SKRIPSI
Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2019
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Oleh:
PRILLY TRI TANIA
160100071
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan berkat-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya. Skripsi ini berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Penggunaan
Lensa Kontak pada Siswi SMA Negeri 3 Medan” yang merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. dr. Aldy Safruddin
Rambe, Sp.S(K), yang banyak memberikan dukungan secara psikologi selama
proses penyusunan skripsi.
2. Dosen Pembimbing, dr. Vanda Virgayanti, M.Ked(Oph), Sp.M, yang banyak
memberikan arahan, masukan, ilmu, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan sedemikian rupa.
3. Ketua Penguji, dr. T. Siti Harilza Zubaidah, M.Ked(Oph), Sp.M, dan Anggota
Penguji, dr. Mustafa Mahmud Amin, M.Ked(KJ), M.Sc, Sp.KJ (K), untuk setiap
kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi ini.
4. Dosen Pembimbing Akademik, dr. Abdul Halim Raynaldo, M.Ked (Cardio),
Sp.JP (K), yang senantiasa membimbing dan memberikan motivasi selama masa
perkuliahan 7 semester.
5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara atas bimbingan dan ilmu yang diberikan dari mulai awal
perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
ii
Universitas Sumatera Utara
v
6. Kepada Bapak/Ibu Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Medan yang telah memberi
izin sekaligus memfasilitasi penulis dalam pelaksanaan penelitian. Terima kasih
juga saya haturkan kepada Bapak/Ibu guru yang telah membantu penulis dalam
menyukseskan penelitian.
7. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan perhatian tiada
henti kepada penulis, teruntuk yang tercinta Ayahanda Suparman, Ibunda Sri
Rahayu, kakak Poppy Pradina, Pebby Dwi Novindy, serta adik tercinta M. Yoza
Jovansyah Ramadhan
9. Kepada senior yang selalu menjadi panutan penulis, Hannan AB. Zubaidi yang
telah membantu dalam membimbing penulis serta memberikan dukungan dan
saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Semua pihak yang mendukung, membantu, dan mendoakan penulis yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
iii
Universitas Sumatera Utara
vi
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik
dari segi konten maupun cara penulisannya. Oleh sebab itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat
menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan mampu memberikan
sumbangsih bagi bangsa dan Negara terutama dalam bidang pendidikan terkhususnya
ilmu kedokteran.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
v
Universitas Sumatera Utara
viii
vi
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR SINGKATAN
ABSTRAK
Latar Belakang. Lensa kontak adalah alat bantu penglihatan yang di letakkan di permukaan kornea.
Lensa kontak mudah digunakan, nyaman untuk beraktivitas, memberikan lapang pand91ang lebih
luas, dan lebih baik secara estetik. Para pengguna lensa kontak memiliki alasan mereka masing-
masing untuk menggunakan lensa kontak seperti untuk koreksi mata atau memperindah penampilan.
Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang
penggunaan lensa kontak. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan rancangan
penelitian deskriptif dan menggunakan pendekatan penelitian cross sectional. Sampel penelitian
adalah siswi SMA Negeri 3 Medan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan diambil
berdasarkan metode random sampling. Hasil. Penelitian ini memperlihatkan bahwa tingkat
pengetahuan penggunaan lensa kontak dalam kategori baik yaitu sebanyak 81 siswi dari 89 siswi
(91%), berdasarkan usia siswi pertama kali yang menggunakan lensa kontak paling banyak usia 15
tahun yaitu sebanyak 40 siswi dari 89 siswi (44,9%), berdasarkan lama penggunaan lensa kontak
paling banyak selama 1 tahun yaitu sebanyak 41 siswi (46,1%), berdasarkan alasan penggunaan lensa
kontak paling banyak dengan alasan kosmetik yaitu sebanyak 50 orang (66,7%), berdasarkan dilihat
dari pertama kali menggunakan lensa kontak paling banyak berusia 15 tahun dan tingkat pengetahuan
dalam kategori baik yaitu sebanyak 36 siswi dari 89 siswi (44,4%). Kesimpulan. Terdapat 81 dari 89
siswi berpengetahuan baik dalam penggunaan lensa kontak.
xi
Universitas Sumatera Utara
xiv
ABSTRACT
Background. Contact lenses are visual aids placed on the surface of the cornea. Contact lenses are
easy to use, comfortable to move on, give a wider field of view, and are aesthetically better. Contact
lens users have each for each of them using contact lenses to improve their eyes or enhance their
appearance. Objective. This research was conducted to determine the level of knowledge about the use
of contacts. Method. This research is a quantitative study, with a descriptive research design and
using cross-sectional research. The sample of the research is female students of SMA Negeri 3 Medan
who has met the inclusion and exclusion criteria and taken using the random sampling method.
