SKRIPSI
OLEH :
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini. Laporan hasil penelitian ini
disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program
studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
1. Kepada Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe,Sp.S(K), selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas SumateraUtara.
2. Kepada Dr.dr Bugis Mardina M.Ked (Ped) Sp.A(K) selaku dosen pembimbing yang
telah sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan
mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusun penelitian, pelaksanaan di lapangan,
sehingga selesainya laporan hasil penelitian ini.
3. Kepada dr. Aridamuriany Dwiputri M.Ked (Ped) Sp.A(K) dan dr. Tengku Helvi
Mardiani M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan
yang membangun untuk penelitian ini.
4. Kepada orangtua penulis, Drs. Revindo Salomo Bangun dan Rosminawati Br Purba
serta kakak penulis Jesika Mutia Bangun, adik penulis Yolanda Patricia Bangun, dan
Nikita Perbina Bangun yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis.
6. Kepada teman seperjuangan dalam iman dan kelompok kecil, Abangda Gideon
Silalahi, Timothy Gershon Situmorang, Enda Agustina, Erika Siallagan, Ayu
Hutagaol.
7. Kepada keluarga persekutuan CG 45, kak Gabriella Pardede, Darwin tan, Meysani,
Steffani, Veronica tan, Beatrice, Ci Agek dan seluruh anggota persekutuan.
ii
Penulis menyadari bahwa penulisan laopran hasil penelitian ini masih belum
sempurna, baik dari segi materi maupum tata cara penulisannya. Oleh kerena itu,
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini dikemudian hari.
iii
Halaman
Halaman Pengesahan ........................................................................ i
Kata Pengantar ................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................. iv
Daftar Gambar ................................................................................... vi
Daftar Tabel ...................................................................................... vii
Daftar Lampiran ................................................................................ viii
Daftar Singkatan ................................................................................ ix
Abstrak .............................................................................................. x
Abstract .............................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tidur.................................................................................. 5
2.1.1 Definisi Tidur ........................................................... 5
2.1.2 Siklus Tidur............................................................... 5
2.1.3 Regulasi Tidur........................................................... 6
2.1.4 Fase dan TahapanTidur ............................................. 7
2.1.5 Fungsi Tidur .............................................................. 9
2.2 Kualitas Tidur
2.2.1 Definisi Kualitas Tidur.............................................. 11
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur……… 12
2.2.2.1 Jenis Kelamin .................................................... 13
2.2.2.2 Kafein................................................................ 13
2.2.2.3 Merokok ............................................................ 14
2.2.2.4 Kebiasaan Olahraga .......................................... 15
2.2.2.5 Obat dan Zat ..................................................... 16
2.2.2.6 Gaya Hidup dan Stress Emosional.................... 16
2.2.2.7 Lingkungan ....................................................... 17
2.2.2.8 Makanan atau Asupan Kalori............................ 18
2.2.2.9 Usia ................................................................... 18
2.2.3 Kualitas Tidur pada Mahasiswa Kedokteran ............. 19
2.2.4 Pittsburgh Sleep Quality Index .................................. 19
2.3 Kerangka Teori ................................................................ 20
2.4 Kerangka Konsep ............................................................. 21
iv
vi
vii
viii
ix
Latar Belakang. Kualitas tidur memegang peran penting dalam siklus hidup mahasiswa karena
mahasiswa mengahabiskan sepertiga waktu nya untuk tidur. Penelitian sebelumnya menunjukkan
tingginya kejadian kualitas tidur yang buruk pada mahasiswa kedokteran. Tahun akademik 2020/2021
mahasiswa kedokteran mengalami beberapa perbedaan sistem belajar oleh karena protokol kesehatan
covid-19 dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran kualitas tidur pada mahasiswa tahap akademik tingkat awal di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara tahun akademik 2020/2021. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel penelitian ini dengan
metode simple random sampling. Kuesioner yang digunakan sebagai alat bantu dalam penelitian ini
adalah kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil. Dari 100 mahasiswa pada penelitian
ini 84% memiliki kualitas tidur yang buruk. Berdasarkan jenis kelamin, mahasiswa laki-laki (21,8%)
memiliki kualitas tidur yang lebih baik dibandingkan dengan perempuan. Berdasarkan kebiasaan
merokok, mahasiswa bukan perokok (16.2%) memiliki kualitas tidur yang lebih baik dibandingkan
dengan perokok. Berdasarkan kebiasaan berolahraga, mahasiswa yang rutin berolahraga (33,3%)
memiliki kualitas tidur yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang jarang berolahraga.
Berdasarkan kebiasaan meminum kopi, mahasiswa yang rutin meminum kopi (19,4%) memiliki
kualitas tidur yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang jarang meminum kopi. Saran.
Mahasiswa kedokteran disarankan agar dapat membagi waktunya secara efisien dan memperhatikan
kualitas tidurnya sebagai upaya peningkatan kemampuan akademik dan terhindar dari penyakit.
Background. Sleep is an active process that take an important role in life. Sleep quality plays an
important role in the student life cycle because students spend one third of their time to sleep. Previous
research has shown a high prevalence of college students who have poor sleep quality. Academic year
2020/2021 medical students experience several differences in learning systems due to the Covid-19
health protocol with distance learning (PJJ). Objective. This study aims to determine the quality of
sleep in early-level academic students at the Faculty of Medicine, University of North Sumatra in the
academic year 2020/2021. Method. This research is a descriptive study with a cross-sectional
approach. The sampling technique used in this research was simple random sampling. The
questionnaire used as a tool in this study is the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire.
Result. From the study it can be conclude of the 100 students in this study 84% had poor sleep quality.
Based on gender, male students (21.8%) had better sleep quality than women. Based on smoking
habits, non-smokers (16.2%) had better sleep quality than smokers. Based on exercise habits, students
who regularly exercise (33.3%) have better sleep quality than students who rarely exercise. Based on
the habit of drinking coffee, students who drank coffee regularly (19.4%) had better sleep quality than
students who rarely drank coffee. Suggestion. Medical students are advised to be able to divide their
time efficiently and pay attention to the quality of their sleep as an effort to improve their academic
abilities and avoid diseases.
xi
PENDAHULUAN
Tidur merupakan suatu proses aktif, bukan sekadar hilangnya keadaan terjaga
namun, tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang selama tidur. Oleh karena
itu, faktor kualitas dan kuantitas tidur sangat penting untuk seseorang individu
memperoleh tidur yang cukup. Kualitas tidur adalah suatu kondisi yangdijalani oleh
seseorang sehingga mendapatkan kesegaran dan kebugaran saat bangun dari tidurnya
sedangkan kuantitas tidur merupakan jumlah jam tidur normal yang diperlukan sesuai
kebutuhan. Sebenarnya, kebutuhan tidur pada remaja dan dewasa muda semakin
meningkat, sedangkan pada usia tersebut umumnya mengalami sejumlah perubahan
yang sering kali mengurangi waktu tidur. Tuntutan gaya hidup, kuliah, kegiatan sosial
setelah kuliah menekan waktu yang tersedia untuk tidur (Lumantow et al., 2016).
