Anda di halaman 1dari 106

ANALISIS KEBIJAKAN KOMPENSASI EKSPATRIAT

PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL

TESIS

YOSUA FRANCISCO
NIM: 177007061

MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


i

Universitas Sumatera Utara


Telah Di Uji Pada

Tanggal : 13 Desember 2019

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Yeni Absah, SE, M.Si.


Anggota : 1. Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE, MM
2. Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng
3. Prof. Dr. Isfenti Sadalia, ME
4. Ir. Nazaruddin, MT,Ph.D

ii

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS KEBIJAKAN KOMPENSASI EKSPATRIAT PADA
PERUSAHAAN MULTINASIONAL

ABSTRAK

Saat ini sudah menjadi hal yang biasa apabila di setiap negara yang
berkembang membutuhkan jasa seorang ekspatriat untuk membangun perusahaan.
Telah menjadi hal yang sangat biasa pula apabila tenaga kerja asing (ekspatriat
mendapatkan kompensasi yang lebih tinggi daripada tenaga kerja domestik.
Negara – negara juga telah menyadari bahwa persaingan era global telah tiba dan
dibutuhkan kerja sama antar negara dalam hal tenaga kerja. Para ekspatriat tentu
saja tidak mudah untuk bekerja di negara bukan mereka berasal. Setiap negara
tentu saja memiliki syarat teretntu untuk memperkerjakan ekspatriat. Tentu saja
kedatangan ekpatriat ke Indonesia menurut KADIN (Kamar Dagang Indonesia)
dikarenakan rendahnya produktifitas tenaga kerja Indonesia, sehingga beberapa
Perusahaan Multinasional tertarik untuk merekrut ekspatriat untuk bekerja di
perusahaannya. Adanya perbedaan pengetahuan dan kapabilitas dalam
penggunaan teknologi juga menguatkan bahwa kompentensi yang dimiliki oleh
ekpatriat lebih dimanfaatkan di Indonesia. Bukan hanya itu saja, efektivitas dan
ketepatan waktu dalam penyelesaian pekerjaan menjadi patokan dan sangat
berpengaruh pada target – target yang igin dicapai oleh perusahaan. Dengan
tingginya kompensasi yang diterima ekspatriat bisa mencapai 2-3 kali lipat
kompensasi tenaga kerja domestik di Indonesia menjadi sebuah kebijakan
kompensasi dan indikator apa sebenarnya yang menyebabkan tingginya
kompensasi ekpatriat di Indonesia

Kata Kunci : Kebijakan Kompensasi, Kompensasi Ekspatriat, Perusahaan


Multinasional

iii

Universitas Sumatera Utara


iv

Universitas Sumatera Utara


v

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Yosua Francisco

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 13 Nopember 1991

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Menteng 7 GG. Madrasah III Kelurahan Medan

Tenggara Kecamatan Medan Denai

No. Handphone : 081362143555

Email : yosuagolanz@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1997 – 2003 : SD ST Antonius V Medan

2003 – 2006 : SMP Santa Maria Medan

2006 – 2009 : SMA Negeri 5 Medan

2009 – 2012 : D-III Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan

2015 – 2016 : S-1 Institut Sains dan Teknologi TD. Pardede Medan

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Tenaga Penyuluh Lapangan Kementerian Perindustrian di Dinas Koperasi

UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tapanuli Utara (2013 –

2014)

2. Asisten Laboratorium Operasi Teknik Kimia di Politeknik Kima Industri

Medan (2018-2019)

vi

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan

karunia-Nya yang selalu menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

yang berjudul “ANALISIS KEBIJAKAN KOMPENSASI EKSPATRIAT

PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL ”. Tesis ini disusun untuk

melengkapai persyaratan guna memperoleh gelar strata dua (S2) Magister

Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari

bawa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam penyusunan maupun isi

tesis. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran

dan kritik yang membangun dari para pembaca guna kesempurnaan tesis ini.

Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, nasihat, doa, dan dorongan

dari orangtua tercinta Toga Pandapotan Nainggolan (Alm) dan Donda serta

seluruh keluarga yang selama ini mendukung perkuliahan hingga penelitian tesis

ini selesai. Dalam kesempatan ini, Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. M.Hum selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Prof Dr. Robert Sibarani, MS selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Program Studi Magister

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Yeni Absah SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan motivasi, pengarahan, bimbingan dan saran dalam

kesempurnaan tesis ini.

vii

Universitas Sumatera Utara


viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... i


ABSTRAK ................................................................................................. iii
ABSTRACT ............................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN .......................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................ 7
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan ............................................. 7
1.6 Asumsi............................................................................... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................... 9


2.1 Deskripsi Teori .................................................................. 9
2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia ....... 9
2.1.2 Manajemen Sumber Daya Internasional .................. 9
2.1.3 Kompensasi .............................................................. 12
2.1.3.1 Kompensasi Internasional............................ 16
2.1.3.2 Tujuan Tujuan Kompensasi Internasional ... 16
2.1.3.3 Komponen-Komponen Program Kompensasi
Internasional................................................. 16
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian
Kompensasi ............................................................. 22
2.1.5 Kinerja ...................................................................... 23
2.1.6 Indikator Kinerja ...................................................... 24
2.1.7 Ekspatriat.................................................................. 26
2.1.7.1 Kompensasi Ekspatriat ................................ 27
2.1.8 Perusahaan Multinasional ........................................ 29
2.2 Review Hasil Penelitian .................................................... 30
2.3 Resume Hasil Penelitian ................................................... 37
2.4 Model Konseptual ............................................................. 38
2.5 Kerangka Konseptual ........................................................ 41

BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 44


3.1 Tipe Penelitian .................................................................. 44
3.2 Lokasi Penelitian ............................................................... 44
3.3 Metode Penelitian.............................................................. 45
3.3.1 Informan Kunci ........................................................ 45

ix

Universitas Sumatera Utara


3.3.2 Jenis Dan Sumber Data ............................................ 47
3.3.3 Metode Pengumpulan Data ...................................... 47
3.3.4 Tahapan Penelitian Kualitatif ................................... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 52


4.1 Hasil Penelitian ................................................................. 52
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Multinasional .......... 52
4.1.2 Sejarah Masuknya tenaga Kerja Asing (Ekspatriat) 53
4.1.3 Kebijakan Kompensasi Internasional ...................... 54
4.1.4 Pendekatan-Pendekatan Kompensasi Internasional 56
4.1.5 Penetapan Kebijakan Ekspatriat .............................. 61
4.2 Pembahasan ...................................................................... 64
4.2.1 Penetapan Kebijakan Kompensasi Ekpatriat ........... 64
4.2.2 Analisa Kebijakan Kompensasi Ekspatriat Pada
Perusahaan Multinasional Di Sumatera Utara ......... 67
4.2.3 Analisa Kebijakan Ekspatriat Berdasarkan Peraturan
Pemerintah ............................................................... 80
4.3 Keterbatasan Penelitian .................................................... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 86


5.1 Kesimpulan ........................................................................... 86
5.2 Saran ..................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 90

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman


1.1 Gaji Ekspatriat di Indonesia Tahun 2017 Menurut Indonesia
Menurut Indonesia Expat ....................................................... 3
3.1 Poin Pertanyaan Untuk Manajemen Perusahaan.................... 49
3.2 Poin Pertanyaan Untuk Pekerja Ekspatriat ............................ 49

11

Universitas Sumatera Utara


12

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


2.1 Pembagian Jenis – Jenis Kompensasi ....................................... 10

12

Universitas Sumatera Utara


13

DAFTAR GRAFIK

No. Grafik Judul Halaman


4.1 Upah Minimum Pekerja di Turki ........................................... 69
4.2 Upah Minimum Pekerja Di Jepang ........................................ 70

13

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur terpenting dalam

sebuah perusahaan. Pola pikir global memiliki pemikiran yang luas dan

bersifat terbuka sangat menguntungkan bagi perusahaan. Perusahaan dapat

menilai suatu masalah dari segala aspek dan semua akan melihat bahwa

perusahaan tersebut dapat menerima masukan dan kritik. Dengan demikian,

pola pikir yang luas dalam perusahaan dapat mudah menyelesaikan masalah

secara global dan memiliki solusi yang membangun.

Dalam penanganan dan pengelolaan sumber daya manusia sebagai

aset terbesar perusahaan sering mengalami berbagai masalah. Salah satu

masalah yang sering terjadi pada sumber daya manusia adalah mengenai

kompensasi. Permasalahan yang timbul ialah terhadap kebijakan kompensasi

yang diberikan oleh perusahaan kepada sumber daya manusia sebagai motor

pengerak perusahaan tersebut.

Penetapan kebijakan kompensasi masih memberikan isu negatif, yaitu

perlakuan yang cenderung tidak sportif oleh perusahaan. Kebijakan

kompensasi sangat berdampak pada kinerja dan dapat menjadi salah satu

bentuk motivasi kerja kepada pekerja. Pemberian kompensasi yang

memuaskan merupakan suatu cara untuk meningkatkan prestasi kerja,

motivasi dan kepuasan kerja pekerja.

Universitas Sumatera Utara


2

Saat ini, sudah menjadi sebuah hal yang biasa jika mendengar tenaga

kerja asing (ekspatriat) mendapatkan kompensasi yang lebih tinggi daripada

tenaga kerja domestik . Eksistensi ekspatriat dimulai dari diberlakukan

industrialisasi dan terus mengalami peningkatan hingga saat ini. Kebijakan

rekruitmen lintas Negara untuk mendatangkan para ekspatriat terjadi

mengikuti perkembangan dan kebutuhan era globalisasi. Hal tersebut juga

menuntut terciptanya kebijakan yang memberikan kebebasan dalam

persaingan tenaga kerja. Kebijakan ini mengkehendaki bebasnya pergerakan

tenaga kerja (personal movement) melewati batas wilayah teritorial

negaranya. Negara Indonesia termasuk dalam salah satu Negara yang

menyadari bahwa era persaingan global sudah tiba dan begitu pesat sehingga

sangat diperlukan kerjasama-kerjasama antar Negara dalam hal tenaga kerja.

Dengan demikian setiap perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya

manusia yang sesuai dengan kebutuhan dan berasal dari Negara lain demi

mencapai target perusahaan. Eksistensi ekspatriat tersebut menjadi salah satu

pedoman bagaimana perusahaan memberikan kompensasi terhadap ekspatriat

tersebut. Kompensasi yang diberikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1

dibawah ini :

Tabel 1.1 Gaji Ekspatriat di Indonesia Tahun 2017 Menurut


Indonesia Expat
Divisi Kompensasi Divisi Kompensasi
No No
Pekerjaan (Rp)/tahun Pekerjaan (Rp)/tahun
Manajer Manajer
1 Pemasaran 195-650 juta 9 Hubungan 325-845juta
Online Pemerintah
Manajer Corporat 845juta-
2 65-130 juta 10
Sosial Media Affair Director 1,1milliar

Universitas Sumatera Utara


3

Divisi Kompensasi Divisi Kompensasi


No No
Pekerjaan (Rp)/tahun Pekerjaan (Rp)/tahun
780juta-
3 Digital Head 11 Developer 195-260juta
1miliar
Chief
Manajer 1-
4 195-520juta 12 Technologi
Teknik 1,95milliar
Officer
Manajer Manajer
5 325-416juta 13 65-975juta
Proyek Pemasaran
Analis Manajer
6 Keuangan 270-380juta 14 Hubungan 195-390juta
Senior Masyarakat
Financial Direktur Riset
7 1,6-2milliar 15 390-910juta
Officer Pasar
Legal
8 195-325juta
Manager

Berdasarkan Tabel 1.1, maka pekerja Indonesia cenderung

beranggapan tidak lebih baik dan menganggap pendatang (ekspatriat) lebih

sempurna sehingga hal ini sangat berpengaruh pada nilai tawar kontrak kerja

pada ekspatriat. Terlebih dengan adanya kebijakan pada perusahaan

multinasional itu sendiri terhadap tarif terendah untuk pekerja ekspatriat.

Namun, ekspatriat itu sendiri pun harus memiliki beberapa

persyaratan untuk dapat bekerja di Indonesia antara lain yaitu memiliki

pendidikan yang sesuai klasifikasi jabatan yang akan diduduki oleh

ekspatriat, memiliki serifikat kompetensi atau memiliki pengalaman kerja

paling sedikit 5 (lima) tahun yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang

akan diduduki oleh ekspatriat, membuat surat pernyataan wajib mengalihkan

keahliannya kepada TKI pembanding, memiliki NPWP bagi TKA yang sudah

Universitas Sumatera Utara


4

bekerja lebih dari 6 (enam) bulan, dan kepesertaan Jaminan sosial Nasional

bagi Tka yang bekerja lebih dari 6 (enam) bulan.

Menurut Data Kamar Dagang dan Industri (KADIN jumlah tenaga

kerja asing yang masuk ke Indonesia itu masih sangat sedikit yaitu sekitar

0,03% dari jumlah tenaga kerja Indonesia yaitu sebesar 130 juta tenaga kerja.

Jika dikalkulasikan tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia itu tercatat

sekitar 98.000 orang lebih. Untuk tenaga kerja Tiongkok, menurut KADIN

ada sepertiga atau sekitar 30.000 orang dari total TKA yang ada di Indonesia.

Hal tersebut juga didukung dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres)

Nomor 2 Tahun 2018 tentang Tenaga Kerja Asing (TKA). Sehingga TKA di

Indonesia semakin membanjir dan dengan alasan agar investasi semakin

mudah masuk di Indonesia.

Sementara mengenai produktifitas juga, KADIN mengakui bahwa

dibandingkan dengan negara-negara lain, apalagi khususnya Asia Tenggara,

tenaga kerja Indonesia memang masih cukup rendah. Terlebih dengan adanya

perkembangan digital ekonomi dan revolusi 4.0, beberapa bidang pekerjaan

akan hilang dan beberapa bidang pekerjaan baru akan muncul sehingga para

pekerja perlu menambah kemampuan untuk memperkuat daya saing dan

produktifitas sehingga dapat memenuhi visi dan misi yang telah dibuat dan

dituju oleh perusahaan.

Beberapa perusahaan multinasional yang ada di Sumatera Utara

memiliki beberapa tenaga kerja asing. Mereka yang bekerja tidaklah banyak

namun posisi mereka sangatlah diinginkan oleh perusahaan mengingat target

Universitas Sumatera Utara


5

yang harus dicapai oleh perusahaan tersebut. Adanya keinginan perusahaan

untuk merekrut pekerja ekspatriat adalah ketepatan waktu, kualitas, dan

efektifitas dalam bekerja.

Tentu saja dengan adanya kualitas dan kuantitas ekspatirat menjadi

daya tarik tersendiri sebuah perusahaan untuk memperkerjakan mereka.

Adanya knowledge gap, juga menguatkan kompetensi bahwa ekspatriat

menjadi lebih dimanfaatkan di Indonesia. Kapabilitas dalam penggunaan

teknologi juga mengharuskan perusahaan untuk memperkerjakan TKA di

perusahaannya. Bukan hanya itu saja efektivitas dan ketepatan waktu

penyelesaian pekerjaan juga menjadi patokan karena hal tersebut sangat

berpengaruh pada target – target yang ingin dicapai perusahaan tersebut

sehingga nilai kontrak kerja yang mereka dapatkan lebih tinggi dibandingkan

pekerja domestik. Sebagai contoh, Manager sosial media tenaga kerja asing di

Indonesia mendapatkan gaji sebesar 65 – 130 juta/bulan dan Manager sosial

media tenaga kerja lokal/domestik di Indonesia mendapatkan gaji sebesar 42-

48 juta/tahun. Dengan tingginya kompensasi yang TKA terima bisa mencapai

2 sampai 3 kali lipat dari kompensasi yang diterima oleh tenaga kerja

domestik menyebabkan isu – isu yang beredar mengenai tingginya

kompensasi ekspatriat sudah bukan lagi isapan jempol belaka. Dari data

tersebut, bagaimana kompensasi yang mereka terima? Sesuaikan dengan apa

yang mereka kerjakan sesuai target yang telah dipasang oleh perusahaan?

Bagaimana perusahaan membuat kebijakan kompensasi ekspatriat tersebut?

Universitas Sumatera Utara


6

Apa saja indikator-indikator yang membuat kompensasi yang diterima

ekspatriat menjadi lebih tinggi di Indonesia?

Dengan alasan tersebut, maka penulis mengambil judul : “Analisis

Kebijakan Kompensasi Ekspatriat Pada Beberapa Perusahaan

Multinasional “

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan,

maka permasalahan yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian ini

adalah kebijakan kompensasi terhadap ekspatriat. Sehubungan dengan

permasalahan tersebut, maka beberapa pertanyaan mendasar dalam rumusan

masalah adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor dan indikator-indikator apa saja yang relevan dan menjadi

syarat dalam menentukan kebijakan kompensasi ekspatriat?

2. Manajemen strategis apa yang dipakai oleh perusahaan dalam menentukan

kompensasi ekspatriat?

1.3. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan masalah yang terdapat dalam penelitian ini, maka

penelitian ini dilakukan dengan tujuan, untuk :

1. Melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang relevan dalam kebijakan

kompensasi tenaga kerja asing (ekspatriat).

2. Merumuskan strategi atau metode kebijakan penetapan kompensasi

alternative yang tepat untuk diimplementasikan.

Universitas Sumatera Utara


7

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagai sebuah karya ilmiah yang dilakukan berdasarkan acuan

teoritis dan metode yang relevan, maka manfaat yang akan diperoleh dari

penelitian ini, antara lain :

1. Bagi perusahaan, hasil penelitian berupa kebijakan yang relevan dan

bermanfaat sebagai rujukan yang dapat diaplikasikan sebagai kebijakan

alternative (baru).

2. Bagi akademik, hasil dari penellitian ini berguna sebagai tambahan

referensi yang dapat digunakan sebagai sumber data atau konsep alternatif

dalam pembelajaran dan penelitian selanjutnya.

