SKRIPSI
Oleh :
160100039
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2019
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh :
160100039
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2019
iii
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih jauh dari sempurna,
baik dari segi konten maupun cara penulisannya. Oleh sebab itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat
menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan mampu
memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa dan Negara terutama dalam bidang
pendidikan terkhususnya ilmu kedokteran.
iv
Halaman
Abstrak .................................................................................................... ix
vi
4.2 Pembahasan…………………………………………… 30
5.1 Kesimpulan…………………………………………….. 32
5.2 Saran…………………………………………………... 32
LAMPIRAN ………………………………………………………... . 36
vii
viii
ix
FK : Fakultas Kedokteran
H0 :Hipotesis Nol
H1 : Hipotesis Penelitian
Kg : Kilogram
LH : Luteinizing Hormone
ml : Mililiter
m2 : Meter Persegi
p :Probability
W : Waktu
xi
Latar Belakang. Menstruasi merupakan tanda feminitas seorang perempuan.Siklus yang normal
dan teratur mengindikasikan bahwa seorang perempuan memiliki perkembangan dan fungsi
reproduksi yang baik. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi adalah status
gizi, yang dapat diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh. Tujuan penelitian ini yaitu
mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan lama siklus menstruasi pada mahasiswi
angkatan 2016-2018 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tujuan. Penulisan ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan sikus menstruasi pada
mahasiswi angkatan 2016-2018 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Metode.
Penelitian dilakukan pada mahasiswi angkatan 2016 sampai angkatan 2018 Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study dengan
jumlah subjek 341 orang. Variabel bebas penelitian yaitu indeks massa tubuh sedangkan variabel
terikatnya adalah lama siklus menstruasi. Pengumpulan data dari responden dilakukan dengan
pengisian kuesioner dan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Analisis statistik yang
digunakan adalah uji chi-square. Hasil. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi (p=0,029).Hasil penelitian juga
menemukan bahwa 80% mahasiswi dengan siklus teratur dan 20% dengan siklus tidak
teratur.Didapati 65,7% mahasiswi dengan IMT normal,27,6% dengan IMT berlebih dan 4,1%
dengan obese
Kata kunci :Indeks Massa Tubuh,Siklus Menstruasi,Polimenorea
xii
xiii
41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
nervosa.Di sisi lain remaja juga sering mengkonsumsi junk food yang
mengandung kadar kolesterol,natrium dan lemak jenuh yang tinggi sehingga
meningkatkan resiko obesitas.
Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui pengukuran indeks massa
tubuh.Berdasarkan data Risekdas tahun 2018,menunjukkan bahwa prevalensi gizi
lebih penduduk Indonesia dalam usia >18 tahun sebesar 35,4 % terdiri dari 13,6 %
berat badan lebih (overweight) dan 21,8 % sangat gemuk (obese).Data tersebut
menunjukkan bahwa ada peningkatan dari tahun 2013 yang memiliki total
prevalensi berat badan lebih sebesar 25,1 % (Depkes, 2018)
Dari data yang disampaikan penulis diatas,membuat penulis tertarik untuk
meneliti adanya hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi pada
mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan peneliti sebagai berikut :
Apakah ada hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi pada
mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumstera Utara ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Indeks
Massa Tubuh dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara ?.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui indeks massa tubuh mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. Mengetahui lama siklus menstruasi mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
3. Mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan lama siklus menstruasi
mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara .
4
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
Asia dengan IMT 24.9 kg/m2 sudah masuk dalam kategori BB lebih (CORE,
2009)
2.2.MENSTRUASI
2.2.1 Definisi
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari
setelah ovulasi secara berkala akibat meluruhnya lapisan endometrium uterus.
(Felicia, 2015).Menstruasi merupakan keadaan fisiologis yang ditandai dengan
terjadinya pengeluaran darah,lendir,dan sisa-sisa sel secara berkala dan teratur
yang berasal dari mukosa uterus,kecuali pada masa hamil dan laktasi.Pada wanita
peristiwa menstruasi terjadi mulai dari menars sampai menopause.Lama
perdarahannya sekitar 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah yang sedikit-
sedikit dan tidak terasa nyeri. Jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc.