Saat ini sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk
dapat menempatkan mahasiswa di bawah pengaruh negatif dari gangguan fungsi
kognitif, kinerja akademis yang buruk, depresi, konsumsi alkohol, dan perilaku bunuh
diri. (Zhou et al., 2015).
1
Universitas Sumatera Utara
(BRFSS) pada tahun 2009 didapatkan bahwa 74.571 responden dewasa dari 12 negara
menyatakan 35,3% mengalami jam tidur kurang dari 7 jam selama periode 24 jam,
37,9% dilaporkan tidak sengaja tertidur disiang hari, dan 4,7% melaporkan
mengantuk pada siang hari. Hal ini berakibat pada terganggunya aktivitas di siang
hari dikarenakan rasa kantuk dan lelah yang berlebih (CDC, 2008).
Terdapat beberapa hal yang berbeda pada tahun akademik 2020/2021 terkait
Keputusan Bersama 4 Menteri Nomor 01/KB/2020 tanggal 15 Juni 2020 tentang
Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada tahun akademik 2020/2021 dan Tahun
Akademik 2020/2021 di masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang
menetapkan proses kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Oleh karena itu,
berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti gambaran kualitas
tidur pada mahasiswa tahap akademik tingkat awal Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara tahun akademik 2020/2021.
2
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah
3
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tidur
2.1.1.Definisi Tidur
Tidur adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia dan memegang peranan
penting dalam perkembangan anak. Tidur tidak hanya berdampak pada
perkembangan fisik dan emosional namun juga sangat erat hubungannya dengan
fungsi kognitif pembelajaran dan atensi. Pada kondisi istirahat dan tidur, ini
memberikan fungsi homeostatik bagi tubuh yang bersifat menyegarkan dan sangat
penting untuk termoregulasi normal dan penyimpanan energi (Kaplan dan Sadock,
2015).
Tidur merupakan bagian dari ritme sirkardian tubuh, jika seseorang terbiasa
untuk tidur tepat waktu dan teratur maka tubuh akan berespon pada hari berikutnya
agar orang tersebut tidur dalam waktu yang sama, jadi ritme sirkardian adalah proses
biologis yang muncul secara teratur dalam siklus 24 jam (Feldman, 2012). Tidur juga
merupakan suatu proses aktif, bukan sekadar hilangnya keadaan terjaga. Tingkat
aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang selama tidur. Selama tahap-tahap tertentu
tidur, penyerapan oksigen oleh otak bahkan meningkat melebihi tingkat normal
waktu terjaga (Sherwood, 2015).
5
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Siklus Tidur
Nukleus pada batang otak dan hipotalamus penting selama transisi siklus
bangun-tidur. Perangsangan pada formasio retikularis midbrain dan hypotalamus
posterior menghasilkan keadaan bangun, sementara untuk menghasilkan tidur
diperlukan perangsangan pada hipotalamus anterior dan daerah di sekitar basal
forebrain. Nukleus pada batang otak ini merupakan bagian dari sistem aktivasi
retikular (Barrett dkk, 2010).
Keadaan terjaga atau bangun juga sangat dipengaruhi oleh sistem ARAS
(Ascending Reticulary Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang
tersebut dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam
6
Universitas Sumatera Utara
keadaan tidur. Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter
seperti serotonin, norepinefrin, asetilkolin, histamin, dan dopamin (Japardi,2002).
7
Universitas Sumatera Utara
senilai atau kurang dari 2 Hz dan dapat berlangsung selama 20-40 menit (Bear et
al.,2016).
Pada fase REM, terdapat gerakan cepat mata meskipun sedang dalam
keadaan tidur. Fase ini berhubungan dengan mimpi yang terasa nyata dan gerakan
aktif dari otot penggerak mata. Namun tonus otot lainnya menurun drastis dan
frekuensi denyut jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur. Pada keadaan inhibisi
otot perifer ini, gerakan otot ireguler masih dapat terjadi (Guyton dan Hall,2016).
Gambaran EEG pada fase REM menunjukkan gelombang yang mirip dengan
keadaan sadar atau bangun. Otak berada dalam keadaan yang sangat aktif dan
metabolisme otak meningkat hingga 20 persen. Fase ini disebut sebagai fase
paradoksikal dikarenakan adanya gambaran yang aktif pada kerja otak meskipun
dalam keadaan tidur (Guyton dan Hall, 2016).
Fase REM berlangsung selama 5 hingga 30 menit dan mencakup 25 persen
dari waktu tidur orang dewasa. Saat tubuh dalam keadaan mengantuk, maka fase ini
akan lebih singkat atau tidak terjadi sama sekali. Sebaliknya, saat dalam keadaan
istirahat yang cukup, maka fase ini akan lebih lama (Guyton dan Hall, 2016).
Dari penyelidikan Aden (2012) Perubahan perubahan aktivitas otak selama
tidur tercatat oleh electroencephalograph, didapatkan 2 fase dari tidur, yaitu:
A. Non Rapid Eye Movement (NREM) Tidur yang dibutuhkan untuk istirahat
fisik. Tidur tipe NREM mempunyai tahap-tahap, yaitu :
Tahap pertama, aktivitas otak sama seperti seseorang yang terjaga,di mana ia
mulai merasa mengantuk, tetapi masih sadar terhadap keributan dan suara
disekitarnya.
Tahap kedua, gelombang otak menjadi lebih lambat dan bertambah besar dan
orang tersebut menjadi rileks. Pada tahap ini sudah lebih sulit untuk
membangunkan orang tersebut.
8
Universitas Sumatera Utara
Tahap ketiga, gelombang seseorang menjadi lebih besar dan lebih lambat,
yang dikenal dengan gelombang delta. Seseorang akan merasakan suasana
rileks yang mendalam dimana ia sama sekali tidak sadar terhadap apa yang
terjadi di sekitarnya. Inilah yang disebut tidur yang nyenyak.
Tahap keempat, di mana gelombang delta, terkait dengan tidur dalam, mulai
terjadi, sementara gelombang delta mendominasi di tahap 4. Pada tahap ini
seseorang sulit untuk dibangunkan
9
Universitas Sumatera Utara
siang. Gangguan ini akan meningkatkan angka kejadian infeksi dan penyakit lain
yang berhubungan dengan sistem imun (Perumal et al, 2007).
Manfaat lain dari tidur yang juga didapat pada penelitian terhadap hewan
coba yaitu tidur penting untuk proses belajar dan penguatan memori. Peningkatan
proses belajar tidak mengalami kemajuan jika tidak mencapai periode gelombang
lambat bersama tahap REM (Bareth et al, 2010).
Tidur diperlukan tubuh secara rutin untuk pemulihan proses biologis tubuh.