3. Bagi diri sendiri, penelitian ini memberikan tambahan pengalaman dan

keterampilan baru dalam merumuskan kebijakan.

1.5. Ruang Lingkup & Batasan

1.5.1. Ruang Lingkup

Sehubungan dengan rumusan masalah dan tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini, maka ruang lingkup analisis yang akan

dilakukan meliputi :

1. Faktor manajemen

Manajemen merupakan faktor paling utama dalam menentukan

kebijakan kompensasi yang diberikan kepada sumber manusianya.

2. Faktor organisasi

Setiap organisasi memiliki kewajiban dalam memenuhi kebutuhan

modal manusia atau sumber daya manusia yang terbaik, tepat dan

Universitas Sumatera Utara


8

sesuai dengan kebutuhan dalam menjalankan organisasi tersebut. Oleh

karena itu, tingkat kebutuhan tersebut akan mempengaruhi proses

seleksi sumber daya manusia dan kesepakatan kompensasi pada setiap

individu sumber daya manusia tersebut.

3. Faktor kebijakan pemerintah

Pemerintah memiliki peran yang sangat berpengaruh terhadap

penentuan kebijakan kompensasi yang diberikan oleh perusahaan

terhadap para pekerjanya. Pemerintah memiliki peraturan (UU) yang

dapat menjadi acuan oleh perusahaan dalam menentukan nilai

kompensasi yang diberikan.

1.5.2. Batasan

Sehubungan dengan rumusan masalah dan tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini, maka batasan dalam penelitian ini meliputi :

1. Pekerja ekspatriat pada perusahaan multinasional.

2. Data Perspektif Penilaian Kinerja Karyawan.

1.6. Asumsi

Asumsi sebagai ketetapan tentang kondisi saat ini yang digunakan

dalam penelitian ini ialah :

1. Pola gaya hidup ekspatriat menuntut kompensasi yang relative tinggi

2. Para pekerja menerima penilaian kinerja sebagai salah satu alat ukur dan

sebagai acuan dalam penetapan kompensasi

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Deskripsi Teori

2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sumber Daya Manusia (Hasibuan : 2011) adalah ilmu

dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan

efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan

masyarakat.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa arti pentingnya Manajemen Sumber

Daya Manusia yang dikemukakan oleh para ahli adalah semua aktivitas

yang mempengaruhi perilaku individu dalam usaha mereka untuk

merumuskan dan menerapkan kebutuhan strategi perusahaan.

1. Pola penempatan sumber daya manusia yang direncanakan dan aktivitas

yang bertujuan untuk kemungkinan perusahaan mencapai tujuannya.

2. Pendekatan membuat keputusan pada skema dan rencana organisasi

berkatan dengan hubungan pekerjaan dan kebijakan serta pelaksanaan

perekrutan, pelatihan, pengembangan, manajemen kinerja, imbalan dan

hubungan karyawan.

2.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia Internasional

Menurut Dowling Manajemen Sumber Daya Manusia Internasional

adalah penggunaan sumber daya internasional untuk mencapai tujuan

organisasi tanpa memandang batasan geografis. Bidang MSDM

Universitas Sumatera Utara


10

Internasional dikarakteristikkan oleh 3 pendekatan, yaitu :

a. MSDM internasional menekankan manajemen lintas budaya (cross-

cultural management) yaitu melihat perilaku manusia dalam organisasi

dari perspektif internasional.

b. Dikembangkan dari hubungan industrial komparatif serta literatur-

literatur MSDM dan berusaha untuk menggambarkan, membandingkan

dan menganalisis sistem SDM di beberapa negara.

c. Berusaha untuk memberikan fokus pada aspek MSDM di perusahaan-

perusahaan multinasional.

Sedangkan Morgan (1986:44) mendefinisikan Manajemen SDM

Global sebagai pengaruh yang mempengaruhi (interplay) diantara ketiga

dimensi aktivitas-aktivitas SDM, tipe-tipe karyawan, dan negara-negara

operasi. Morgan menggambarkan MSDM Global dalam 3 dimensi yang

meliputi:

a. Aktivitas-aktivitas SDM yang luas meliputi pengadaan tenaga kerja,

alokasi dan pemanfaatan (ketiga aktivitas luas ini dapat dengan mudah

diperluas ke dalam enam aktivitas SDM).

b. Kategori negara atau bangsa yang terlibat dalam aktivitas-aktivitas

MSDM Internasional yakni:

1) Negara tuan rumah (host-country) dimana sebuah cabang dapat

ditempatkan.

2) Negara asal (home-country) dimana perusahaan itu memiliki kantor

Universitas Sumatera Utara


11

pusat.

3) Negara-negara lain yang mungkin menjadi sumber tenaga kerja

modal.

c. Tiga kategori karyawan dalam perusahaan multinasional yaitu:

1) Karyawan Negara tuan rumah (host-country nationals/HCNs)

2) Karyawan Negara asal (parent-country nationals/PCNs)

3) Karyawan Negara ketiga (third-country nationals/TCNs)

Menurut Schuler dan Jackson (1999), perbedaan antara MSDM dan

MSDM Internasional adalah sebagai berikut ini:

1. Lebih Banyak Fungsi dan Kegiatan

Untuk dapat beroperasi di lingkungan internasional, departemen

SDM harus melaksanakan sejumlah kegiatan yang mungkin tidak

diperlukan dalam suatu lingkungan domestik, perpajakan internasional,

relokasi dan orientasi internasional, pelayanan administratif untuk para

ekspatriat, hubungan dengan negara tuan rumah, dan jasa penerjemah.

2. Perspektif yang Lebih Luas

Para manajer domestik biasanya mengelola program-program

untuk sekelompok pekerja satu bangsa yang ditanggung oleh kebijakan

kompensasi yang seragam, dan yang membayar pajak kepada satu

pemerintah.

Para manajer internasional menghadapi masalah dalam

mendesain dan mengelola program-program untuk pekerja yang terdiri

Universitas Sumatera Utara


12

dari lebih dari satu kelompok bangsa, dan oleh karenanya mereka harus

mempunyai pandangan global terhadap berbagai permasalahan.

3. Lebih Terlibat dalam Kehidupan Pekerja

Tingkat keterlibatan yang lebih besar dalam kehidupan pribadi

pekerja diperlukan dalam melakukan seleksi, pelatihan, dan manajemen

yang efektif untuk para ekspatriat.

Departemen SDM Internasional perlu memastikan bahwa

pekerja ekspatriatnya memahami pengaturan perumahan, perawatan

kesehatan, dan semua aspek paket kompensasi yang disediakan untuk

penugasan diluar negeri.

4. Tingkat Risiko yang Lebih Besar

Konsekuensi kegagalan manusia dan finansial seringkali lebih

besar di arena bisnis internasional daripada bisnis domestik. Misalnya,

kegagalan ekspatriat (kepulangan ekspatriat dari penugasan

internasional sebelum waktunya) adalah masalah dengan biaya yang

tinggi bagi perusahaan-perusahaan internasional.

Aspek lainnya yang dapat juga menimbulkan risiko adalah

terorisme.Perusahaan-perusahaan multinasional besar, sekarang ini

harus mempertimbangkan elemen ini secara teratur saat merencanakan

pertemuan-pertemuan dan penugasan-penugasan internasional.

2.1.3 Kompensasi

Kompensasi atau imbalan (Nasution:2008) adalah segala sesuatu

yang diterima para pekerja sebagai balas jasa atas kerja ataupun kinerja

Universitas Sumatera Utara


13

yang telah menghasilkan. Sasaran pemberian kompensasi ini adalah

bagaimana mempertahankan pekerja dengan baik, memperlakukan dengan

baik, dan termotivasi untuk meningkatkan kinerja organisasi secara

keseluruhan. Namun tidak selamanya orang yang bekerja termotivasi hanya

karena materi (uang), tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain,

seperti adanya jaminan keselamatan, penghargaan, ataupun pengakuan dari

perusahaan atas dirinya.

Kompensasi (Bussin, 2015) adalah semua uang tunai dan cara

pembayaran terkait uang tunai dan cara pembayaran terkait uang tunai

seperti gaji pokok, insentif tahunan, dan rencana insentif jangka panjang.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kompensasi

menurut (Nasution, 2015), antara lain :

1. Sistem kompensasi yang dilakukan harus berhubungan dengan kinerja

pekerja dan kinerja organisasi

2. Sistem kompensasi harus berhubungan dengan efisiensi dan efektifitas

pencapaian hasil yang ditargetkan organisasi

3. Pekerja harus dapat memahami hasil perhitungan nilai kompensasi

tersebut

4. Sistem kompensasi yang dikembangkan harus mampu menambah nilai

bagi organisasi

5. Sistem kompensasi harus jelas, terbuka dan dikomunikasikan kepada

pekerja

6. Pekerja harus yakin bahwa sistem kompensasi yang digunakan tersebut

Universitas Sumatera Utara


14

bersifat adil, seimbang dan kompetitif

7. Sistem kompensasi disesuaikan dengan perubahan anggaran kerja

perusahaan, anggaran keluarga, tingkatan standart keahlian, tingkatan

skala kebutuhan manusia, tidak hanya kebutuhan dasar tetapi termasuk

memperhatikan kebutuhan keselamatan, penghargaan dan aktualisasi

diri

8. Sistem kompensasi harus selalu dievaluasi efisiensi dan efektivitasnya

terhadap produktivitas, sasaran kunci kinerja individu dan kinerja tim,

keuntungan perusahaan, struktur biaya dan pola distribusi kompensasi

Gambar 2.1 Pembagian jenis-jenis kompensasi

Kompensasi (Marwansyah, 2010) merupakan imbalan secara

langsung, imbalan tidak langsung dalam bentuk manfaat tambahan (benefit)

dan bentuk pemberian layanan tambahan serta insentif yang ditujukan untuk

memotivasi pekerja agar mencapai produktivitas yang lebih tinggi. Dengan

Universitas Sumatera Utara


15

kata lain kompensasi merupakan bentuk penghargaan dari perusahaan

kepada pekerja karena kontribusi mereka. Selanjutnya, kompensasi terbagi

ke dalam tiga komponen; kompensasi dasar, insentif, dan benefit

(kompensasi tidak langsung).

Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang

langsung maupun tidak langsung yang diterima pekerja sebagai imbalan atas

jasa yang diberikan kepada perusahaan (Hasibuan, 2011). Kompensasi

berbentuk uang artinya kompensasi di bayar dalam bentuk uang kartal

kepada pekerja bersangkutan. Kompensasi berbentuk barang artinya

kompensasi dibayar dengan barang.

Kompensasi (Wibowo, 2007) merupakan kontra prestasi terhadap

penggunaan tenaga atau jasa yang lebih diberikan oleh tenaga kerja.

Kompensasi merupakan jumlah paket yang ditawarkan organisasi kepada

pekerja sebagai imbalan atas penggunaan tenaga kerja

2.1.3.1 Kompensasi Internasional

Kompensasi internasional adalah pemberian imbalan moneter dan

non-moneter, termasuk gaji pokok, tunjangan, imbalan, insentif jangka

panjang dan pendek, dihargai oleh karyawan sesuai dengan kontribusi

relatifnya terhadap kinerja perusahaan multinasional.

Tujuan manajemen sumber daya manusia yang luas adalah untuk

menarik , mempertahankan dan memotivasi personel yang diperlukan di

seluruh perusahaan multinasional saat ini dan di masa depan dari

perspektif karyawan, khususnya, kompensasi adalah salah satu aspek

Universitas Sumatera Utara


16

strategis yang paling terlihat dalam manajemen sumber daya manusia

Kompensasi Internasional juga dapat diartikan sebagai

perbandingan kompensasi internasional dan kompensasi dalam

perusahaan multinasional (MNEs). Werner dan Ward (2004)

menekankan kompleksitas praktik kompensasi internasional karena

pentingnya perbedaan antara negara dalam hal kondisi kerja, hukum,

budaya tetapi juga campuran karyawan yang berbeda (ekspatriat,

penduduk setempat, dan warga negara negara ketiga) dan pengenalan

risiko nilai tukar.

2.1.3.2 Tujuan – Tujuan Kompensasi Intenasional

Secara singkat tujuan-tujuan utama program kompensasi

internasional bagi perusahaan multinasional meliputi :

a. Menarik dan mempertahankan para karyawan yang berkualitas untuk

penugasan-penugasan internasional (dari perspektif perusahaan

induk, tetapi meliputi PCN, HCN, dan TCN);

b. Memfasilitasi transfer antara cabang-cabang asing, antara cabang-

cabang asing dan perusahaan induk (biasanya kantor pusat), dan

antara perusahaan induk dan lokasi-lokasi asing.

c. Menetapkan dan memelihara suatu hubungan yang konsisten dan

layak antara kompensasi para karyawan dari semua cabang, baik di

negara asal maupun di luar negeri.

d. Memelihara kompensasi yang layak dalam kaitannya dengan

praktik-praktik para pesaing, sekalipun belum meminimasi biaya-

Universitas Sumatera Utara


17

biaya pada tingkatan yang memungkinkan.

2.1.3.3 Komponen – Komponen Program Kompensasi Internasional

Kompensasi yang diberikan kepada karyawan entah itu tenaga

lokal, ekpatriat atau tenaga kerja negara ketiga beragam. Namum

umumnya terdapat komponen-komponen kunci. Komponen kunci

kompensasi internasional sebagai berikut :

a. Gaji Pokok

Istilah gaji pokok mendapat suatu arti yang berbeda ketika para

karyawan bertugas di luar negeri. Dalam suatu konteks domestik, gaji

pokok menunjukkan jumlah kompensasi tunai yang berfungsi sebagai

patokan untuk unsur-unsur kompensasi lainnya (seperti bonus-bonus

dan tunjangan-tunjangan).

Untuk para ekspatriat, gaji pokok merupakan komponen utama

suatu paket penghargaan, banyak di antaranya dikaitkan secara

langsung pada gaji pokok (misalnya premi pelayanan/jasa asing,

tunjangan biaya hidup, tunjangan perumahan) dan juga merupakan

dasar untuk tunjangan-tunjangan dalam pekerjaan jasa dan kontribusi-

kontribusi pensiun. Gaji pokok dapat dibayarkan dalam mata uang

negara asal atau negara setempat. Gaji pokok adalah blok fondasi bagi

kompensasi internasional, entah karyawannya seorang PCN atau

TCN. Perbedaan-perbedaan besar dapat terjadi dalam paket karyawan

tergantung pada apakah gaji pokok dikaitkan dengan negara asal PCN

dan TCN atau apakah suatu tarif internasional yang dibayar.

Universitas Sumatera Utara


18

b. Imbalan Bekerja di Negara Asing (Foreign Service

Inducement/Hardship Premium)

Para karyawan yang berasal dari negara induk (PCN) sering

menerima suatu premi gaji (salary premium) sebagai suatu imbalan

untuk menerima suatu penugasan asing atau sebagai kompensasi

untuk kesukaran yang disebabkan oleh transfer. Dalam keadaan

seperti ini, harus dijelaskan definisi atau pengertian kesukaran,

pemenuhan syarat untuk premi, jumlah dan waktu pembayaran.

Adalah penting untuk dicatat bahwa pembayaran-pembayaran ini

lebih umum dibayarkan kepada PCN daripada TCN. Imbalan seperti

ini jika digunakan biasanya dibuat dalam bentuk suatu presentase dari

gaji, biasanya 5 sampai 40 persen dari gaji pokok.

Pembayaran-pembayaran seperti ini berbeda, tergantung pada

penugasan, kesukaran aktual, konsekuensi-konsekuensi pajak, dan

lamanya penugasan. Selain itu perbedaan-perbedaan dapat

dipertimbangkan; misalnya jam kerja di suatu negara tuan rumah

dapat lebih panjang daripada negara asal dan suatu perbedaan

pembayaran dapat dibuat sebagai pengganti waktu lembur, yang tidak

biasanya dibayarkan kepada PCN atau TCN.

c. Tunjangan-tunjangan (Allowances)

Isu-isu berkaitan dengan tunjangan-tunjangan dapat sangat

menantang bagi suatu perusahaan dalam menetapkan suatu

kebijaksanaan kompensasi menyeluruh, sebagian karena adanya

Universitas Sumatera Utara


19

berbagai macam bentuk tunjangan-tunjangan. Tunjangan biaya hidup

(cost of living allowance/COLA) yang biasanya menerima perhatian

lebih banyak, melibatkan suatu pembayaran untuk menutup perbedaan

pengeluaran antara negara asal dan negara asing (misalnya untuk

menanggung perbedaan-perbedaan inflasi).

Sering kali tunjangan ini sulit untuk ditentukan, sehingga

perusahaan dapat menggunakan jasa organisasi seperti Organization

Resource Counselors, Inc. (sebuah perusahaan Amerika Serikat) atau

Employment Condition Abroad (berbasis di Inggris). Perusahaan-

perusahaan ini memiliki spesialisasi dalam memberikan informasi

tunjangan biaya hidup atau suatu dasar global, biasanya data yang

diberikan kepada klien adalah data terkini. Tunjangan biaya hidup

biasanya meliputi pembayaran-pembayaran untuk perumahan dan

utilitas, pajak penghasilan pribadi atau hal-hal yang dapat dipilih atau

ditentukan dengan bebas.

Ada juga suatu penyediaan tunjangan untuk perjalanan

kembali ke negara asal (home leave allowances). Banyak perusahaan

menutup biaya satu atau lebih perjalanan kembali ke negara asal setiap

tahun. Tujuan untuk membayarkan perjalanan seperti ini adalah untuk

memberikan peluang kepada para ekspatriat untuk memperbaharui

ikatan keluarga dan bisnis, karenanya membantu mereka untuk

menghindari masalah-masalah penyesuaian ketika mereka kembali ke

negara asal. Meskipun perusahaan-perusahaan secara tradisional telah

Universitas Sumatera Utara


20

membatasi penggunaan tunjangan untuk perjalanan ke negara asal,

beberapa perusahaan memberi pilihan kepada para ekspatriat untuk

menggunakan tunjangan untuk melakukan perjalanan ke negara asing

lainnya daripada negara asal.