(Manuaba, 2008).
Menstruasi yang berulang setiap bulannya disebut dengan siklus menstruasi.
Siklus menstruasi penting sebagai fungsi reproduktif yang menjalankan persiapan
untuk konsepsi dan kehamilan. Pola siklus menstruasi yang normal jika berada
dikisaran 21-35 hari, tidak normal jika kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari
(Rinansyah Ganesh, 2015).
2.2.2 Siklus Menstruasi
Proses menstruasi melibatkan dua siklus di dua tempat yang berbeda,yaitu
siklus di endometrium dan siklus di ovarium yang mana keduanya terjadi secara
bersamaan.Siklus pada endometrium terdiri atas 3 fase yaitu fase proliferatif,fase
sekretorik,dan fase menstruasi.Sedangkan siklus di ovarium terdiri dari fase
folikel,fase ovulasi,dan fase luteal.
1.Siklus Endometrium
a.Fase Menstruasi
Fase ini adalah fase yang harus dialami oleh seorang wanita dewasa setiap
bulannya. Sebab melalui fase ini wanita baru dikatakan produktif. Oleh karena itu
fase menstruasi selalu dinanti oleh para wanita, walaupun kedatangannya.
membuat para wanita merasa tidak nyaman untuk beraktifitas. (Ernawati Sinaga,et
al, 2017)
Fase menstruasi tejadi bersamaan dengan pengakhiran fase luteal ovarium dan
dimulainya fase folikular. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi karena tidak
tejadi fertilisasi dan implantasi ovum yang dibebaskan selama siklus sebelumnya,
kadar progesteron dan estrogen menurun tajam sehingga menyebabkan dinding
endometrium meluruh. (Sherwood, 2009)
Selama menstruasi normal,dikeluarkan sekitar 40 ml darah dan 35 ml
tambahan dari cairan serosa.Cairan menstruasi ini normalnya tidak membentuk
bekuan,karena fibrinolisis dilepaskan bersama dengan bahan nekrotik
endometrium.
Bila terjadi perdarahan yang berlebihan dari permukaan uterus, jumlah
fibrinolisin mungkin tidak cukup untuk mencegah pembekuan. Adanya bekuan
darah selama menstruasi sering merupakan bukti klinis adanya kelainan patologi
dari uterus. Dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah dimulainya menstruasi,
pengeluaran darah akan berhenti, karena pada saat ini endometrium sudah
mengalami epitelisasi kembali (Hall, 2016).
b.Fase Proliferatis
Setelah fase menstruasi,hanya tertinggal selapis tipis stroma
endometrium.Pada fase ini peran hormon estrogen sangat menonjol.Dibawah
pengaruh estrogen,sel sel stroma dan sel epitel akan berproliferasi dengan
cepat.Pada waktu 4 sampai 7 hari,permukaan endometrium akan mengalami
epitalisasi lagi.Selama 11 hari berikutnya,sebelum terjadi ovulasi,ketebalan
endometrium sangat meningkat karena jumlah sel stroma yang bertambah banyak
dan karena pertumbuhan kalenjar endometrium serta pembuluh darah baru yang
progresif ke dalam endometrium.Ketebalan endometrium mencapai 3 sampai 5
milimeter pada saat ovulasi (Hall, 2016).
c.Fase Sekretorik
Setelah terjadi ovulasi, folikel de graaf berubah menjadi korpus rubrum lalu
menjadi korpus luteum yang akan mengeluarkan hormon estrogen dan
progesteron, kedua hormon ini mengubah fase proliferatif menjadi fase sekretorik.
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasisampai sekitar tiga hari sebelum
periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius
yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan
halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Umumnya
pada fase pasca ovulasi wanita akan lebih sensitif. Sebab pada fase ini hormon
reproduksi (FSH, LH, estrogen dan progesteron)mengalami peningkatan. Jadi
pada fase ini wanita mengalami yang namanya Pre Menstrual Syndrome (PMS)..