Proses biologis tubuh terjadi pada tahap 4 NREM dimana saat gelombang tidur
lambat dan dalam, tubuh melepaskan hormon pertumbuhan untuk perbaikan dan
perbaharuan sel epitel dan sel-sel khusus seperti sel-sel otak (Jones, 2005 dalam
Potter dan Perry, 2010). Selain itu, tidur juga dapat menghemat energi tubuh karena
saat tidur otot-otot rangka semakin rileks, kontraksi otot tidak terjadi sehingga
mempertahankan energi kimia untuk proses seluler. Tidur REM berhubungan dengan
perubahan aliran darah otak, peningkatan aktivitas korteks, peningkatan konsumsi
oksigen, dan pelepasan epinefrin. Gabungan aktivitas tersebut dapat membantu
penyimpangan memori dan proses belajar sehingga menjadi penting untuk menjaga
jaringan otak dan pemulihan kognitif. Selain itu, hilangnya tidur REM dapat
menyebabkan perasaan bingung dan curiga. Tidur selama ini dipercaya berkontribusi
dalam menjaga kondisi fisiologis dan psikologis. Tidur nyenyak dapat bermanfaat
dalam mempertahankan fungsi jantung, tekanan darah, pernafasan, dan otot (Potter
dan Perry, 2010). Colten dan Altevogt (2006) menyebutkan bahwa beberapa
perubahan fisiologis yang terjadi selama tidur, yakni:
Kardiovaskuler : mengalami perubahan pada denyut jantung dan tekanan
darah terkait dengan aktivitas dari sistem saraf otonom. Aktivitas sistem saraf
simpatik, mengalami penurunan selama fase tidur REM.
Aliran darah otak : Tidur NREM memiliki hubungan dengan penurunan aliran
darah dan metabolisme. Peningkatan aliran darah dan metabolisme pada otak
10
Universitas Sumatera Utara
terjadi saat seseorang tidur. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya
respon emosi dan fungsi visual yang berhubungan dengan sistem limbik.
Pernafasan : frekuensi pernasan dan fungsi ventilasi mengalami perubahan
yang terjadi selama seseorang tidur dan mengalami peningkatan menjadi
lebih cepat terutama saat fase tidur REM.
Ginjal : terjadi penurunan ekskresi kalium, natrium, kalsium, klorida, dan
penurunan aliran urine. Ginjal yang mengalami perubahan fungsi secara
kompleks ditunjukkan dengan terjadinya perubahan aliran darah ginjal, filtrasi
glomerulus, sekresi hormon, dan stimulasi saraf simpatik.
Endokrin : diantaranya berhubungan dengan hormon pertumbuhan (GH),
hormon tiroid, dan sekresi hormon melatonin. Sekresi GH terjadi beberapa
jam setelah tidur, sekresi hormon tiroid terjadi saat menjelang tengah malam,
sedangkan hormon melatonin yang berperan dalam menekan rasa kantuk
terjadi karena adanya pengaruh aktivitas suprachiasmatic nucleus (SCN)
dipengaruhi siklus keadaan gelap dan terang.
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur yang dapat diukur
melalui beberapa aspek seperti jumlah waktu tidur, hambatan memulai tidur waktu
terbangun, efisiensi tidur dan keadaan yang mengganggu saat tidur (Sutrisno et al.,
2017). Saat seseorang mencapai tahap dewasa, mereka cenderung memerlukan waktu
tidur 7-9 jam per hari. Sedangkan lanjut usia cenderung memerlukan waktu 7-8 jam
per hari dengan tidur siang yang lebih sering pada siang hari. Waktu untuk tidur pada
orang dewasa kebanyakan bervariasi dari tiap orang ke orang, dan umumnya berkisar
5 sampai 11 jam (Hirshkowitz et al., 2015).
Kualitas tidur merupakan fenomena yang sangat kompleks yang melibatkan
berbagai aspek, antara lain, penilaian terhadap durasi tidur, gangguan tidur, onset
11
Universitas Sumatera Utara
tidur, gangguan pada siang hari, efisiensi tidur, kualitas tidur subjektif, dan
penggunaan obat tidur. Jadi apabila salah satu dari ketujuh aspek tersebut terganggu
maka akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tidur (Buysse et al., 1989
dalam Bush et al.,2012). Aspek kuantitatif termasuk lamanya waktu tidur, sedangkan
kualitatif tidur merupakan aspek subjektif dari kedalaman tidur dan perasaan segar
pada saat bangun tidur (Lemma dkk, 2012).
Kualitas tidur mencakup elemen-elemen yang merefleksikan kepuasaan
individual terhadap tidurnya dan mendasari kualitas tidur. Hal ini mengkorelasikan
penilaian kualitas tidur sendiri dengan parameter lainnya seperti faktor lingkungan,
waktu tidur, kelakuan, intervensi farmakologis, dan ada atau tidaknya gangguan tidur
(Ohayon et al., 2017). Kualitas tidur memiliki hubungan dengan jenis kelamin,
kondisi medis yang menyertai, tingkat depresi, kelelahan dan kecemasan. Hal ini
mungkin berhubungan dengan etnis, lokasi geografis, gaya hidup, dan kebudayaan
(Shim dan Kang,2017).
Penilaian kualitas tidur dapat menggunakan kuesioner Pittsburgh
SleepQuality Index (PSQI). Pittsburgh Sleep Quality Index terdiri dari berapa
pertanyaan. Penilaian terhadap pertanyaan yang dijawab sendiri menghasilkan 7 nilai
komponen terhadap kualitas tidur. Skor setiap komponen memiliki rentang dari 0
sampai 3. Skor tiap komponen dijumlahkan untuk menilai skor total. Nilai kualitas
tidur yang baik apabila total skor ≤ 5. Sedangkan nilai kualitas tidur yang buruk
apabila total skor > 5 (Buysse et al., 1989 dalam Bush et al., 2012).
12
Universitas Sumatera Utara
tidaknya menderita suatu penyakit, aktivitas yang dilakukan saat siang hari, obat dan
makanan yang dikonsumsi saat siang hari dan lainnya (William, 2013).
Menurut National Sleep Foundation (2013) ada beberapa hal yang dapat
meningkatkan kualitas tidur, yaitu: Memelihara jadwal tidur dan bangun teratur
termasuk di akhir pekan. Menciptakan suasana kamar tidur yang kondusif, gelap,
tenang, nyaman dan sejuk. Tidur di kasur dan bantal yang nyaman. Menyelesaikan
makan setidaknya 2-3 jam sebelum jadwal tidur sehari-hari. Berolahraga rutin.