Perusahaan-perusahaan yang mengijinkan penggunaan

tunjangan-tunjangan perjalanan ke negara asal yang digunakan untuk

perjalanan ke luar negeri perlu menyadari bahwa para karyawan

ekspatriat pengalaman internasional yang terbatas yang boleh memilih

perjalanan ke negara lain daripada kembali ke negara asal dapat

menjadi lebih rindu kampung halaman (homesick) dibandingkan

dengan mereka yang kembali ke negara asal untuk suatu pemeriksaan

realitas (reality check) dengan rekan karyawan dan teman-teman.

Tunjangan pendidikan untuk anak-anak ekspatriat juga

merupakan suatu bagian internal dari suatu kebijaksanaan kompesasi

internasional. Tunjangan untuk pendidikan dapat menutup biaya-biaya

seperti biaya kuliah, biaya kursus bahasa, biaya pendaftaran,

pembelian buku-buku dan perlengkapan-perlengkapan transfortasi,

serta pakaian seragam (di luar Amerika, adalah hal umum bagi para

siswa sekolah lanjutan untuk menggunakan pakaian seragam). Tingkat

pendidikan yang disediakan, ketersediaan sekolah-sekolah lokal dan

transfortasi para tanggungan yang bersekolah di lokasi-lokasi lain

dapat mendatangkan masalah-masalah untuk perusahaan-perusahaan

multinasional. PCN dan TCN biasanya menerima perlakuan sama

Universitas Sumatera Utara


21

dalam hal biaya-biaya pendidikan. Biaya pendidikan di sekolah-

sekolah lokal yang baik dan biaya-biayanya. Keikutsertaan pada

sebuah universitas mungkin juga disediakan bila dianggap perlu.

Tunjangan relokasi biasanya meliputi biaya-biaya kepindahan,

pengiriman, dan peyimpanan, biaya-biaya hidup sementara, hilangnya

alat-alat rumah tangga atau pembelian-pembelian mobil (atau

penjualan) dan uang muka atau biaya-biaya berkaitan dengan sewa.

Tunjangan-tunjangan menyangkut penghasilan tambahan (mobil,

keanggotaan-keanggotaan klub, pembantu rumah tangga, dan

sebagianya) dapat juga dipertimbangkan (biasanya untuk posisi-posisi

senior, tetapi hal ini berbeda sesuai dengan lokasi). Tunjangan-

tunjangan ini sering kali tergantung pada kebijaksanaan-kebijaksanaan

dan praktik-praktik penyamaan pajak, baik di negara asal maupun

negara tuan rumah

d. Program-program Kesejahteraan (Benefits)

Pelaksanaan rencana-rencana program pensiun, penutupan

biaya pengobatan, dan program kesejahteraan jaminan sosial sangat

sulit untuk dinormalisasikan. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan

perlu membahas banyak isu ketika mempertimbangkan program-

program kesejahteraan, meliputi :

1) Apakah perusahaan tetap mempertahankan para ekspatriat dalam

program-program negara asal atau tidak, terutama jika perusahaan

tidak menerima suatu pengurangan pajak untuk itu ?

Universitas Sumatera Utara


22

2) Apakah perusahaan-perusahaan memiliki pilihan untuk

mendaftarkan para ekspatriat dalam program-program

kesejahteraan negara tuan rumah dan/atau membuat perbedaan

dalam cakupannya?

3) Apakah para ekspatriat seharusnya menerima program-program

kesejahteraan jaminan sosial negara asal atau negara tuan rumah?

Kebanyakan PCN Amerika Serikat biasanya tetap berada

dalam rencana program kesejahteraan negara asal mereka. Di

beberapa negara para ekspatriat tidak dapat memilih program-program

jaminan sosial lokal. Dalam keadaan seperti ini, perusahaan biasanya

membayar biaya-biaya tambahan ini. PCN dan TCN Eropa menikmati

program-program jaminan sosial yang dapat dipindahkan/dibawa-

bawa (portable) dalam komunitas Uni Eropa.

Selain program-program kesejahteraan yang sudah dibahas,

perusahaan-perusahaan multinasional juga memberikan liburan-

liburan dan cuti khusus. Termasuk sebagai bagian liburan regular

karyawan, cuti tahunan kembali ke negara asal biasanya menyediakan

tiket pesawat terbang untuk para keluarga. Istirahat dan cuti

rehabilitasi didasarkan pada kondisi negara tuan rumah, juga

menyediakan keluarga karyawan dengan tiket pesawat terbang gratis

untuk suatu lokasi yang lebih nyaman dekat dengan tuan rumah.

Selain istirahat dan cuti rehabilitasi, cuti khusus diberikan dalam kasus

Universitas Sumatera Utara


23

meniggalnya atau jatuh sakitnya anggota keluarga ekspatriat. Para

karyawan dalam lokasi yang sulit sering menerima pembayaran-

pembayaran biaya cuti tambahan serta periode istirahat dan

rehabilitasi tambahan.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Kompensasi

Faktor-faktor ini merupakan tantangan setiap perusahaan untuk

menentukan kebijaksanaan kompensasi untuk pekerja. Faktor-faktor

tersebut antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo, 2009):

1. Kinerja (Produktivitas)

Perusahaan apa pun berkeinginan untuk memperoleh keuntungan.

Keuntungan ini dapat berupa material, maupun keuntungan non material.

Untuk itu perusahaan harus mempertimbangkan produktivitas pekerjanya

dalam kontribusinya terhadap keuntungan perusahaan.

2. Kemampuan Untuk Membayar

Pemberian kompensasi akan tergantung kepada kemampuan perusahaan

itu untuk membayar (ability to pay).

3. Kesediaan Untuk Membayar

Kesedian untuk membayar akan (willingness to pay) akan berpengaruh

terhadap kebijaksanaan pemberian kompensasi kepada pekerjanya.

4. Permintaan Tenaga Kerja

Banyak sedikitnya tenaga kerja di pasaran kerja akan mempegaruhi

sistem pemberian kompensasi.

5. Organisasi Pekerja

Universitas Sumatera Utara


24

Dengan adanya organisasi-organisasi pekerja akan mempengaruhi

kebijakan pemberian kompensasi.

6. Berbagai Peraturan dan Perundang-Undangan

Dengan semakin baik sistem pemerintahan, maka makin baik pula sistem

perundangundangan termasuk di bidang perburuhan (pekerja) atau

ketenagakerjaan.

2.1.5 Kinerja

Manajemen kinerja menurut Amstrong (Mangkunegara, 2000)

adalah cara untuk memberikan pendekatan yang lebih terintegrasi dan

berkelanjutan dari pada yang diberikan oleh pendekatan terdahulu yang

terisolasi dan terkadang menggunakan skema penilaian kinerja yang tidak

memadai.

Kinerja pekerja atau Prestasi Kerja (Mangkunegara, 2000) sebagai

hasil secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pekerja

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya.

Melihat berbagai uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan yaitu,

motivasi dapat berasal dari dalam diri sendiri dan dapat pula berasal dari

pengaruh oleh orang lain, di dalam perusahaan motivasi bisa di pengaruhi

oleh beberapa hal yang berada di perusahaan tersebut, seperti model

kebijakan, wibawa pemimpin perusaaan bahkan pada kompensasi yang

diberikan. Jika pekerja termotivasi maka segala kegiatan yang dibebankan

oleh perusahaan akan lebih mudah dihadapi oleh pekerja.

Universitas Sumatera Utara


25

2.1.6 Indikator Kinerja

Ada beberapa indikator yang sering dipergunakan untuk menilai

kinerja individu pekerja (McKenna, 1995) yaitu :

a. Pengetahuan, kemampuan dan keterampilan pada pekerjaan/kompeten

b. Sikap kerja, diekspresikan sebagai antusiasme, komitmen dan motivasi

c. Kualitas pekerjaan

d. Interaksi, misalnya keterampilan komunikasi dan kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain dalam satu tim.

Adapun indikator untuk mengukur kinerja pekerja secara individu

ada enam indicator (Robbins, 2006), yaitu :

1. Kualitas

Kualitas kerja diukur dari persepsi terhadap kualitas pekerjaan

yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan

kemampuan pekerja. Kualitas kerja merujuk pada hasil (output) yang

telah dilaksanakan oleh para karyawan.

Apabila hasil yang dilaksanakan oleh para karyawan telah sesuai

dengan prosedur dan sistim kerja yang telah ditetapkan atau dalam arti

telah memberikan hasil sesuai dengan kebutuhan bahkan mampu

memberkan perbaikan-perbaikan kerja yang signifikan, maka dapat

dikatakan bahwa kinerja kerja dilihat dari kualitas kerja sudah baik.

2. Kuantitas

Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah

seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan. Kuantitas

Universitas Sumatera Utara


26

kerja yaitu banyaknya kerja yang telah dilaksanakan. Kuantitas kerja

adalah jumlah kerja yang dilaksanakan oleh seseorang pegawai dalam

suatu periode tertentu. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerja pegawai

dalam penggunaan waktu tertentu dan kecepatan dalam menyelesaikan

tugas dan tanggung jawabnya.

Dengan demikian kuantitas kerja dapat dilihat dari jumlah kerja

dan penggunaan waktu. Jumlah kerja adalah banyaknya tugas

pekerjaanya, dapat dikerjakan. Penggunaan waktu adalah banyaknya

waktu yang digunakan dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan

Apabila kuantitas kerja karyawan telah memenuhi standar yang telah

ditetapkan atau bahkan melebihi standar, maka dapat dikatakan bahwa

kinerja para pegawai jika dilihat dari kuantitas kerja sudah baik.

3. Kemandirian

Merupakan tingkat seorang pekerja yang nantinya akan dapat

menjalankan fungsi kerjanya.

4. Ketepatan waktu

Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang

dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta

memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.

5. Efektivitas

Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga,

uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud

menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.

Universitas Sumatera Utara


27

Efektifitas dan Efisiensi adalah proses terjadinya efisiensi dan

dan efektifitas organisasi dikatakan efektif bila mencapai

tujuan,dikatakan efisienbila hal itu memuaskan sebagai pendorong

mencapai tujuan,terlepas apakah efektif atau tidak.

6. Komitmen kerja

Komitmen merupakan sebagai suatu keadaan dimana seorang

individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya

untuk mempertahankan keangotaannya dalam organisasi.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat dilihat bahwa indikator

penilaian kinerja sangat berkaitan dengan tujuan dan target pencapaian

organisasi. Bagaimana pekerja dapat professional dalam bekerja dan

mencapai hasil yang sesuai dengan target organisasi. Bagaimana

dengan pengaruh dan kesiapan mental, fisik, emosi, motivasi,

pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan lain-lain.

2.1.7 Ekpatriat

Ekspatriat adalah seorang tenaga kerja yang bekerja di suatu

wilayah yang bukan merupakan wilayah dimana ia tercatat menjadi

penduduknya. Jenis ekspatriat dapat dibedakan berdasarkan tugas yang

dilakukan, karena tidak semua individu yang bekerja sebagai eskpatria

mempunyai tugas yang sama.

Ekspatriat (Bussin, 2015) juga sering didefenisikan sebagai orang

yang tidak bekerja di negara asal mereka. Namun, defenisi ini tidak 100%

murni. Terkadang perusahaan memiliki tenaga kerja asing yang bekerja

Universitas Sumatera Utara


28

dengan pesyaratan lokal dan perusahaan bahkan kadang kadang menemukan

karyawan negara asal yang bekerja dengan persyaratan orang asing. Jenis –

jenis ekpatriat tersebut :

a. Ekspatriat yang bersifat sukarela (merupakan orang yang ingin bekerja

di luar negeri untuk periode tertentu karena kepentingan pengembangan

karier secara individu

b. Ekpatriat tradisional (merupakan profesional dan manajer yang

ditugaskan untuk bekerja di luar negeri selama satu smapai tiga tahun

c. Ekpatriat untuk pengembangan karier (ditempatkan di luar negeri untuk

mengembangkan kemampuan manajemen dan perusahaan)

d. Ekpatriat global (mereka yang berpindah dari suatu negara ke negara

yang lain)

Manajer asing sering digunakan oleh perusahaan – perusahaan

yang bergerak di dunia global dimana mereka menggunakan manajer asing

untuk meningkatkan mutu dari perusahaan dan juga efisiensi. Tetapi

manajer asing tidak selamanya berdampak positif dan dapat juga berdampak

negatif dimana ada beberapa kegagalan yang terjadi.

2.1.7.1 Kompensasi Ekspatriat

Kompensasi ekspatriat biasanya dianggap sebagai bagian dari

kompenasi (Bussin, 2015). Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam penentuan kompensasi ekspatriat tersebut adalah :

a. Pendekatan neraca, pendekatan yang paling umum untuk membuat

rumusan pembayaran ekspatriat dengan menyamakan daya lintas beli

Universitas Sumatera Utara


29

Negara

b. Insentif berdasarkan kinerja tetap tidak terlalu banyak digunakan di

luar negeri. Premi pelayanan luar negeri, merupakan pembayaran

keuangan bagi dan diatas pembayaran pokok. Biaya kesukaran

memberikan kompensasi kepada ekspatriat dalam kondisi kehidupan

dan pekerjaan yang sukar dilokasi luar negeri tertentu. Premi mobilitas

merupakan pembayaran satu kali dalam jumlah besar untuk

memberikan penghargaan kepada karyawan karena pindahan dari suatu

pekerjaan ke pekerjaan lainnya.

c. Penilaian kinerja terhadap manajer internasional

d. Ada beberapa hal yang rumit dalam menilai seorang ekspatriat salah

satunya siapa yang menilai ekspatriat itu? Tentu saja, manajemen lokal

yang harus mendapatkan input tetapi perbedaan budaya disini dapat

membuat penyimpangan penilaian. Jadi, para atasan di negara setempat

mungkin mengevaluasi seorang manajer ekspatriat dengan agak negatif

jika mereka merasa bahwa pembuatan keputusan partisipatif yang

dibuat manajer itu tidak pantas secara kultural. Di satu sisi manajer di

kantor pusat mungkin sangat merasa hal itu diluar jangkauan sehingga

mereka tidak dapat memberikan penilaian yang syah, karena mereka

tidak sepenuhnya menyadari situasi yang dihadapi manajer secara

lokal.

e. Hubungan pekerja internasional

f. Perusahaan yang membuat cabang diluar negeri akan menemukan

Universitas Sumatera Utara


30

perbedaan yang mencolok dalam praktek hubungan pekerja antar

Negara dan antar daerah

g. Terorisme keamanan dan SDM global

h. Meningkatnya ancaman terorisme mempengaruhi kegiatan SDM

domestik dan luar negeri. Secara domestik, bukti anekdot menyarankan

bahwa hukum dan prosedur federal anti teroris yang baru

mempengaruhi kemampuan pengusaha untuk mengimport dan

mengeksport tenaga kerja. Para pengusaha juga mengahadapi resistensi

yang lebih besar dari para pekerja ekpatriat prospektif. Banyak

pengusaha memang butuh pelayanan dari tim krisis lalu mereka dapat

meminta bantuan tim manajemen kritis, misalnya ketika mereka

menerima peringatan bahwa elemen krimial telah menculik atau telah

menyandera salah satu ekspatriat mereka, atau mengancam seseorang

dengan sesuatu yang membahayakan. Memperkerjakan para tim krisis

dan membayar uang tebusan bisa sangat mahal bagi perusahaan

kecuali perusahaan besar. Jadi sebagian besar pengusaha dengan

banyak karyawannya di luar negeri membeli asuransi dan uang

tebusan.

2.1.8 Perusahaan Multinasional

Perusahaan Multinasional adalah suatu perusahaan besar yang

biasanya berada di Negara maju dan memiliki anak perusahaan di berbagai

Negara lain dan biasanya di Negara berkembang. Pada umumnya di

berbagai Negara, perusahaan tersebut dikembangkan sebagai perseroan

Universitas Sumatera Utara


31

terbatas. Akan tetapi sahamnya dikuasai oleh perusahaan induk. Saham

perusahaan tersebut tidak diperjual-belikkan di pasar saham lokal.

Sebuah perusahaan dapat dikategorikan sebuah perusahaan

Multinasional jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Membentuk cabang-cabang di luar negeri

2. Lingkup kegiatan income generating (perolehan pendapatan) perusahaan

melampaui batas-batas Negara

3. Perdagangan perusahaan multinasional kebanyakan terjadi didalam ruang

lingkup mereka sendiri, walaupun antar Negara

4. Kontrol terhadap teknologi dan modal sangat diutamakan. Karena

perusahaan ini sangat membutuhkan teknologi informasi dan modal yang

kuat untuk menjalankan bisnisnya di berbagai Negara

5. Pengembangan sistem manajemen dan distribusi yang melintasi batas-

batas Negara, terutama sistem modal ventura, lincese, dan franchise

6. Cenderung memiliki usaha tertentu, biasanya usaha manufaktur

7. Visi dan strategi yang digunakan untuk produksi biasanya bersifat

mendunia

8. Untuk menjalankan usahanya biasanya perusahaan multinasional

merekrut karyawan dari warga Negara setempat.

2.2. Review Hasil-Hasil Penelitian (Jurnal/Artikel)

2.2.1 Review of Literature on Expatriate Compensation and its Implication

for Offshore Workforce (Tahira Nazir: 2014)

Karena ekspatriat adalah profesional yang bekerja di luar negeri

Universitas Sumatera Utara


32

dengan kualifikasi tinggi dan bakat, tingkat kemandirian yang tinggi dan

fleksibilitas adalah kunci untuk keberhasilan pelaksanaan tugas pekerjaan

mereka pada tugas internasional. Keterlibatan yang lebih rendah dari

penambahan biaya adalah bagian penting dari merancang strategi reward

tersebut. Untuk mencapai tujuan ini, penggabungan kedua kantin dan

lokalisasi pendekatan adalah bagian paling cocok dari strategi reward

ekspatriat. Untuk mencapai hasil terbaik dari berbagai strategi kompensasi,

perusahaan harus memilih pendekatan yang merupakan campuran dari

pendekatan lokalisasi dan kantin yang disebut Pendekatan LC di mana L

mewakili kebijakan lokalisasi dan C singkatan pendekatan kantin.