(Ernawati Sinaga,et al, 2017).
Jika pembuahan dan implantasi tidak terjadi maka korpus luteum
berdegenerasi, dan terjadi penurunan hormon progesteron dan estrogen sehingga
fase folikular dan fase haid baru dimulai kembali. (Sherwood, 2009)
2.Siklus Ovarium
a.Fase Folikel
Dua sampai tiga hari sebelum menstruasi,korpus luteum mengalami involusi
yang besar serta berkurangnya sekresi estrogen,progesteron,serta inhibin dari
korpus luteum secara drastis. Hal ini melepaskan hipotalamus dan hipofisis
anterior dari efek umpan balik negatif hormon- hormon tersebut.
Satu hari kemudian menstruasi dimulai, sekresi Follicle Stimulating Hormon
(FSH) dan Luteinizing Hormon (LH) oleh hipofisis mulai meningkat kembali,
sebanyak dua kali lipat dan diikuti oleh peningkatan sedikit LH yang merangsang
pertumbuhan folikel.
Selama 11-12 hari pertama pertumbuhan folikel,kecepatan sekresi FSH dan
LH akan berkurang akibat efek umpan balik negatif terutama dari estrogen yang
berasal dari kelenjar hipofisis anterior sehingga hanya satu folikel yang dapat
tumbuh. (Hall, 2016)
b.Fase Ovulasi
Pada fase ini tejadi peningkatan estrogen yang tinggi yang dihasilkan folikel
pre ovulasi yang mengakibatkan efek perangsangan umpan balik positif pada
hipofisis anterior yang menyebabkan terjadinya lonjakan sekresi LH sehingga
terjadi ovulasi. Ovulasi diperkirakan terjadi 24-36 jam pasca puncak kadar
estrogen dan 10-12 jam pascapuncak LH. (Hall, 2016).
c.Fase Luteal
Selama tiga hari pasca ovulasi, sel granulosa terus membesar membentuk
korpus luteum.Korpus luteum mampu menghasilkan progesteron, estrogen
maupun androgen. Kadar progesteron meningkat tajam segera pascaovulasi. 11
Kadar progesteron dan estradiol mencapai puncaknya sekitar 8 hari pasca
lonjakan LH, kemudian turun perlahan jika pembuahan tidak terjadi. Pada siklus
menstruasi yang normal, korpus luteum akan mengalami regresi 9- 11 hari pasca
ovulasi, dengan mekanisme yang belum diketahui. (Hall, 2016)
hipotalamus, pituitari, dan adrenal (HPA).Hal tersebut terjadi karena supresi pada
GnRH yang diakibatkan oleh olahraga dengan intensitas tinggi sehingga sekresi
FSH dan LH menjadi berkurang yang menyebabkan menarke dapat tertunda dan
gangguan siklus menstruasi. (Katherine et al., 2014)
c.Status gizi
Obesitas berarti memiliki presentasi lemak tubuh yang tinggi yang merupakan
bahan dasar dalam pembentukan hormon estrogen.Tingginya cadangan lemak
akan berdampak pada aromatisasi androgen menjadi estrogen pada sel-sel
granulosa dan jaringan lemak sehingga kadar estrogen menjadi tinggi. Estrogen
kadar tinggi menyebabkan umpan balik terhadap FSH menjadi terganggu
sehingga tidak mencapai kadar puncak dan menggangu pertumbuhan folikel
sehingga menyebabkan pemanjangan dari siklus menstruasi. (Rakhmawati &
Dieny, 2013)
d.Genetik
Siklus menstruasi ibu juga memiliki pengaruh terhadap siklus menstruasi pada
anaknya.Semakin teraturnya siklus menstruasi pada ibu,siklus menstruasi anaknya
juga teratur. (Jayakumari et al., 2016)
e.Hormon
FSH dibutuhkan untuk pematangan folikel primer, sementara LH yang
menstimulasi sekresi estradiol oleh folikel matang dibutuhkan untuk memicu
ovulasi dan setelah ovulasi akan memelihara korpus luteum. Jika keseimbangan
hormon ini terganggu maka akan mengakibatkan gangguan siklus menstruasi.
