General Health Questionnaire-12 (GHQ-12) sebagai
Instrumen Skrining Gangguan Peneysuaian. Jurnal Psikologi. 2016; 43 (2):
121-134.
24. Rohim R. Hubungan antara Spiritualitas dan Manajemen Stres pada Individu
Paruh Baya (Skripsi). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang; 2016.
25. Bandelow B, Michaelis S. Epidemiology of Anxiety Disorders in The 21 st
century. Dialogues in Clinical Neuroscience. 2015; 17 (3): 327-35.
26. Williams C, et. al. Online CBT life skills programme for low mood and
anxiety: study protocol for a pilot randomized controlled trial. Trials. 2016;
17: 220.
27. Purwati S. Tingkat Stres Akademik pada Mahasiswa Reguler Angkatan 2010
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (Skripsi). Jakarta:
Universitas Indonesia; 2012.
28. Hakim GRU, Tantiani FF, Shanti P. Efektivitas Pelatihan Manajemen Stres
pada Mahasiswa. Jurnal Sains Psikologi. 2017; 6 (2): 75-9.
29. Songwathana P, Mardiyono. Islamic Relaxation Outcomes: A Literature
Review. MJN. 2009: 25-30.
30. Sukarni, Mardiyono, Parwati MDW. 4T Zikr in Anxiety Reduction in Acute
Coronary Syndrome Patients. Poltekkes Kemenkes Bandung. 2013: 572-80.
31. Al-Fauzan SBF, Al-Adib SA. editors. Kitab Tauhid. Jakarta: Ummul Qura;
2014.
32. Al-Mubarakfuri SR, Al-Atsari AI, Sirojuddin AA. Shahih Tafsir Ibnu Katsir.
Bogor: Pustaka Ibnu Katsir; 2006.
33. Jawas YBAQ. Syarah Kitab Tauhid: Memahami dan Merealisasikan Tauhid
dalam Kehidupan. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i; 2016.
34. Mirzaei T, Nematollahi M, Sabzevari S, Dehghan S, Soleymanpour. Short
Term Effects of Islamic Zikr on Anxiety, Stress, and Depression in Mothers of
Children with Congenital Heart Disease. BJMMR. 2015; 10 (4): 1-5.
35. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Ed 4.
Jakarta: Sagung Seto; 2011.
36. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2010.
33
37. Damanik ED (2014). The Meassurement of Reliability, Validity, Items
Analysis and Normative Data of Depression Anxiety Stress Scale (DASS).
University of Indonesia. http://www2.psy.unsw.edu.au/dass/Indonesian/
Damanik. Diakses Mei 2019.
34
Lampiran 1
JADWAL KEGIATAN
BULAN
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
1 Pengesahan Judul
2 Pembuatan Proposal
3 Ujian Proposal
Revsi Proposal dan Pelaksanaan
4
Penelitian
5 Ujian Skripsi
Revisi Skripsi dan Perbanyakan
6
Skripsi
ANGGARAN BIAYA
NO KEGIATAN BIAYA (Rp)
1 Transportasi Rp100.000,00
2 Bahan Ujian Proposal Rp150.000,00
3 Pengambilan Data (Fotokopi Kuisioner) Rp50.000,00
4 Bahan Ujian Skripsi Rp150.000,00
5 Perbanyakan Skripsi Rp200.000,00
TOTAL BIAYA Rp650.000,00
Peneliti
35
Lampiran 2
Jika saudara/i bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, saya
mohon kesediaan saudara/i untuk menandatangani lembar persertujuan (informed
consent) yang saya lampirkan di halaman berikutnya.
36
Lampiran 3
(…………………………………..)
Responden
37
Lampiran 4
Apakah dalam satu bulan ini anda mengonsumsi obat-obatan atau NAPZA?
a. Ya, saya mengonsumsi obat……………………………………………………..
b. Tidak
Apakah saat ini anda sedang melakukan teknik relaksasi, seperti meditasi, yoga,
musik klasik, dll?
a. Ya, saya melakukan………..……………………………………………………..
b. Tidak
38
Lampiran 5
DASS-21
Bacalah setiap kalimat dengan teliti dan beri tanda ceklis ( √ ) pada kolom angka
0, 1, 2, atau 3 pada pernyataan paling sesuai dengan anda selama 1 minggu
terakhir. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Jawaban terbaik adalah yang
paling sesuai dengan diri anda selama 1 minggu terakhir.
Keterangan: 0 - Tidak Pernah
1 - Kadang-Kadang
2 - Sering
3 - Hampir Selalu
No Pernyataan 0 1 2 3
1 Saya sulit untuk menenangkan diri.
2 Saya menyadari mulut saya kering
Saya tidak pernah mengalami perasaan positif
3
sama sekali
Saya mengalami kesulitan bernafas (contoh:
4 bernafas cepat dan berat, sulit bernafas saat tidak
ada aktivitas fisik)
Saya kesulitan untuk berinisiatif melakukan
5
sesuatu
Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap
6
situasi
7 Saya mengalami gemetar (contoh: di tangan)
Saya merasa bahwa saya menggunakan banyak
8
energi untuk gelisah
Saya mengkhawatirkan tentang situasi yang
9 dapat mengakibatkan saya panik dan membuat
diri saya tampak bodoh
Saya merasa bahwa tidak ada hal baik yang saya
10
tunggu di masa depan
11 Saya mendapati diri saya merasa gelisah
12 Saya sulit untuk tenang / relaks
39
13 Saya merasa rendah diri dan sedih
Saya tidak toleran terhadap apapun yang
14 mengganggu saya dari mengerjakan sesuatu yang
sedang saya kerjakan
15 Saya merasa saya mudah untuk panik
16 Saya tidak bisa antusias terhadap apapun
Saya merasa saya tidak berharga sebagai
17
seseorang
18 Saya merasa saya agak mudah tersinggung
Saya menyadari reaksi jantung saya saat tidak
19 ada aktivitas fisik (cth: merasakan peningkatan
denyut jantung, jantung tidak berdetak 1 kali)
20 Saya merasa takut
21 Saya merasa bahwa hidup itu tidak berarti
40
Lampiran 6
RANCANGAN MASTER TABEL
41