Hindari kafein, nikotin, dan alkohol menjelang waktu tidur.Berikut faktor faktor yang
mempengaruhi kualitas tidur :
13
Universitas Sumatera Utara
2.2.2.2 Konsumsi Kafein
14
Universitas Sumatera Utara
keadaan tidur, semua syaraf dan organ manusia berelaksasi, bahkan detak jantung pun
berdenyut lambat. Nikotin di dalam rokok akan memacu hormon dopamin di dalam
tubuh manusia. Dimana hormon dopamin tersebut berfungsi untuk memberikan
sensasi rasa senang, bahagia, merasa segar dan tidak mengantuk, meningkatkan
konsentrasi, daya pikir, dan daya ingat. Oleh sebab itu, ketika hormon ini terpacu
untuk meningkatkan fungsinya, maka syaraf-syaraf di dalam tubuh manusia, baik
syaraf simpatik maupun parasimpatik, akan menegang atau berkontraksi tergantung
dari dosis stimulus yang di berikan untuk memicu hormon dopamin tersebut. Dalam
saat yang sama, hormon serotonin (kebalikan dari hormon dopamin) akan sedikit
bekerja atau bahkan tidak bekerja sama sekali (Julianto, et al. 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh McNamara dkk (2013) mereka menemukan
bahwa 11,9% dari perokok sulit untuk tidur, 10,6% bangun di malam hari dan 9,5%
bangun terlalu pagi. Angka-angka untuk bukan perokok jauh lebih rendah dan dalam
penelitian ini secara signifikan menemukan bahwa mereka yang telah berhenti
merokok melihat peningkatan dalam tidur mereka. Para peneliti juga menemukan
bahwa untuk setiap batang rokok yang dihisap menurunkan jumlah waktu tidur
sebesar 1,2menit. (Namara, et al 2013)
15
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.5 Obat dan Zat
Kantuk, insomnia, dan kelelahan sering terjadi sebagai akibat langsung dari
obat umum yang diresepkan. Obat yang diresepkan untuk tidur sering menyebabkan
lebih banyak masalah daripada manfaat. Lansia mengkonsumsi obat untuk
mengontrol dan mengobati penyakit kronis, dan efek gabungan beberapa obat bias
sangat mengganggu tidur. Salah satu substansi yang mendukung terjadinya tidur di
banyak orang adalah L-triptofan, protein alami yang banyak ditemukan di makanan
seperti susu, keju dan daging. Berikut beberapa jenis obat/zat dan pengaruhnya pada
tidur:
Hipnotik : Mengganggu pencapaian tahap tidur yang lebih dalam pemberian
sementara ( 1 minggu ) meningkatkan kuantitas tidur. Pada akhirnya menyebabkan
mabuk pada siang hari, mengantuk berlebihan, kbingungan, penurunan energi.
Antidepresan dan stimulan menekan REM Mengurangi total waktu tidur.
Alkohol mempengaruhi kecepatan fase tidur Mengurangi tidur REM
Membuat seseorang terjaga pada malam hari dan menyebakan kesulitan untuk
tidur kembali.
Kafein mencegah orang tertidur Penyebab orang terbangun di malam hari
menggangu tidur REM.
Diuretik menyebabkan terbangun di malam hari akibat nokturia.
Beta-adrenergic blockers : memicu mimpi buruk, Insomnia, terbangun dari
tidur.
Benzodiazepin mengubah tidur REM Meningkatkan waktu tidur
meningkatkan rasa kantuk di siang hari.
Narkotik : Menekan REM, meningkatnya rasa kantuk di malam hari.
Antikonvulsan : Penurunan waktu tidur REM Menyebabkan pusing di siang
hari (Potter dan Perry, 2010).
16
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.6 Gaya Hidup dan Stres Emosional
2.2.1.7 Lingkungan
17
Universitas Sumatera Utara
pasien mengalami peningkatan total waktu bangun, sering terbangun, serta
menurunkan tidur REM dan total waktu tidur (Potter dan Perry, 2010).
Makanan besar, berat atau makanan pedas pada malam hari sering
mengakibatkan gangguan pencernaan yang mengganggu tidur. Kafein, alkohol, dan
nikotin yang dikonsumsi di malam hari menghasilkan insomnia. Kopi, teh, cola, dan
coklat yang mengandung kafein dan xanthenes menyebabkan keadaan tidak dapat
tidur.
Kehilangan atau penambahan berat badan dapat memengaruhi pola tidur.
Berat badan berkontribusi pada apnea tidur obstruksi karena terjadi penignkatan
ukuran struktur jaringan lemak di saluran nafas bagian atas. Berat badan
menyebabkan insomnia dan penurunan jumlah tidur. Gangguan tidur tertentu
merupakan hasil diet semi-lapar yang populer di masyarakat peduli berat badan.
2.2.1.9 Usia
Pola tidur remaja perlu perhatian lebih karena berhubungan pada performa
sekolah. Pada 20 tahun terakhir ini, para peneliti mengenai tidur menyadari perbedaan
perubahan pola tidur pada remaja. Perubahan tersebut ialah jam biologis remaja atau
disebut irama sirkadian. Pada permulaan masapubertas, fase tidurnya menjadi telat.
Untuk terjatuh tidur menjadi lebih malam dan bangun tidur lebih telat pada pagi hari.
Dan remaja tersebut lebih waspada pada malam hari dan menjadi lebih susah tidur
(Nuraini, 2011). Pada lansia terbangun lebih sering pada malam hari dan memerlukan
banyak waktu agar dapat tidur kembali. Kecenderungan untuk tidur siang tampaknya
semakin terjaga di malam hari (Potter dan Perry, 2010).
Penelitian yang dilakukan Gunathi dan Diniari di Universitas Undayana
terhadap responden yang berusia 14-20 didapati bahwa usia memiliki hubungan yang
signifikan dengan terjadinya kesulitan tidur (Gunanthi dan Diniari, 2015).
18
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Kualitas Tidur pada Mahasiswa Kedokteran
PSQI terdiri dari 19 butir pertanyaan yang meliputi tujuh komponen, yakni
kualitas tidur secara subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan
tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi pada siang hari. Setiap dari nilai
komponen tujuh tersebut diberi bobot yang sama dengan skala 0-3, 0 menunjukkan
tidak ada kesulitan dan 3 menunjukkan kesulitan yang parah. Jumlah skor untuk nilai
tujuh komponen ini akan menghasilkan satu skor secara keseluruhan, mulai dari 0
hingga 21. Skor yang lebih tinggi menunjukkan kualitas tidur buruk, dan bila skor
PSQI secara keseluruhan > 5 maka seseorang tersebut memiliki kualitas tidur yang
buruk. Dalam menjawab kuesioner PSQI dibutuhkan waktu 5-10 menit. PSQI telah
divalidasi oleh University of Pittsburgh. PSQI telah divalidasi oleh University of
Pittsburgh dengan sensitivitas 89,6% dan spesifisitas 86,5%. Realibilitas kuesioner ini
telah diuji dengan nilai koefisien realibilitas (Cronbach‘s α) sebesar 0,83. (Buysse et
al., 1989 dalam Bush et al., 2012).
19
Universitas Sumatera Utara
2.3. Kerangka Teori
20
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kerangka Konsep
21
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
22
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu
hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2011). Sampel adalah
objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Teknik Pengumpulan Sampel dalam penelitian ini adalah sampel acak sederhana
(simple random sampling) yaitu pengambilan sampel secara acak yang memberikan
peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2017). Sampel
penelitian ini adalah sebagian Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara Tingkat satu tahun akademik 2020/2021 yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Kriiteria inklusi dan eksklusi dalam
penelitian ini adalah:
Kriteria Ekslusi : Kuesioner yang diisi tidak lengkap dan dijawab lebih dari satu
jawaban.
23
Universitas Sumatera Utara
d = Tingkat ketetapan absolut yang ditetapkan
Q =1-P
Maka pada subyek yang dipilih menggunakan nilai P = 0,5 ; zα= 1,96 ; d =
0,10 ; Q: 1-P : 0,5 sehingga besar estimasi sampel pada penelitian ini adalah
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data
yang didapat dengan pengisian kuesioner oleh responden yang dilakukan secara
langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian yaitu Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tingkat pertama tahun akademik 2020/2021.