Pendekatan ini disarankan karena pendekatan lokalisasi yaitu pendekatan ini

relatif baru dan digunakan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan

biaya tinggi dan dirasakan ketimpangan antara staf di anak perusahaan

asing. Ekspatriat dapat dibayar comparably ke penduduk setempat; maka

akan mudah untuk administrasi. Namun demikian, karena ekspatriat milik

standar hidup yang berbeda dibandingkan dengan negara asing, suplemen

khusus dapat digunakan dan dinegosiasikan untuk keprihatinan ini;

misalnya, ekspatriat kehilangan kompensasi dapat diberikan. Pendekatan

Kantin : Pendekatan ini semakin banyak digunakan untuk ekspatriat untuk

memberikan mereka satu set pilihan manfaat. Hal ini memungkinkan para

ekspatriat untuk memperoleh manfaat seperti mobil perusahaan, asuransi,

dan akomodasi yang disediakan perusahaan, yang tidak akan meningkatkan

pendapatan kena pajak ekspatriat ini. Potensi Manfaat dari

Universitas Sumatera Utara


33

Direkomendasikan Pendekatan LC Menggunakan pendekatan yang

disarankan akan menghasilkan struktur yang baik dermawan dan layak: -

Dalam imbalan campuran, pendekatan lokal dianjurkan untuk membuat

komponen kompensasi langsung dari strategi kompensasi dan

menjadikannya berlaku di seluruh papan, sedangkan pendekatan kantin

dianjurkan untuk menyediakan biaya hidup tunjangan yang akan diterapkan

untuk ekspatriat hanya campuran dari dua pendekatan ini berguna dan akan

menghemat biaya karena pendekatan lokal berdasarkan mengambil

keuntungan dari mentransfer dari dikembangkan ke daerah kurang

berkembang. Pada saat yang sama, pendekatan kantin akan memberikan

fleksibilitas untuk paket yang diadopsi yang pada gilirannya akan

menyebabkan situasi win-win bagi kedua belah pihak. Saat ini, perusahaan-

perusahaan yang menawarkan ekspatriat paket kompensasi yang sangat baik

di negara-negara maju. Menggabungkan pendekatan lokal akan memastikan

kelanjutan sukses dari paket ini di negara-negara kurang berkembang.

Adopsi pendekatan kantin akan berguna dalam memotong biaya melalui

negosiasi manfaat cola dengan ekspatriat. Pendekatan ini akan membuat

mobilitas global mudah dan kurang menantang, kombinasi pendekatan lokal

dan kantin akan menyediakan perusahaan dengan fleksibilitas yang

diperlukan untuk bereksperimen dan mencoba berbagai komponen dengan

kurang tantangan dan takut gagal, menunjukkan kepedulian majikan akan

meningkatkan moral karyawan, lokalisasi adalah biaya yang efisien.

Universitas Sumatera Utara


34

2.2.2. Expatriate compensation An exploratory review of salient contextual

factors and common practices (Robert H. Sims : 2004)

Jelas bahwa masalah yang berkaitan dengan kompensasi orang

asing bisa sangat rumit. Ada berbagai faktor yang secara langsung dapat

mempengaruhi kompensasi ekspatriat, dengan tiga pendekatan dan

organisasi utama harus dipertimbangkan. Mungkin juga untuk beberapa

organisasi, jawaban atas keputusan kompensasi ekspatriat yang sulit

mungkin menjadi "tidak ada di atas" - di mana beberapa organisasi mungkin

tidak memanfaatkan tipikal atau paling pendekatan umum untuk

kompensasi ekspatriat. Beberapa organisasi dapat menggabungkan dan

cocok, mengembangkan sistem tipe hybrid untuk mengkompensasi

ekspatriat mereka menggunakan CDI 10.2 106 beberapa jenis pendekatan

kafetaria (Wentland, 2003) atau jenis rencana fleksibel lainnya (Burns,

2003) dalam upaya untuk menjadi "adil" (Baruch, 2004).

Artikel ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman kita

tentang kompensasi ekspatriat dengan secara kolektif memeriksa tidak

hanya "bagaimana" (pendekatan utama) tetapi juga "mengapa" (Faktor-

faktor kontekstual atau situasi yang menonjol) perusahaan harus

mempertimbangkan ketika menentukan bagaimana caranya merakit paket

yang sesuai. Mengingat implikasi dari pertimbangan ini – itu. Tampaknya

topik kompensasi orang asing akan menjadi fokus penelitian lebih lanjut

oleh komunitas akademik, khususnya yang berkaitan dengan studi empiris

yang sistematis dan pada kompensasi ekspatriat.

Universitas Sumatera Utara


35

2.2.3. Expatriates’ Compensation Information Processing and Affective

Commitment: A Psychological and Total Reward Perspective1

(Christelle Tornikoski)

Secara keseluruhan, penelitian ini menanggapi masalah bagaimana

orang asing menafsirkan dan merespons untuk praktik kompensasi. Studi

ini membahas tantangan untuk memahami bagaimana praktik HRM aktual

(mis. kompensasi di sini) dirasakan, bagaimana karyawan memahami

sinyal HRM yang dikirim ini dan bagaimana interpretasi mereka

memengaruhi sikap merek. Dengan kata lain hasil ini memungkinkan

pemahaman informasi praktik HRM pemrosesan tion di tingkat individu.

Mereka menunjukkan bahwa praktik HRM aktual seperti itu sebagai

pengiriman paket kompensasi setelah dinilai oleh karyawan dianggap

sebagai artinya dalam hal kewajiban yang dianggap telah dipenuhi oleh

pemberi kerja. Interpretasi ini-tion mengarah secara otomatis ke respons

sikap karyawan. Studi kuantitatif ini berkontribusi pada pengembangan

kontrak psikologis teori dalam beberapa cara.

Pertama, ini memberikan dukungan empiris kepada Rousseau & Ho

(2000) argumen teoritis mengenai penciptaan kognitif dan makna proses

yang terkait dengan sinyal kompensasi yang penting bagi karyawan.

Kedua, karena untuk data cross-sectional dalam penelitian ini, hasilnya

menunjukkan bahwa karyawan sistemat- menilai kompensasi, menafsirkan

dan memberi makna pada sinyal-sinyal ini di ketentuan pemenuhan

kewajiban majikan mereka (Tamu, 1999), dan secara simultan saya

Universitas Sumatera Utara


36

menyesuaikan kembali atau menyesuaikan sikap mereka setiap saat.

Ketiga gunakan evaluasi mengukur (kognisi) untuk menilai SPC terkait

dengan paket total hadiah yang ditautkan untuk ukuran fitur (makna) yang

dikembangkan oleh Janssens et al. (2003) menunjukkan itu total paket

hadiah memberi sinyal kepada karyawan tentang keadaan hubungan

pertukaran mereka. Keempat, penelitian ini adalah salah satu yang pertama

menggunakan ukuran fitur kepatuhan pemberi kerja gerbang yang

dikembangkan oleh Janssens et al. (2003). Ini memvalidasi tiga skala

mereka dan memberikan dukungan terhadap kemungkinan replikasi dalam

budaya lain. Kelima tetapi tidak bertahan lama, penggunaan pendekatan

total reward dalam penelitian ini menjawab konstruk teoretis bundel

imbalan yang dikembangkan oleh Bloom dan Milkovich (2006).

Dari sudut pandang metodologis, temuan kuantitatif ini

menunjukkan bahwa untuk memahami informasi HRM karyawan yang

memproses kombinasi evaluasi- tindakan berorientasi dengan tindakan

fitur (Rousseau dan Tijoriwala, 1998).Penggunaan dua macam ukuran

psikologis ini berbeda kontrak memungkinkan memberikan arti pada

perbedaan antara "aktual" dan "perceived ”Praktik HRM di seluruh

hubungan pertukaran. Oleh karena itu bahkan meskipun penelitian ini

fokus pada interpretasi informasi praktik HRM di sebuah tingkat terpisah,

metodologi yang sama mungkin bermanfaat bagi para peneliti yang

bertujuan mengoperasionalkan konstruksi makro dari “iklim psikologis”

dan “organisasi iklim nasional ”(Bowen dan Ostroff, 2004) berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


37

persepsi dan individu"Varians dari praktik HRM" (Wright dan Niishi,

2007) dalam studi SHRM.

Hasil ini juga memiliki implikasi manajerial yang penting. Hasilnya

menunjukkan itu "statu quo kognitif" kontrak psikologis ekspatriat terkait

dengan mereka ekspatriasi adalah rujukan yang digunakan oleh ekspatriat

untuk menilai hubungan pertukaran mereka saat di luar negeri. Tornikoski

(akan datang) menunjukkan bahwa hubungan antara SPC terkait untuk

paket hadiah total ekspatriat dan komitmen afektif mereka tampaknya

terutama dijelaskan oleh adanya imbalan partikularistik tidak berwujud ke

dalam kompensasi-bundel tion. Manajer ekspatriat tunggal yang paling

tahu apa yang karyawan mereka (berdasarkan hubungan masa lalu) dapat

mencakup imbalan “tidak berwujud” seperti itu, sangat dihargai oleh

karyawan mereka, sebagai komponen dari paket hadiah total ekspatriat

mereka ketika menegosiasikan paket ekspatriat, dasar dari teori kognitif

ekspo PC triat. Akibatnya, hubungan antara para manajer ini dan para triat

harus dijaga setabil mungkin sepanjang penugasan internasional untuk

kontrak psikologis yang tidak dapat dilanggar dalam hal pengiriman ini

Penghargaan “tak terlihat” terus dilakukan dengan SPC milik orang

asing. Tanpa kontak dengan manajer mereka terlibat dalam negosiasi asli

penugasan mereka perjanjian, ekspatriat kehilangan orang-orang dengan

siapa pertukaran ini dihargai pengembalian mungkin. Dapat diasumsikan,

untuk penelitian masa depan untuk menguji Oleh karena itu, ekspatriat

kemudian menganggap bahwa kewajiban majikan mereka tidak terpenuhi

Universitas Sumatera Utara


38

yang mengarah pada penurunan yang kuat dari komitmen afektif mereka

dan mungkin niat turnover.

2.2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Kompensasi Pada

Karyawan Bank (Sudarmin Manik : 2016)

Tema ini adalah bank dan lembaga keuangan. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

kompensasi di Bank Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan bank

yang berjumlah 32 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan random sampling. Peneliltian ini menggunakan teori

Notoatmodjo (2009). Penelitian ini menggunakan analisis data uji

reliabilitas, normalitas, uji F, uji regresi linier berganda dan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen

mempengaruhi kompensasi, dengan nilai korelasi R =0,999 dengan

demikian menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara produktivitas,

kemampuan membayar, kemauan membayar, organisasi karyawan dan

peraturan perundang-undangan dengan kompensasi. Sedangkan R-square

yang disesuaikan di dapat 0,997, yang berarti produktivitas, kemampuan

membayar, kemauan membayar, organisasi karyawan, dan peraturan

undang-undang telah memberikan kontribusi sebesar 99,7% dari

kompensasi.

2.3. Resume Hasil Penelitian

Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa

dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan kompensasi terdapat berbagai

Universitas Sumatera Utara


39

cara dengan berbagai indikator penilaian maupun faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Setiap organisasi selalu menetapkan kebijakan

kompensasi berdasarkan analisa perhitungan yang tidak akan merugikan jika

diterapkan, hanya saja masih banyak ditemukan ketimpangan antara

kebijakan yang diterapkan dengan harapan para pekerja yang telah

memberikan jasa dalam mencapai tujuan organisasi tersebut.

Ketimpangan yang terjadi dapat langsung disadari dan terkadang

tanpa disadari telah berlangsung. Masalah ketimpangan kompensasi ini

termasuk dalam lingkup keadilan. Keadilan (equity) adalah keseimbangan

antara masukan yang dibawa masuk oleh individu ke dalam sebuah pekerjaan

dengan hasil yang diperolehnya dari pekerjaan tersebut. Perancangan dan

pelaksanaan sistem kompensasi haruslah memastikan bahwa terdapat

keadilan eksternal, internal, dan individu melalui perancangan dan penerapan

struktur gaji yang efektif dan tingkat gaji yang tepat.

2.4 Model Konseptual

2.4.1 Indikator Kinerja Pekerja

Untuk mengukur kinerja pekerja secara individual ada beberapa

indikator yang digunakan. Menurut (Robbins, 2006) ada enam

indikator. Tetapi dalam penelitian ini hanya menggunakan empat

indikator, yaitu:

a. Kualitas

b. Kuantitas

c. Ketepatan Waktu

Universitas Sumatera Utara


40

d. Efektivitas

Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Pegawai

Teori yang mendasari hubungan kompensasi dan kinerja adalah

bahwa karyawan akan termotivasi untuk mencapai kineija yang tinggi jika

mereka yakin bahwa mtoivasi tersebut akan membawa mereka kepada

kompensasi yang mereka inginkan. "Kompensasi (Hasibuan, 2011) adalah

semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak

langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan

kepada perusahaan". Bagi perusahaan, karyawan merupakan salah satu

sumber daya yang amat dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Sebaliknya, bagi karyawan yang mempunyaivberbagai macam kebutuhan,

perusahaan merupakan salah satu tempat yang dapat memuaskan

kebutuhannya.

Kompensasi merupakan imbalan yang diberikan oleh perusahaan

kepada karyawan atas jasanya dalam melakukan tugas, kewajiban, dan

tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dalam rangka pencapaian

tujuan perusahaan. Ada dua hal yang perlu diingat oleh perusahaan dalam

pemberian kompensasi. Pertama kompensasi yang diberikan perusahaan

harus dapat dirasakan adil oleh karyawan dan kedua, besarnya kompensasi

tidak jauh berbeda dengan yang diharapkan oleh karyawan.

Apabila dua hal ini dapat dipenuhi, maka karyawan akan merasa

puas. Kepuasan akan memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya,

sehingga tujuan perusahaan maupun kebutuhan karyawan akan tercapai

Universitas Sumatera Utara


41

secara bersama. Anoki (2010) menyatakan bahwa kompensasi berpengaruh

positif terhadap kinerja karyawan. Dalam penelitian tersebut

mengemukakan bahwa pemberian kompensasi akan meningkatkan kinerja

karyawan.

Dari beberapa teori diatas, maka dapat dinyatakan bahwa terdapat

hubungan kompensasi dengan kinerja karyawan. Kinerja karyawan

memiliki peran yang besar terhadap usaha perusahaan untuk mencapai

tujuannya. Aset utama dalam sebuah perusahaan adalah yaitu tenaga kerja

yang harus dikelola dan dikembangkan dengan baik. Oleh sebab itu bagi

perusahaan penting untuk menempatkan tenaga kerjanya atau karyawannya

pada posisi - posisi yang tepat sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh

perusahaan.

Hubungan Kompensasi terhadap Kualitas Kerja Karyawan

Untuk mencapai suatu kinerja karyawan yang lebih optimal, maka

salah satu yang dikehendaki setiap perusahaan adalah agar mempunyai

kualitas kerja yang tinggi agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan

baik. Adapun yang menimbulkan tingginya kualitas kerja apabila semua

proses kerja yang dilaksanakan telah terukur dan tepat.

Dalam rangka peningkatan kualitas kerja, perusahaan menempuh

beberapa cara yang sesuai dengan situasi dan kemampuan perusahaan, yang

diantaranya adalah program peningkatan ilmu pengetahuan melalui

pendidikan dan latihan. promosi jabatan dan pemberian kompensasi.

Berdasarkan uraian diatas maka hubungan antara kompensasi terhadap

Universitas Sumatera Utara


42

kualitas kerja bahwasannya dengan peningkatan kompensasi yang diberikan

oleh perusahaan, maka akan meningkatkan kualitas kerja karyawan. Jika

balas jasa yang diterima karyawan semakin besar berarti jabatannya

semakin tinggi, statusnya semakin baik, dan pemenuhan kebutuhan yang

akan dinikmati semakin banyak pula. Dengan demikian kepuasan kerjanya

juga semakin baik.

Hubungan Kompensasi Terhadap Efektivitas Kerja Karyawan

Program kompensasi yang dilakukan oleh perusahaan akan

mencerminkan upaya perusahaan tersebut dalam mempertahankan sumber

daya manusia. Jika dikelola dengan baik, kompensasi akan membantu

perusahaan untuk mencapai tujuan serta memperoleh karyawan yang handal

dan juga dapat memelihara dan menjaga karyawan dengan baik.

Sebaiknya, tanpa kompensasi yang cukup, karyawan yang ada sangat

mungkin untuk meninggalkan perusahaan dan untuk melakukan penempatan

kembali tidaklah mudah. Akibat dari ketidakpuasan dalam pembayaran

(kompensasi) yang dirasa kurang akan mengurangi efektifitas kerja.

Kompensasi baik secara simultan maupun secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap efektifitas kerja karyawan.

Hubungan Kompensasi Terhadap Ketepatan Waktu

Dengan adanya program serta indikator dalam hal ketepatan waktu

seperti penyelesaian target kerja dengan baik dan sesuai dengan jadwal yang

ditentukan maka menjadi hubungan pada kepuasan terhadap gaji, kepuasan

terhadap insentif, kepuasan terhadap tunjangan, dan kepuasan terhadap

Universitas Sumatera Utara


43

fasilitas. Sehingga dengan adanya hal tersebut membuat para pekerja

menjadi lebih efiisien dalam bekerja dan adanya pengunaan waktu yang

terpakai dengan efektif dan tidak terbuang sia – sia.

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menggambarkan indikator

indikator apa yang telah ditetapkan perusahaan dalam penetapan kebijakan

kompensasi ekpatriat di perusahaan multinasional di Sumatera Utara sehingga

menyebabkan tingginya kompensasi ekpatriat yang diterima di Indonesia.

