Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL SKRIPSI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


BUDAYA PERAWATAN IBU NIFAS TERHADAP
KESEHATAN MASA NIFAS DI MADURA

Ummu Kulsum Sholihatin


NIM : 217019057

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA
SURABAYA
2022
vii
PROPOSAL SKRIPSI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


BUDAYA PERAWATAN IBU NIFAS TERHADAP
KESEHATAN MASA NIFAS DI MADURA

Ummu Kulsum Sholihatin


NIM : 217019057

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA
SURABAYA
2022
vii
i
LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Ummu Kulsum Sholihatin
NIM : 217019057
Judul proposal skripsi :
“Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya perawatan ibu nifas terhadap
kesehatan masa nifas di Madura”

Disetujui untuk diseminarkan pada seminar proposal skripsi di Program Studi


Kebidanan Program Sarjana, Fakultas Sains dan Kesehatan, Universitas Adi
Buana Surabaya.

Surabaya,……………………….
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Indria Nuraini, SST., M.Kes Annah Hubaedah, SST., M.Kes


NIDN. 0713068205 NIDN. 0718038709

Mengetahui Ka.Prodi Kebidanan

Desta Ayu Cahya, Rosyida, SST., M.Tr.Keb


NIDN. 0702129102
ix
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbinganNya saya dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul
“Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya perawatan ibu nifas terhadap
kesehatan masa nifas di Madura”. Prososal ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana S1 Kebidanan (S.Keb) pada Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Fakultas Sains dan Kesehatan Universitas PGRI Adi Buana
Surabaya.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Prof.Dr. Marianus Subandowo, M.S selaku rektor Universitas PGRI Adi Buana
Surabaya atas kesempatan dan fasilitas kepada kami mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan sarjana.
2. Setiawandari,SST.M.Kes selaku Dekan Fakultas Sains Kesehatan Universitas
PGRI Adi Buana Surabaya Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program
studi S1 Kebidanan.
3. Desta Ayu Cahya Rosydah,SST.,M.Tr.Keb selaku ketua program Studi
Kebidanan Program Sarjana Fakultas Sains dan Kesehatan Universitas PGRI
Adi Buana Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada
kami untuk menyelesaikan pendidikan hingga tuntas
4. Indria Nuraini, SST., M.Kes Selaku pembimbing satu dan Annah Hubaedah,
SST., M.Kes selaku pembimbing dua yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Saya sadari
bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, namun saya berharap bermanfaat kiranya
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, ..............
x
Ummu Kulsum Sholihatin

DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM.............................................................................................. i
Lembar Pengesahan ........................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................. iii
Daftar Tabel........................................................................................................ vi
Daftar Gambar .................................................................................................... v
Daftar lampiran ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN………….…………...........……………..................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.3.1. Tujuan Umum .............................................................................. 4
1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................................. 4
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
BAB 2 LANDASAN TEORI………………....………………………….......... 6
2.1. Masa Nifas ................................................................................................. 6
2.1.1. Definisi Masa Nifas ..................................................................... 6
2.1.2. Tujuan Masa Nifas ....................................................................... 6
2.1.3. Tahapan Masa Nifas................................................................. 7
2.1.4. Perawatan Masa Nifas .............................................................. 8
2.1.5. Tanda Bahaya Masa Nifas .......................................................... 10
2.1.6. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas ........................................................ 12
2.1.7. Cara Deteksi Dini Komplikasi Nifas dan Penanganannya ............ 16
2.2. Konsep Budaya pada Masa Nifas ...............................................................
19
2.2.1. Definisi Budaya............................................................................. 19
2.2.2. Ciri-Ciri Kebudayaan ................................................................... 20
2.2.3. Tahap-Tahap Perkembangan Budaya ............................................ 21
2.2.4. Budaya Madura ............................................................................ 29
xi
BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS...... 27
3.1. Kerangka Teori ........................................................................................... 27
3.2. Kerangka Konsep......................................................................................... 28
3.3. Hipotesa Penelitian............................................................................................
28
BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................……....……… ..
27
4.1. Jenis Penelitian ................................................................................................
29
4.2. Rancang Bangun Penelitian..............................................................................
29
4.3. Lokasi dan waktu Penelitian..............................................................................
29
4.3.1. Lokasi Penelitian ................................................................................. 29
4.3.2. Waktu P e n e l i t i a n ........................................................................... 30
4.4. Informan Penelitian ............................................................................... 30
4.5. Distribusi Informan/Sasaran Penelitian ................................................. 30
4.6. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan cara pengukuran Variabel 31
4.7. Teknik Pengambilan data................................................................................ 32
4.8 Pengolahan Dan Analisis Data....................................................................... 33
4.9. Kerangka Operasional................................................................................... 36
4.10. Ethical Clearance......................................................................................... 36

xii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa
ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi,hal ini sebagai
salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan. SDGs (2015-2030)
Kesehatan merupakan kondisi atau status yang bukan hanya terbebas dari
rasa sakit serta tidak nyaman, tingkat produktivitas dan kesejahteraan juga
menjadi nilai dari kesehatan. Masa nifas penting dijaga kesehatannya, hal ini
dimulai sejak masa kehamilan.Masa nifas merupakan keadaan setelah persalinan
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,
masa ini berlangsung selama enam minggu atau empat puluh hari.Wahyuningsih (
2018 )
Berdasarkan data dari profil kesehatan tahun 2019-2021 diperoleh data
Cakupan pelayanan ibu nifas diindonesia pada tahun 2019 sebesar 78,78%, 2020
sebesar 88,3%, 2021 sebesar 90,7% dan di Jawa Timur cakupan pelayanan ibu
Nifas tahun 2019 sebesar 95,46%, 2020 95,5%, 2021 sebesar 91,4%. Sedangkan
di Kabupaten Bangkalan diperoleh pelayaanan ibu nifas pada tahun 2020 sebesar
12.567 orang, 2020 sebesar 12.842 orang dan 2022 sebesar 13.231 orang
Dalam hal asuhan ibu masa nifas masyarakat Indonesia tidak bisa lepas
dari perilaku dan kebiasaan berdasarkan adat istiadat atau budaya yang dipercaya
memberikan manfaat dan dampak positif.Setiap suku terdapat berbagai macam
budaya dan kebiasaan yang tak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Perilaku
terkait perawatan ibu nifas antara lain pemakaian bengkong, penggunaan
ramuan/jamu-jamuan, pilis, ratus dll. Dari jurnal penelitian yang dilakukan oleh
Maryam S (2021) ditemukan berbagai perawatan pada ibu nifas misalnya ibu
nifas menggunakan rebusan daun sirih untuk di gunakan cebok pada alat kelamin,
memakai gurita atau stagen pada perutnya, ada yang meminum jamu tradisional
untuk menghilangkan bau pada cairan yang dikeluarkan alat kelamin, dan juga
mandi pagi tidak boleh terlalu siang karena dapat menimbulkan rabun.
2

Budaya bagi masyarakat adalah suatu hal yang penting, bahkan


diantaranya di percaya dan menjadi pegangan hidup oleh masyarakat. Di beberapa
wilayah masyarakat di indonesia, masih percaya pada budaya, yang berkaitan
dengan Perawatan pada masa nifas. Budaya memiliki arti sebagai istilah yang
datang dari disiplin antropologisosial (pikiran, adat istiadat, sesuatu yang sudah
berkembang, dan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sulit diubah.
Budaya tumbuh menjadi persepsi,mengidentifikasi sesuatu yang dilihat,
mengarahkan fokus dan menghindar dari yang lain atau suatu peristiwa.
(Sumarto,2019). Kadang kala kepercayaan tersebut bertentangan dengan nilai-
nilai kesehatan medis modern, sehingga mengakibatkan permasalahan kesehatan.
Budaya-budaya masih banyak dipercaya dan diyakini masyarakat di Indonesia.
Berdasarkan survey data pendahuluan yang telah dilakukan di Kabupaten
Bangkalan terhadap 30 orang ibu nifas yang mewakili 3 kecamatan yang berbeda,
penulis mendapatkan bahwa memilki perilaku dan kebiasaan dalam perawatan ibu
pada masa hamil, bersalin, hingga melahirkan sesuai dengan adat dan budaya
leluhur. Terdapat 10 orang menggunakan pilis, 8 orang minum jamu, 5 orang
memakai bengkong, 5 orang memakai gurita, 2 orang menggunakan kempitan
Hasil penelitian Reiza (2018) mengatakan Budaya nifas tidak hanya
mencakup mitos, namun juga tradisi tertentu. Pada masyarakat Aceh, ibu nifas
menjalani sale, yaitu ibu nifas tidur di atas dipan yang terbuat dari kayu atau
batang bambu yang bercelah-celah dan di bawah dipan diletakkan tungku berisi
arang panas. Tradisi tersebut dianggap mempercepat proses pengempisan perut
dan rahim, merapatkan kemaluan, dan menghangatkan badan. Pendapat tersebut
salah karena panas dapat menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah,
merangsang pendarahan, dan dehidrasi pada ibu nifas.
Hasil penelitian Sitorus, R.F 2011 mengatakan pada budaya karo ibu diberi
makanan bubur nasi yang dibubuhi garam serta merica berfungsi agar air susu ibu
menjadi banyak. Berdasarkan penelitian Jahriani (2014) mengatakan pada
kebudayaan Jawa melakukan perawatan nifas yaitu : adanya pantangan makanan
sejenis ikan, kuah sayur dan hanya dianjurkan makan makanan yang kering,
penguapan, pelipisan dan tapelan, pantangan keluar rumah sebelum 40 hari dan
wuwungan.
3