Results. This study increased the level of knowledge about the use of contacts in both categories by 81
students from 89 students (91%), based on the age of the first students who used contacts for a
maximum of 15 years, 40 students from 89 students (44.9%), based on the longest use of contacts for 1
year is 41 students (46.1%), based on the reason of using the most contacts for cosmetic reasons as
many as 50 people (66.7%), based on the first time seen using the most number of contacts is 15 years
and the level of knowledge in both categories is 36 students out of 89 students (44.4%). Conclusion.
There are 81 out of 89 students who are well-informed in the use of contact lenses.
xii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Mata adalah salah satu indera diantara panca indera yang paling penting bagi
manusia. Dengan mata yang sehat manusia bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
Namun pada kenyataannya tidak semua orang memiliki mata yang sehat sehingga
mengharuskan mereka menggunakan alat bantu untuk dapat melihat. Salah satu
alat bantu itu adalah lensa kontak (Fatin, 2010).
Lensa kontak adalah alat bantu penglihatan yang di letakkan di permukaan
kornea. Lensa kontak mudah digunakan, nyaman untuk beraktivitas, memberikan
lapang pandang lebih luas, dan lebih baik secara estetik (Chalmers, 2010). Para
pengguna lensa kontak memiliki alasan mereka masing-masing untuk
menggunakan lensa kontak seperti untuk koreksi mata atau memperindah
penampilan (American Academy of Ophthalmology, 2013).
Seseorang pemakai lensa kontak harus mematuhi panduan penjagaan lensa
kontak yang benar seperti yang dianjurkan oleh American Optometric Association
agar tidak menimbulkan dampak negatif pada mata. Salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah pengetahuan penggunaan lensa kontak (Narainasamy D,
2013). Pemakaian lensa kontak ternyata juga memiliki sisi negatif terutama bagi
mereka yang menggunakan secara terus-menerus tanpa memperhatikan unsur
kesehatan. Masalah yang ditimbulkan dengan pemakaian lensa kontak tergantung
pada beberapa faktor seperti bahan lensa, kebersihan lensa, jenis cairan pencuci
lensa, tingkat pengetahuan penggunaan lensa dan rutin pencuciannya, pemakaian
lensa yang terlalu lama, tidur tanpa melepaskan lensa, dan kebersihan
penyimpanan lensa (Dwight, 2012).
Penggunaan lensa kontak cukup popular dengan jumlah kira-kira lebih dari
125 juta pemakai lensa kontak di seluruh dunia (Rumpakis, 2010). Berdasarkan
data NCBI, pengguna terbanyak terdapat di benua Asia dan Amerika dimana 38
1
Universitas Sumatera Utara
2
juta pengguna berasal dari Amerika Utara kemudian 24 juta pengguna berasal dari
Asia dan 20 juta pengguna berasal dari Eropa (Wakarie, 2013).
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang penggunaan lensa kontak pada siswi
SMA Negeri 3 Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGETAHUAN
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi melalui panca indera
seseorang (penginderaan) terhadap suatu objek tertentu, yaitu melalui indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Oleh karena itu, pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo,
2003).
Menurut Bloom (1956, dalam Budiman dan Riyanto, 2013) ada 6 tahapan
pengetahuan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi,
fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi tersebut
secara benar.
4
Universitas Sumatera Utara
5
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
1. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
2. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.
3. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
negatif.
4. Fasilitas
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, misalnya radio, televise, majalah, koran dan buku.
5. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.
Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia akan mampu
6. Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
Mata tersusun dari berbagai struktur yang menunjang bentuk serta fungsinya
sebagai organ penglihatan. Adapun struktur mata terdiri atas:
A. Kelopak mata
Kelopak atau palpebra memiliki fungsi untuk melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang berbentuk film air mata di depan kornea.