Kuesioner yang digunakan sebagai alat bantu dalam penelitian ini adalah kuesioner
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang terlah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia. Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) telah di uji validitas dan
reabilitasnya oleh University of Pittsbrugh (Bush et al, 2012)
1) Editing
Dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan data yang diperoleh dari
pengisian kuesioner.
24
Universitas Sumatera Utara
2) Coding
Memberikan kode terhadap data-data yang diperoleh.
3) Entry data
Memasukan data yang telah diperoleh kedalam program SPSS ( Statistical
Package For Social Science ) serta menilai prevalensi kualitas tidur dan
faktor-faktor yang memengaruhi kualitas tidur yang buruk pada siswa dan
siswi.
4) Cleaning
Memeriksa ulang data-data yang dimasukkan.
25
Universitas Sumatera Utara
3.6.3 Kualitas Tidur
Definisi : Mengacu pada aspek kuantitatif dari tidur seseorang, seperti durasi
tidur, latensi tidur, waktu bangun, dan nyenyak /tidurnya
Cara Ukur : analisis kuesioner
Alat Ukur : kuesioner online
Kategori hasil:
o Total skor ≤ 5 : kualitas tidur baik
o Total skor > 5 : kualitas tidur buruk
·Skala Pengukuran : ordinal
26
Universitas Sumatera Utara
3.6.5 Kebiasaan Olahraga
27
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
28
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
Dari tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah responden pria adalah 32
orang (32%), sedangkan jumlah responden wanita adalah 68 orang (68%).
Dari tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang memiliki
kebiasaan rutin berolahraga sebanyak 15 orang (15%), sedangkan yang jarang
berolahraga sebanyak 85 orang(85%).
29
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok.
Dari tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa responden yang tergolong perokok
ringan dan perokok berat tidak ada, perokok sedang sebanyak 1 orang (1%), dan yang
tidak merokok sebanyak 99 orang (99%).
Dari tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang memiliki
kebiasaan rutin meminum kopi sebanyak 31 orang (31%), sedangkan yang jarang
meminum kopi sebanyak 69 orang (69%).
30
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Responden
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat dilihat dari 100 responden yang merupakan
mahasiswa FK USU semester ganjil tahun akademik 2020/2021 sebanyak 16
responden (16%) memiliki kualitas tidur yang baik, sedangkan 84 responden (84%)
memiliki kualitas tidur yang buruk.
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, peneliti juga ingin mengetahui
bagaimana gambaran kualitas tidur berdasarkan kebiasaan merokok, kebiasaan
mengkonsumsi kopi, kebiasaan olahraga, dan jenis kelamin.
Kualitas Tidur
Jenis kelamin Baik Buruk Total
f(n) % f(n) % f(n) %
Laki-laki 7 21,8 25 78,2 32 100
Perempuan 9 13,2 59 86,8 68 100
Dari tabel 4.6 di atas menunjukkan dari responden yang memiliki kualitas tidur
yang buruk, proporsi terbesarnya yaitu sebanyak 86,8% responden perempuan,
sedangkan untuk responden laki-laki sebanyak 78,2% responden. Dari responden
yang memiliki kualitas tidur yang baik, proporsi terbesar responden merupakan laki-
laki yaitu sebanyak 21,8%, sedangkan perempuan sebanyak 13,2%.
31
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Berdasarkan Kebiasaan Merokok.
Kualitas Tidur
Kebiasaan Baik Buruk Total
Merokok
f(n) % f(n) % f(n) %
Bukan perokok 16 16,2 83 83,8 99 100
Perokok ringan - - - - - -
Perokok sedang - - 1 100 1 100
Perokok berat - - - - - -
Dari tabel 4.7 di atas menunjukkan dari responden yang memiliki kualitas tidur
yang buruk, proporsi terbesarnya yaitu sebanyak 100% responden yang merupakan
perokok sedang, sedangkan untuk responden yang bukan perokok sebanyak 83,8%
responden. Dari responden yang memiliki kualitas tidur yang baik, proporsi
responden yang bukan perokok yaitu sebanyak 16,2%. Pada tabel juga dapat kita lihat
bahwa tidak ada responden yang perokok berat dan perokok ringan.
Dari tabel 4.8 di atas menunjukkan dari responden yang memiliki kualitas tidur
yang buruk, proporsi terbesarnya yaitu sebanyak 87,1% responden yang jarang
berolahraga, sedangkan untuk responden yang rutin berolahraga sebanyak 66,7%
32
Universitas Sumatera Utara
responden. Dari responden yang memiliki kualitas tidur yang baik, proporsi terbesar
responden yang rutin berolahraga yaitu sebanyak 33,3%, sedangkan responden yang
jarang berolahraga sebanyak 12,9%.
Kualitas Tidur
Konsumsi Total
Kopi Baik Buruk
f(n) % f(n) % f(n) %
Rutin 6 19,4 25 80,6 31 100
Jarang 10 16,9 59 83,1 69 100
Dari tabel 4.9 di atas, dapat dilihat dari responden yang memiliki kualitas
tidur yang buruk, proporsi terbesarnya adalah 83,1% responden yang memiliki
kebiasaan jarang minum kopi, sedangkan proporsi responden yang memiliki
kebiasaan sering minum kopi sebesar 80,6%. Dari responden yang memiliki kualitas
tidur baik, proporsinya terbesarnya, yaitu 19,4% responden yang memiliki kebiasaan
rutin minum kopi, sedangkan proporsi responden yang memiliki kebiasaan jarang
minum kopi sebesar 16,9%.
4.2. Pembahasan
33
Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan tidur yang buruk, seperti jadwal tidur yang tidak teratur atau terlalu
banyak mengonsumsi kafein dapat mengganggu kualitas tidur Anda. Dalam sebuah
penelitian terhadap mahasiswa, merokok dan konsumsi kopi setiap hari adalah dua
faktor terbesar yang terkait dengan kualitas tidur yang buruk (Park et al, 2015)
34
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan gangguan tidur pada wanita, baik dengan efek langsung pada proses
tidur atau pada efek lainnya seperti pada suasana hati (mood) dan keadaan emosional.
Hormon seks mempengaruhi elektroensefalografik selama fase luteal dengan
meningkatkan frekuensi elektroensefalografik dan suhu tubuh inti selama tidur. mood
lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pada pria, terutama untuk sistem
reproduksi wanita (misalnya, premenstrual dysphoric disorder (PMDD), pregnancy
affective disorder, postpartum depression, perimenopausal mood disorder).
Sementara gangguan kecemasan sering dikaitkan dengan kesulitan memulai tidur,
serta depresi biasanya dikaitkan dengan bangun terlalu pagi (Hertz, 2012).
Dari penelitian ini responden yang memiliki kualitas tidur yang buruk
diperoleh hasil proporsi responden wanita sebesar 86,8%. Dari responden yang
memiliki kualitas tidur yang baik diperoleh hasil proporsi responden laki laki sebesar
21,8% dari total responden laki laki, persentase responden laki laki lebih tinggi dari
persentase responden wanita yang memiliki kualitas tidur baik. Dengan kata lain
berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini proporsi kualitas tidur yang baik lebih
banyak didapatkan pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Hasil ini sejalan
dengan penelitian Fatima dari University of Queensland Australia dari 3778
responden berusia 19-21 tahun diperoleh hasil prevalensi kualitas tidur yang buruk
lebih tinggi pada perempuan dengan 65,1%.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hestiantoro dalam Awaliyah
(2008) selaku staf bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, gangguan tidur lebih sering dialami oleh perempuan dibandingkan dengan
laki-laki. Ini berhubungan dengan masalah haid, gangguan tidur terjadi pada saat
hormon progesteron mengalami penurunan, yaitu beberapa hari menjelang datangnya
haid (hari ke 22 – 28 siklus haid) (Awaliyah, 2008). Hal yang berbeda ditemukan
oleh peneliti lain seperti Lemola dkk (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
wanita rata-rata memiliki total durasi tidur yang lebih lama, efisiensi tidur yang lebih
tinggi, dan onset latensi tidur yang lebih pendek dibandingkan laki-laki.
35
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Berdasarkan Kebiasaan Merokok
36
Universitas Sumatera Utara
responden yang menyatakan bahwa sampai saat ini masih memiliki kebiasaan
merokok.
37
Universitas Sumatera Utara
dilakukan 4-8 jam sebelum tidur dan tidak terjadi perbaikan insomnia jika olahraga
dilakukan lebih dari 8 jam atau kurang dari 4 jam (Tsunoda et al, 2015).
38
Universitas Sumatera Utara
mendapat kopi berkafein. Perbedaan hasil ini diduga disebabkan perbedaan
kandungan komponen aktif dan waktu mengkonsumsi kopi. Kandungan komponen
aktif pada kopi yang tidak merata pada setiap sampel penelitian dan waktu yang
spesifik umumnya tidak dicantumkan, hanya jumlah kopi yang dikonsumsi (gelas per
hari). Hal ini tentunya menyebabkan bias sehingga muncul kesulitan untuk
membandingkan penelitian yang satu dengan yang lain. Waktu paruh kafein adalah
sekitar 5 jam setelah dikonsumsi (Fredholm et al, 1999). Ini mengakibatkan
responden yang minum kopi pada pagi hari cenderung tidak mempengaruhi kualitas
tidurnya.
39
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat
diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Sebanyak 84% mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
tahun akademik 2020/2021 dikategorikan memiliki kualitas tidur yang buruk.
2. Kualitas tidur responden berdasarkan jenis kelamin ditemukan mahasiswa
berjenis kelamin laki-laki (21,8%) memiliki kualitas tidur yang lebih baik
dibandingkan dengan perempuan.
3. Kualitas tidur berdasarkan kebiasaan merokok ditemukan mahasiswa bukan
perokok (16,2%) memiliki kualitas tidur yang lebih baik dibandingkan dengan
perokok.
4. Kualitas tidur berdasarkan kebiasaan olahraga ditemukan lebih baik pada
responden yang rutin berolahraga (33,3%) dibandingkan dengan responden
yang jarang berolahraga.
5. Kualitas tidur berdasarkan kebiasaan mengkonsumsi kopi ditemukan lebih
baik pada responden yang rutin mengkonsumsi kopi (19,4%) dibandingkan
dengan responden yang jarang mengkonsumsi kopi.
5.2 Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan saran yang mungkin dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran
tersebut yaitu:
1. Kepada mahasiswa tahap akademik tingkat awal di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara untuk membagi waktu mereka dengan efisien dan
40
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan waktu dan kualitas tidur mereka sebagai upaya peningkatan
kualitas kesehatan secara dan pencegahan dari berbagai macam penyakit serta
efek yang tidak dinginkan dari kualitas tidur yang buruk.
2. Kepada Mahasiswa untuk melakukan sleep hygiene dan beberapa tips berikut
untuk meningkatkan kualitas tidur, yaitu berhenti menonton televisi dan
menggunakan ponsel atau komputer setidaknya 30 menit sebelum waktu
tidur. Gunakan tirai anti tembus pandang atau mesin derau putih untuk lebih
menenangkan indra Anda. Pergi tidur dan bangun pada waktu yang sama
setiap hari. Pastikan jadwal tidur Anda memberikan cukup waktu untuk
tidur. Ciptakan rutinitas waktu tidur yang menenangkan , seperti mandi air
hangat, mendengarkan buku audio, atau membuat jurnal.
Hindari minum dan kafein dalam lima jam sebelum tidur dan dapatkan sinar
matahari di pagi hari.
3. Setelah dilakukan penelitian ini, maka disarankan dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kualitas tidur yang buruk
dan hubungannya pada mahasiswa tahap akademik tingkat awal di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan melanjutkan penelitian ini
menjadi penelitian analitik.
41
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Aden, R. 2012.Menjalani Pola dan Gaya Hidup sehat, Hangar Kreator. DIY
Araujo, J.F., 2009. Changes In Sleep Habits of Medical Students According To Class
Starting Time: A Longitudinal Study. Sleep Science; 2(2): 92 – 95.
Asmadi. Teknik prosedural : konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta :
Salemba Medika, 2008
Barret, K.E., Barman, S.M., Boitano, S., Brooks, H.L., 2010. Ganong‘s Review of
Medical Physiology. 23rd Ed. Mc Graw Hill: New York.
Bear, M.F., Connors, B.W., and Paradiso, M.A. 2016, Neuroscience: Exploring The
Brain, Wolters Kluwer 4thedition
Brick, C.A., Seely, D.L., Palermo, T.M., 2010. Association Between Sleep Hygiene
and Sleep Quality in Medical Students. Behav Sleep Med.8(2):113-121.
Bush,A.L.,Armento,M.E.A.,Weiss,B.J.,Rhoades,H.M.,Novy,D.M.,Wilson,N. L.,
Kunik, M. E. and Stanley, M. A. 2012, 'The Pittsburgh Sleep Quality Index in
older primary care patients with generalized anxiety disorder: Psychometrics
and outcomes following cognitive behavioral therapy', Psychiatry Research.
Elsevier, vol. 199, no. 1, pp. 24–30. doi: 10.1016/j.psychres.2012.03.045.
Bush A L,et al. The Pittsburgh Sleep Quality Index in Older Primary Care Patients
with Generalized Anxiety Disorder: Psychometrics and Outcomes Following
Cognitive Behavioral Therapy. Psychiatry Resh . 2012 Aug 30 :199(1):24-30.
Bustan, M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta: Jakarta.
Camila de Castro Correa et al. Kualitas Tidur pada Mahasiswa Kedokteran di kota
Botucatu Brazil. 2015. Merit Research Journal. Juli-Agustus 2017 ;3(2):126-
131. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29365004/) diakses 27 mei 2020.
42
Universitas Sumatera Utara
Colten, R.H. dan M.B. Altevogt. 2006. Sleep Disorders and Sleep Deprivation: An
Unmet Public Health Problem. Washington, DC: The National Academic Press.
Fatima, Y. Doi, SA. Najman, J.M. Mamun, A.A. ,2016, Exploring Gender Difference
in Sleep Quality of Young Adults: Findings from a Large Population Study.
Clin Med Res ; 14(3-4): 138–144 accessed : 20 october 2020
Feng G, Chen J, Yang X. Study on the status and quality of sleep-related influencing
factors in medical college students. Zhonghua Liu Xing Bing Xue Za Zhi.
2005;26:328–31
Fredholm BB, Bättig K, Holmén J, Nehlig A, Zvartau EE. Actions of caffeine in the
brain with special reference to factors that contribute to its widespread use.
Pharmacol Rev. 1999 Mar;51(1):83-133.
GMH, Alsaaid HF, Nabil NM, Saeed AA, AlHamdan N, El-bakri NK. The
prevalence of sleep problems and its impact on sleep quality and academic
performance.
Guyton, A. C., and Hall, J. E. 2016 Guyton and Hall textbook of Medical Physiology,
Elsevier 13thedition, Philadelphia
Haryanto dkk. Prevalensi Gangguan Tidur pada Remaja Usia 12-15 Tahun di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama. Universitas Indonesia. Digital UI. Oktober
2009;3(11):2.
43
Universitas Sumatera Utara
Hirshkowitz, M., Whiton, K., Albert, S. M., Alessi, C., Bruni, O., DonCarlos, L.,
Hazen, N., Herman, J., Katz, E. S., Kheirandish-Gozal, L., Neubauer, D.
N.,O‘Donnell,A.E.,Ohayon,M.,Peever,J.,Rawding,R.,Sachdeva,R.C.,Setters,B.,
Vitiello,M.V.,Ware,J.C.andAdamsHillard,P.J.2015, 'National sleep
foundation‘s sleep time duration recommendations: Methodology and results
summary', Sleep Health. National Sleep Foundation, vol. 1, no. 1, pp. 40–43.
doi:10.1016/j.sleh.2014.12.010.
Japardi, I., 2002. Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas
Sumatera Utara. USU Digital Library. Available from :
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1948 [Accesed 8 May 2013].
Johansson, A. E., Petrisko, M. A., & Chasens, E. R. (2016). Adolescent Sleep and the
Impact of Technology Use Before Sleep on Daytime Function. Journal of
pediatric nursing, 31(5), 498–504.
https://doi.org/10.1016/j.pedn.2016.04.004
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Buku Sinopsis Psikiatri. Edisi
7. Kusuma W, Trans. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010
Lemma, S., Gelaye, B., Berhane, Y., Worku, A., Williams., M.A., 2012. Sleep
Quality And Its Psychological Correlates Among University Students In
Ethiopia: A Cross-Sectional Study. BMC Psychiatry 12(237):1-14.
44
Universitas Sumatera Utara
Lemola S., Ledermann T., Friedman E.M. 2013. Variability of Sleep Duration
Is Related to Subjective Sleep Quality and Subjective Well-Being:
An Actigraphy Study. PLoS ONE 8(8): e71292.
Liao, Y. Xie, L. Chen X . 2019, Sleep quality in cigarette smokers and nonsmokers:
findings from the general population in central China, BMC Public Health.
2019; 19:
808.Accessed:20october2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC
6591832/# ffn_sectitle
Lima, P.F., Medeiros., A.L., Rolim, S.A.M., Junior, S.A.D., Almondes., K.M.,
Lumantow, I., Rompas, S. & Onibala, F. 2016, Hubungan Kualitas Tidur Dengan
Tekanan Darah Pada Remaja Di Desa Tombasian Atas.
Martiani, A., Lelyana, R., 2012. Faktor Risiko Hipertensi Ditinjau dari Kebiasaan
Minum Kopi. Journal of Nutrion College 1(1): 78-85.
National Sleep Foundation. How much sleep do we really need? Washington, DC:
National Sleep Foundation ; 2010. Diakses melalui
http://www.sleepfoundation.org/article/how-sleep-works/how-much-sleepdo-
we-really-need (Diakses 29 April 2020)
Nur‘aini. Perbedaan Gangguan Tidur Pada Remaja Urban dan Suburban. Thesis.
Repository USU . Medan : Universitas Sumatera Utara. 2011
Ohayon, M., Wickwire E.M., Hirshkowitz, M., Albert, S.M., Avidan, A., Daly, F.J.,
Dauvilliers, Y., Ferri, R., Fung, C., Gozal, D., Hazen, N., Krystal, A., Lichstein,
K., Mallampalli, M., Plazzi, G., Rawding, R, Scheer, F.A., Somers, V., and
Vitiello, M.V. (2017) 'National Sleep Foundation, sleep quality
recommendations : first report', Sleep Health, 3(1), pp. 6-19
45
Universitas Sumatera Utara
Perumal S, Cardinali D, Chrousos G. Neuroimmunology of Sleep : Effect of Sleep on
Immmune System, dalam Neuroimmunology of Sleep. New York: Springer
Science and Business Media LCC;2007.
Potter, P.A. dan A.G. Perry. 2010. Fundamental of Nursing. Seventh Edition Book
3.Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh D.N Fitriani.,O.
Sadock, Benjamin J, Sadock, Virginia A. Buku ajar psikiatri klinis edisi 2. Jakarta:
EGC, 2010
Shechter, A., Kim, E. W., St-Onge, M. P., & Westwood, A. J. (2018). Blocking
nocturnal blue light for insomnia: A randomized controlled trial. Journal of
psychiatric research, 96, 196–202.
https://doi.org/10.1016/j.jpsychires.2017.10.015
Sherwood, L. 2015, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 8, EGC, Jakarta.
Shim, J. and Kang, S.W. (2017) „Behavioral Factors Related to Sleep Quality and
Duration in Adults‟, Journal of Lifestyle Medicine, 7(1), pp. 18-26
Snel Jan & Lorist, M. 2011, ‗ Effects of caffeine on sleep and cognition‘,Progress in
Brain Research, vol. 190, no. 1, pp. 105-117.
Stefanie. 2019.Hubungan kualitas tidur dengan hasil belajar pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumanegara.Vol1,No2. Available at online
:https://journal.untar.ac.id/index.php/tmj/article/view/3843
Sulistiyani, C., 2012. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Tidur
pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 1(2):280-292.
Sutrisno, R., Faisal and Huda, F. (2017). Perbandingan Kualitas Tidur Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran yang Menggunakan dan tidak
Menggunakan Cahaya Lampu Saat Tidur, 3(2), p.74.
Tafoya SA, Jurado MM, Yépez NJ, Fouilloux M, Lara MC. Sleep difficulties and
psychological symptoms in medicine students in Mexico. Medicina (B Aires)
2013;73:247–51.
Academy of Sleep Medicine. Circadian Rhythm Sleep Disorders.
46
Universitas Sumatera Utara
onlineat:http://www.aasmnet.org/resources/factsheets/crsd.pdf d: [diakses 29
april 2020].
Youngstedt, S.D., Kline, C.E., 2006. Epidemiology of Exercise and Sleep. Sleep
and Biological Rhytms 4:215-221.
Zandy, M., Chang, V., Rao, D. P., & Do, M. T. (2020). Tobacco smoke exposure and
sleep: estimating the association of urinary cotinine with sleep quality. Health
Promotion and Chronic Disease Prevention in Canada, 40(3), 70–80.
https://doi.org/10.24095/hpcdp.40.3.02
Zhou Y, Guo L, Lu C-y, Deng J-x, He Y, Huang J, et al. Bullying as a Risk for Poor
Sleep Quality among High School Students in China. J Plos one. 2015 March
26;10(3):2.
47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1
48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2
49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3
LEMBAR PENJELASAN
NIM 170100163
HP 082276498097
Peneliti,
50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama :
Umur :
Kelas :
Alamat :
No.Telp/Hp :
Peneliti Responden
NIM:170100163
51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5
52
Universitas Sumatera Utara
53
Universitas Sumatera Utara
54
Universitas Sumatera Utara
55
Universitas Sumatera Utara
Pertanyaaan tambahan untuk faktor yang mempengaruhi kualitas tidur.
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6
DATA INDUK
57
Universitas Sumatera Utara
Pria 1 1 1 0 1 0 3 7 Buruk
Wanita 2 1 3 0 1 0 2 9 Buruk
Wanita 2 1 3 2 1 0 3 12 Buruk
Wanita 2 1 3 3 1 0 2 12 Buruk
Pria 1 1 1 0 1 0 2 6 Buruk
Wanita 2 0 2 1 1 0 2 8 Buruk
Wanita 1 2 2 2 1 0 2 10 Buruk
Wanita 1 1 2 1 1 0 1 7 Buruk
Wanita 0 0 1 2 1 0 2 6 Buruk
Pria 1 1 1 0 1 0 1 5 Baik
Wanita 1 1 1 0 1 0 2 6 Buruk
Wanita 1 1 2 0 1 0 2 7 Buruk
Wanita 1 1 2 1 1 0 1 7 Buruk
Pria 1 1 2 0 1 0 2 7 Buruk
Wanita 2 3 3 3 2 0 2 15 Buruk
Wanita 3 0 3 3 1 0 3 13 Buruk
Wanita 1 1 2 0 1 0 1 6 Buruk
Wanita 2 2 2 0 1 0 2 9 Buruk
Wanita 1 2 2 0 1 0 1 7 Buruk
Wanita 1 0 1 0 1 0 3 6 Buruk
Wanita 2 3 3 3 1 0 3 15 Buruk
Wanita 1 0 2 0 1 0 2 6 Buruk
Pria 2 3 2 3 1 0 2 13 Buruk
Wanita 3 1 2 2 1 0 3 12 Buruk
Wanita 1 1 2 1 1 0 2 8 Buruk
Wanita 1 3 3 3 1 0 2 13 Buruk
Wanita 2 3 2 0 1 0 1 9 Buruk
Wanita 1 0 1 0 1 0 2 5 Baik
Wanita 1 2 1 0 1 0 2 7 Buruk
Wanita 1 3 2 2 1 0 1 10 Buruk
Wanita 1 2 1 0 1 0 1 6 Buruk
Wanita 1 2 0 0 1 0 0 4 Baik
Wanita 1 1 2 1 1 0 2 8 Buruk
Wanita 1 2 2 0 1 0 1 7 Buruk
Pria 2 1 2 0 1 0 2 8 Buruk
Wanita 2 1 2 1 1 0 2 9 Buruk
Pria 1 2 2 1 1 0 2 9 Buruk
Wanita 1 2 3 3 1 0 2 12 Buruk
Pria 1 0 1 0 2 0 1 5 Baik
Pria 1 1 2 0 1 3 2 10 Buruk
58
Universitas Sumatera Utara
Pria 0 2 2 0 1 0 0 5 Baik
Wanita 2 2 2 0 1 0 2 9 Buruk
Wanita 2 1 2 1 1 0 2 9 Buruk
Pria 2 0 2 1 1 0 2 8 Buruk
Wanita 1 1 1 0 1 0 2 6 Buruk
Pria 2 3 2 1 1 0 2 11 Buruk
Wanita 2 3 0 1 1 0 2 9 Buruk
Wanita 2 0 3 2 1 0 3 11 Buruk
Wanita 1 1 2 0 1 0 1 6 Buruk
Pria 1 0 0 0 1 0 1 3 Baik
Wanita 3 2 0 0 1 1 2 9 Buruk
Pria 2 2 3 1 1 0 2 11 Buruk
Pria 1 1 3 3 1 0 2 11 Buruk
Pria 2 2 2 0 1 0 1 8 Buruk
Wanita 1 1 2 0 1 0 1 6 Buruk
Pria 2 1 2 0 1 0 2 8 Buruk
Pria 2 1 0 0 1 0 2 6 Buruk
Pria 1 2 2 3 1 0 1 10 Buruk
Pria 1 1 2 0 1 0 1 6 Buruk
Pria 1 1 2 1 1 0 2 8 Buruk
Wanita 1 0 2 0 1 0 2 6 Buruk
Wanita 2 3 1 0 2 0 1 9 Buruk
Wanita 2 2 2 0 1 0 3 10 Buruk
Pria 1 3 2 1 1 0 2 10 Buruk
Pria 2 2 1 1 1 1 3 11 Buruk
Keterangan :
KT(Kualitas tidur) : 1 = kalitas tidur baik, 2 = kualitas tidur buruk
KTS (Kualitas tidur subjektif) : 1 = sangat baik, 2 = cukup baik, 3 = kurang baik, 4 =
sangat buruk
LT (Latensi tidur) : 0 = 15min, 1 = 16-30min, 2 = 31-60 min, 3 =>60min
DT (Durasi tidur) : 0 = >7 jam, 1 = 6-7 jam, 2 = 5-6 jam, 3 = <5 jam
ETS (Efisiensi tidur sehari-hari) : 0 = >85%, 1 = 75%-84%, 2 = 65%-74%, 3 = <65%
MST (Masalah selama tidur): 0 = 0, 1 = 1-9, 2 = 10-18, 3 = 19-27
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kebiasaan Merokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Konsumsi Kopi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
60
Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan Olahraga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kualitas Tidur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Count
Kualitas Tidur
Baik Buruk Total
Jenis Pria 7 25 32
kelamin Wanita 9 59 68
Total 16 84 100
61
Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan Olahraga * Kualitas Tidur Crosstabulation
Count
Kualitas Tidur
Baik Buruk Total
Kebiasaa Kurang dari 3x 5 46 51
n Lebih dari 3x 3 8 11
Olahraga Setiap hari 2 2 4
Tidak pernah 6 28 34
Total 16 84 100
Kualitas Tidur
Baik Buruk Total
Tidak pernah 10 59 69
Total 16 84 100
62
Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan Merokok * Kualitas Tidur Crosstabulation
Count
Kualitas Tidur
Baik Buruk Total
Total 16 84 100
63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8
CURICULUM VITAE
Riwayat Pendidikan:
1. SDN1 Bangunpurba 2005-2011
2. SMPN1 Bangunpurba 2011-2014
3. SMAN1 Lubuk Pakam 2014-2017
Riwayat Pelatihan:
Riwayat Organisasi:
1. Anggota TBM FK USU 2018-
2. Anggota Dept. Kerohanian PEMA FK USU 2018
3. Anggota SCOPH Cimsa USU 2018
64
Universitas Sumatera Utara