Tidak semua masyarakat mengetahui dampak dari praktik suatu budaya


tersebut terutama dalam segi kesehatan. Maka dari itu penting bagi tenaga
kesehatan untuk mengkaji lebih mendalam tentang budaya perawatan ibu nifas
sehinga masyarakat mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan
memahami hubungan kesehatan dengan keyakinan atau budaya yang dianut.
Kalau sudah demikian masyarkat masyarakat dapat memilih budaya yang bisa
dilakukan, dan budaya yang tidak perlu dilakukan karena dapat menimbulkan
masalah atau berdampak negatif untuk kesehatan dan kenyamanan pelakunya.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti
lebih jauh dan menyuguhkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Faktor-faktor
yang mempengaruhi budaya perawatan ibu nifas terhadap kesehatan masa nifas di
Madura”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalaahn
sebagai berikut : “Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi budaya perawatan
ibu nifas terhadap kesehatan masa nifas di Madura?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui faktor-faktor apakah
yang mempengaruhi budaya perawatan ibu nifas terhadap kesehatan masa nifas di
Madura
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang mempengaruhi budaya perawatan ibu
nifas terhadap kesehatan masa nifas di Madura.
2. Mengindentifikasi pentingnya budaya perawatan ibu nifas terhadap kesehatan
masa nifas di Madura
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi budaya perawatan ibu nifas
terhadap kesehatan masa nifas di Madura

1.4 Manfaat Penelitian


4

1.4.1 Manfaat Teoritis


Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang kebidanan khususnya mahasiswa dalam mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi budaya perawatan ibu nifas terhadap kesehatan
masa nifas di Madura
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian
selanjutnya. Memberikan informasi secara periodik tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi budaya perawatan ibu nifas terhadap kesehatan masa nifas di
Madura.
2. Bagi Masyarakat
Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi budaya perawatan
ibu nifas terhadap kesehatan masa nifas di Madura diharapkan Bidan dapat
menemukan pendekatan yang tepat untuk merubah perilaku dan keyakinan
masyarakat yang tidak sehat, menjadi masyarakat yang berperilaku sehat
3. Bagi Tempat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
pengetahuan dan wawasan dalam upaya mengambil kebijakan yang tepat dalam
perawatan ibu nifas.
4. Bagi peneliti lain
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi budaya perawatan ibu nifas
terhadap kesehatan masa nifas di Madura.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5

2.1 Masa Nifas


2.1.1 Definisi Masa Nifas
Masa nifas merupakan keadaan seorang ibu dimulai setelah kelahiran
plasenta kemudian diakhiri dengan kembali normalnya alat-alat kandungan seperti
keadaan sebelum hamil dan memulihkan organ kandungan, masa ini berlangsung
pada waktu enam sampai delapan minggu. Masa nifas dalam bahasa latin disebut
puerperium berasal dari 2 kata puer berarti bayi, parous berarti melahirkan jadi
kata puerperium memiliki arti masa sesudah atau pasca- melahirkan. Diperkirakan
50 % kematian ibu setelah melahirkan terjadi setelah 24 jam pertama sehingga
pelayanan di masa nifas menjadi sangat penting. Perdarahan menjadi hal yang
menjadi penyebab utama kematian ibu dan sering terjadi dalam waktu 4 jam
setelah persalinan. (Dewi & Sunarsi, 2011)

2.1.2 Tujuan Masa Nifas


Pada masa nifas seorang ibu dan bayinya harus selalu diberikan asuhan atau
pemelihraan kesehatan yang dilakukan oleh seorang bidan, atau orang yang ahli
dalam bidangnya. Pemeliharan kesehatan atau perawatan ibu nifas memiliki
tujuan sebagai berikut :
1. Perawatan pada masa nifas memiliki tujuan utama untuk mendeteksi atau
menghindari kemungkinan adanya pendarahan postpartum dan infeksi.
2. Agar ibu dan bayi terjaga secara fisik maupun psikologis, ibu nifas diharapkan
dapat menjaga kebersihan tubuhnya.
3. Melakukan skrining secara kompehensif, yang dilakukan adalah mendeteksi
masalah, mengobati ibu jika terjadi luka atau gejala lain, dan merujuk bila terjadi
kompilasi pada ibu nifas maupun bayinya.
4. Seorang bidan perlu memberi informasi mengenai kesehatan diri, pentingnya
kesehatan gizi, keluarga berencana, menyusui, dan pemberian imunisasi pada ibu
nifas dan keluarganya.
5. Ibu nifas juga perlu diberi tahu mengenai laktasi dan juga perawatan payudara.

2.1.3 Tahapan Masa Nifas


6

1. Periode immediate postpartum


Periode immediate postpartum adalah masa pasca-melahirkan sampai
dengan 24 jam atau 1 hari . Masa tersebut adalah masa yang rentan dengan
masalah-masalah setelah plasenta dilahirkan. Pada masa ini sering terjadi
pendarahan karena atonia uteri.
2. Periode early postpartum
Periode early postpartum adalah masa pasca-melahirkan dalam 24 jam
sampai satu minggu. Hal yang perlu dilakukan dalam periode ini adalah
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak adanya perdarahan,
lokhea tidak berbau busuk, tidak mengalami demam, makanan dan cairan cukup,
dan ibu nifas dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late postpartum (1 minggu – 5 minggu).
Periode late postpartum adalah masa dimana ibu nifas akan lebih pulih.
Dalam hal ini diperlukan perawatan dan pemeriksaan dari bidan secara rutin dan
berkala dan dapat melakukan konseling mengenai KB. (Buku Ajar Asuhan
Kebidanan, 2017)
Dalam buku asuhan kebidanan nifas dan menyusui Wahyuningsih, (2018)
menuliskan terdapat tahap keempat dalam masa nifas yaitu remote puerperium
atau selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi sehingga
periode ini menjadi waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat.

2.1.4 Perawatan Masa Nifas


Pemeliharaan kesehatan atau perawatan ibu pada masa nifas perlu dilakukan
dengan berhati-hati dan sesuai prosedur. Dalam pemeliharaan kesehatan bukan
hanya menjadi tugas seorang bidan. Namun juga menjadi tugas ibu nifas,
dukungan suami, dan juga orang-orang terdekat lainnya.
1. Peran Bidan pada perawatan ibu nifas
Seorang bidan memiliki beberapa tugas dan peran;
1) Bidan perlu memberikan dukungan yang secara rutin sesuai kebutuhan ibu untuk
mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.
2) Mendukung agar hubungan antara ibu dan bayi lebih erat baik secara fisik
maupun psikologis pasien.
7