Dalam konsep penelitian akan dibahas mengenai landasan dan

penetapan kebijakan kompensasi ekptriat yang berlaku pada perusahaan

multinasional dan bagimana dampak dari kebijakan tersebut. Adapun

kerangka konsep penelitian digambarkan sebagai berikut :

Gaji Pokok

Imbalan Bekeja
Di Negara Asing

Kebijakan Kompensasi
Ekpatriat

Tunjangan

Program
Kesejahteraan

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif-kualitatif. Pada penelitian ini, setelah peneliti mengumpulkan data

dalam bentuk hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi maka untuk

selanjutnya data tersebut akan dianalisis lebih mendalam lagi sehingga

membentuk suatu kesimpulan ilmiah-alamiah yang dapat diterima oleh

berbagai kalangan.

Beberapa alasan memilih metode ini yaitu: pertama, menyesuaikan

metode ini lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak

(kompleks/heterogen). Kedua, metode ini menyajikan secara langsung

hakikat hubungan antara peneliti dan informan. Dan yang ketiga, metode ini

lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman

pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Metode ini juga dapat mengetahui indikator-indikator apa saja yang

dapat diketahui dalam penentuan kebijakan kompensasi secara teoritis – kritis

dan obyektif. Alasan lain dari dipilihnya metode ini dikarenakan pemahaman

seseorang terhadap sebuah permasalahan lebih bersifat kualitatif yang

didasarkan pada persepsi, eksplorasi pemikiran, penjelasan dan

pengembangan konsep.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada beberapa perusahaan multinasional yang

44

Universitas Sumatera Utara


45

memperkerjakan pekerja ekspatriat di Sumatera Utara. Penelitian ini tidak

terfokus pada satu atau dua perusahaan saja, karena penelitian ini lebih

terfokus pada para pekerja yang berasal dari berbagai perusahaan di Sumatera

Utara.

3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai adalah metode penelitian kualitatif

yang berbicara pada proses mencapai dari tujuan akhir yang diinginkan,

bukan bicara pada hasil akhir, membatasi studi fokus yang jelas dan hasilnya

dapat disepakati kedua belah pihak, menjelaskan makna dan mendeskripsikan

makna dari fenomena tersebut.

Kehandalan dari penelitian deskriptif-kualitatif terletak pada peneliti

sendiri. Dengan demikian, apabila format deskriptif-kualitatif ini dilakukan

dengan sungguh-sungguh, dengan varian-varian deskriptif yang akurat,

pengamatan terhadap fenomena yang tajam dan dengan triangulasi (baik

metode pengumpulan data, sumber data maupun teori) yang sungguh-

sungguh maka penelitian ini tak kalah baiknya dan tak kalah berkualitasnya

dengan analisis-analisis lainnya

3.3.1 Informan Kunci

Dalam penelitian ini, istilah yang digunakan untuk subjek

penelitian adalah Informan dan Key Informan. Dalam menentukan key

informan, asumsi yang dikedepankan adalah bahwa seorang key

informan adalah seseorang yang dianggap paling tahu tentang dirinya

dan tentang objek penelitian yang akan diteliti oleh si peneliti. Key

Universitas Sumatera Utara


46

informan penelitian merupakan beberapa pekerja perusahaan

multinasional yang terdapat di Sumatera Utara. Key informan tersebut

yaitu 1 orang pekerja ekspatriat asal Turki bekerja di perusahaan

furniture, 1 orang pekerja asal Jepang di perusahaan industri karet, 1

orang pekerja domestik sebagai manager automatisasi industri.

Pemilihan sampel menggunakan snowball sampling, yaitu menarik

elemen data dari populasi secara bertahap sehingga ukuran sampel

semakin lama semakin besar.

Dimulai dari sampel berukuran kecil jika jumlah data belum

memuaskan dan belum dapat mewakili maka akan dilakukan analisis

kembali dari data yang sudah dikumpulkan. Adapun key informan

tersebut sebagai berikut :

1. Informan I (Ekspatriat)

Nama : Mr. M (nama samaran)

Asal Negara : Turki

Perusahaan : Modern Furniture

Jabatan : Business Manager

Lama Bekerja : ± 3 Tahun

Keahlian : Management Business (dapat berbahasa Indonesia)

2. Informan II (Ekspatriat)

Nama : Mr. T (nama samaran)

Asal Negara : Japan

Perusahaan : Bergerak dibidang industri karet

Universitas Sumatera Utara


47

Jabatan : Manager

Lama Bekerja : ± 4 Tahun

Keahlian : Technical (dapat berbahasa Indonesia)

3. Informan III (Domestik)

Nama : Mr. W (nama samaran)

Perusahaan : Bergerak dibidang problem solver automatisation

Jabatan : Business Manager

Lama Bekerja : ± 1 Tahun

Keahlian : Management + Industri

Pekerja yang menjadi key informan berasal dari populasi

penelitian yaitu pekerja domestik dengan kriteria level jabatan penilaian

yang relatif sama (apple to apple) dengan pekerja ekspatriat sehingga

sebagai data primer dalam penelitian ini layak dan sesuai standart

perbandingan. Indikator pemilihan sampel seperti ;

1. Grade/Level/Jabatan

2. Bidang keahlian

3. Pengalaman

4. Kemampuan lain

3.3.2 Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis data pada penelitian jika dilihat dari sumbernya

adalah data primer, yaitu data persepsi pekerja ekspatriat dan pimpinan

perusahaan Multinasional

3.3.3 Metode Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


48

Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui data primer

dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh untuk

diolah secara langsung dan dipergunakan untuk analisis dan

pengambilan keputusan dalam penelitian yang dilakukan. Data primer

yang akan diambil untuk penelitian ini diperoleh melalui intrumen

penelitian, yaitu alat yang digunakan dalam mengumpulkan data dan

digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati

(Sugiono, 2001)

Sehubungan dengan aktivitas usaha untuk pengumpulan data,

maka digunakan metode pengumpulan data melalui :

1. Metode Wawancara

Wawancara untuk melengkapi data yang penulis butuhkan,

maka dalam hal ini penulis meminta dan mengajukan daftar

pernyataan untuk dijawab oleh pekerja. wawancara juga dilakukan

melalui media sosial/media online untuk melihat tanggapan yang

lebih banyak.

Metode wawancara memberikan keleluasaan untuk bertanya

tentang apa saja yang belum dipahami dan diketahui terkait topik

penelitian yang dilakukan. Adapun jenis wawancara yang dipakai

adalah wawancara terstruktur (dapat berupa wawancara yang telah

dipersiapkan seperti panduan interview guide).

2. Kuisioner

Kuesioner diberlakukan untuk membantu penelitian dalam

Universitas Sumatera Utara


49

melakukan analisis persepsi pekerja domestik terhadap kinerja

pekerja espatriat, persepsi pekerja ekspatriat itu sendiri dan persepsi

pimpinan perusahaan tersebut. Dalam kuesioner terdapat empat

indikator analisis yaitu kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan

waktu dan efektifitas kerja. Kuisioner berupa pertanyaan-pertanyaan

yang berkaitan dengan topic permasalahan dalam penelitian. Berikut

adalah point yang akan tercantum dalam kuisioner :

Tabel 3.1 Point Pertanyaan Untuk Manajemen Perusahaan


No Point

1 Apa dasar dan kriteria yang perusahaan pakai dalam

menentukan kompensasi tenaga ekspatriat yang bekerja di

perusahaan anda?

2 Indikator apa saja yang terkait dalam penetapan kebijakan

kompensasi tersebut?

3 Apakah butuh negoisasi dengan tenaga ekspatriat bagi

perusahaan dalam menetapkan angka atau jumlah

pendapatan tenaga ekspatriat?

Tabel 3.2 Poin Pertanyaan Untuk Pekerja Ekspatriat


No Point

1 Berapa perkiraan kompensasi yang anda terima dari

perusahaan tempat anda bekerja?

2 Bagaimana tanggapan anda terhadap manajemen perusahaan

Universitas Sumatera Utara


50

tempat anda bekerja dalam hal penetapan kebijakan

kompensasi?

3 Apakah anda mengetahui bagaimana metode atau cara

perusahaan tempat anda bekerja menetapkan kompensasi?

4 Apakah perusahaan tempat anda bekerja sudah terbuka

dalam penanganan kompensasi?

3. Metode Penelitian kepustakaan

Metode penelitian kepustakaan, yaitu pengumpulan data dari

berbagai literatur yang berkaitan yang bersumber dari buku-buku

dan skripsi-skripsi serta menggunakan layanan internet.

3.3.4 Tahapan Penelitian Kualitatif

Terdapat 4 langkah proses yang bersifat sirkuler untuk

memastikan bahwa kesimpulan yang akan diperoleh akan cukup

meyakinkan (Burhan Bungin : 2003) dalam melakukan penelitian ini

yaitu :

1. Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang

terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh

direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada

hal-hal yang penting. Data hasil mengihtiarkan dan memilah-milah

berdasarkan satuan konsep, tema, dan kategori tertentu akan

memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan

juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai

tambahan atas data sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan

Universitas Sumatera Utara


51

Menemui informan yang memiliki informasi dan data tentan materi

tersebut dan mengajukan pertanyaan serta merekam jawaban

mereka.

2. Kemudian data yang diterima berdasarkan jawaban informan akan

diteliti kembali kepada informan key agar melihat konsistensi key

infoman dan kesesuain dengan fakta-fakta.

3. Mencandra kembali kesimpulan yang telah dibuat demi

memastikan apakah kesimpulan tersebut sudah kredibel.

4. Trianggulasi, baik metode, dan sumber untuk mencek kebenaran

data dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh

sumber lain, dilakukan, untuk mempertajam tilikan kita terhadap

hubungan sejumlah data;

Data yang telah diperoleh dari informan akan ditranskripkan

atau dipindahkan dalam bentuk deskriptif. Data tersebut berupa hasil

observasi, rekaman wawancara serta jawaban-jawaban informan via

kuesioner. Data tersebut akan diklarifikasikan untuk menggambarkan

dan mengidentifikasi bagaimana cara penetapan kompensasi yang

dilakukan perusahaan terhadap tenaga ekspatriat . Dalam menganalisis

data, digunakan juga data kepustakaan guna melengkapi informasi dan

memberikan hasil yang lebih mendalam dalam menggambarkan topik

penelitian.

Universitas Sumatera Utara


52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Multinasional

Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaan yang

berusaha di banyak negara dan perusahaan ini biasanya sangat besar.

Perusahaan seperti ini memiliki kantor - kantor, pabrik atau kantor cabang di

banyak negara. Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat di mana

mereka mengkoordinasi manajemen global.

Perusahaan multinasional yang sangat besar memiliki dana yang

melewati dana banyak negara. Mereka dapat memiliki pengaruh kuat dalam

politik global, karena pengaruh ekonomi mereka yang sangat besar bagai

para politisi, dan juga sumber finansial yang sangat berkecukupan untuk

relasi masyarakat dan melobi politik.

Karena jangkauan internasional dan mobilitas PMN, wilayah dalam

negara, dan negara sendiri, harus berkompetisi agar perusahaan ini dapat

menempatkan fasilitas mereka (dengan begitu juga pajak pendapatan,

lapangan kerja, dan aktivitas eknomi lainnya) di wilayah tersebut. Untuk

dapat berkompetisi, negara-negara dan distrik politik regional seringkali

menawarkan insentif kepada PMN, seperti potongan pajak, bantuan

pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik atau standar pekerja dan

lingkungan yang memadai.

Universitas Sumatera Utara


53

PMN seringkali memanfaatkan subkontraktor untuk memproduksi

barang tertentu yang mereka butuhkan. Perusahaan multinasional pertama

muncul pada 1602 yaitu Perusahaan Hindia Timur Belanda yang merupakan

saingan berat dari Perusahaan Hindia Timur Britania.

4.1.2 Sejarah Masuknya Tenaga Kerja Asing (Ekspatriat)

Pada tahun 1989, Presiden Soeharto menyetujui usul Bob Hawke

untuk bergabung di APEC. Pertemuan pertama APEC tahun 1993 di

prakarsai oleh Presiden Amerika saat itu, Bill Clinton dan PM Australia

Paul Keating di Pulau Blake. Setahun kemudian Pertemuan APEC 1994 di

Bogor menghasilkan Bogor Goals. Isinya, mendorong investasi terbuka

Asia Pacifik yang ditargetkan di mulai 16 tahun kemudian yaitu tahun 2010.

Selanjutnya pada tahun 1995 di bentuklah AFTA (Asean Free Trade

Area) dan atas keputusan Soeharto Indonesia ikut bergabung di dalamnya.

AFTA ini kelak di kemudian hari menjadi cikal bakal MEA (Masyarakat

Ekonomi Asean) dengan limitasi waktu pasar bebas di mulai dari tahun

2015.

Pematangan AFTA terus berlanjut hingga KTT ASEAN (tidak

resmi) Desember 1997 dilanjutkan KTT ASEAN di Hanoi Vietnam,

Desember 1998 yang menghasilkan Statement Of Bold Measures. Isinya,

meneguhkan komitmen pelaksanaan AFTA yang di percepat satu tahun dari

2003 menjadi 2002.

Sebagai upaya lanjutan di KTT 2001 di Brunei, di bentuk lagi

CAFTA (China Asean Free Trade Area) yaitu perjanjian perdagangan bebas

Universitas Sumatera Utara


54

antara negara negara ASEAN dan Negara China selama 10 tahun.

Pengesahan CAFTA selanjutnya di lakukan di 2008. Berangkat dari sejarah

panjang lahirnya Pasar Bebas Barang, Jasa dan Tenaga Kerja di Indonesia

yang di mulai dari tahun 1989 tersebut di atas, maka seperti nya pantas jika

Soeharto diangkat menjadi Bapak Tenaga Kerja Asing

4.1.3 Kebijakan Kompensasi Internasional

Pada perusahaan multinasional, menetapkan tarif upah yang sama

dibanyak negara adalah bukan masalah yang sederhana. Kita telah melihat

bahwa ada satu kekayaan dari data survey kompensasi “terkemas” yang

tersedia di AS, namun data tersebut tidak begitu mudah untuk diterapkan di

luar negeri. Salah satu kesulitan terbesar dalam mengelola kompensasi total

pada tingkat multinasional adalah menetapkan suatu ukuran kompensasi

yang konsisten antara negara-negara yang membangun kredibilitas baik

dalam negeri maupun luar negeri.

Beberapa perusahaan multinasional menghadapi masalah ini untuk

manajer lokal dengan melakukan survei kompensasi tahunan mereka

sendiri. Sebagai Contoh, Kraft melakukan suatu telaah tahunan atas

kompensasi total di Belgia, Jerman, Italia, Spanyol, dan Inggris. Kraft

berusaha untuk memelihara satu kelompok sample yang cukup konstan dari

peserta telaah (perusahaan-perusahaan) dalam surveinya. Dia selanjutnya

memusatkan perhatian pada kompensasi total yang dibayar kepada masing-

masing dari sepuluh posisi manajemen senior yang dipegang oleh orang-

orang setempat dalam perusahaan ini.

Universitas Sumatera Utara


55

Survei itu meliputi semua bentuk kompensasi termasuk uang tunai,

insentif jangka panjang dan pendek, rencana pensiunan, tunjangan medis

dan penghasilan tambahan. Kraft selanjutnya menggunakan data-data ini

untuk membangun suatu nilai bersaing bagi setiap unsur upah. Informasi ini

pada gilirannya menjadi masukan untuk kenaikan gaji tahunan dan

perubahan yang disusulkan dalam paket tunjangan.

Pendekatan paling umum untuk merumuskan upah ekspatriat adalah

menyamakan kekuatan pembelian di semua negara, sebuah teknik yang

dikenal sebagai pendekatan neraca seimbang. Gagasan dasar adalah bahwa

masing-masing ekspatriat hendaknya menikmati standar hidup yang sama

dengan yang dialaminya di tanah airnya. Dengan pendekatan neraca

seimbang, empat kelompok biaya negara asal utama yaitu pajak pendapatan,

perumahan, barang dan jasa, dan cadangan merupakan fokus perhatian.

Empat biaya yang digunakan untuk negara asal ekspatriat dan juga apa yang

masing-masing dari ke empat biaya ini diharapkan ada di negara asing

ekspatriat.

Perbedaan-perbedaan seperti pajak pendapatan tambahan atau biaya

perumahan selanjutnya akan dibayarkan oleh perusahaan. Dalam praktik, ini

biasanya berkurang untuk membangun kompensasi total ekspatriat sekitar

lima atau enam komponen terpisah. Sebagai contoh, gaji pokok akan secara

normal berada dalam kisaran yang sama seperti gaji manajer di negara asal.

Akan tetapi, selain itu, mungkin ada suatu premi jasa asing atau luar negeri.

Ini dibayar sebagai satu persentase dari gaji pokok eksekutif, sebagian untuk

Universitas Sumatera Utara


56

kompensasi manajer atas penyesuaian fisik dan kultural yang harus

dilakukannya.