(Jayakumari et al., 2016)
f.Gangguan endokrin
Beberapa penyakit seperti hipertiroid, hipotiroid, dan diabetes melitus
berhubungan dengan gangguan menstruasi. Hipertiroid meningkatkan resiko
oligomenore dan amenore. Hipotiroid meningkatkan resiko polimenorea dan
menoragia. Polycystic ovarium sindrom, salah satunya diabetes melitus tipe II
yang terjadi pada penderita obesitas merupakan faktor resiko terjadinya
oligomenore.
g.Penyakit reproduksi
Beberapa penyakit seperti sindroma ovarium polikistik,endometriosis, tumor
ovarium, kanker serviks dapat menyebabkan perubahan hormon sehingga
mengganggu siklus menstruasi. (Hendarto, 2011)
2.3 HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN SIKLUS
MENSTRUASI
Ganesh didalam penelitiannya bersama dengan rekannya mengungkapkan
bahwa terdapat hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi yang
tidak normal seperti poliomenorea,oligomenorea dan amenorea (Ganesh et al.,
2015).Jumlah lemak dalam tubuh mempengaruhi sekresi dan kinerja hormon
reproduksi, karena jaringan adiposa bekerja dalam membentuk, mengkonversi dan
menyimpan hormon reproduksi yang mengatur terjadinya siklus menstruasi.
Lemak merupakan bahan dasar estrogen,semakin tinggi cadangan lemak pada
tubuh maka akan meningkatkan aromatisasi androgen menjadi estrogen pada sel
sel granulosa dan jaringan lemak sehingga kadar estrogen menjadi lebih
tinggi.Lemak tubuh yang berlebih akan menyebabkan peningkatan kadar estrogen
yang akan menimbulkan perpanjangan siklus menstruasi. (El Alasi & Hamdani,
2017)
Pada obesitas ditemukan interaksi adipokin dan Hipothalamus-Pituitary-
Gonad (HPG) axis serta leptin sebagai pleiotropic modulator keseimbangan
energy dan reproduksi. Peningkatan metabolisme hormon reproduksi didalam
deposit jaringan adipos bisa menyebabkan kadar androgen dan estrogen dalam
plasma yang abnormal yang berakibat pada gangguan pada aksis. Sex Hormone
Binding Globulin (SHBG) berperan dalam regulasi bioavabilitas dari hormon
reproduksi. Pada obesitas terjadi penurunan kadar SHBG sehingga meningkatkan
bioavabilitas kadar hormon. Obese memiliki kadar insulin dan leptin yang tinggi.
Leptin yang tinggi mempengaruhi steroidogenesis di ovarium dengan
menghambat FSH dan Insulin like Growth Factor-I (IGF-I) di folikel, sehinggan
menggangu sintesis estrogen di ovarium tetapi tidak pada sintesis progesteron.
Tingkat aktivitas fisik dan stress juga berpengaruh terhadap siklus menstruasi
wanita.Hal ini dikarenakan aktifitas fisik dengan intensitas dan frekuensi tinggi
meningkatkan resiko wanita untuk mengalami gangguan menstruasi sebaliknya
aktifitas fisik dengan intensitas sedang dapat menurunkan resiko gangguan
menstruasi.Stress mangakibatkan fluktuasi hormonal FSH dan LH dan
menyebabkan peningkatan kadar hormon Corticotropin Releasing Hormon(CRH)
dan Glucocorticoid sehingga menghambat sekresi Gonadotropin Releasing
Hormone (GnRH) oleh hipotalamus sehingga mengakibatkan pemanjangan atau
pemendekan siklus menstruasi. (Rakhmawati & Dieny, 2013).