3) Mengkondisikan dan meningkatkan rasa nyaman pada ibu agar ibu dapat
menyusui bayinya. (BIDANDELIMA, 2014)
2. Dukungan dalam Pemberian ASI
Bidan berperan penting untuk menunjang pemberian ASI, maka seorang
bidan harus menguasi berbagai cara spesifik untuk mendukung ibu memberikan
ASI dengan baik dan mencegah terjadinya masalah pada proses pemberian ASI.
Peran Awal bidan dalam Mendukung Pemberian ASI:
1) Membuat ibu yakin bahwa bayi memperoleh makan yang mencukupi dari
payudara ibunya.
2) Membantu ibu nifas agar mampu menyusui bayinya dengan baik dan benar.
Hal yang perlu dilakukan bidan dalam memberi dukungan pemberian ASI
yaitu:
a. Izinkan ibu bersama bayinya setelah dikahirkan beberapa jam di awal kelahiran,
sebagai upaya membina ikatan ibu dan bayinya. Bayi pada umumnya akan sadar
beberapa jam setelah dilahirkan dan akan tertidur pulas setelahnya, untuk itu
serorang ibu harus memanfaatkan ketika bayi sadar dengan menyusui untuk
pertama kalinya.
b. Memberi dorongan agar ibu melakukan perawatan payudara, cara menyusui,
merawat bayi, merawat tali pusar dan memandikan bayinya sendiri.
c. Mengatasi setiap masalah yang berkaitan dengan laktasi.
d. Meninjau setiap perkembangan atau keadaan ibu dan bayi (Sukma et al., 2017)
3. Merawat Payudara
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran
ASI. Banyak hal yang dapat dilakukan seperti menjaga kebersihan payudara.
Untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu
ibu maka diperlukan perawatan payudara. Perawatan ini perlu dilakukan sedini
mungkin, misalnya sebelum hamil atau ketika hamil seorang ibu atau calon ibu
dapat selalu memastikan putting susu dalam keadaan bersih, begitu juga ketika
akan menyentuh putting susu harus dipastikan tanggan dalam keadaan bersih.
(BIDANDELIMA, 2014)
8

2.1.5 Tanda Bahaya Masa Nifas


Tanda bahaya masa nifas adalah keadaan yang tidak normal dan jika tidak
terdeteksi dapat menyebabkan kematian pada ibu, seorang bidan perlu melaporkan
dan mengidentifikasi jika ada bahaya / komplikasi yang dapat terjadi selama masa
nifas. (Elis et al., 2019)
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa bidan berperan dalam hal
mendekteksi sedini mungkin faktor resiko, penyulit dan kompilkasi yang
kemungkinan terjadi pada ibu nifas untuk meminumalkan terjadinya morbilitas
dan mortalitas pada ibu pascapersalinan. Pada masa asuhan seorang bidan atau
tenaga kesehatan harus dapat mengenali berbagai tanda bahaya yang dialami ibu
nifas. Bidan bertanggung Madurab dalam memantau perkembangan ibu nifas dan
memberikan informasi terkait kesehatan pada ibu dan keluarga.
Adapun Tanda-tanda bahaya pada masa nifas , adalah sebagai berikut:
1. Perdarahan Postpartum
Perdarahan yang lebih dari 500 cc terjadi setelah bayi lahir atau banyaknya
lebih dari 1000 cc pasca-persalinan abdominal pada jangka waktu 24 jam dan
sebelum enam minggu setelah melahirkan.
Kejadian perdarahan dapat terjadi dengan lambat dalam jangka waktu
beberapa jam pada kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok. Penilaian
antenatal dan intranatal tidak dapat dijadikan cara untuk memperkirakan
terjadinya perdarahan pasca persalinan. (Satriyandari & Hariyati, 2017)
2. Infeksi pada masa postpartum
Infeksi alat genital dapat diartikan sebagai kejadian komplikasi masa nifas.
Tanda infeksi ini dapat ditandai dengan keluarnya cairan berbau dari jalan keluar
lahir karena metritis, abses pelvis, infeksi luka perineum atau karena luka
abdominal. Terjadinya demam biasanya disebabkan oleh infeksi. Ibu ynag
mengalami infeksi jalan lahir akan mengalami demam disertai keluarnya cairan
berbau dari jalan lahir. Dan jika demam tidak disertai keluarnya cairan berbau
dari jalan kemungkinan yang terjadi seperti demam berdarah, demam tifoid,
malaria, dsb.
3. Terjadinya pembengkakan
Bengkak di wajah, tangan dan kaki, atau sakit kepala dan kejang-kejang,
9

dan disertai tekanan darah tinggi dan sakit kepala (pusing) merupakan hal ynag
mungkin ibu nifas rasakan
4. Payudara bengkak
Biasanya ditandai dengan pembengkakan payudara dan adanya merah
disertai rasa sakit dapat disebabkan oleh bendungan payudara, inflamasi atau
infeksi payudara.
5. Gangguan psikologis pada masa pasca persalinan meliputi :
a. Perasaan sedih pasca persalinan (postpartum blues)
b. Depresi pasca persalinan (postpartum depression)
c. Psikosis pasca persalinan (postpartum psychotic)

2.1.6 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


Kebutuhan dasar ibu nifas menjadi salah satu yang perlu diperhatikan
dalam pemeliharaan kesehatan ibu postpartum, ada beberapa kebutuhan dasar,
adalah sebagai berikut;
1. Nutrisi dan cairan
Ibu Nutrisi menyusui membutuhkan kadar yang sama dengan wanita dewasa
sebanyak 2.200 kalori, +700 kalori pada 6 bulan pertama selanjutnya sebanyak +
500 k. kalori untuk bulan berikutnya.
Ibu menyusui perlu mendapatkan tambahan 500 kalori setiap harinya dan
makan diet berimbang agar mendapatkan asupan protein, mineral, dan vitamin
yang cukup. Memenuhi kebutuhan air minum yaitu minimal tiga liter setiap hari
(ibu menyusui juga dianjur untuk minum ketika hendak menyusui). Dianjurkan
mengonsumsi pil zat besi untuk menambah zat gizi setidaknya selama pasca
melahirkan.
Agar dapat memberikan vitain A pada bayi maka ibu menyusi dapat
meminum Vitamin A, mengonsumsi berbagai makanan yang mengandung 50-
60% karbohidrat, Lemak sebanyak 25-35% dari total makanan karena dapat
menghasilkan setengah dari kalori yang diproduksi oleh ASI. Kebutuhan Jumlah
kelebihan protein yang diperlukan oleh ibu nifas sekitar 10-15%. Selanjutnya
adalah memenuhi kebutuhan cairan pada ibu dengan meminum cairan cukup agar
ibu tidak mengalami dehidrasi, ibu menyusui juga diberikan asupan tablet tambah
10

darah dan zat besi diberikan selama masa nifasnya berlangsung. (Kesehatan et al.,
n.d.)
2. Mobilisasi
Tenaga kesehatan atau bidan bertugas untuk membimbing pasien untuk
keluar dan turun dari tempat tidur, namun juga tergantung kepada keadaan ibu
nifas yang sesegara mungkin, dianjurkan pada persalinan normal ibu nifas dapat
melakukan mobilisasi 2 jam pp . Pada persalinan dengan anestesi miring kanan
dan kiri setelah 12 jam, lalu tidur ½ duduk, turun dari tempat tidurnya setelah 24
jam. Mobilisasi yang dilakukan ibu berdampak positif yaitu ibu merasa lebih sehat
dan kuat, keadaan Faal usus dan kandung kemih lebih baik, dan Ibu juga dapat
merawat anaknya.
3. Personal hygiene
Ibu nifas perlu selau menjaga kebersihan dirinya karena ibu nifas rentan
terhadap infeksi, yaitu dengan mencuci tangan setiap habis genital hygiene,
kebersihan tubuh ibu, pakaiannya, lingkungannya, dan tempat tidur yang harus
selalu dijaga. Ibu juga perlu membersihkan daerah genital menggunakan sabun
dan air bersih, mengganti pembalut setiap enam jam minimal dua kali sehari, ibu
tidak menyentuh luka perineum , perlu menjaga kebersihan vulva perineum dan
anus, tanpa menyentuh luka perineum, mengoleskan dengan salep, betadine pada
luka sedikit saja. (Kemenkes, 2020)
4. Eliminasi
Ibu nifas harus dapat buag air kecil secara spontan setiap 3-4 jam sekali.
Bila tidak bisa BAK secara spontan dilakukan maka perlu dilakukan tindakan ,
dengan merangsang mengalirkan air kran didekat ibu nifas, lalu mengkompres air
hangat diatas sympisis. Jika tetap tidak bisa maka perlu dilakukan kateterisasi.
BAB pada umumnya dapat dilakukan setelah hari ke-3 pasca-melahirkan. Jika
ibu tidak bisa BAB maka dapat diberikan suppositoria dan meminum air hangat.
Dan dianjurkan minum cairan yang banyak, makan cukup serat dan melakukan
olahraga.(Wilujeng & Hartati, 2018)
5. Seksual
Melakukan hubungan seksual secara fisik dapat dikatakan aman ketika
darah merah berhenti dan ibu bisa memasukkan satu/dua jari, masyarakat
11

memiliki kebiasaan yang mengharuskan menunda hubungan suami istri sampai


waktu tertentu, namun hal yang dapat dilakukan sebagai cara menjaga kesehatan
sebaiknya ibu mulai mengikuti program KB. Pasangan suami istri dapat
memperhatikan banyaknya waktu, penggunaan kontrasepsi (jika menggunakan),
dispareuni, kenikmatan maupun kepuasan wanita dan pasangan serta masih dalam
hubungan seksual.
6. Keluarga Berencana
Keluarga berencana (KB) dapat dilakukan beberapa waktu setelah ibu
melahirkan dilihat dari kondisi ibu dan dari jenis kontasepsi yang digunakan dan
apakah ibu tersebut meyusui atau tidak. Ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk
mengatur jarak kelahiran bayi,menggunakan metode hormonal dan non hormonal.
KB metode non hormonal terdiri dari: Metode Amenore Laktasi (MAL) ,
Kondom, Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) , Kontrasepsi Mantap
(Tubekstomi dan vasektomi).
Sementara KB metode hormonal terdiri dari: Progestin seperti pil KB,
Injeksi, dan implan Kombinasi: pil dan injeksi, Seluruh metode KB non hormonal
sangatlah cocok untuk ibu yang menyusui. Metode ini akan berhasil jika ibu
meberikan ASI eksklusif sedikitnya 8 kali dalam sehari setiap 2 sampai 3 jam dan
juga dimalam hari. (Mansyur & Dahlan, 2014)
7. Latihan/ senam nifas
Setiap ibu nifas perlu beristirahat dan mengenal bayinya hal ini merupakan
bagian dari latihan dimasa nifas awal, dan juga melakukan relaksasi maupun tidur.
Proses sembuh setiap ibu nifas memiliki waktu yang berbeda-beda dan ibu perlu
bersikap ramah dan menerima diri sendiri.
Beberapa senam untuk ibu nifas memiliki cara yang sama dengan senam
antenatal, ibu dapat melakukan senam dengan perlahan dan semakin lama
semakin sering. Ada beberapa faktor yang menentukan kesiapan ibu untuk
memulai senam post partum:
1. Tingkat kesegaran tubuh ibu pra-persalinan
2. Apakah ibu nifas sudah mengalami persalinan yang lama dan sulit 3.Apakah
bayinya mudah dilayani atau rewel saat diasuh. (Fitriahadi &Utama, 2018).
12

2.3.1 Cara Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas dan Penanganannya


Beberapa Ibu nifas akan merasa ketidak-nyamanan terutama saat enam
minggu pertama setelah persalinan dengan mengalami beberapa rasa sakit, nyeri,
dan gejala tidak menyenangkan lainnya merupakan suatu tanda adanya sebuah
masalah. Berikut ini merupakan cara yang dapat dilakukan sebagai upaya
mendeteksi sedini mungkin kemungkinan komplikasi pada ibu pasca-melahirkam
dan penangananya;
1) Infeksi pada nifas
Infeksi diwaktu masa nifas akan terjadi dari traktus genitalis setelah
persalinan hal ini disebut infeksi nifas. Suhu tubuh 38°C atau lebih yang terjadi
antara hari ke 2 – 10 postpartum dan dapat diukur per-oral dengan keadaan 4 kali
sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis. Suhu tubuh yang tinggi terjadi di
dalam masa nifas ini dianggap infeksi nifas dan jika tidak ditemukan sebab –
sebab ekstragenital.
Penanganan metritis adalah : (kolaborasi dengan dokter) 1) Berikan
transfusi jika dibutuhkan dan juga berikan Packed Red Cell 2) dengan
memberikan antibiotika, spektrum luas, pada dosis yang tinggi 3) perlu
mempertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis 4) jika mencurigai sisa
plasenta, maka lakukan pengeluaran (digital / dengan kuret yang cukup lebar) 5)
jika ditemukan pus maka perlu melakukan drainase (bila diperlukan kolpotomi),
ibu dalam posisi fowler 6) jika tidak ditemukan perbaikan berdasarkan
pengobatan konservatif dan terdapat peritonitis generalisata maka lakukan
laparotomi dan dapat mengeluarkan pus. Dan jika terdapat evaluasi uterus
nekrotik dan septic, maka dilakukan histerektomi subtotal oleh dokter.

2) Masalah payudara
Payudara ibu nifas atau ibu menyusui memilki kemungkinan mengalami
berbagai masalah, sebagai berikut;
a) Bendungan payudara
Peningkatan pada aliran vena dan limfe yang terdapat dipayudara dengan
tujuan mempersiapkan diri untuk laktasi yang merupakan kejadian akibat
bendungan pada payudara.
13

Penanganan yang dapat dilakukan untuk ibu menyusui bayinya :


1. Menyusui anak dengan sering.
2. Kedua payudara sebaiknya disusukan
3. Kompres payudara dengan air hangat
4. Memijat payudara sebagai permulaan menyusui
5. Beri penyangga pada payudara
6. Kompres payudara dengam air dingin diantara waktu saat menyusui
7. Jika diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral tiap 4jam.

b) Mastitis
Mastitis merupakan salah satu masalah yang terjadi pada payudara, infeksi
payudara dapat terjadi karena invasi jaringan payudara oleh organisme infeksius
atau terjadinya cedera payudara. Gejala mastitis tidak ditemukan sebelum akhir
pada minggu pertama. Rasa nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, yang
diperberat bila bayi menyusu dan terdapat gejala lain seperti flu: nyeri otot, sakit
kepala dan keletihan
c) Payudara tegang/ indurasi
Payudara tegang / indurasi dan kemerahan menjadi masalah payudara, hal
yang dapat dilakukan akibat masalah tersebut adalah : 1) memberikan kloksasiklin
500 mg tiap 6 jam selama 10 hari. Jika diberikan sebelum terbentuk abses maka
keluhannya akan berkurang 2) perlu menyangga payudara 3) lakukan kompres
dingin 4) jika diperlukan dapat memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4
jam 5) Ibu perlu didukung menyusui bayinya walau terdapat pus 6) melihat setiap
perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan,
d) Subinvolusi uterus
Subinvolusi uterus terjadi dengan gejala Lochia yang baunya sangat tidak
sedap, sedangkan baunya biasanya sama seperti saat menstruasi, gumpalan darah
yang banyak atau besar (seukuran jeruk limau atau lebih besar) dalam lokhia
Subinvolusi uterus adalah proses involusi rahim (pengecilan rahim) tidak berjalan
sesuai sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan terlambat.
3) Tromboflebitis dan emboli paru
Gejalanya adalah rasa sakit sampai kedada, merupakan indikasi gumpalan
14

darah terdapat diparu-paru , rasa sakit di tempat tertentu, lemah dan merasa hangat
di betis atau paha dengan atau tanpa ditemukan tanda merah, bengkak dan nyeri
ketika menggerakkan kaki, yang bisa merupakan tanda gumpalan darah pada
saluran darah di kaki yang dapat dilakukan sebagai penanganan yaitu tirah baring,
elevasi ekstremitas yang terkena, kompres dengan air panas, stoking elastis, dan
analgesia jika merasa dibutuhkan. Rujukan ke dokter konsultan perlu dilakukan
untuk memutuskan penggunaan antikoagulan dan antibiotik.
4) Depresi postpartum
Saat ibu nifas mengalami masalah ini inu akan merasakan beberapa emosi
seperti sedih, perasaan kecewa, mulai sering menangis, mengalami kegelisahan
dan rasa cemas, ibu akan kehilangan ketertarikkan pada suatu yang
menyenangkan, nafsu makan mulai menurun, biasanya akan merasa tidak
berenergi dan kehilangan motivasi melakukan sesuatu, ibu mengalami insomnia,
merasa putus asa, peubahan pada berat badan ibu nifas. (Lidya, 2019)
Hal- hal yang dapat dilakukan sebagai penanganan adalah dengan menjaga
pola makan dan hidup,melakukan olahraga, hindari perubahan hidup pada masa
kehamilan dan setelah melahirkan, memceritakan perasaan yang dirasakan,
mendapatkan dukungan dari keluarga dan orang sekitar.