Palpebra berfungsi untuk membuka dan menutup mata sehingga dapat melindungi
bola mata dari trauma, sinar, dan kekeringan bola mata (Ilyas, 2015).
B. Konjungtiva
Konjungtiva adalah selaput lendir tipis dan transparan, yang melapisi bagian
depan permukaan bola mata sampai belakang kelopak mata. Konjungtiva dilapisi
tirai air mata yang berfungsi sebagai permukaan licin agar gerakan bola mata
lancar dan tidak terjadi iritasi akibat gesekan (Vaughan & Asbury’s, 2015).
C. Bola mata
D. Kornea
Kornea adalah lapisan transparan yang terletak di mata bagian depan. Kornea
merupakan media refraksi pertama yang dilewati cahaya sehingga amat penting
menjaga fungsi kornea agar tetap transparan. Selain itu kelengkungan dan
regularitas permukaan kornea sangat berperan dalam pembiasan cahaya agar
terfokus di retina (Vaughan & Asbury’s, 2015).
E. Lensa
Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus
cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi (Ilyas, 2015).
Manusia dapat melihat objek karena objek tersebut memantulkan cahaya. Dari
setiap titik sumber cahaya terpancar gelombang cahaya ke semua arah (divergen).
Berkas cahaya divergen yang masuk ke mata mengalami pembelokkan atau
kepadatan berbeda. Berkas cahaya oleh media refraksi difokuskan ke titik peka
cahaya di retina agar terbentuk bayangan yang akurat. Sinyal yang dihasilkan dikirim
ke otak untuk interpretasi visual terhadap objek yang dipandangnya. Kornea, lensa,
dan vitreous berperan membiaskan cahaya. Bayangan objek berupa berkas cahaya
yang diterima retina diubah menjadi sinyal listrik lalu diteruskan ke nervus optikus.
Sinyal yang berasal dari retina nasalis akan menyilang di kiasma optikum, sedangkan
dari retina temporalis berjalan melalui lateral kiasma tanpa saling menyilang.
Selanjutnya sinyal berjalan ke bagian posterior kiasma yaitu traktus optikus lalu ke
nukleus genikulatum lateralis dorsalis di thalamus kemudian berjalan ke posterior
sebagai radiasi optikus dan berakhir di primary visual area di korteks serebral lobus
oksipital untuk interpretasi visual sehingga manusia dapat mengenali objek yang
dilihat (Albert DM, 2008 ; Kanski JJ, 2011 ; Eva PR, 2007).
Miopia atau rabun jauh adalah keadaan mata yang mempunyai kekuatan
pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar yang datang dibiaskan di depan
retina (bintik kuning) (Ilyas, 2015). Penderita miopia mengeluh pandangan buram
saat melihat objek yang jauh tanpa rasa lelah di mata. Tajam penglihatan dapat
menjadi jelas jika objek dipindahkan lebih dekat atau penderita memicingkan
matanya. Miopia diatasi dengan lensa cekung (negatif/divergen) untuk mengurangi
pembiasan dengan menimbulkan divergensi berkas cahaya yang masuk agar tepat di
retina (Kanski JJ, 2011 ; Eva PR, 2007).
Astigmatisma atau mata silindris adalah suatu keadaan dimana sinar yang
sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh bidang pembiasan
sehingga fokus pada retina tidak pada satu titik (Ilyas, 2015). Astigmatisma dapat
terjadi bersama rabun jauh atau dekat. Letak jatuh cahaya di beberapa titik retina
menyebabkan penderita astigmatisma mengeluh ada bagian yang tidak fokus saat
melihat objek. Astigmatisma dikoreksi menggunakan kacamata lensa silindris atau
memakai lensa kontak rigid gas permeable (RGP). Lensa kontak membuat
permuakaan kornea menjadi teratur sehingga mengurangi pantulan sinar yang tidak
beraturan dan tajam penglihatan meningkat (Kanski JJ, 2011 ; Eva PR, 2007).
Lensa kontak adalah suatu cangkang lengkung yang terbuat dari kaca atau
plastik, yang ditempelkan langsung pada bola mata atau kornea untuk memperbaiki
gangguan refraksi (Riordan & Augsburger J.J, 2017).
Menurut (Ilyas, 2015) lensa kontak adalah lensa tipis yang diletakkan di
depan kornea untuk memperbaiki kelainan refraksi dan pengobatan. Lensa tipis ini
mempunyai diameter 8-10 mm, yang dengan nyaman dapat dipakai akibat ia terapung
pada selaput bening seperti kertas yang terapung pada air.
Menurut (Mannis ,Karla, Ceusa, dan Newton, 2003 dalam Rizka, 2016) lensa
kontak memiliki fungsi sebagai berikut :
2. Kosmetik
Lensa kontak sebagai kosmetik didesain untuk mengubah warna dan
penampilan mata. Lensa jenis ini sebenarnya bisa juga berfungsi untuk
memperbaiki penglihatan. Namun terkadang desain maupun warna dari lensa
kontak jenis ini bias saja membuat pandangan menjadi kabur ataupun tidak
jelas. Lensa kontak non korektif untuk kepentingan kosmetik ini sering
disebut dengan decorative contact lenses ataupun plano cosmetic (Mannis
,Karla, Ceusa, dan Newton, 2003 dalam Rizka, 2016).
3. Terapik
Lensa kontak sering digunakan untuk pengobatan dan penanganan non
refraksi pada mata. Lensa kontak dapat melindungi kornea yang sakit atau
cedera dari gesekan akibat kedipan dari kelopak mata terus menerus. Lensa
kontak juga berguna pada pengobatan seperti pada ulkus kornea, erosi kornea,
mata kering, edema kornea, descematocele, ektasis kornea, ulkus mooren,
distrofi kornea anterior, bulosa keratopati, dan keratokonjungtivitis
neurotropik, lensa kontak sekaligus juga memberikan obat-obat untuk mata
yang telah dikembangkan (Kalayarasan, 2004 dalam Rizka, 2016).
i) Extended wear contact lens: diperbuat dari bahan yang bertahan selama 24
minggu.
ii) Daily disposable lenses: walaupun sedikit mahal, namun mempunyai resiko
untuk terkena infeksi adalah rendah.
iii) Toric contact lenses: mengoreksi astigmatism yang sedang. Hanya tersedia
dalam kedua bahan yang keras dan lunak.
C. Rigid Gas Permeable (lensa RGP)
Lensa kontak RGP terbuat dari plastik yang dikombinasikan dengan bahan
lain, seperti silikon. Lensa kontak RGP bersifat mudah dilalui oksigen sehingga
kornea dapat berfungsi dengan baik. Keunggulan lensa kontak RGP adalah
b. Ptosis
Kelopak mata atas yang abnormal disebut dengan “Ptosis”. Biasanya akan
tertutup mencakup seperenam bagian atas kornea, yaitu sekitar 2 mm. Ptosis
timbul akibat adanya massa pada lensa, skar, jaringan fibrosa di kelopak mata.
Lensa kontak yang menempel pada kornea mata juga akan membentuk skar dan
kontraksi pada jaringan kelopak mata yang mengakibatkan retraksi pada kelopak
mata. Ptosis juga dapat timbul akibat dari giant papillary conjunctivitis yang berat
(Khurana, 2015).
2. Pada konjungtiva
Komplikasi yang dapat terjadi pada bagian konjungtiva akibat penggunaan
lensa kontak, yaitu :
4. Stroma kornea
Komplikasi yang dapat terjadi pada bagian kelopak mata akibat penggunaan
lensa kontak yaitu :
b. Acanthamoeba keratitis
Acanthamoeba keratitis merupakan infeksi yang sulit untuk diterapi.
Penyebab paling umum pada pemakaian lensa kontak karena menggunakan
saline buatan sendiri (dari air keran dan tablet salin yang terkontaminasi)
dimana tempat larutan tersebut telah terkontaminasi oleh acanthamoeba.
Manifestasi klinis awal yang timbul adalah adanya sensasi benda asing,
penglihatan kabur yang ringan, dan merah. Kemudian diikuti rasa nyeri yang
progresif, injeksi konjungtiva, epitelnya kasar, dan pada pemeriksaan dengan
senter terlihat adanya penebalan saraf-saraf kornea mata. Infeksi ini bersifat
progresif, berat, dan bentuk infiltratnya seperti cincin di sentral (Khurana,
2015).
1. Pengalaman
2. Tingkat pendidikan
3. Keyakinan
4. Fasilitas
5. Penghasilan
6. Sosial budaya
Pertama kali
1. Pengetahuan baik
penggunaan
2. Pengetahuan cukup
3. Pengetahuan kurang
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X - XII MIA/IIS yang
terdaftar di SMA Negeri 3 Medan karena pada penelitian sebelumnya didapatkan
jumlah perempuan lebih banyak menggunakan lensa kontak dibandingkan dengan
laki-laki.
24
Universitas Sumatera Utara
25
Sehingga diketahui jumlah siswi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 3.1 berikut :
3.3.2 Sampel
n = N
1 + N(e2)
Keterangan:
n : ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi
Dari rumus slovin diatas maka jumlah besarnya sampel adalah sebagai berikut:
n= 783
1 + 783 (0,10)2
= 783
1 + 7,83
= 88,67 = 89
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam pemilihan sampel penelitian ini
adalah:
1. Kriteria Inklusi :
a. Siswi di SMA Negeri 3 Medan yang bersedia untuk dijadikan sampel
penelitian.
b. Siswi di SMA Negeri 3 Medan yang mempunyai riwayat penggunaan lensa
kontak.
2. Kriteria Eksklusi
a. Siswi yang tidak kooperatif saat melakukan penelitian.
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari
sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner
kepada subjek penelitian.
Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program
statistik di komputer. Analisis data yang akan digunakan adalah analisis data
univariat. Analisis univariat bertujuan untuk memberikan gambaran tentang variabel
tingkat pengetahuan, usia, riwayat penggunaan, dan alasan penggunaan lensa kontak.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Lensa Kontak
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik (76-100%) 81 91
Cukup (56-75%) 8 8,9
Kurang (≤56%) 0 0
Total 89 100%
31
Universitas Sumatera Utara
32
indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Siswi Pertama Kali yang Menggunakan
Lensa Kontak
Pertama Kali Pakai
Usia Frekuensi (n) Persentase (%)
12 tahun 6 6,7
13 tahun 20 22,5
14 tahun 17 19,1
15 tahun 40 44,9
16 tahun 5 5,6
17 tahun 1 1,1
Total 89 100%
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa usia siswi pertama kali yang
menggunakan lensa kontak di SMA Negeri 3 Medan paling banyak berusia 15 tahun
yaitu sebanyak 40 siswi (44,9%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rizka
Nazriyah (2016), yang dilakukan di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang
Selatan tahun 2015, didapati hasil bahwa responden pengguna lensa kontak sebagian
besar dalam kategori usia remaja yaitu usia 15 hingga 18 tahun, dimana pada usia
tersebut anak usia remaja akan menjadi lebih peduli terhadap penampilan serta anak
perempuan sering terlihat perfeksionis dalam hal citra tubuh mereka salah satunya
dengan menggunakan lensa kontak.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tentang Lama Penggunaan Lensa Kontak
Lama Pakai
Waktu Frekuensi (n) Persentase (%)
6 bulan 8 9.0
7 bulan 11 12.4
8 bulan 3 3.4
9 bulan 4 4.5
10 bulan 3 3.4
11 bulan 2 2.2
1 tahun 41 46.1
2 tahun 15 16.9
3 tahun 2 2.2
Total 89 100%
Seperti yang diungkapkan oleh Sunarti dan Wahyu (2017), Pada pemakaian
lensa kontak dengan lama pakai yang lebih lama maka pengalaman yang mereka
dapatkan dalam melakukan penggunaan dan pembersihan lensa kontak akan
mempengaruhi mereka dalam melakukan penggunaan dan pembersihan lensa kontak
sesuai SOP yang benar.
alasan kosmetik yaitu sebanyak 58 siswi (65,2%). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Khairunnisa (2018), yang dilakukan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2017, yang menunjukkan bahwa hasil
karakteristik responden berdasarkan alasan menggunakan lensa kontak dengan alasan
kosmetik yaitu sebanyak 50 orang (66,7%), dan responden yang menggunakan lensa
kontak dengan alasan optik yaitu sebanyak 25 orang (33,3%).
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dilihat Dari Pertama Kali Menggunakan Lensa Kontak
Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Budiman & Riyanto
(2013), bahwa salah satu faktor yang memperngaruhi tingkat pengetahuan adalah
usia. Usia turut menentukan daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
5.1 KESIMPULAN
36
Universitas Sumatera Utara
37
5.2 SARAN
Dari hasil penelitian yang didapat, maka peneliti ingin memberikan beberapa
saran, yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
Albert DM, Miller JW, Azar DT, Blodi BA. 2008. Albert & Jakobiec’s principles and
practice of ophthalmology. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier Inc.
Alfarisi, R., Reno. 2018, Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak
dengan Kejadian Iritasi Mata pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Malahayati Angkatan 2015, Jurnal Ilmu Kedokteran dan
Kesehatan, Vol.5, No.2.
Aquavella, J.V., Rao, G. N. 1987, Contact Lenses, J.B. Lippincott Company, United
States of America.
Budiman dan Riyanto, A. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Chalmers RL, Keay L, Long B, Bergenske P, Giles T, Bullimore MA. 2010. Risk
factors for contact lens complications in US clinical practices. Optom Vis
Sci.
Eva PR, Whitcher JP. 2007. Vaughan & Asbury’s general ophthamology. 17th ed.
New York.
Harvard Health Publications. 2007. Cataract Surgery- Cataract: Eye Care. Harvard
Medical School. Diakses dari http://www.aolhealth.com/eye- care/learn
aboutit/cataract/cataractsurgery.
Ibrahim, W.Y., Boase, D.L., Cree, I.A.,, 2007. How could contact lense wearers beat
risk of Acanthamoeba infection. J Optom; 2: 60-66.
Ilyas S, Yulianti SR. 2015. Contact Lenses. Ilmu penyakit mata, edisi 5.
Jakarta:Badan Penerbit FKUI.
Kanski JJ, Bowling B. 2011. Ophthalmology: a systemic approach. 7th ed. United
Kingdom: Elsevier.
Khurana, A.K. 2015. Comprehensive Ophtomology. 6th ed. New Dehli: New Age
International limited.
Mannis, M. J., Krla Z., Cleusa, C. G., Newton, K. J. 2003. Contact Lenses in
Ophthalmic Practice. Springer Verlag New York Inc : New York.
ScienceDaily, 2011. Reports Characterize Fungal Eye Infections Among Soft Contact
Lens Wearers, Available from
http://www.sciencedaily.com/releases/2006/06/060613082800.htm
Vaughan, Asbury. 2015. Oftalmologi umum. anatomi & embriologi mata: Glaukoma.
Edisi ke-17. Jakarta: EGC.
Wahyuni, I., 2007. Jurnal Oftalmologi Indonesia: Fitting Lensa Kontak Rigid Gas
Permeable (RGP). Available from :
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/06.OkTinjPus03-dr.indri.pdf [Accessed :17
May 2013]
Wakarie, Paulus Rocky., Rares, Laya. (2013). Perbandingan Produksi Air Mata Pada
Pengguna Lensa Kontak Dengan Yang Tidak Menggunakan Lensa Kontak.
Karya Tulis Ilmiah Strata Satu, Universitas Sam Ratulangi, Manado
Wu Y1, Carnt N, Willcox M, Stapleton F. 2010. Contact lens and lens storage case
cleaning instructions, Eye Contact Lens.
NIM : 160100071
Riwayat Pendidikan :
Riwayat Pelatihan :
(Informed Consent)
Nama :
Umur :
Alamat :
Telp/HP :
Medan, …………………..2019
Peneliti Responden
KUESIONER A
Jawablah pertanyaan yang ada di bawah ini dengan mengisi dan melingkari pilihan
yang merupakan jawaban anda.
KUESIONER B
Pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda check list () pada pilihan
yang tersedia.
PERTAMA
LAMA
UMUR ALASAN KALI
PAKAI
NO NAMA PAKAI BENAR SALAH PERSENTASI Interpretasi
Tingkat Pengetahuan
Kurang 0 0 0 0
Lama Pakai
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Alasan Responden
Usia F % F % F % F %
Lampiran J. Dokumentasi