Faktor yang
Sistem Saraf mempengaruhi:
Pusat 1.Aktifitas Fisik
Berat
Hipotalamus 2.Stress
(GnRH)
3.Genetik
4.Penyakit
Hipofisis (FSH
Reproduksi
dan LH)
5.Gangguan
Endokrin
Lemak Tubuh Ovarium
(Hormon
Estrogen)
6.Status
Siklus
Menstruasi Gizi
Keterangan:
= Diteliti
= Tidak Diteliti
Gambar 2.3 Kerangka Teori
IMT
2.5 HIPOTESIS
Hipotesis nol (H0) :Tidak terdapat hubungan indeks massa tubuh
dengan siklus menstruasi.
20
20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
25
25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
Dari Tabel 5.1. dapat diketahui bahwa jumlah responden dari angkatan 2016
sejumlah 113 orang (39%), angkatan 2017 sejumlah 95 orang (27.8%), dan
angkatan 2018 berjumlah 113 orang (33,2%). Dapat diketahui juga bahwa rentang
usia responden antara 18-23 tahun dengan mayoritas responden berusia 20 tahun
sejumlah 113 orang (33.%), sedangkan kelompok usia responden yang paling
sedikit adalah usia 23 tahun sejumlah 9 orang (3%). Berat badan terendah adalah
44 kg dan tertinggi adalah 105 kg dengan rata-rata berat badan responden
Universitas Sumatera Utara sebesar 59.82±8.726kg. Tinggi badan responden
didapati terendah 149 cm sementara tertinggi didapati 173 cm dan rata-rata tinggi
badan 158.8±4.599 cm. Sebagian besar mahasiswi dari angkatan 2016, 2017, dan
2018 memliki indeks massa tubuh yang normal sejumlah 224 orang (65.7%) dan
kategori IMT tersedikit BB kurang sejumlah 9 orang (2.6%). IMT terendah
sebesar 17.1 kg/m2 , tertinggi 39.17 kg/m2 , dan rata-rata IMT 23.75±3.30kg/m2 .
Dari 341 mahasiswi, 274 (80%) diantaranya memiliki siklus menstruasi yang
teratur sedangkan 67 orang (20%) dengan siklus tidak teratur. Kejadian gangguan
siklus tersering adalah polimenorea sebanyak 33 orang (9,7%).
4.1.2. Distribusi Indeks Massa Tubuh Berdasarkan Angkatan
Dari Tabel 4.2. Pada ketiga angkatan mayoritas memiliki IMT normal yaitu
2016 sebanyak 92 mahasiswi (69,2%), 2017 sebanyak 64 mahasiswi (67,4%), dan
2018 sebanyak 68 mahasiswi (60,2%). Pada angkatan 2017 dan 2018 didapati
kategori IMT terendah adalah kategori BB kurang yaitu sebanyak 2 mahasiswi
(2,1%) dan 0 mahasiswi (0%). Sementara pada angkatan 2016 didapati obese
sebagai kategori dengan jumlah terendah yaitu 4 mahasiswi (3%).
Dari Tabel 4.3. pada ketiga angkatan didapati lebih dari setengah populasi
mengalami siklus teratur. Pada angkatan 2016 tidak didapati gangguan siklus
amenorea. Pada angkatan 2017, gangguan tersering adalah polimenorea dan
oligomenorea sebanyak 10 orang (10,5%). Sedangkan pada angkatan 2018
didapati 13 orang (11,5%) mengalami polimenorea
4.1.4. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Siklus Menstruasi
Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara
indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi. Data hasil penelitian dapat dilihat
pada tabel berikut ini
Tabel 4.4 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan siklus menstruasi .
Siklus Menstruasi Total P Value
Kategori Teratur Tidak Teratur
IMT N % n % n %
BB Kurang 5 1,5 4 1,2 9 2,6
BB Normal 185 54,2 39 11,3 224 65,7 0,029
Dari Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa secara keseluruhan 274 mahasiswi
(80,4%) memiliki siklus yang teratur sedangkan 67 mahasiswi (19,6%) memiliki
siklus menstruasi yang tidak teratur. Dari 5 mahasiswi dengan kategori IMT BB
kurang yang mengalami siklus yang tidak teratur sebanyak 4 mahasiswi (1,2%).
Pada kategori normal dari 185 mahasiswi, yang mengalami ketidakteraturan
siklus menstruasi sebanyak 39 mahasiswi (11,3%). Pada kategori BB berlebih, 18
mahasiswi (5,3%) mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi dari total 76
mahasiswi BB lebih. Pada 14 mahasiswi obese didapati 6 mahasiswi (1,8%)
dengan siklus tidak teratur. Setelah dilakukan uji hipotesis dengan metode chi
square dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α=5%) diperoleh nilai p (p value) sebesar
0,029 (p<0,05) maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara indeks
massa tubuh dengan keteraturan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU.
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi siklus menstruasi berdasarkan Indeks Massa Tubuh
Siklus Menstruasi Total
IMT Teratur Tidak Teratur
Normal Polimenorea Oligomenorea Amenorea
n % n % n % N % N %
BB 5 55,6 3 33,3 1 11,1 0 0 9 100
Kurang
BB 185 82,6 21 9,4 18 8 0 0 224 100
Normal
BB 76 80,9 8 8,5 8 8,5 2 2,1 94 100
Berlebih
Obese 8 57,1 1 7,1 5 35,8 0 0 14 100
Pada tabel 4.5 dapat diketahui pada BB kurang, gangguan siklus yang
tersering adalah polimenorea sebanyak 3 orang (33,3%). Mahasiswi dengan IMT
Pada penelitian Thapa (2015) yang diadakan di Nepal juga mendapati adanya
hubungan IMT dengan siklus menstruasi dengan nilai (p=0,024). Lemak tubuh
yang diukur dengan IMT, memiliki pengaruh yang kuat pada siklus memanjang
dan tidak teratur. Perempuan dengan IMT diatas normal memliki resiko lebih
tinggi untuk terjadi siklus yang tidak teratur (Andrew, 2002).
Persen lemak tubuh tinggi menyebabkan peningkatan produksi androstenedion
yang merupakan androgen yang berfungsi sebagai prekursor hormon reproduksi.
Sehingga, semakin banyak presentase jaringan lemak tubuh, semakin banyak pula
estrogen yang terbentuk yang kemudian dapat menggangu keseimbangan hormon
(Rakhmawati, 2012).
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada
penelitian hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi dapat
disimpulkan bahwa:
1.Ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi p<0,05
(p=0,029)
2.Indeks massa tubuh mayoritas adalah kategori normal sebesar 54,5% disusul
oleh obese 20%, BB lebih 14,5%, dan BB kurang sebesar 10,9%. Rata-rata
indeks massa tubuh 22,39±3,96kg/m2
3. Siklus menstruasi teratur didapati sebesar 80% sementara yang tidak teratur
sebesar 20%. Gangguan siklus menstruasi yang terjadi polimenorea 9,7%,
polimenorea 9,4%, dan amenorea sekunder 0,95 %.
5.2 SARAN
Dari serangkaian proses penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan
beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait
dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, berupa:
1. Kejadian siklus menstruasi tidak teratur yang tinggi di kalangan mahasiswi
ataupun wanita usia muda perlu menjadi perhatian bagi kaum perempuan karena
hal ini bisa menjadi faktor risiko gangguan reproduksi di kemudian hari.
2. Mahasiswi dengan gangguan siklus dianjurkan untuk memperbaiki
kuantitas dan kualitas asupan makanan serta mengikuti program penurunan
ataupun peningkatan berat badan untuk mencapai berat badan ideal.
3. Perlu dilakukan penelitian hormonal untuk membuktikan apakah kadar
estrogen lebih tinggi pada IMT diatas normal dan lebih rendah pada IMT dibawah
normal sehingga dapat diukur dan diyakini IMT mempengaruhi kadar estrogen.
Selain itu.dapat diperkirakan hal-hal hormonal lain yang lebih berperan untuk
menyebabkan gangguan siklus.
32
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
DAFTAR PUSTAKA
Aljadidi et al., 2016. The Influence of Exam Stress on Menstrual Dysfunctions in
Saudi Arabia. J Health Educ Res , 4(4), pp.1-4
Andrew, R. (2002). Influence of Medical Conditions and Lifestyle Factors on the
Menstrual Cycle. Epidemiology.
Anwar, P.d.M., 2011. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: Pt.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Atsuko Koyama, e.a., 2013. Emerging Options for Emergency Contraception.
Clinical Medicine Insights: Reproductive Health.
CDC,2009.https://www.cdc.gov/obesity/downloads/bmiforpactitioners.pdf.
[Online] Available at:
https://www.cdc.gov/obesity/downloads/bmiforpactitioners.pdf [Accessed
07 May 2019].
CORE, 2009. www.core.monash.org. [Online] Available at:
http://www.core.monash.org/bmi-calculator.html [Accessed 08 May 2019].
Depkes, 2018. Hasil Riskesdas 2018. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes, 2019. www.depkes.go.id. [Online] Available at:
http://www.depkes.go.id/index.php?txtKeyword=status+gizi&act=search-
by-map&pgnumber=0&charindex=&strucid=1280&fullcontent=1&C-
ALL=1 [Accessed 8 May 2019].
El Alasi, Z.Y. & Hamdani, I., 2017. Hubungan Indeks massa tubuh terhadap
keteraturan siklus menstruasi pada siswi Madrasah Aliyan negeri Dolok
Masihul di kecamatan Dolok Masihul. Ibnu Sina Biomedika, 1(1), pp.40-48.
Ernawati Sinaga,et al, 2017. Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta:
Universitas Nasional.
Farage, M.A., Neill, S. & MacLean, A.B., 2009. Physiological Changes
Associated with the Menstrual Cycle. CME Review Article, 64, pp.58-72.
Felicia, E.H.K., 2015.Hubungan Status Gizi Dengan Siklus Menstruasi Pada
Remaja Putri di PSIK FK Unsrat Manando. Jurnal Keperawatan.
Ganesh, R., Ilona, L. & Fadil, R., 2015. Relationship between Body Mass Index
with Menstrual Cycle in Senior. Althea Medical Journal, pp.555-60.
Hall, J.E. & Guyton, A.C., 2016. Guyton and Hall Textbook of Pshycology. 13th
ed. Sounders Elsevier.
Hanafiah, M.J., 2008. Haid dan Siklusnya. In Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp.103-20.
Heba Hossam, N.F.K.M., 2016. The Relationship between Menstrual Cycle
Irregularity and Body. IOSR Journal of Nursing and Health Science, 5(1),
p.48.
Jayakumari, S., Prabhu, K., Johnson & Kalaiselvi, 2016. Menstrual cycle pattern
in adolescent girl,in relation to BMI,food habits and the same in their
parents. Int.J.Pharm.Sci.Rev.Res, pp.37-39.
Katherine, J, C. & L, S., 2014. The effect of physical activity across the menstrual
cycle on reproductive function. National Institute of Health, 24(2), pp.127-
34.
Kesehatan, D., 2011. gizi.depkes.co.id/wp-content/uploads/2011/10/ped-praktis-
stat-gizi-dewasa.doc. [Online] [Accessed 06 May 2019].
Kim E.Barret, S.M.B.B.L.B., 2015. Ganong. 24th ed. EGC.
Kyrou,I.&Weickert,M.O.,2010.http://www.endotext.org/obesity/obesity13/obesity
13.htm. [Online] [Accessed 14 May 2019].
Kumalasari, M. (2018). Correlation Between Body Mass Index withMenstrual
Cycle on FemaleAdolescent. International Conference on Sustainable
Health Promotion 2018, (pp. 100-103). Surabaya.