2.2 Konsep Budaya pada masa nifas


2.2.1 Definisi Budaya
Kata budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah yaitu bentuk
jamak dari buddhi yang memiliki arti budi atau disebut akal. Dalam bahasa
Inggris kebudayaan adalah culture, yang berasal dari kata Latin cul tura dipakai
untuk kata benda dan sebagai kata kerja yaitu colere dan colo. Kosa kata tersebut
memiliki arti mengolah tanah atau bercocok tanam atau bertani. Kernudian
berkembang maknanya menjadi segala daya upaya manusia untuk mengolah tanah
dan mengubah wajah alam. (Drs. Mazzia Luth, 1994).
Menurut Koentjaningrat kebudayaan memiliki pengertian sebagai semua
system gagasan, tindakan, dan juga hasil karya manusia sebagai rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan proses belajar. Didalam buku
“Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar” , Rafael Raga
15

Margan menyebutkan bahwa kata kebudayaan dipakai manusia dalam medalam


hal beradaptasi dengan lingkungannya, budaya dapat dilihat dari proses humanisi
dan merupakan cara berperilaku dari pola-pola perilaku yang diwariskan nenek
moyang. Kebudayaan adalah suatau kesatuan yang tersusun dari banyak yang
berbeda. (Drs. Mazzia Luth, 1994)

2.2.2 Ciri-ciri Kebudayaan


Maran, (2000) mengemukakan ciri-ciri kebudayaan dalam 5 aspek ;
1. Kebudayaan merupakan sesuatu yang dibuat manusia, yaitu sesuatu yang
diciptakan manusia, bukan dari penciptakan Tuhan, karena manusia yang menjadi
pelaku sejarah suatu kebudayaan.
2. Kebudayaan dengan sifat sosial, kebudayaan yang tidak pernah dihasilkan secara
individual akan tetapi dihasilkan oleh manusia secara berkelompok.
3. Kemudian diteruskan berdasarkan proses belajar pada setiap generasi dnegan
waktu yang berbeda.
4. Kebudayaan bersifat simbolik, karena kebudayaan merupakan ekpresi manusia
dalam segala upaya mewujudkan dirinya.
5. Kebudayaan menjadi sitem pemenuhan segala kebutuhan manusia, hal ini
dianggap sebagai pembeda antara manusia dengan hewan.

2.2.3 Tahap-tahap perkembangan budaya


Rafael Raga Magan menuliskan mengenai tahap-tahap perkembangan
budaya, yaitu dibagi atas 3 tahapan yaitu tahapan mistis, tahapan Ontologis, dan
tahapan Fungsional.
1) Tahap Mistis
Tahap mistis merupakan perilaku manusia yang kemudian dihubungkan
dengan kekuatan magic,tahap ini merupakan tahap primitif dimana manusia
belum memakai rasio atau akal budi saat melakukan suatu budaya. Sisi negatife
pada tahap ini adalah praktik magi atau ilmu sihir yang dilakukan manusia untuk
mengendalikan orang lain.
2) Tahapan Ontologis
Pada tahapan tersebut manusia tidak lagi hidup dalam kepungan dunia
16

mistis dan mulai mengambil jarak terhadap sesuatu yang dianggap gaib. Sisi
negative pad atahap ini adalah substansilisme atau usaha menilai atai menjadikan
manusia seperti benda yang dapat terpecah dan terpisah dari satu golongan pada
golongan lain. Sehingga manusia dapat mengobjekkan manusia lain demi
kepentingan sendiri.
3) Tahap fungsional
Tahapan ini merupakan tahap yang membuat manusia tidak lagi percaya
atau tertarik dengan lingkungan mistis. Sisi negative pada tahap ini disebut
operasionalisme atau suatau keadaan yang membuat manusia memperlakukan
orang lain seperti buah-buah catur yang dimaikan sesuai strategi yang dirancang
oleh manusia itu sendiri.

2.2.4 Budaya Perawatan ibu Nifas


Masyarakat Indonesia mempunyai nilai hidup dengan konsep-konsep
berdasarkan alam pikir. Sebagian besar masyarakat berdasarkan sesuatu yang
dianggap bernilai, dianggap berharga dan dirasa penting dalam hidup, sehingga
memiliki fungsi untuk pedoman hidup masyarakat. Nilai kebudayaan juga
mengajarkan agar selalu bersikap sesuai dengan derajat masing-masing setiap
orang, dan dengan saling menghormati kedudukan sesama manusia, dengan
menyatakan sesuatu secara tidak langsung melalui bentuk kata kiasan, selalu
menghormati segala sesuatu sifatnya pribadi dan seakan-akan tidak tahu masalah
orang lain, lalu menjahui ucapan/sikap yang dianggap menunjukkan
ketidakmampuan mengontrol diri oleh seseorang dengan sikap kasar atau
melawan secara langsung.
Budaya perawatan ibu nifas masih terus berkembang dalam berbagai
aspek kehidupan juga menjadi kearifan lokal dari suatu budaya yaitu dengan
berbagai aspek kehidupan, seperti nilai kepemimpinan, toleransi, nasionalisme,
keadilan, kebenaran, kejujuran, kesempurnaan, dan sebagainya. Di dalam
pemikiran mistis di indonesia, manusia akan menjalin hubungan dengan daya
alam dan alam tersebut belum dicampuri teknologi, lalu lintas, turisme,dan hal ini
bersifat serba rahasia. Nilai-nilai kebudayaan yang dapat dilestarikan adalah sikap
toleransi terhadap sesamanya dan sifat kekeluargaan yang sangat kuat.
17

Dalam hal pemeliharaan kesehatan budaya juga memiliki budaya yang


diciptakan sebagai upaya memberikan kesehatan atau mencegah terjadinya
masalah kesehatan. Dalam hal ini yang akan dibahasa berikutnya adalah budaya
Madura yang sebagai aspek pemeliharaan kesehatan atau perawaran ibu nifas.
Adapun budaya-budaya di indonesia yang masih juga dilakukan seperti
hasil berdasarkan penelitian (Sugita & Widiastuti, 2016) adalah sebagai berikut;
1) Pilis
Pilis terbuat dari berbagai bahan alami yaitu ganthi, kencur, kunyit, mint
dan juga daun kenanga. Masyarakat mempercayai bahwa pilis dapat meredakan
rasa pusing dan untuk melancarkan peredaran darah. Pilis juga berguna sebagai
ramuan yang dapat menjaga kesehatan mata dan mencegah naiknya darah putih ke
kepala. Pilis dipakai dengan cara ditempelkan pada dahi.

Gambar 2.1. Pilis

2) Parem
Parem berarti ramuan beras dan kencur serta bahan yang lain berfungsi
untuk menggosok badan yang berasal darai bahasa Madura. Parem pada
perawatan ibu hamil biasanya dipakai di area tangan dan kaki. (Poerwadarminto,
1939 : 57, 472). Parem menjadi ramuan jamu untuk perawatan wanita sesuai
kondisinya, ini artinya parem bukan hanya dipakai oleh ibu nifas.
18

Gambar 2.2 Parem


3) Minum Jamu
Jamu yang biasanya dikonsumsi adalah jamu tradisional yaitu jamu beras
kencur, kunir asem, temu lawak, godhong kates, wejahan atau jamu campuran.
Jamu dipercaya bermanfaat untuk melancarkan keluarnya ASI dan juga dapat
menjaga agar badan lebih sehat.

Gambar 2.3 Jamu


4) Pijet
Pijet/pijat dapat diartikan sebagai cara me-relaksasikan badan dengan
menekan bebarapa bagian tubuh. Dalam perawatan masa nifas biasanya seluruh
tubuh akan dipijet kecuali perut. Pijet/ pijat dilakukan untuk menghilangkan rasa
lelah.
19

Gambar 2.4 Pijat


5) Stagen/ Bekung
Stagen/bekung adalah upaya perawatan yang dilakukan menggunakan kain
panjang yang berukuran 2- 10 meter. Biasanya ibu nifas dibantu orang lain ketika
memakai stegen terutama stagen yang terlalu panjang. Kain ini dililitkan pada
bagian perut ibu nifas dengan ketat. Hal ini dipercaya dapat mengecilkan perut
dan menjaga keindah ibu setelah melahirkan.

Gambar 2.5 Stagen atau Bekung


6) Gurita
Gurita hampir sama dengan stagen/ bekung hanya saja berukuran lebih
pendek dan memilki tali-tali yang perlu diikat satu persatu. Memakai gurita
dipercaya dapat mengecilkan dan mengencangkan perut.
20

Gambar 2.6 Gurita


7) Kempitan
Kempitan merupakan sebuah balutan kain yang dikenakan setelah
menggunakan sebuah pembalut dan celana dalam dengan tujuan agar nyeri dan
pembengkakan berkurang dan juga supaya jalan lahir menjadi rapat setelah
melahirkan. Kempitan akan dilakukan selama kurang dari empat puluh hari, atau
selama lokhea masih keluar.

Gambar 2.7 Kempitan


8) Walikdadah
Walikdadah adalah budaya pengurutan terakhir pada ibu nifas yang
biasanya bagian perut menjadi bagian utama, dilakukan pada hari ke-36 masa
nifas. walikdadah dianggap dapat mengembalikan posisi rahim kebentuk semula.
21

Gambar 2.8 Walikdadah


9) Duduk Senden
Duduk senden adalah ibu nifas melakukan duduk dengan posisi kedua kaki
ditekuk dan telapak kaki di silangkan dengan tujuan menjaga kesehatan ibu
postpartum.

Gambar 2.9 Duduk senden


10) Pantang makan
Pantang makan adalah kebiasaan membatasi makanan, biasanya setiap
daerah memiliki pantangan makanan yang berbeda-beda sesuai kepercayan suku
tersebut. Pada penelitian Sakinah, (2017) menyatakan bahwa terdapat hubungan
budaya pantang makan dengan kesembuhan luka perineum pada ibu nifas.
Semakin budaya pantang makan tidak dilakukan maka akan semakin cepat
kesembuhan luka perineum.
22

Gambar 2.10 Pantang makan


Trisna, ( 2016) juga mengemukakan bahwa pantangan makan yayng
dilakukan ibu nifas dapat menurunkan asupan gizi dan akan berpengaruh terhadap
kesehatan dan produksi air susu.
11) Budaya Duduk
Budaya duduk dilakukan dengan posisi duduk kaki yang sejajar tidak
saling tumpang tindih, merapatkan kaki serta kaki tidak menggantung, hal tersebut
dipercaya agar ibu tidak mengalami varises, merapatkan kembali jalan lahir dan
supaya jahitan tidak rusak.

Gambar 2.10 Budaya duduk

2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi budaya perawatan masa nifas


2.3.1 Pengetahuan
1. Konsep Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
23

pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan


raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut A. Wawan (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
terdiri dari dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia itu berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.Namun perlu
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti
mutlak berpengetahuan rendah pula
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Bukan hanya sebagai
sumber kesenangan tetapi lebih kepada cara mencari nafkah yang penuh
banyak tantangan. Memang secara tidak langsung pekerjaan turut andil
dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, hal ini dikarenakan

pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dan


kebudayaan, sedangkan interaksi sosial dan budaya berhubungan erat
dengan proses pertukaran informasi.
24

c) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998), semakin cukup
umur,tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan berkerja. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap
dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan
yang diperolehnya semakin membaik.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
orang atau kelompok. Lingkungan berpengaruh terhadap proses
masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun
tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
b) Sosial budaya
Sosial budaya dapat mempengaruhi sikap dalam menerima
informasi.Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan.
c) Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu.Menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal
dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
d) Pengalaman
Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik
seseorang berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap
objek tersebut menyenangkan maka secara psikologi timbul kesanyang
25

sangat dalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya


dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupan.

2.3.2 Pendidikan
Tingkat pendidikan turut menentukan seseorang dengan mudah atau
tidaknya menyerap dan memahami sesuatu (pengetahuan) yang mereka
dapatkan. Proses sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk
mencapai suatu tujuan dari konsep yang telah ditetapkan merupakan bagian dari
pendidikan. Kelak pendidikan diharapkan sebagai dasar individu untuk memiliki
kemampuan dan keterampilan secara individual demi peningkatan taraf hidup dan
perannya secara lahir batin. Adapun bagaimana seseorang dalam bertindak dan
berperilaku dilihat dari tingkat pendidikan sangat mempengaruhi keduanya dalam
mencari penyebab dan solusi dalam hidupnya. Biasanya pendidikan tinggi
berpengaruh terhadap rasional atau tidaknya seseorang dalam berfikir yang akan
lebih mudah untuh menerima ide-ide baru (Walyani, 2017 dalam Budiman, 2017).
Pendidikan merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan
sebagai satu kesatuan dan hasil atau prestasi yang dicapai oleh
perkembangan manusia, dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam
mencapai tujuannya. Pendidikan merupakan tingkat kemajuan masyarakat
dan kebudayaan sebagai satu kesatuan. Sedangkan menurut Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa jalur
pendidikan itu sendiri terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan
informal. Jenjang pendidikan formal sebagai berikut :
1. Pendidikan dasar menurut ialah jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah, pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar
(SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta
sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau
bentuk lain yang sederajat.
2. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan, pendidikan menengah berbentuk
sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah
26

menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK),atau


bentuk lain yang sederajat.
3. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan
tinggi.

2.3.3 Budaya Turun temurun


Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KKBI) budaya memiliki arti
pikiran; akal budi,adat istiadat: atau sesuatu yang mengenai kebudayaan yang
sudah berkembang (beradab, maju): sesuatu sudah menjadi kebiasaan yang sudah
sulit diubah. Sedangkan kebudayaan merupakan hasil dari suatu kegiatan dan
penciptaan batin (akal budi) manusia yaitu seperti kepercayaan, kesenian, dan adat
istiadat. Sehingga disimpulkan bahwa budaya yaitu suatu kebiasaan/adat istiadat
yang terjadi secara tersusun yang diturunkan dari pola perilaku nenek moyang
manusia sebelumnya, dan kemudian menjadi sesuatu yang sulit diubah didalam
kehidupan masyarakat.
27

BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Teori

Konsep Dasar Nifas : Konsep Budaya pada Nifas:


1. Definisi Nifas 1. Definisi Budaya
2. Tujuan masa nifas 2. Ciri-ciri budaya
3. Tahapan masa nifas 3. Tahap-tahap
4. Perawatan masa nifas perkembangan budaya
`
5. Tanda bahaya masa nifas 4. Macam-macam budaya
6. Kebutuhan dasar ibu nifas perawatan ibu nifas
a. Nutrisi dan cairan a. Pilis
b. Mobilisasi b. Parem
c. Personal Hygiene c. Minum jamu
d. Eliminasi d. Pijet
e. Seksual e. Stagen/bengkong
f. Keluarga berencana f. Gurita
g. Latihan / Senam nifas g. Kempitan
h. Perawatan Ibu nifas h. Walikdadah
7. Cara deteksi dini komplikasi i. Duduk senden
masa nifas j. Pantang makan
k. Budaya duduk

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan masa nifas


1. Tingkat Pengetahuan
2. Tingkat Pendidikan
3. Budaya turun temurun

Gambar 3.1. Kerangka Teori


28

3.2 Kerangka Konseptual

Variabel Independen (Bebas) Variabel Dependen (Terikat)

Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu nifas

 Tingkat Pengetahuan

 Tingkat Pendidikan Kesehatan masa Nifas

 Budaya turun temurun

= diteliti
= tidak diteliti

Gambar 3.2. Kerangka Konseptual

3.3 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah hasil atau kesimpulan yang ditentukan dari sebuah
penelitian yang belum tentu kebenarannya, dan baru akan menjadi benar jika
sudah disertai dengan bukti-bukti. Dalam hal ini hipotesis sangat berkaitan dengan
perumusan masalah, karena perumusan masalah merupakan pertanyaan penelitian
yang harus dijawab pada hipotesis. Dan dalam menjawab rumusan masalah dalam
hipotesis haruslah berdasar pada teori dan empiris (Juliansyah dalam Hakim,
2017).
Ho : Faktor budaya perawatan ibu nifas tidak mempengaruhi kesehatan masa nifas
H1 : Faktor budaya perawatan ibu nifas mempengaruhi kesehatan masa nifas
29

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode Observasional Analitik. penelitian yang
menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan ini terjadi. Kemudian
melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko
dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2012).

4.2. Rancang Bangun Penelitian


Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei dengan rancangan
pendekatan cross sectional, yaitu setiap objek hanya diamati satu kali saja dan
pengukuran dilakukan secara bersamaan (Notoatmodjo, 2012).

4.3. Populasi dan Sampel


4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2014). Populasi ibu nifas di
wilayah kerja Puskemas Kabupaten Bangkalan bulan Januari tahun 2022
sebanyak 896 orang

4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. (Arikunto, 2010).
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses
menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili pupolasi yang ada (Nursalam,
2014). Pada penelitian ini sampel diambil dari seluruh ibu nifas di wilayah kerja
Puskemas Kabupaten Bangkalan yang memenuhi kriteria sbb.
a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari populasi
target yang akan diteliti meliputi :
1) Ibu nifas dalam kondisi sehat jasmani dan rohani
2) Ibu nifas dan bayi yang tinggal dalam satu rumah
30

b. Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang tidak


memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008). Dalam
penelitian ini kriteria eksklusinya adalah :
1) Ibu nifas yang sudah menerapkan budaya dalam perawatan masa nifas

4.3.3 Besar Sampel


Dalam penelitian ini besarnya sampel ditentukan dengan menggunaakaan
rumus statistic menggunakan rumus Slovin sbb;
n = ___N____
1+N (e)²
Keterangan:
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d: Persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang
masih bisa ditolerir (0.1)
n = ___896___
1+877 (e)²
n= 896
1+897(0,1)²

n = ___896___
1+8.96

n = 896__
9,96

N = 89,9 (dibulatkan menjadi 90 sampel)

4.3.4 Teknik pengambilan sampel:


Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan teknik random
sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana setiap unit atau anggota dari
populasi tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi menjadi
sampel
31

4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian


4.4.1 Lokasi penelitian
Pada penelitian ini lokasi yang dipilih sebagai lokasi penelitian, yaitu di
Kabupaten Bangkalan yang tersebar di 18 Kecamatan.

4.4.2 Waktu penelitian


Penelitian dan pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada
Februari 2023 - Maret 2023.

4.5. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel


Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Variabel
Dependen
Tingkat Pengetahuan ibu Kuesioner 1. Baik 76%-100% Ordinal
pengetahua mengenani 2.Cukup 56%- 75%
n perawatan masa 3.Kurang <56%
nifas
Kuesioner

Tingkat Pendidikan Kuesinoer 1.Dasar (SD,SMP) Nominal


Pendidikan tertinggi 2.Menengah (SMA)
yang pernah 3.Tinggi (Akademi, PT)
ditempuh
responden
32

Budaya budaya-budaya Kuesioner Dari semua pertanyaan Ordinal


turun yang dilakukan yang
temurun dalam perawatan ada di variabel budaya:
masa nifas a. 1 = jika jawaban
benar
1. b. 0 = jika jawaban
salah Kemudian, hasil
dari pengukuran
variabel
budaya akan
dijumlahkan

Variabel perawatan wanita Kuesinoer Dari semua pertanyaan Ordinal


Independen setelah selesai yang
Perawatan bersalin hingga ada di variabel budaya:
Masa Nifas alat-alat reproduksi a. 1 = jika jawaban
kembali seperti benar
sebelum hamil b. 0 = jika jawaban
salah Kemudian, hasil
dari pengukuran
variabel
budaya akan
dijumlahkan

4.6. Teknik dan prosedur Pengumpulan Data


4.6.1 Tahap persiapan
Sebelum melakukan penelitian ke masyarakat, peneliti menyusun proposal
penelitian terlebih dahulu. Proposal yang disusun antara lain menjelaskan tentang
pemilihan (perumusan) masalah sampai dengan penyusunan instrumen serta
tehknik yang digunakan untuk analisis data. Sebelum menyusun proposal, peneliti
mengumpulkan data sekunder yang didapat dari berbagai sumber seperti jurnal
33

penelitian, skripsi, buku, data kesehatan milik pemerintah yang dipublikasikan di


internet, dan lain sebagainya. Peneliti mempersiapkan alat ukur atau instrumen
berupa kuesioner yang dipakai dalam penelitian. Kuesioner yang di siapkan antara
lain kuesioner Inisiai Menyusu Dini (IMD), Dukungan Suami, Pengetahuan dan
Pekerjaan ibu serta karakteristik responden.

3.6.2 Tahap pelaksanaan


Dalam tahap pelaksanaan ada beberapa hal yang harus dilaksanakan, antara
lain :
a. Meminta persetujuan kepada responden
Peneliti menjelaskan tujuan untuk mendapatkan persetujuan dari ibu bayi agar
menjadi responden. Kemudian ibu menandatangani form kesediaan yang sudah
disediakan.
b. Melakukan pengambilan data
Peneliti melakukan wawancara kepada setiap responden yang telah bersedia
menjadi responden dan telah memenuhi kriteria inklusi. Setelah pengisian
kuesioner selesai dilakukan peneliti memberikan reward kepada responden
sebagai bentuk terimakasih peneliti kepada responden karena sudah berkenan
menjadi responden penelitian.
c. Pengolahan data
Data yang telah diperoleh melalui kuesioner kemudian disiapkan untuk
diolah. Data yang diperoleh dari responden dikumpulkan, kemudian di koreksi
terlebih dahulu sebelum di analisis, selanjutnya data akan di koding. Setelah
proses pengkodingan selesai, data akan dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan aplikasi SPSS.

3.6.3 Pengumpulan Data


1. Data primer
Data primer didapat dari hasil wawancara kepada responden atau ibu nifas
2. Data sekunder
Data sekunder didapat dari sumber buku, jurnal, skripsi, data dari puskesmas
sebagai data awal dan data yang dipublikasikan di internet seperti data dari
34

dinas kesehatan, kementrian kesehatan Republik Indonesia dan lain


sebagainya.

4.7. Pengolahan dan Analisi Data


4.7.1 Pengolahan data
Data yang didapatkan akan diolah menggunakan aplikasi program statistik
komputer, kemudian dianalisis dan hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk
tabel. Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1) Editing
Merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan isian kuesioner (Notoatmodjo,
2010). Dalam tahap ini, peneliti akan melakukan pengecekan di setiap lembar
kuesioner sehingga dapat diketahui jika ada pengisian kuesioner yang salah
oleh responden sebelum data di analisa.
2) Coding
Proses mengubah data menjadi kalimat atau angka. Coding atau pengkodean
data berfungsi pada saat memasukkan data ke program di komputer
(Notoatmodjo, 2010). Peneliti, mengkoding terlebih dahulu masing-masing
jawaban responden yang menjawab di kuesioner sesuai dengan definisi
operasional yang ditentukan.
3) Processing
Merupakan kegiatan memasukkan data yang diperoleh dari responden dalam
bentuk “Kode” dilakukan dengan menggunakan program di komputer (SPSS)
(Notoatmodjo, 2010). Peneliti memasukkan data yang telah dikoding kedalam
aplikasi SPSS sebelum dilakukan analisis data secara bivariat.
4) Cleaning
Kegiatan pembersihan data yang bertujuan untuk mengetahui data yang hilang,
variasi data, dan konsistentis data (Notoatmodjo,2010). Peneliti melakukan
pengkoreksian kembali pada data yang telah dimasukkan untuk mengetahui
kemungkinan adanya kesalahan, ketidaklengkapan data maupun terdapat data
yang hilang.
35

4.7.2 Analisis Data


Dalam penelitian ini data yang di analisis adalah data kualitatif yaitu data
yang berhubungan dengan karakteristik responden dan data kuantitatif yaitu data
yang berhubungan dengan angka-angka seperti perhitungan skor atau nilai dari
pertanyaan. Selain analisis secara kualitatif data dari penelitian dilakukan secara
deskriptif kuantitatif. Setelah melakukan pengumpulan data primer kemudian data
dianalisis dengan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Untuk
melihat hubungan variabel bebas dan variabel terikat dengan uji statistik chi
square.
1) Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
responden dan setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisis univariat
digunakan untuk mendeskripsikan usia ibu, tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu
dan budaya turun temurun yang dilakukan pada masa nifas
2) Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
memiliki korelasi antara variabel independen (Tingkat pengetahuan, tingkat
pendidikan dan budaya turun temurun) dengan variabel dependent (perawatan masa
nifas).

4.8. Kerangka Operasional

Populasi

Sampel
Teknik random Sampling

Wawancara

Pengolahan Data

Analisi Data

Kesimpulan
36

4.9. Ethical Clearance


Penelitian yang dilakukan harus sesuai dengan etika penelitian yang
meliputi (26):
1. Informed concent
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian
dengan menggunakan lembar persetujuan (informed concent). Tujuan informed
concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya, jika subjek yang bersedia kemudian harus menandatangani lembar
persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati
hak responden.
2. Anonimty (tanpa nama)
Merupakan masalah etika dalam penelitian dengan cara tidak memberikan
nama responden pada lembar alat ukur hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data.
3. Confidentiality (kerahasian)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasian dari hasil penelitian
baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan pada hasil riset.
37

DAFTAR PUSTAKA

Adliyani, Z. O. N. (2015). Pengaruh Perilaku Individu terhadap Hidup Sehat.


Perubahan Perilaku Dan Konsep Diri Remaja Yang Sulit Bergaul Setelah
Menjalani Pelatihan Keterampilan Sosial, 4(7), 109–114.
Ajar, B. (n.d.). BUKU AJAR.
AlMubarakarakfury, S. (2012). Syarah Bulughul Maram. Perpustakan
Nasional RI.
Arnanda, R. (n.d.). Survei Awal Penelitian, Desember
2020. Asmani, J. M. (2019). Ushul Fiqh. Pustaka
Pelajar.
Badan statistik, K. A. J. (2020). Data Statistik.
BIDANDELIMA. (2014). Bahan Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Asuhan
Kebidanan Masa Nifas, 156–159. www.wijayahusada.com
Dewi, V. N. L., & Sunarsi, T. (2011). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Drs. Mazzia
Luth. (1994). Kebudayaan. IKIP Padang.
Elis, A., Maryam, A., Sakona, Y., & Kasmawati. (2019). Analisis Hubungan
Pengetahuan ibu Nifas Dengan Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas di Rumah Sakit
Umum daerah Labuang Baji Makassar. Jurnal Ilmiah Media Bidan, 4(2), 67–71.
Fitriahadi, E., & Utama, I. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas Beserta Daftar Tilik.
Journal of Chemical Information and Modeling, 01(01), 1689–1699.
Fitriany, M. S., Farouk, H. M. A. H., & Taqwa, R. (2016). Perilaku Masyarakat dalam
Pengelolaan Kesehatan Lingkungan. 18, 41–46.
Fuad, M. (2007). Fiqih Wanita Lengkap (Mencakup Isi Hukum Wanita dalam
Kehidupan Sehari-hari). Lintas Media.
Harahap, R. A. (2018). Dasar Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku (Ed.1. Cet.). PT
RajaGrafindo Persada.
Irwan. (2017). Etika dan Perilaku Kesehatan.
Kamal, A. M. (2018). Ensiklopedia Fiqih Wanita jild 1.
Kemenkes. (2020). Selama Social Distancing. Pedoman Bagi Ibu Hamil , Ibu Nifas
Dan Bayi Baru Lahir Selama Covid-19, Kemenkes. (2020). Selama Social
Distancing. Pedoma.
38

As Kemenkes RI. (2019). Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu


dan Bayi Baru Lahir. http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Buku
Panduan Pelayanan Pasca Persalinan bagi Ibu dan Bayi Baru Lahir-
Combination.pdf
Kesehatan, K., Indonesia, R., Yogyakarta, P. K., & Kebidanan, J. (n.d.).
Kementerian kesehatan republik indonesia poltekkes kemenkes yogyakarta
jurusan kebidanan.
Lidya. (2019). 197 Scientia Journal Vol. 8 No. 1 Mei 2019. 8(1), 198.
M. K. Trisna, Adhetia and , Dr. Faizah Betty Rahayuningsih, S. K. (2016). Praktik
Perawatan Masa Nifas Di Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara Terkait
Dengan Faktor Sosial Budaya. Jurnal Ilmu Keperawatan, 6(1), 47–56.
Majmu’atul Fatawa. (n.d.). No Title.
Mansyur, N., & Dahlan, A. K. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
Makara Printing Plus.
Maran, R. R. (2000). Kemanusiaan dan Kebudayaan. PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo,
S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka
Cipta.
Nuruddin, S. M. (2018). Cara Wanita Menghadapi Hhaid, Nifas dan Istihadhah Al-
Qurnan dan Hadits. Alkausar Prima.
Penerapannya, P., Religi, A. S., & Teknologi, K. (2019). No Title. 1(2), 144–159.
Poltekkes Kemenkes. (2013). Modul Penyulit dan Komplikasi Masa Nifas.
Opac-
Kebidanan.Poltekkesjogja.Ac.Id. http://opac-
kebidanan.poltekkesjogja.ac.id/hgz/files/digital/skripsi/SEPTIASIH W.pdf
Prof. Dr. Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. In Kualitatif, dan R&D.
Alfabeta.
Pusat, B. S. (2010). Badan statistik Pusat.
Rachim, R. L., & Nashori, H. F. (2007). Nilai budaya Madura dan perilaku nakal remaja
Madura. Jurnal Ilmiah Berkala Psilologi, 09(1), 30–43.
RI, D. A. (n.d.). Al-Quran dan Terjemahan. Bintang Indonesia
Jakarta. https://quran.kemenag.go.id/
Sakinah, T. P. (2017). Hubungan Status Gizi Ibu Nifas dan Budaya Makanan Pantangan
39

Masa Nifas dengan Penyembuhan Luka Perineum di Rs Dewi Sartika Kota


Kedari. Skripsi, 6, 102.
Salim & Sahrum. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.pdf (pp. 1–397).
Satriyandari, Y., & Hariyati, N. R. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Perdarahan Postpartum. Journal of Health Studies, 1(2), 49–64.
https://doi.org/10.31101/jhes.185
Sugiono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif. In Kualitatif dan R&D (pp. 270– 274).
Alfabeta.
Sugita, S., & Widiastuti, N. H. (2016). Budaya Madura Ibu Postpartum Di Desa
Candirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten. Jurnal Kebidanan Dan
Kesehatan Tradisional, 1(1), 25–34. https://doi.org/10.37341/jkkt.v1i1.42
Sukma, F., Hidayati, E., & Nurhasiyah Jamil, S. (2017). Buku Asuhan Kebidanan pada
Masa Nifas.
Sumarah, S., Hakimi, M., & Prawitasari, S. (2014). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini
Terhadap Jumlah Perdarahan Pasca Persalinan. Jurnal Kesehatan Reproduksi,
1(1), 60–69. https://doi.org/10.22146/jkr.4915
Sumiyati, S., & Latifah, H. (2015). STUDI PENGETAHUAN IBU NIFAS
TENTANG TANDA BAHAYA SELAMA MASA NIFAS (Di Desa
Pomahan Janggan Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 2015). Jurnal Kebidanan,
7(2), 5. https://doi.org/10.30736/midpro.v7i2.30
Syafe’i, M. (2017). Tafsir Al-Nalh 123 : Dilarang Melestarikan Budaya Buruk.
KUmparan. Com. https://kumparan.com/bangsaonline/tafsir-al-nahl-123-
dilarang-melestarikan-budaya-buruk
Syafe’i, R. (1999). Ilmu Ushul Fiqh (M. A. Djabiel (ed.)).
Tanjung, M. F. A. (2017). JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol.2, No.3, ISSN :
2548-429X Agustus 2017. Jurnal Ilmiah Maksitek, 2(3), 101–111.
http://sciencemakarioz.org/jurnal/index.php/maksitek/article/view/148/149
Utomo, S. S. (2005). Upacara Daur Hidup Adat Madura (Ed.1 Ct.1). Effhar.
Wahyuningsih, H. P. (2018). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. KEMENKES 2018.
Wilujeng, R. D., & Hartati, A. (2018). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas.
Akademi Kebidanan Griya HUsada.
Lampiran 1. Berita Acara Perbaikan Proposal skripsi

BERITA ACARA PERBAIKAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Ummu Kulsum Sholihatin.


NIM : 217019057
Judul :
“Persepsi budaya Madura terhadap pelayanan ibu nifas di Kabupaten Bangkalan”
Jadwal Ujian : 22 Januari 2023

Batas Akhir Perbaikan : ………………………………..

No Nama Penguji Perbaikan Tanda Tangan


1

Anda mungkin juga menyukai