Adapun komponen kompensasi ekspatriat yang diberikan oleh

perusahaan multinasional yaitu

a. Tunjangan meninggalkan rumah dan perjalanan.

b. Premium untuk tugas luar negeri dan kesuksesan.

c. Tunjangan relokasi dan pindah.

d. Tunjangan perumahan dan utilitas.

e. Penyesuaian untuk biaya hidup

f. Pembayaran perbedaan atas pajak.

g. Tunjangan pendidikan untuk anak-anak

4.1.4 Pendekatan – Pendekatan Kompensasi Internasional

Ada beberapa pendekatan yang dipakai dalam Penentuan Kebijakan

Kompensasi Internasional yaitu :

a. Pendekatan Going Rate/Market Rate

Dalam pendekatan ini, gaji pokok untuk transfer internasional

dikaitkan dengan struktur gaji di negara tuan rumah. Perusahaan

multinasional biasanya mendapatkan informasi dari survei-survei

kompensasi-kompensasi lokal dan harus memutuskan apakah karyawan

lokal (HCN), para ekspatriat dengan kebangsaan yang sama atau para

ekspatriat dari semua kebangsaan akan menjadi titik referensi dalam

menetapkan patokan. Misalnya, sebuah bank Jepang yang beroperasi di

New York perlu memutuskan apakah titik referensinya adalah gaji-gaji

Universitas Sumatera Utara


57

lokal Amerika Serikat, para pesaing Jepang lainnya di New York atau

semua bank asing yang beroperasi di New York. Dengan pendekatan

going rate, jika lokasi berada di negara yang rendah gajinya, perusahaan

multinasional biasanya menambah gaji pokok dengan tambahan program

kesejahteraan dan pembayaran-pembayaran lainnya.

b. Pendekatan Balance Sheet/Build Up

Pendekatan balance sheet dalam kompensasi internasional adalah

suatu sistem yang dirancang untuk menyamakan daya beli para karyawan

pada tingkat kehidupan di luar negeri dengan posisi yang dapat

dibandingkan dengan negara asal serta menyediakan insentif untuk

mengimbangi perbedaan-perbedaan kualitatif di antara lokasi-lokasi

penugasan. Ada empat kategori utama pengeluaran yang didatangkan

oleh para ekspatriat yang dimasukkan dalan pendekatan balance sheet :

1) Barang - barang dan jasa – jasa, pengeluaran - pengeluaran negara

asal untuk hal-hal seperti makanan, kebutuhan pribadi, pakaian,

perlengkapan rumah tangga, rekreasi, transportasi, dan pemeliharaan

kesehatan.

2) Biaya - biaya utama berkaitan dengan perumahan di negara tuan

rumah.

3) Pajak pendapatan negara induk dan negara tuan rumah.

4) Cadangan kontribusi untuk tabungan, pembayaran tunjangan-

tunjangan, kontribusi pensiun, investasi, pengeluaran-pengeluaran

untuk pendidikan, pajak jaminan sosial, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


58

c. Negoisasi

Ketika perusahaan pertama kali mulai mengirimkan ekspatriat

ke luar negeri dan sewaktu mereka masih memiliki sedikit ekspatriat,

pendekatan umum untuk menetapkan kompensasi dan tunjangan-

tunjangan untuk para ekspatriat tersebut adalah merundingkan paket

kompensasi terpisah (dan biasanya unik) untuk setiap individu ekspatriat.

Pada awalnya pendekatan khusus ini sangat sederhana, dan dengan

terbatasnya jumlah informasi yang tersedia tentang bagaimana

merancang suatu sistem kompensasi untuk para ekspatriat dan banyaknya

kompleksitas dalam suatu paket kompensasi seperti ini dibandingkan

dengan kompensasi dan tunjangan-tunjangan domestik, adalah mudah

untuk melihat mengapa para manajer SDM mengikuti pendekatan ini.

d. Lokalisasi

Suatu pendekatan yang relatif baru dalam kompensasi

ekspatriat adalah lokalisasi. Pendekatan ini digunakan untuk mengatasai

masalah tingginya biaya dan ketidakadilan yang dirasakan di antara

karyawan cabang-cabang luar negeri. Dalam pendekatan lokalisasi, para

ekspatriat (biasanya para individu yang berada pada tahap awal karir

mereka dan ditugaskan di luar negeri untuk penugasan jangka panjang)

dibayar sebanding dengan para karyawan lokal. Pendekatan ini relatif

sederhana untuk dilaksanakan, tetapi karena para ekspatriat dapat berasal

dari standar hidup yang berbeda daripada yang dialami oleh para

karyawan lokal, tambahan-tambahan khusus untuk para ekspatriat yang

Universitas Sumatera Utara


59

dibayarkan dalam pendekatan lokalisasi masih harus dirundingkan.

e. Pembayaran Sekaligus (Lump Sum)

Pendekatan lainnya dimana beberapa perusahaan multinasional

berusaha, terutama dalam menanggapi persepsi bahwa pendekatan

balance sheet terlalu mencampuri keputusan-keputusan gaya hidup para

ekspatriat adalah pendekatan lump sum. Dalam pendekatan ini,

perusahaan menentukan suatu jumlah gaji untuk ekspatriat dan kemudian

membiarkan ekspatriat menentukan bagaimana mereka menggunakan

gajinya, misalnya untuk perumahan, transportasi, perjalanan, kunjungan

ke negara asal, pendidikan, dsb.

Jika menggunakan pembayaran sekaligus, kompensasi yang

diberikan haruslah sangat besar atau melebihi kompensasi rata-rata

industry serta tunjangan-tujangan yang sudah diperhitungkan. Itu

dimaksud agar tidak ada keluhan dari karyawan yang mempengaruhi

loyalitas karyawan.

f. Kafetaria

Suatu pendekatan yang meningkat digunakan untuk para

eksekutif ekspatriat dengan gaji yang sangat tinggi adalah menyediakan

serangkaian pilihan manfaat yang dapat dipilih sendiri oleh ekspatriat

(kafetaria). Keuntungan-keuntungan bertambah, baik bagi perusahaan

maupun individu serta terutama berkaitan dengan cakupan pajak atas

tunjangan - tunjangan dan penghasilan - penghasilan tambahan

dibandingkan dengan penghasilan tunai. Karena individu tidak

Universitas Sumatera Utara


60

memerlukan lebih banyak manfaat seperti mobil dinas, rumah dinas, dan

sejenisnya yang tidak menambah penghasilan ekspatriat untuk tujuan-

tujuan pajak.

g. Sistem Regional

Untuk para ekspatriat yang membuat komitmen terhadap

penugasan jabatan di wilayah tertentu di dunia, beberapa perusahaan

mengembangkan suatu kompensasi regional dan sistem tunjangan untuk

mempertahankan keadilan di wilayah itu. Hal ini biasanya dipandang

sebagai pelengkap bagi pendekatan-pendekatan lainnya. dan apabila

individu-individu seperti ini kemudian dipindahkan ke wilayah lainnya,

gaji mereka akan ditransfer pada salah satu sistem-sistem lainnya, seperti

pendekatan balance sheet.

Pada saat jumlah kompensasi ekspatriat telah ditentukan,

perusahaan harus memutuskan apakah ekspatriat akan dibayar dalam

mata uang lokal atau mata uang negara asal. bila ada keterbatasan

konversi antara mata uang negara asal dan mata uang lokal atau ada

inflasi yang cepat, mungkin lebih baik bagi perusahaan untuk tetap

menghadapi gaji ekspatriat dalam mata uang lokal (tentunya dengan)

jaminan terhadap hilangnya daya beli jika ada inflasi yang besar -

besaran.

4.1.5 Penetapan Kebijakan Ekspatriat

Universitas Sumatera Utara


61

Sejumlah pilihan berbeda untuk menetapkan sistem kompensasi

mendunia telah digunakan oleh perusahaan - perusahaan multinasional yang

berbeda. Hal ini meliputi mendasarkan kompensasi-kompensasi para

karyawan global pada:

a. Skala kantor pusat.

Suatu skala dunia didasarkan pada tingkatan gaji di perusahaan

induk dengan perbedaan-perbedaan yang ditetapkan untuk setiap cabang

sesuai dengan perbedaan biaya hidup.

b. Kewarganegaraan.

Suatu skala didasarkan pada negara kewarganegaraan karyawan.

c. Global.

Menetapkan suatu dasar global setiap posisi (mungkin dengan

perbedaan-perbedaan cabang). Kemudian hal ini menjadi suatu bentuk

pembayaran yang sama untuk pekerjaan yang sama atas suatu dasar yang

meliputi seluruh dunia. Pendekatan global biasanya diikuti hanya oleh

para karyawan di atas suatu jabatan khusus atau klasifikasi gaji tertentu.

Adapun beberapa pendekatan yang paling dominan dalam penentuan

kebijakan kompensasi ekspatriat adalah dengan pendekatan going

rate/market rate, balance sheet, negoisasi dan lokalisasi.

Berikut adalah kutipan wawancara dengan Informan I :

“How do you feel working in Indonesian?”


“I feel very comfortable working in Indonesian especially Indonsesia
people are very friendly”.

Universitas Sumatera Utara


62

“With the compensation you are currently receiving, does it differ


greatly from the compensation you received while in your country?”
“Judging from the compensation I am received, it was still higher than
what I received in my country”

“Did you get facilities while working in Indonesia?”


“Yes, I get several facilities here such as home,flight tickets abord for
work, transportation, education benefits and much more”

Artinya :

“Bagaimana perasaan anda bekerja di Indonesia?”


“Saya merasa sangat nyaman bekerja di Indonesia apalagi orang
Indonesia sangat ramah”.

“Dengan kompensasi yang anda terima saat ini, apakah berbeda jauh
dengan kompensasi yang anda terima di negara anda?”
“Kalau dilihat dari kompensasi yang saya terima masih lebih tinggi apa
yang saya terima di negara saya”

“Apakah kamu mendapatkan fasilitas selama kamu bekerja di


Indonesia?”
“Ya, saya mendapatkan beberapa fasilitas disini seperti rumah, tiket
pesawat keluar negeri untuk bekerja, transportasi, biaya pendidikan dan
banyak lagi”.

Berikut adalah kutipan wawancara dengan Informan II :

“Does the compensation you receive now conform to the standard of


compensation you receive while working in your country?”
“I received compensation from the work I did that was not exactly the
same as the compensation I received while in my country. but the
company gave me some facilities so I thought that was enough for me.”

“Approximately,what facilities do you receive from the company you


work for now?”
“The facilities that I have received have been included or packaged
together with the compensation I receive each month. So, I prepared
everything on my own.”

“If you choose to prepare it yourself, do you know what facilities you
should receive from the company where you work?”
“Yes, I clearly know it. They provide shelter, transportation and many
things.”

Universitas Sumatera Utara


63

“How does the company determine the compensation for you?”


“He asked me how my experience at work and how long, then we
negotiated the issue of compensation that I would receive.”

Artinya :

“Apakah kompensasi yang Anda terima sekarang sesuai dengan standar


kompensasi yang Anda terima saat bekerja di negara Anda?”
“Tidak persis sama dengan kompensasi yang saya terima ketika berada di
negara saya. tetapi perusahaan memberi saya beberapa fasilitas jadi saya
pikir itu sudah cukup untuk saya.”

“Kira-kira fasilitas apa yang Anda terima dari perusahaan tempat Anda
bekerja saat ini?”
“Fasilitas yang saya terima telah dimasukkan atau dikemas bersama
dengan kompensasi yang saya terima setiap bulan. Jadi, saya menyiapkan
semuanya sendiri.”

“Jika Anda memilih untuk menyiapkannya sendiri, apakah Anda tahu


fasilitas apa yang harus Anda terima dari perusahaan tempat Anda
bekerja?”
“Ya, saya jelas tahu itu. Mereka menyediakan tempat tinggal,
transportasi, dan banyak hal.”

“Bagaimana perusahaan menentukan kompensasi untuk Anda?”


“Dia bertanya bagaimana pengalaman saya di tempat kerja dan berapa
lama, lalu kami menegosiasikan masalah kompensasi yang akan saya
terima.”

Berikut adalah kutipan wawancara dengan Informan III :

“Apa dasar dan kriteria yang perusahaan pakai dalam menentukan


kompensasi tenaga ekspatriat yang bekerja di perusahaan anda?”
“Sangat sulit berbicara dalam menentukan kompensasi bagi ekspatriat
ini. Kami membutuhkan banyak ringkasan. Selama ini kami merujuk
pada bagaimana pengalaman mereka di tempat kerja dan kami
menemukan standar kompensasi mereka di negara asal mereka.”

“Apakah setelah saudara menentukan kompensasi tersebut, melakukan


negoisasi lagi atau langsung menetapkan saja kompensasi mereka?
“Kami selalu melakukan negoisasi dengan para ekspatriat agar selalu
terjalin komunikasi dua arah”

“Benarkah para pekerja ekspatriat ini mendapatkan fasilitas dari


perusahaan? Apakah sebenarnya dampak besar yang mereka berikan bagi

Universitas Sumatera Utara


64

perusahaan?”
“Kami memberikan mereka fasilitas agar mereka merasa layak bekerja
dan nyaman dengan pekerjaan mereka. Tentu saja kami mengharapkan
lebih dari kinerja mereka apalagi hubungan industrial dengan negara
mereka berasal itu menjadi suatu hal yang penting untuk mencapai target
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.”

4.2 Pembahasan

4.2.1 Penetapan Kebijakan Kompensasi Ekspatriat

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditemukan perbedaan jumlah

penetapan kebijakan kompensasi yang diterima oleh para pekerja ekspatriat

yang bekerja di perusahaan multinasional di Indonesia. Beberapa pernyataan

yang diberikan oleh tenaga ekspatriat tersebut mendefenisikan dan

menjelaskan bahwa mereka mendapatkan kompensasi yang sebelumnya

dirundingkan atau di negoisasikan dengan perusahaan dan balik lagi kepada

perusahaan tersebut ingin menetapkan kebijakannya seperti keinginan

perusahaan.

Perbedaan jawaban dari informan menjelaskan bahwa kompensasi

antara para ekspatriat berbeda dengan ekspatriat yang lainnya, baik dalam

bekerja di perusahaan yang sama dan berbeda perusahaan tempat ekspatriat

tersebut bekerja.

Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan I :

“In terms of compensation, does the company impose all taxes such as
income tax, land and building tax and other taxes on you?”
“As far as I know the company only charged me the rest of my income
tax. I didn't know that”

“Are there other foreign workers working in the same company as you?
If there is, do you know the compensation? If yes, is it different?”
“Yes, there are also people like me. But I don't really know how much

Universitas Sumatera Utara


65

their compensation was. What I do know is that they accept what they
like so they can work here.”

“Would you mind to tell us how much the range your compensation from
your company? (ex: 20 milion to 30 milion or another number)”
“That’s sensitive question. I don’t know the answer. If you meaning
compensation that’s all I receive from my company work or basic salary
only.”

Artinya :

“Dalam hal kompensasi, apakah perusahaan membebankan semua pajak


seperti pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan, dan pajak lainnya
pada Anda?”
“Sejauh yang saya tahu perusahaan hanya menagih sisa pajak
penghasilan saya dan untuk selebihnya saya tidak tahu itu”

“Apakah ada pekerja asing lain yang bekerja di perusahaan yang sama
dengan Anda? Jika ada, tahukah Anda kompensasinya? Jika ya, apakah
itu berbeda?”
“Ya, ada juga orang seperti saya. Tetapi saya tidak benar-benar tahu
berapa kompensasi mereka. Yang saya tahu adalah bahwa mereka
menerima apa yang mereka sukai sehingga mereka dapat bekerja di sini.”

“Maukah anda memberitahu berapa kisaran nominal kompensasi yang


anda terima dari perusahaan anda? (mis: 20 – 30 juta atau diangka lain)”
“Itu pertanyaan sensitif. Saya tidak tahu jawabannya. Jika Anda
memaksudkan kompensasi hanya itu yang saya terima dari pekerjaan
perusahaan saya atau gaji pokok saja.”

Berikut kutupan hasil wawancara dengan informan II :

“In your opinion, are you with the compensation you received and the
performance that you have done is worth it?”
“Yes, in my opinion it could have happened. Because we agreed and we
also have to do the best for the company”

“In addition to the compensation you receive, do you know what other
things you are entitled to get from the company?”
“It's very clear that I know because it's written in our work contract.”

“Approximately, what are the things you receive besides compensation?”


“I receive health benefits, provision of transportation, accommodation,
official travel and so on.”

Universitas Sumatera Utara


66

“If I may know in the compensation you receive, what is the nominal
amount that you receive your base salary monthly given by the
company?”
“I receive around 100 million per month.”

Artinya “
“Menurut Anda, apakah Anda dengan kompensasi yang Anda terima dan
kinerja yang telah Anda lakukan sepadan?”
“Ya, menurut saya itu bisa saja terjadi. Karena kami setuju dan kami juga
harus melakukan yang terbaik untuk perusahaan.”

“Selain kompensasi yang Anda terima, apakah Anda tahu hal-hal lain
yang berhak Anda dapatkan dari perusahaan?”
“Sangat jelas bahwa saya tahu karena itu tertulis dalam kontrak kerja
kami.”

“Jika saya dapat mengetahui kompensasi yang Anda terima, berapa


jumlah nominal yang Anda terima gaji pokok Anda setiap bulan yang
diberikan oleh perusahaan?”
“Saya menerima sekitar 100 juta per bulan.”

Berikut adalah kutipan wawancara dengan informan III :

“Sepengetahuan Bapak, berapa lama biasanya kontrak kerja antara


ekspatriat dan perusahaan berlangsung?”
“Biasanya kami memperkerjakan mereka kurang lebih 3-5 tahun sesuai
negoisasi dengan perusahaan”

“Setelah kontrak habis, apa yang terjadi dengan para ekspatriat? Mereka
kontraknya diperpanjang? Atau malah mencari tenaga kerja ekspatriat
yang baru?”
“Hal tersebut kami lakukan sesuai dengan kinerja mereka apakah meeka
mencapai target yang telah diberikan oleh perusahaan. Biasanya para
eskpatriat ini dapat mencapai kinerja mereka dengan baik.”

“Mungkin ini adalah pertanyaan paling sensitif yang akan saya tayakan
pada Bapak. Apakah Bapak mengetahui berapkah kompensasi yang
diterima oleh ekpatriat yang bekerja di perusahaan Bapak?
“Ya, untuk eskpatriat sendiri berbeda gajinya untuk divisi yan berbeda.
Kalau diperusahaan kami, mereka kebanyakan menempati divisi
manager. Karena apabila mereka menempati posisi buruh atau karyawan
kami otomatis agak riskan menempatkan mereka disana mengingat
kompensasi yag mereka dapat cukup tinggi. Untuk level manager sendiri
di bagian teknik sendiri bisa mencapai 50-70 juta/bulan.