Lim, J.U. et al., 2017. Comparison of World Health Organization and Asia-Pacific
body mass index classifications in COPD patients. International Journal of
COPD, 12, pp.2465-72.
Manuaba, B.I., 2008. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetrik Dan Ginekologi.
Jakarta: EGC.
N.Wahyuningsih, 2009. Hubungan Obesitas dengan Osteoartritis Lutut pada
Lansia di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Surakarta.
Nevin Samir, H.A.e.f.M.S., 2012. The correlation between body mass index and
menstrual profile among nursing students of Ain Shams University.
Egyptian Nursing Jurnal.
Pudjiadi, A.e.a., 2010. Pedoman Pelayanan Nedis Ikatan Dokter Anak Indonesia
Jilid I.. Jakarta: Pengurus Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Putri, A., Darwin, E. & Afriwardi, 2016. Hubungan Aktivitas Fisik Harian dengan
Gangguan Menstruasi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3), p.522.
Rakhmawati, A. & Dieny, F., 2013. Hubungan Obesitas Dengan Kejadian
Gangguan Siklus Menstruasi Pada Wanita Dewasa Muda. Journal of
Nutrition College, pp.214-22.
Retissu R, S.S.A.M.L.R., 2010. Hubungan Indeks Masa Tubuh Dengan Sindroma
Premenstruasi. Majalah Kedokteran FK UKI, pp.1-8.
Rinansyah Ganesh, L.I.F., 2015. Relationship between Body Mass Index with
Menstrual Cycle in Senior. Althea Medical Journal, p.555.
Sari, A.D. & Setiarini, A., 2013. Hubungan Antara Status Gizi, Pola Makan, dan
Stres dengan siklus Menstruasi Pada Remaja Putri di SMA Negeri 68
Jakarta Tahun 2013.
Sherwood, L., 2009. Fisiologi Manusia:dari Sel ke Sistem. 7th ed. EGC.
Supariasa, 2012. Indeks massa tubuh. Dalam: Penilaian status gizi. Jakarta: EGC.
Thapa, B. (2015). Relationship between Body Mass Index and Menstrual
Irregularities among. International Journal of Nursing Research and
Practice.
2.Data Antropometri
Tinggi badan : cm
Berat badan : kg
IMT :
KUESIONER
SIKLUS MENSTRUASI
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan
pengalaman Saudara/I dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat dua
pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
1: Sesuai dengan saya;YA
2: Tidak sesuai dengan saya;TIDAK
Contreng salah satunya(√)
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah anda memilik riwayat amenore ?
2 Siklus menstruasi anda 3 bulan terakhir ini :
a. Polimenore (<21 hari)
b. Normal (24-35 hari)
c. Oligomenore (>35 hari)
d. Amenore (tidak mengalami menstruasi selama 3 bulan)
3 Apakah anda melakukan olahraga minimal satu minggu
sekali ?
4 Apakah anda mengalami stress 3 bulan terakhir ini ?
5 Apakah anda sedang melakukan diet ?
Medan, 2019
Hormat Saya
( )
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter pada Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis
sendiri.
Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil karya
orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas
sesuai dengan norma, kaidah dan etika penelitian ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini
bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian tertentu, penulis
bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi
lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Siklus Menstruasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid polimenore 33 9.7 9.7 9.7
normal 274 80.4 80.4 90.0
oligomenore 32 9.4 9.4 99.4
amenore 2 .6 .6 100.0
Total 341 100.0 100.0
Klasifikasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BB Kurang 9 2.6 2.6 2.6
BB normal 224 65.7 65.7 68.3
BB Berlebih 94 27.6 27.6 95.9
Obesitas 14 4.1 4.1 100.0
Total 341 100.0 100.0
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 9.007a 3 .029
Likelihood Ratio 7.492 3 .058
Linear-by-Linear Association .749 1 .387
N of Valid Cases 341
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.77.
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 23.358a 9 .005
Likelihood Ratio 17.093 9 .047
Linear-by-Linear Association 6.484 1 .011
N of Valid Cases 341
a. 8 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .05.