Universitas Sumatera Utara


67

4.2.2 Analisis Kebijakan Kompensasi Ekspatriat Pada Perusahaan

Multinasional

Kebijakan kompensasi yang dibuat oleh perusahaan kepada tenaga

kerja asing (ekspatriat) diimpelementasikan dalam kebijakan negoisasi

dengan ekpatriat itu sendiri. Adapun komponen yang diharuskan ada dalam

penetapan kebijakan tersebut adalah :

a. Gaji Pokok

Istilah gaji pokok membutuhkan arti yang agak berbeda ketika

karyawan pergi ke luar negeri.dalam konteks domestik, gaji pokok

menunjukkan jumlah kompensasi tunai yang berfungsi sebagai patokan

untuk unsur kompensasi lainnya (misalnya bonus dan manfaat). Untuk

ekspatriat, adalah komponen utama dari paket tunjangan, banyak yang

secara langsung berhubungan dengan gaji pokok (misalnyal uar negeri

layanan premium, tunjangan biaya hidup, tunjangan perumahan) serta

sebagai dasar tunjangan pelayanan dan kontribusi pensiun.mungkin

dibayar di rumah atau mata uang negara setempat. gaji pokok adalah blok

dasar untuk kompensasi Internasional apakah karyawan tersebut adalah

PCN atau TCN. Perbedaan besar dapat terjadi dalam paket karyawan

tergantung pada apakah gaji dasar dalam terkaitnya dengan negara asal

dari PCN atau TCN atau apakah tingkat Internasional di bayar.

Berikut kutipan hasil wawancara terhadap informan I :

“Would you mind to tell us how much the range your compensation
from your company? (ex: 20 milion to 30 milion or another number)”

Universitas Sumatera Utara


68

“That’s sensitive question. I don’t know the answer. If you meaning


compensation that’s all I receive from my company work or basic
salary only.”

Artinya :

“Maukah anda memberitahu berapa kisaran nominal kompensasi yang


anda terima dari perusahaan anda? (mis: 20 – 30 juta atau diangka
lain)”
“Itu pertanyaan sensitif. Saya tidak tahu jawabannya. Jika Anda
memaksudkan kompensasi hanya itu yang saya terima dari pekerjaan
perusahaan saya atau gaji pokok saja.”

Berdasarkan data yang diperoleh dari situs

tradingeconomics.com, upah minimum yang diterima oleh pekerja yang

bekerja di Turki adalah 2558,40 lira/bulan. Jika, para pekerja menerima

upah minimum seperti itu, maka dapat dikalkulasikan bahwa para pekerja

tersebut dapat menerima sebanyak 6,3 juta rupiah apabila dikonversikan

ke mata uang Indonesia.. Untuk upah tenaga kerja terampil, upah

minimum yang diterima sebanyak 2.830 lira (7 juta rupiah). Untuk upah

tenaga kerja kurang terampil, upah minimum yang diterima sebanyak

1.380 lira (3,4 juta rupiah) Berikut adalah grafik peningkatan

pembayaran upah pekerja di Turki :

Universitas Sumatera Utara


69

Grafik 4.1 Upah Minimum Pekerja di Turki

Berikut kutipan hasil wawancara dengan Informan II :

“If I may know in the compensation you receive, what is the nominal
amount that you receive your base salary monthly given by the
company?”
“I receive around 100 million per month.”

Artinya :

“Jika saya dapat mengetahui kompensasi yang Anda terima, berapa


jumlah nominal yang Anda terima gaji pokok Anda setiap bulan yang
diberikan oleh perusahaan?”
“Saya menerima sekitar 100 juta per bulan.”

Berdasarkan data yang diperoleh dari situs

tradingeconomics.com, upah minimum yang diterima oleh pekerja yang

bekerja di Jepang adalah 901 yen/jam. Jika, para pekerja menerima dan

dibayar sebanyak per jam pekerjaan yang mereka lakukan maka bisa

dikalkulasikan bahwa para pekerja tersebut dapat menerima sebanyak

28juta rupiah apabila dikonversikan ke mata uang Indonesia.. Berikut

adalah grafik peningkatan pembayaran upah pekerja di Jepang :

Universitas Sumatera Utara


70

Grafik 4.2 Upah Minimum Pekerja Di Jepang

Berikut kutipan hasil wawancara dengan Informan III :

“Mungkin ini adalah pertanyaan paling sensitif yang akan saya


tayakan pada Bapak. Apakah Bapak mengetahui berapkah kompensasi
yang diterima oleh ekpatriat yang bekerja di perusahaan Bapak?
“Ya, untuk eskpatriat sendiri berbeda gajinya untuk divisi yan
berbeda. Kalau diperusahaan kami, mereka kebanyakan menempati
divisi manager. Karena apabila mereka menempati posisi buruh atau
karyawan kami otomatis agak riskan menempatkan mereka disana
mengingat kompensasi yag mereka dapat cukup tinggi. Untuk level
manager sendiri di bagian teknik sendiri bisa mencapai 50-70
juta/bulan.

b. Layanan Premium lnducement / Kesulitan Asing

Warga negara induk sering menerima premi gaji sebagai

bujukan untuk menerima tugas asing atau sebagai kompensasi untuk

setiap kesulitan, disebabkan oleh transfer. Bagaimanapun, membuat

perbandingan internasional dari biaya hidup yang bermasalah. Penting

untuk dicatat bahwa pembayaran ini lebih sering dibayar untuk PCNs

dari TCNs. Bujukan dinas luar negeri, jika digunakan, biasanya dibuat

dalam bentuk persentase dari gaji, biasanya 5 sampai 40 persen dari gaji

Universitas Sumatera Utara


71

pokok.

Berikut adalah kutipan wawancara dengan Informan I :

“Are you able to work in Indonesia because of the services of foreign


workers who recommend you to work in Indonesia?”
“I got a recommendation from the company I worked for in my
country”

Artinya :

“Apakah Anda dapat bekerja di Indonesia karena layanan pekerja


asing yang merekomendasikan Anda untuk bekerja di Indonesia?”
“Saya mendapat rekomendasi dari perusahaan tempat saya bekerja di
negara saya”

Berikut adalah kutipan wawancara dengan Informan II :

“Are you able to work in Indonesia because of the services of foreign


workers who recommend you to work in Indonesia?”
“I wa assigned from my home company to continue the work off the
company in Indonesia

“Apakah Anda dapat bekerja di Indonesia karena layanan pekerja


asing yang merekomendasikan Anda untuk bekerja di Indonesia?”
“Saya ditugaskan dari perusahaan asal saya untuk melanjutkan
pekerjaan perusahaan di Indonesia”

Berikut adalah kutipan wawancara dengan informan III :

“Bagaimana perusahaan bisa memperkerjakan karyawan asing di


Indonesia dan bagaimana mereka bisa sampai di perusahaan tempat
Bapak bekerja”
“Pertama, perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang berdasarkan
skill dan mengamati bagaimana cara proses dan kinerja yang baik
dalam nedukung visi dan misi perusahaan. Kedua, mereka bisa datang
hingga bekerja disini karena adanya rekomendasi dari perusahaan
induk/pusat agar memajukan cabang perusahaannya yang ada di
Indonesia.

c. Tunjangan

Tunjangan bisa sangat menantang untuk perusahaan

membangun kebijakan kompensasi secara keseluruhan, sebagian karena

Universitas Sumatera Utara


72

berbagai bentuk tunjangan yang ada. Biaya penyisihan Hidup (COLA),

yang biasanya menerima perhatian yang besar, melibatkan pembayaran

untuk mengkompensasi perbedaan dalam pengeluaran antara negara asal

dan negara asing (misalnya, untuk menjelaskan perbedaan inflasi).

Seringkali penyisihan ini sulit untuk menentukan, sehingga perusahaan

dapat menggunakan layanan dari organisasi seperti Sumber Daya

Organisasi Konselor, Inc, (perusahaan berbasis di AS) atau Kondisi Kerja

Luar Negeri (berbasis di Inggris) yang mengkhususkan diri dalam

memberikan informasi terbaru secara rutin pada COLA secara global

untuk klien mereka; COLA yang juga termasuk pembayaran untuk

perumahan dan keperluan, pajak penghasilan pribadi, atau item

discretionary.

Berikut adalah kutipan wawancara dengan Informan I :

“Did you get facilities while working in Indonesia?”


“Yes, I get several facilities here such as home,flight tickets abord for
work, transportation, education benefits and much more”

Artinya :

“Apakah kamu mendapatkan fasilitas selama kamu bekerja di


Indonesia?”
“Ya, saya mendapatkan beberapa fasilitas disini seperti rumah, tiket
pesawat keluar negeri untuk bekerja, transportasi, biaya pendidikan
dan banyak lagi”.

Berdasarkan data yang diperoleh dari situs

tradingeconomics.com, pekerja yang bekerja di Turki apabila mereka

telah berkeluarga maka mereka akan mendapatkan biaya hidup untuk

keluarga. Biaya hidup untuk keluarga yang mereka terima itu sebesar

Universitas Sumatera Utara


73

3.190 lira/bulan. Jika, para pekerja menerima upah minimum seperti itu,

maka dapat dikalkulasikan bahwa para pekerja tersebut dapat menerima

sebanyak 7,8 juta rupiah apabila dikonversikan ke mata uang Indonesia..

Untuk tenaga kerja yang belum menikah, ada biaya hidup perorangan

yang akan mereka terima sebanyak 1.930 lira (4,7 juta rupiah).

Berikut adalah kutipan wawancara dengan Informan II :

“Approximately,what facilities do you receive from the company you


work for now?”
“The facilities that I have received have been included or packaged
together with the compensation I receive each month. So, I prepared
everything on my own.”

Artinya :

“Kira-kira fasilitas apa yang Anda terima dari perusahaan tempat


Anda bekerja saat ini?”
“Fasilitas yang saya terima telah dimasukkan atau dikemas bersama
dengan kompensasi yang saya terima setiap bulan. Jadi, saya
menyiapkan semuanya sendiri.”

Berdasarkan data yang diperoleh dari situs International

University Of Japan, pekerja yang bekerja di Jepang akan mendapatkan

tunjangan perumahan atau subsidi perumahan dengan 3 bahan

pertimbangan sebagai negoisiasi yaitu :

1. Kisaran biaya untuk satu kamar apartemen dengan dapur dengan

biaya 60.000 – 120.000 yen

a. Karyawan lokal dapat mengharapkan tunjangan sebesar 7.000 –

25.000 yen per bulan

b. Perusahaan juga yang akan membayar reikin/uang utama atau

setoran, uang dan lain sebagainya

Universitas Sumatera Utara


74

c. Perusahaan membayar semua biaya relokasi

2. Ada 3 (tiga) sistem yang dimiliki perusahaan yaitu :

a. Perusahaan Jepang dan banyak perusahaan asing membayar

30.000 – 50.000 yensebulan tergantung pada ukuran keluarga

untuk tunjangan perumahan per keluarga

b. Perusahaan memberikan dukungan langsung kepada pekerja

sebesar 50 – 70% dari total sewa tetapi tidak melebihi 100.000

yen per bulan

c. Perusahaan memberikan asrama kepada pekerja dengan biaya

kurang dari 10.000 yen per bulan tetapi biasanya mencapai

kesepakatan antara 6.000 – 8.000 yen per bulan

3. Untuk alasan pajak, jumlah maksimum yang perusahaan berikan

adalah sebesar 49% untuk dibayarkan. Apabila tidak ada subsidi

yang tersedia maka tunjangan perumahan yang dapat ditawarkan

sebesar 15.000 – 20.000 yen.

Berikut adalah kutipan wawancara dengan Informan III :

“Benarkah para pekerja ekspatriat ini mendapatkan fasilitas dari


perusahaan? Apakah sebenarnya dampak besar yang mereka berikan
bagi perusahaan?”
“Kami memberikan mereka fasilitas agar mereka merasa layak bekerja
dan nyaman dengan pekerjaan mereka. Tentu saja kami mengharapkan
lebih dari kinerja mereka apalagi hubungan industrial dengan negara
mereka berasal itu menjadi suatu hal yang penting untuk mencapai
target yang telah ditetapkan oleh perusahaan.”

d. Imbalan

Kompleksitas yang melekat dalam manfaat internasional sering

Universitas Sumatera Utara


75

membawa kesulitan lebih dari ketika berhadapan dengan kompensasi.

Dana pensiun sangat sulit untuk menangani negara ke negara karena

praktek nasional sangat bervariasi. Kemampuan berjalannya rencana

pensiun, cakupan medis, dan manfaat jaminan sosial sangat sulit untuk

menormalkan.

Berikut adalah kutipan wawancara dengan informan I :

“Do you know about pension funds?”


“Yes, I understand what you mean”

“Whether after you retire there get a salary from the company?”
“Yes, I got it but I don't really know how much I will receive from the
company”

Artinya :

“Apakah saudara mengetahui dana pensiun?’


“Ya, saya tahu apa yang kamu maksud.”

“Apakah setelah anda pensiun anda mendapatkan upah dari


perusahaan?”
“Ya, saya mengtahuinya tetapi tidak begitu tahu berapa banyak yang
akan saya terima”

Berikut adalah kutipan wawancara dengan Informan II :

“Do you know about pension funds?”


“Yes, I understand what you mean”

Artinya :

“Apakah saudara mengetahui dana pensiun?’


“Ya, saya tahu apa yang kamu maksud.”

“Apakah setelah anda pensiun anda mendapatkan upah dari


perusahaan?”
“Ya, saya mengtahuinya tetapi tidak begitu tahu berapa banyak yang
akan saya terima”

Berdasarkan data yang diperoleh dari situs nenkin.go.jp,

Universitas Sumatera Utara


76

pekerja yang bekerja di Jepang akan mendapatkan dan menerima

Program Pensiun Nasional Jepang dengan kriteria sebagai berikut :

1. Pensiun pokok bagi kaum lanjut usia (lansia) akan diberikan dana

pensiun apabila telah memenuhi persyaratan seperti telah membayar

premi selama 10 tahun atau lebih dan telah mencapai usia 65 tahun

sebesar 780,100 yen (100 juta rupiah)

2. Pensiun pokok bagi kaum cacat akan diberikan dana pensiun

sebesar :

a. Untuk cacat tingkat 1 sebesar 975,125 yen (125 juta rupiah)

b. Untuk cacat tingkat 2 sebesar 780,100 yen (100 juta rupiah)

3. Pensiun pokok bagi keluaarga almarhum akan diberikan dana

pensiun sebesar 1,004,600 yen (130 juta rupiah)

Berikut adalah kutipan wawancara dengan Informan III :

“Benarkah para pekerja ekspatriat ini mendapatkan pensiunan dari


perusahaan? Apakah sebenarnya dampak besar yang mereka berikan
bagi perusahaan?”
“Perusahaan memberikan pensiunan berdasarkan kebijakan
perusahaan pusat .” Seperti kami saja yang pekerja lokal yang sudah
mengabdi pada perusahaan tentu saja kami apabila mengakhiri karir
kami dengan perstasi yang baik pastilah bakal mendapat dana
pensiun”

Adapun beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk dapat

menentukan kompesasi dari tenaga kerja asing tersebut :

a. Pendekatan Neraca

Tujuan dasarnya adalah untuk "menjaga seluruh ekspatriat"

(yaitu, menjaga relativitas kepada rekan-rekan PCN, dan kompensasi

Universitas Sumatera Utara


77

untuk biaya tugas internasional) melalui pemeliharaan standar hidup dari

negara tuan rumah, ditambah dorongan keuangan untuk membuat paket

yang menarik. Pendekatan ini menghubungkan gaji pokok untuk PCNs

dan TCNs dengan struktur gaji dari negara asal yang relevan. Ada empat

kategori utama dari pengeluaran/pembiayaan yang dikeluarkan oleh

ekspatriat yang tergabung dalam pendekatan neraca:

1) Barang dan jasa, pengeluaran home-country untuk barang-barang

seperti makanan, perawatan pribadi, pakaian, perabot rumah tangga,

rekreasi, transportasi, dan perawatan medis.

2) Perumahan-biaya utama yang terkait dengan perumahan di negara

tuan rumah.

3) Pajak penghasilan -parent country dan host-country.

4) Cadangan--kontribusi untuk tabungan, pembayaran untuk

mendapatkan manfaat, simpanan pensiun, investasi, biaya pendidikan,

pajak jaminan sosial, dan sebagainya.

Ada dua kelemahan utama dari pendekatan neraca. Pertama,

pendekatan ini dapat menghasilkan perbedaan yang cukup besar - baik

antara ekspatriat dari berbagai negara dan antara PCNs dan HCNs.

Masalah timbul ketika staf internasional dibayar jumlah yang berbeda

untuk melakukan pekerjaan (atau sangat mirip) sama di lokasi tuan

rumah, sesuai dengan gaji pokok berbeda rumah mereka. Misalnya, di

Singapura headquaters regional bank AS, PCN AS dan Selandia baru

Universitas Sumatera Utara


78

TCN dapat melakukan tugas perbankan sama tetapi orang Amerika akan

menerima gaji lebih tinggi dari Selandia Baru karena perbedaan di

Amerika Serikat dan Selandia Baru dalam level gaji pokok. Seperti

disebutkan di atas, perbedaan level gaji pokok juga dapat menyebabkan

kesulitan antara ekspatriat dan HCNs. Secara tradisional, hal ini mengacu

pada Masalah PCNs yang dibayar lebih tinggi yang dibenci oleh

karyawan setempat karena HCN ini "asing" dianggap sedang berlebihan

kompensasi (dan karena mereka menghalangi peluang karir bagi

penduduk setempat).

b. The Going Rate Approach (Pendekatan Ke Tingkat)

Dengan pendekatan ini, gaji pokok untuk transfer internasional

ini terkait dengan struktur gaji di negara tuan rumah. Perusahaan

multinasional biasanya memperoleh informasi dari survei kompensasi

lokal dan harus memutuskan apakah warga lokal (HCNs), ekspatriat

kewarganegaraan yang sama, atau ekspatriat dari berbagai negara akan

menjadi titik acuan dalam hal standarisasi. Dengan pendekatan tarif, jika

lokasi berada dalam negara yang gajinya rendah, biasanya perusahaan

multinasional menambah gaji pokok dengan tambahan manfaat dan

pembayaran.

Ada keuntungan dan kerugian dari (the going rate approach atau

pendekatan tarif). Keuntungan meliputi: kesetaraan dengan warga lokal

(sangat efektif dalam menarik PCNs atau TCNs ke lokasi yang

membayar gaji lebih tinggi daripada yang diterima di negara asal),

Universitas Sumatera Utara


79

pendekatan ini sederhana dan mudah dipahami ekspatriat, ekspatriat

mampu mengidentifikasi dengan negara tuan rumah , dan sering ada

keadilan di antara ekspatriat dari berbagai negara.

Ada juga kelemahan dengan pendekatan the Going Rate.

Pertama, akan ada variasi antara tugas untuk karyawan yang sama, yang

paling jelas adalah ketika kita membandingkan antara sebuah tugas

dalam ekonomi yang sudah maju di negara berkembang, dengan tugas di

berbagai negara maju di mana perbedaan gaji manajerial dan pengaruh

pajak daerah dapat berpengaruh secara signifikan pada tingkat

kompensasi karyawan menggunakan pendekatan the Going Rate. Tidak

mengherankan, karyawan individu sangat sensitif terhadap masalah ini.

Kedua, akan ada variasi antara ekspatriat dengan kewarganegaraan yang

sama di lokasi yang berbeda. Sebuah interpretasi yang ketat dari

pendekatan Going Rate dapat menyebabkan persaingan untuk tugas ke

lokasi yang menarik secara finansial dan bunga kecil di lokasi dianggap

secara finansial yang tidak menarik. Akhirnya, pendekatan Going Rate

dapat menimbulkan masalah pada saat pemulangan gaji karyawan

kembali setara dengan home-country level yang berada di bawah dari

negara tuan rumah. Ini bukan hanya masalah bagi perusahaan-perusahaan

di negara berkembang, tetapi juga bagi perusahaan-perusahaan dari

berbagai negara ketika gaji manajerial lokal jauh di bawah yang dari

Amerika Serikat, yang merupakan pemimpin pasar dunia dalam gaji

manajerial.

Universitas Sumatera Utara


80

4.2.3 Analisis Kebijakan Ekspatriat Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Pemerintah telah mengeluarkan UU No.13 Tahun 2003 sebagai

acuan yang digunakan oleh perusahaan untuk menentukan kebijakan

kompensasi terhadap tenaga kerja yang ada di Indonesia termasuk tenaga

kerja asing (ekaptriat) di Indonesia. Sebelum lahirnya Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUK), penggunaan tenaga

kerja asing di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1958

tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing (UUPTKA).

Dalam perjalanannya, pengaturan mengenai penggunaan tenaga

kerja asing tidak lagi diatur dalam undang-undang tersendiri, namun sudah

merupakan bagian dari kompilasi dalam UU Ketenagakerjaan yang baru.

Dalam UUK, pengaturan Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) dimuat

pada Bab VIII, Pasal 42 sampai dengan Pasal 49. Pengaturan tersebut dimulai

dari kewajiban pemberi kerja yang menggunakan TKA untuk memperoleh

izin tertulis; memiliki rencana penggunaan TKA yang memuat alasan, jenis

jabatan dan jangka waktu penggunaan TKA; kewajiban penunjukan tenaga

kerja WNI sebagai pendamping TKA; hingga kewajiban memulangkan TKA

ke negara asal setelah berakhirnya hubungan kerja. Berikut merupakan isi

dari UU No.13 Tahun 2003 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja asing yang

tercantum pada Pasal 42 sampai 49 :

PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

BAB VII

Universitas Sumatera Utara


81

Pasal 42

(1) Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib

memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Pemberi kerja orang perseorangan dilarang mempekerjakan tenaga kerja

asing.

(3) Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak

berlaku bagi perwakilan negara asing yang mempergunakan tenaga kerja

asing sebagai pegawai diplomatik dan konsuler.

(4) Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam

hubungan kerja untukcjabatan tertentu dan waktu tertentu.

(5) Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan waktu tertentu sebagaimana

dimaksud dalam ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

(6) Tenaga kerja asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) yang masa

kerjanya habis dan tidak dapat diperpanjang dapat digantikan oleh tenaga

kerja asing lainnya.

Pasal 43

(1) Pemberi kerja yang menggunakan tenaga kerja asing harus memiliki

rencana penggunaan tenaga kerja asing yang disahkan oleh Menteri atau

pejabat yang ditunjuk.

(2) Rencana penggunaan tenaga kerja asing sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) sekurangkurangnyamemuat keterangan:

Universitas Sumatera Utara


82

a. alasan penggunaan tenaga kerja asing;

b. jabatan dan/atau kedudukan tenaga kerja asing dalam struktur

organisasi perusahaanyang bersangkutan;

c. jangka waktu penggunaan tenaga kerja asing; dan

d. penunjukan tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai pendamping

tenaga kerja asing yang dipekerjakan.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi

instansi pemerintah, badan-badan internasional dan perwakilan negara

asing.

(4) Ketentuan mengenai tata cara pengesahan rencana penggunaan tenaga

kerja asing diatur dengan Keputusan Menteri

Pasal 44

(1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib menaati ketentuan mengenai

jabatan dan standar kompetensi yang berlaku.

(2) Ketentuan mengenai jabatan dan standar kompetensi sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Menteri.

Pasal 45

(1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib:

a. menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai tenaga

pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan untuk alih

teknologi dan alih keahlian dari tenaga kerja asing; dan

Universitas Sumatera Utara


83

b. melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja

Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a yang sesuai dengan

kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi

tenaga kerja asing yang menduduki jabatan direksi dan/atau komisaris

Pasal 46

(1) Tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi

personalia dan/atau jabatan-jabatan tertentu.

(2) Jabatan-jabatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur

dengan Keputusan Menteri.

Pasal 47

(1) Pemberi kerja wajib membayar kompensasi atas setiap tenaga kerja asing

yang dipekerjakannya.

(2) Kewajiban membayar kompensasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

tidak berlaku bagi instansi pemerintah, perwakilan negara asing, badan-

badan internasional, lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan jabatan-

jabatan tertentu di lembaga pendidikan.

(3) Ketentuan mengenai jabatan-jabatan tertentu di lembaga pendidikan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.

(4) Ketentuan mengenai besarnya kompensasi dan penggunaannya diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

Universitas Sumatera Utara


84

Pasal 48

Pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memulangkan

tenaga kerja asing ke negara asalnya setelah hubungan kerjanya berakhir.

Pasal 49

Ketentuan mengenai penggunaan tenaga kerja asing serta pelaksanaan

pendidikan dan pelatihan tenaga kerja pendamping diatur dengan Keputusan

Presiden.

Dengan adanya peraturan UU No.13 Tahun 2003, maka perusahaan

memiliki acuan jabatan-jabatan apa saja yang dilarang (closed list) dan harus

diperhatikan oleh si pemberi kerja sebelum mengajukan penggunaan tenaga

kerja asing. Selain harus mentaati ketentuan tentang jabatan, juga harus

memperhatikan standar kompetansi yang berlaku. Ketentuan tentang jabatan

dan standar kompetensi didelegasikan ke dalam bentuk Keputusan Menteri.

Namun dalam prakteknya, kewenangan delegatif maupun atributif ini belum

menggunakan aturan yang sesuai dengan UU No.13 Tahun 2003.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian yang dilakukan peneliti adalah riset

penelitian hanya dilakukan di sebatas area lingkup daerah Sumatera Utara

sesuai dengan judul tesis yang terdaftar di DIKTI, sementara dengan

Universitas Sumatera Utara


85

keterbatasan waktu peneliti dan informan yang selalu mendapatkan dinas

keluar negeri menyebabkan waktu mengembangkan penelitian kurang.

Kesulitan dalam mendapatkan informan kunci pun sulit karena judul terlalu

sensitif dan banyak perusahaan yang menolak untuk diwawancari tenaga

ekpatriat yang mereka punya.

Karena kesulitan judul yang terlalu sensitif mengakibatkan dari

seluruh perusahaan yang telah dimintai persetujuan untuk melakukan

penelitian mengakibatkan tak ada satupun perusahaan yang mau memberikan

izin serta informasi yang berkaitan dengan judul tesis tersebut. Kemudian

karena keterbatasan tersebut dan perusahaan menolak untuk jalur formal

maka penulis melakukan penelitian dengan jalur informal dengan menjumpai

dan menunggu pulang informan tersebut diluar jam kerja mereka serta

meminta tolong agar mau diminta informasi tentang apa saja yang berkaitan

dengan judul tesis ini.

Kesulitan lain yag didapat adalah waktu informanyang selalu

berubah ketika diminta untuk melakukan wawancara dimana informan sangat

sibuk karena grade/jabatan mereka yang sudah tinggi seperti supervisior

apalagi mereka berasal dari luar kota Medan. Kesulitan – kesulitan ini lah

yang membuat durasi pengerjaan penelitian ini menjadi sangat rumit.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kebijakan kompensasi tenaga kerja asing (ekspatriat) pada perusahaan

multinasional terdapat perbedaan kebijakan berdasarkan sistem manajemen

kompensasi yang diterapkan oleh perusahaan induk perusahaan masing-

masing. Ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam

menentukan kebijakan kompensasi ekspatriat yaitu :

1. Total Kompensasi

a. Kontribusi untuk pensiun dan tabungan negara tuan rumah dan / atau

tuan rumah rencana. Jika organisasi Anda sedang libur pensiun, maka

karyawan harus melaporkan nilai kontribusi yang mendasarinya

pembayaran

b. Paket perawatan kesehatan (mis. Premi asuransi kesehatan), panjang

istilah pertanggungan cacat, asuransi kecelakaan

c. Asuransi jiwa dan kontribusi manfaat kematian

2. Manajemen Karyawan Ekspatriat

a. Jumlah karyawan dalam organisasi yang terutama terlibat dalam

manajemen dan administrasi tugas internasional

b. Karyawan yang menghabiskan kurang dari 50% dari waktunya untuk

manajemen ekspatriat dan / atau administrasi

3. Biaya Outsourcing Ekspatriat

86

Universitas Sumatera Utara


87

a. Semua biaya dibayarkan kepada pihak luar untuk manajemen orang

asing kegiatan, mis. layanan relokasi, imigrasi, pencarian rumah,

pelatihan budaya, layanan pajak, persiapan penggajian

b. Tidak termasuk PPN, pajak penjualan, atau pajak pertambahan nilai

serupa lainnya biaya yang berlaku untuk biaya yang dibayarkan kepada

penyedia pihak ketiga.

4. Manajemen Biaya Ekspatriat

a. Total kompensasi dan biaya manfaat untuk manajemen pendatang para

karyawan

b. Semua biaya outsourcing ekspat

c. Investasi dalam pembelajaran dan pengembangan

d. Biaya internal dari unit bisnis lain atau fungsi untuk mendukung fungsi

manajemen pendatang

e. Overhead, mis. fasilitas, material, sewa, peralatan dan biaya penyusutan

untuk pembelian

f. Untuk total kompensasi dan biaya manfaat bagi mereka yang terlibat

dalam manajemen ekspatriat, mendapatkan kompensasi yang sama dan

angka manfaat jangka panjang

5. Tugas- terkait belajar dan pengembangan (L&D) investasi

a. Biaya pelatihan budaya pra-penugasan (baik secara internal sumber

daya atau disediakan secara eksternal)

b. Biaya pelatihan bahasa

Universitas Sumatera Utara


88

c. Semua biaya dibayarkan kepada pihak eksternal untuk pembelajaran

terkait penugasan dan pengembangan

d. Biaya pelatihan terkait dengan pengiriman kegiatan pelatihan teknis

misalnya penggunaan sistem luar negeri

e. Kecualikan ekspatriat yang telah mentransfer antara dua tugas atau

lebih selama tahun ini tetapi yang belum kembali ke negara asalnya

6. Tunjangan Ekspat

a. Perusahaan mobil / tunjangan mobil: termasuk semua biaya

operasional, sewa biaya, dan biaya penyusutan yang dikeluarkan, tetapi

bukan harga beli

b. Tunjangan mobilitas, tunjangan cuti rumah, pengiriman barang pribadi,

penyimpanan sementara dan jangka panjang

c. Tunjangan sewa dan / atau akomodasi

d. Biaya sekolah atau uang sekolah

e. Premi kesulitan, tunjangan lokasi, penyediaan pengemudi dan / atau

keamanan

f. Biaya perjalanan lihat-lihat 'sebelum penugasan

g. Biaya pemerataan pajak (mis. Perbedaan antara negara tuan rumah

Biaya pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja membayar pajak

hipotetis yang diambil karyawan

h. Banyak organisasi menawarkan menu item manfaat yang

panjang,ntermasuk paket manfaat yang fleksibel. Definisi kami

memberikan rincian hanya contoh yang paling umum, tetapi Anda harus

Universitas Sumatera Utara


89

melaporkannyanbiaya semua pengeluaran terkait tugas yang berlaku di

bawah Anda program relokasi

Berdasarkan hasil penelitian Analisa Kebijakan Ekspatriat maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Tenaga Kerja Asing yang bekerja di Indonesia merupakan rekomendasi

dari perusahaan yang berada di negara asalnya agar bisa memajukan dan

meningkatkan produktifitas perusahaan serta target yang dicapai oleh

perusahaan.

b. Banyaknya kompensasi yang diterima oleh ekspatriat kebanyakan adanya

tunjangan/fasilitas yang mereka terima dari perusahaan karena

mempertimbangkan adanya rasa mereka meninggalkan negara asal dan

keluarga demi tercapainya target perusahaan.

c. Kebijakan kompensasi di setiap perusahaan berbeda-beda. Ada yang

menggunakan kebijakan skala pusat dan ada juga yang menggunakan

kebijakan negoisasi berdasarkan daerah teritorial lintas Negara.

d. Dengan adanya investasi besar-besaran yang telah di regulasikan oleh

Pemerintah menyebabkan semakin banyak juga tenaga kerja asing

(ekspatriat) yang bekerja di Indonesia.

e. Belum terlaksananya sistem pendampingan tenaga kerja asing (ekspatriat)

yang dilakukan oleh Pemerintah sehingga transfer ilmu dan teknologi yang

diharapkan agar membantu perkembangan pemikiran tenaga kerja

Indonesia dapat berjalan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


90

f. Belum adanya UU yang mengatur secara jelas bagaimana standar

penentuan kebijakan kompensasi yang diterima oleh tenaga kerja asing

(ekspatriat) sehingga banyak perusahaan yang mengikuti kebijakan dari

perusahaan induk (pusat).

5.2 Saran

Adapun saran agar melengkapi penilitian ini adalah

a. Bagi Pemerintah : Adanya pengawasan yang ketat dari Pemerintah

terhadap peraturan yang telah dibuat pada perusahaan yang

memperkerjakan ekspatriat di Indonesia.

b. Bagi Pekerja : Agar para pekerja domestik memanfaatkan knowledge yang

dimiliki oleh ekspatriat sehingga pekerja domestik tidak ketinggalan dalam

penguasaan di bidang ilmu dan teknologi.

c. Bagi Perusahaan : Adanya transparansi dan standar kebijakan kompensasi

ekspatriat yang jelas agar mengetahui penetapan kebijakan kompensasi

antar pekerja eskpatriat yang diberlakukan di perusahaan tenaga kerja

asing (ekspatriat) tersebut

d. Bagi Peneliti : Melanjutkan penelitian dengan menambahkan variabel

Indikator Prestasi Kerja agar didapat penetapan kebijakan kompensasi

standar global yang diterapkan dalam penetapan kebijakan kompensasi

ekspatriat.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan, (2003), Analisis Data Penelitian Kualitatif ; Pemahaman


Filosofis dan Metodologis kearah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta :
PT. RajaGrafindopersada.
Bussin, Mark, (2015), Expatriate Compensation. Randburg. Knowres
Publishing(Pty) :Ltd
Furchan, A. (1992). Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif. Surabaya -
Indonesia: Usaha Nasional.
Hamid, P. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press.
Hamidi, D. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press.
Hasibuan, M. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Mangkunegara, P. A. (2000). Evalusasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Revika Aditaman .
Marwansyah. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kedua. Jakarta:
Alfabeta.
McKenna, E. &. (1995). The Essence of Human Resource Management,. Prentice
Hall International : Ltd.
Milkovich, G.T., Newman, J.M. 2005. Compensation, 8th edition,. Homewood,
IL:Irwin
Morgan, CT., dkk (1986) Intoduction to psychology (7 th Ed.) Singapore;
McGraw Hill Book Co 17
Nasution, H. (2008). Proses Pengolahan Sumber Daya Manusia. Medan: USU
Press.
Nasution, H. (2015). Pengelolaan Modal Manusia. Medan: USU Press.
Nasution, H. (2007). Proses Pengelolaan SDM Berdasarkan Kompetensi. Medan:
USU Press.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia.Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
Putra, D. N. (2013). Metode Penlitian Kualitatif Manajemen. Kota Depok: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA.
Robbins, S. P. (2006). Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh. Jakarta: PT. Indeks
Kelompok Gramedia.
Santoso, S. (2002). Buku latihan SPSS statistik multivariat / Singgih Santoso.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sastrohadiwiryo. (2005). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Schuler, Randall S Dn Susan E. Jackson. 1999. Manajemen Sumber Daya
Manusia Menghadapi Abad ke-21,edisi ke-6, jilid 2. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Sinulingga, S. (2018). Analisis Lingkungan Bisnis Edisi 4. Medan: USU Press.
Sinulingga, S. (2018). Metode Penelitian. Medan: USU Press.

91

Universitas Sumatera Utara


92

Sopiah, D. M. (2008). Perilaku Organisasional. Yogyakarta: ANDI.


Spencer, L. M. (1993). Competence Work Modes for Superior Performance. John
Wiley and Sons, Inc.
Sugiono. (2001). Metode Penelitian. Bandung: CV Alfa Beta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV Alfa Beta.
Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai