Anda di halaman 1dari 89

GAMBARAN POLA MAKAN DALAM TERJADINYA

GASTRITIS PADA BIARAWATI DI YAYASAN SANTA


MARIA

SKRIPSI
OLEH

KORNELIA MINGGU

NIM : 121121007

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2014

Universitas Sumatera Utara


ii

Universitas Sumatera Utara


PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul

“Gambaran Pola Makan dalam Terjadinya Gastritis pada Biarawati di Yayasan

Santa Maria”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan dan keterbatasan kemampuan pengetahuan penulis. Untuk itu

dengan kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya

membangun dari para pembaca sekalian, demi kebaikan dan kesempurnaan

Skripsi ini.

Selama pelaksanaan penulis menerima dukungan moril, materil, serta

kritik dan saran dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

meyelesaikan Skripsi ini yaitu :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. sebagai Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi terlaksananya

pendidikan sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Keperawatan.

3. Ibu Cholina Trisa Siregar, M.Kep, Sp. KMB selaku Dosen Pembimbing

yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan masukan,

iii

Universitas Sumatera Utara


arahan dan idenya dengan penuh kesabaran, ketulusan hati selama

penyusunan Skripsi ini.

4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Dosen Penguji I.

5. Bapak Asrizal, S. Kep, Ns, WOC (ET)N selaku Dosen Penguji II.

6. Ibu Evi Karota, SKp, MNS, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama perkuliahan.

7. Seluruh staf pengajar beserta staf administrasi Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

8. M.A.Ilham dan rekan-rekan mahasiswa Ekstensi Keperawatan 2012

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak

memberikan bantuan dan dukungan.

9. Propinsial/DPP SCMM serta para suster SCMM yang telah memberikan

dukungan doa yang sangat berharga dalam menjalankan perkuliahan ini.

10. Seluruh keluarga yang mencintai dan menyayangiku yang telah

memberikan doa restu dan dukungan disepanjang kehidupanku dan

selama menjalani pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara ini.

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahi Rahmat dan

BerkatNya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Medan, Februari 2014

Penulis

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
PRAKATA .................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR SKEMA ...................................................................................... . v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Tujuan Penelitian ................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Gastritis ........................................................................................... 6
2.1.1. Defenisi ................................................................................ 6
2.1.2. Klasifikasi Gastritis ............................................................. 8
2.1.3. Tanda dan Gejala Gastritis ................................................. 14
2.1.4. Penyebab Gastritis............................................................... 14
2.1.5. Pencegahan dan Penanganan Gastritis................................. 18
2.1.6. Diet Penyakit Gastritis......................................................... 19
2.1.7. Jenis Makanan yang Boleh dan Tidak Boleh di Makan..... 20
2.2. Pola Makan................................. …………………………......... 21
2.2.1. Pengertian Pola Makan .……………………………....... 21
2.2.2. Tujuan Makan .......................…….………….......…........ 25
2.2.3. Jumlah/Porsi Makan yang Dikonsumsi……………….. 26
2.2.4. Jenis Makanan yang Dikonsumsi…………………........ 29
2.2.5. Fungsi Makanan................................................................ 31
2.2.6. Frekuensi Makan............................................................... 32
2.2.7. Jadwal Makan.................................................................... 33
2.2.8. Cara Pengolahan Makanan................................................ 35
2.2.9. Membentuk Pola Makan yang Baik.................................. 36
2.3. Stres.............. ………………………………………………….... 37
2.3.1. Tahapan Stres............................................... ………........ 38
BAB III KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual ………………………...................... 40
3.2. Defenisi konseptual dan defenisi Operasional …………… 41
3.2.1. Defenisi Konseptual ……………………................. 41
3.2.2. Defenisi Operasional ……………………………… 41
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian ………………………………………. ... 42
4.2. Populasi dan sampel …………………………………….... 42
4.2.1. Populasi……………………………… ........……..... 42
4.2.2. Sampel…………………………………………….... 42
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………........ 43

Universitas Sumatera Utara


4.4. Pertimbangan Etik……………………………....……... ..... 43
4.5. Instrumen Penelitian ...………………………………......... 44
4.5.1 Kuesioner Penelitian ………………………........ ... 44
4.5.2. Validitas Instrumen .................................................. 45
4.5.3. Reliabilitas Instrumen …………………….............. 45
4.6 Pengumpulan Data …………………………………… ... 46
4.7. Pengolahan dan Analisa Data …………………………... 46
4.7.1 Pengolahan Data..................................................... .... 46
4.7.2. Analisa Data............................................................ .... 47
BAB V HASIL PEMELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian..................................................................... 48
2. Pembahasan........................................................................... 51
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpilan............................................................................. 57
2. Saran ...................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Persetujuan Menjadi Responden
2. Instrumen Penelitian
3. Persetujuan KEPK Fakultas Keperawatan USU
4. Surat Izin Uji Reliabilitas dari FK USU
5. Surat Izin Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas dari Biara Santo Michael
6. Surat Izin Penelitian dari FK USU
7. Surat Izin Penelitian dari Yayasan Santa Maria

CURRICULUM VITAE

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka konsep penelitian Gambaran Pola Makan dalam terjadinya


Gastritis pada Biarawati di Yayasan Santa Maria

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

halaman
1. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik
Responden......................................................... 49
2. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pola Makan
Responden..................................................... 50

viii

Universitas Sumatera Utara


Judul : Gambaran Pola Makan dalam terjadinya Gastritis pada Biarawati
di Yayasan Santa Maria.
Peneliti : Kornelia Minggu
NIM : 121121007
Program : Pendidikan Sarjana Keperawatan
Tahun : 2014

ABSTRAK

Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang terjadi akibat stress yang
tinggi, pola makan yang tidak teratur, infeksi kuman dan pengaruh makanan serta
obat-obatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran pola
makan dalam terjadinya gastritis pada biarawati di Yayasan Santa Maria.
Gambaran pola makan terdiri dari jenis makanan, frekuensi makan, jadwal makan
dan porsi makan. Pencegahan supaya tidak terjadi gastritis harus dilakukan
dengan memperhatikan pola makan yang teratur dan makan makanan yang tidak
merangsang pengeluaran asam lambung yang tinggi. Sampel adalah biarawati
yang ada di yayasan Santa Maria sebanyak 50 orang. Sampel diambil dengan
teknik random sampling. Pengumpulan data tanggal 19 Oktober sampai tanggal
31 Oktober 2013. Analisa data yang digunakan adalah analisa secara deskriptif
frekuensi dengan komputerisasi. Hasil penelitian ini menggambarkan pola makan
dalam terjadinya gastritis pada biarawati di yayasan Santa Maria dilihat dari jenis
makanan 80% sesuai dan 20% yang tidak sesuai, frekuensi makan 74% baik dan
26% kurang, jadwal makan 72% teratur dan 28% tidak teratur, porsi makan 88%
baik dan 12% kurang. Pola makan sehat dalam penelitian ini adalah suatu cara
atau usaha dalam pengaturan jumlah, jenis bahan makanan dengan maksud
tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau
membantu kesembuhan penyakit. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan
seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap hari.
Kata Kunci: Gastritis, jenis makanan, frekuensi makan, jadwal makan dan porsi
makan.

ix

Universitas Sumatera Utara


Title : The Diet’s Description of Nuns Suffering Gastritis at Saint Maria
Foundation.
Researcher : Kornelia Minggu
NIM : 121121007
Program : Undergraduate Nursing Education
Year : 2014

ABSTRAK

Gastritis is inflammation of the mucuos that occurs because of the reaction of


getting high stress, irregular eating pattern, and infection caused by bacteria, the
effect of some food also the medicines. The purpose of this to identify the diet
description that suffered by the nuns at Saint Maria Foundation. The description
of the diet itself incudes kinds of food, the frequency of eating, the time, and the
portion. The defense is done to avoid the gastritis by having regular eating pattern
and food that can stimulate the gastritis effect. The samples are the 50 nuns at
Saint Maria Foundation. It is taken using random sampling. It is collected on 19
October until 31 October 2013. The used analyzing data is descriptive computer
system. The result show that implies gastritis happened because of kind of food:
80% appropriate food, inappropriate food 20%, eating frequency 74% good, 26%
poor, eating schedule 72% regular and 28% irregular, eating portion 88% good,
12% poor. Good eating pattern in this research is one way or effort in controlling
sum, kinds of food with special purpose for keeping health, nutrition status,
avoiding or assist the recovery. The daily eating pattern is someone’s eating
pattern that related to daily eating habits.
Keywords: Gastritis, food variations, eating frequency, eating time, and eating
portion.

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang paling

sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,

cepat dan makan makanan yang terlalu berbumbu (Brunner, 2006). Gastritis

terjadi pada orang-orang yang mempunyai pola makan tidak teratur dan

merangsang produksi asam lambung (Padmiarso, 2009).

Gastritis disebut juga sebagai penyakit maag dan merupakan penyakit

yang sangat mengganggu aktivitas sehar-hari, yang bisa mengakibatkan kualitas

hidup menurun, tidak produktif dan bila tidak ditangani dengan baik akan

berakibat fatal bahkan sampai pada tahap kematian (Valle, 2008). Gastritis bila

tidak diobati akan mengakibatkan sekresi lambung semakin meningkat dan

akhirnya membuat lambung luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak

lambung juga dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA)

berupa hematemesis (muntah darah), melena, perforasi dan anemia karena

gangguan absorpsi vitamin B12 (anemia pernisiosa) bahkan dapat menimbulkan

kanker lambung (Suratum, 2010).

Gastritis bila terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang bersifat

meningkatkan asam lambung, seperti makanan pedas dan asam, selain makanan

yang bersifat asam, juga cara memasak makanan dapat menjadi penyebab utama

peningkatan asam lambung seperti memasak daging yang tidak matang sempurna,

Universitas Sumatera Utara


2

kari dan makanan yang banyak mengandung krim atau mentega, jenis makanan

ini sangat sukar di cerna oleh lambung sehingga kerja lambung lebih tinggi dan

mengakibatkan peningkatan asam lambung, jika ini terjadi terlalu lama maka akan

menyebabkan gastritis (Iskandar, 2009). Asam lambung juga disebabkan oleh

aktifitas yang padat, stress yang tinggi, infeksi kuman, serta alhokol (Purnomo,

2009). Menurut Misnadiarly (2009), penyebab gastritis adalah iritasi, infeksi, dan

atropi mukasa lambung yang berawal dari stres, alkohol, kafein, makan yang tidak

teratur, infeksi Helicobacter pylori dan Mycobacteria spesies, serta obat-obatan

seperti NSAIDs (Nonsteroidal Antiinflamatory Drugs) yang dapat mengiritasi

mukosa lambung.

Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu rasa tidak nyaman pada perut,

perut kembung, sakit kepala dan mual muntah, keluhan lain seperti merasa tidak

nyaman pada epigastrium, sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat

berakibat lebih buruk ketika makan, nafsu makan hilang, bersendawa dan

kembung, bisa juga disertai demam, menggigil (kediginan) hal ini dapat

mengganggu aktifitas sehari-hari (Puspadewi, 2012)

Budiana (2006), mengatakan bahwa prevalensi penyakit Gastritis terbesar

di seluruh dunia dan bahkan di perkirakan di derita lebih dari 1,7 milyar

penduduk. Negara yang sedang berkembang di jumpai infeksi pada usia dini dan

pada negara maju sebagian besar di jumpai pada usia tua. Inggris 6-20%

menderita Gastritis pada usia 55 tahun dengan prevalensi 22% pada semua umur

dan tahun 1988 adalah 16 kasus/1000 pada kelompok umur 45-64 tahun.

Universitas Sumatera Utara


3

Penelitian Rahmawati (2010) di puskesmas Lamongan didapatkan bahwa

hasil prevalensi rasio (2,19%) untuk responden yang sangat rentan stres psikologis

dan prevalensi rasio (4,67%) bahwa faktor utama terjadinya gastritis karena stres,

kelelahan dan pola makan yang tidak teratur.

Penelitian Maulidiyah dan Unum (2006), daerah- daerah di Indonesia

menunjukkan data yang cukup tinggi terjadinya gastritis seperti di Kota Surabaya

angka kejadian sebesar 31,2%, Denpasar 46%, serta survey yang dilakukan pada

masyarakat Jakarta pada tahun 2010 yang melibatkan 1.645 responden

mendapatkan bahwa pasien dengan masalah gastritis mencapai 60 % sedangkan

di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6%. Data Profil

Kesehatan Indonesia tahun ( 2011), gastritis merupakan 10 besar penyakit dengan

posisi peringkat ke 6 pasien rawat jalan dan peringkat ke 5 rawat inap dan

Environment Healt Country Profile World Healt Organization (2012)

mengatakan bahwa angka kejadian gastritis di Indonesia 40,8% yang terjadi pada

daerah-daerah di Indonesia dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952

jiwa penduduk.

Penyakit yang muncul secara langsung akibat pola makan yang tidak

teratur adalah penyakit yang berhubungan dengan lambung seperti penyakit

maag/gastritis karena salah satu penyebab utama peningkatan asam lambung

adalah pola makan yang tidak teratur. Makanan atau minuman yang dikonsumsi

dan masuk ke dalam lambung yang berfungsi untuk mengurangi kepekatan asam

lambung sehingga tidak sampai merusak dinding lambung. Ketua Departemen

Gizi Masyarakat IPB menambahkan, secara umum pola makan terkait dengan

Universitas Sumatera Utara


4

metabolisme tubuh, ada jam-jam makan yang sebaiknya dipatuhi. Bila makan

secara teratur, maka asam lambung akan mencerna makanan dengan baik, tetapi

bila tidak ada makanan, maka asam lambung yang seharusnya berfungsi untuk

mencerna makanan akan merusak dinding lambung.

Mengingat pentingnya hidup sehat maka peneliti tertarik memilih para

biarawati yayasan Santa Maria untuk dilakukan penelitian tentang Gambaran Pola

Makan dalam terjadinya Gastritis pada Biarawati Yayasan Santa Maria.

Umumnya mereka memiliki aktifitas yang sangat padat dengan tugas-tugas yang

begitu berat sehingga seringkali menganggu pola makan dan mereka juga perlu

mengenal, mengetahui masalah kesehatan termasuk mengenal bagaimana pola

makan yang dapat mengakibatkan sakit maag/gastritis karena penyakit gastritis

merupakan kondisi yang sangat mengganggu aktivitas dan banyak dijumpai pada

masyarakat serta dapat menimbulkan komplikasi yang fatal dari berbagai usia dan

profesi.

1. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan data-data di atas maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran pola makan dalam

terjadinya gastritis pada biarawati di yayasan santa Maria”?.

1. 3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pola makan (jenis makanan, frekwensi makan, jadwal

makan, dan porsi makan) dalam terjadinya gastritis pada biarawati di

yayasan Santa Maria.

Universitas Sumatera Utara


5

1.4 Manfaat Penelitian

1. 4.1 Yayasan

Hasil penelitian ini sebagai informasi dan pedoman untuk

mengurangi/mengatur beban kerja dan memanegement waktu dalam

mencegah terjadinya gastritis.

1.4.2 Bagi Responden

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pola

makan terhadap terjadinya gastritis.

1.4.3 Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pedoman untuk peneliti selanjutnya

dan dapat melanjutkan penelitian ini dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Gastritis

2.1.1. Definisi

Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti

inflamasi/peradangan. Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung.

Menurut Hirlan dalam Suyono (2006), gastritis adalah proses inflamasi pada

lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme

protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis

merupakan inflamasi dari mukosa lambung klinis berdasarkan pemeriksaan

endoskopi ditemukan eritema mukosa, kerapuhan bila trauma yang ringan saja

sudah terjadi perdarahan (Hadi, 2002).

Penyebab asam lambung tinggi antara lain : aktivitas padat sehingga telat

makan, stress tinggi yang berimbas pada produksi asam lambung berlebih. Faktor

lain yaitu infeksi kuman (e-colli, salmonella atau virus), pengaruh obat-obatan,

konsumsi alkohol berlebih (Purnomo, 2009). Secara hispatologi dapat dibuktikan

dengan adanya infiltrasi sel-sel. Sedangkan, menurut Lindseth dalam Prince

(2005), gastritis adalah suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang

dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Gastritis merupakan suatu

peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet,

misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang terlalu

Universitas Sumatera Utara


7

berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks

empedu atau terapi radiasi (Brunner, 2006).

Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam

berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran hispatologi yang khas, distribusi

anatomi, dan kemungkinan patogenesis gastritis. Didasarkan pada manifestasi

klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat, bahwa

walaupun dilakukan pembagian menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak

saling berhubungan. Gastritis kronik merupakan kelanjutan dari gastritis akut

(Suyono, 2006).

Gejala gastritis atau maag antara lain: tidak nyaman sampai nyeri pada

saluran pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, nyari ulu hati, lambung

merasa penuh, kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut keroncongan dan

sering kentut serta timbulnya luka pada dinding lambung. Gejala ini bisa menjadi

akut, berulang dan kronis. Disebut kronis bila gejala itu berlangsung lebih dari

satu bulan terus-menerus dan gstritis ini dapat ditangani sejak awal yaitu:

mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil, berhenti mengkonsumsi

makanan pedas dan asam, berhenti merokok serta minuman beralkohol dan jika

memang diperlukan dapat minum antasida sekitar setengah jam sebelum makan

atau sewaktu makan (Misnadiarly, 2009).

Lambung sering disebut sebagai maag yang berfungsi untuk menampung

makanan. Sakit maag sering dihubungkan dengan faktor stress dan makan yang

tidak teratur. Keadaan stress memang bikin makan tidak teratur. Orang masih

percaya bahwa penyakit maag disebabkan oleh stress. Keadaan stress

Universitas Sumatera Utara


8

menyebabkan produksi cairan asam lambung meningkat sehingga “tegang” oleh

cairan asam lambung. Cairan asam lambung ini bisa mengikis dinding lambung

sehingga luka dan terasa perih bila terkena bahan asam. Bila luka lambung

semakin meluas, berisiko melukai pembuluh darah dan terjadi perdarahan yang

dimuntahkan sebagai muntah darah. Hati-hatilah jangan stress berkepanjangan,

tidak ada gunanya dan makanlah secara teratur. Makanan dari lambung akan

disalurkan ke usus untuk dicerna kemudian diserap dan masuk dalam aliran darah

menuju hati (Budiman, 2011).

Gangguan pencernaan diakibatkan oleh kebiasaan pola makan yang buruk

dan stress sehari-hari. Banyak kasus gangguan pencernaan tidak ditemukan

penyebabnya secara organik dengan adanya luka atau kerusakan pada organ.

Masalah pencernaan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor eksternal yang

membahayakan fungsi sistem pencernaan seperti stress, kebiasaan makan yang

kurang sehat, tidak teratur, diet yang salah, pengobatan yang menyebabkan

iritasi, infeksi kronis dan hadirnya bakteri dalam saluran pencernaan. Banyak

gangguan pencernaan yang dapat teratasi dengan mengubah gaya hidup dengan

mengurangi stress, berhenti merokok, berolahraga secara rutin dan menjalankan

diet yang tepat (Prita, 2010).

3.1.2 Klasifikasi Gastritis

A. Gastritis Akut

Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang

menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung akibat terpapar pada zat

iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung. Gastritis akut suatu penyakit

Universitas Sumatera Utara


9

yang sering ditemukan dan biasanya bersifat jinak dan sembuh sempurna

(Suratum, 2010). Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus

merupakan penyakit yang ringan. Penyebab terberat dari gastritis akut adalah

makanan yang bersifat asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa

menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi akibat

obstruksi pylorus (Brunner, 2006).

Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk

penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut

gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa

lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya

kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada

mukosa lambung tersebut (Suyono, 2006).

a. Gastritis Akut Erosif

Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung

yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosi apabila kerusakan

yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai

di klinik, sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat, sebagai penyulit

penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui. Perjalanan

penyakit ini biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang dapat

menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna bagian atas.

Penderita gastritis akut erosif yang tidak mengalami pendarahan sering

diagnosisnya tidak tercapai.

Universitas Sumatera Utara


10

Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan khusus yang sering

dirasakan tidak sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja. Diagnosis

gastritis akut erosif, ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan

dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung (Suyono, 2006).

Penderita gastritis erosif yang disebabkan oleh bahan toksik atau korosif

dengan etiologi yang dilakukan pada bahan kimia dan bahan korosif antara lain

HCL, H2SO4, HNO3, Alkali, NaOH, KOH dan pemeriksaan klinis dapat

ditemukan antara lain mulut, lidah nampak edema, dyspagia dan nyeri

epigastrium, juga ditemukan tanda yaitu mual, muntah, hipersalivasi,

hiperhidrosis dan diare sampai dehidrasi. Penatalaksanaan secara umum

perhatiakan tanda-tanda vital, respirasi, turgor dan produksi urine serta tentukan

jenis racun untuk mencari anekdote (Misnadiarly, 2009).

b. Gastritis Akut Hemoragik

Ada dua penyebab utama gastritis akut hemoragik. Pertama diperkirakan

karena minum alkohol atau obat lain yang menimbulkan iritasi pada mukosa

gastrik secara berlebihan (aspirin atau NSAID lainnya). Meskipun pendarahan

mungkin cukup berat, tapi pendarahan pada kebanyakan pasien akan berhenti

sendiri secara spontan dan mortalitas cukup rendah. Kedua adalah stress gastritis

yang dialami pasien di Rumah Sakit, stress gastritis dialami pasien yang

mengalami trauma berat berkepanjangan, sepsis terus menerus atau penyakit berat

lainnya (Suyono, 2006).

Erosi stress merupakan lesi hemoragik majemuk pada lambung proksimal

yang timbul dalam keadaan stress fisiologi parah dan tidak berkurang. Berbeda

Universitas Sumatera Utara


11

dengan ulserasi menahun yang biasa pada traktus gastrointestinalis atas, jarang

menembus profunda kedalam mukosa dan tak disertai dengan infiltrasi sel radang

menahun. Tanpa profilaksis efektif, erosi stress akan berlanjut dan bersatu dalam

20% kasus untuk membentuk beberapa ulserasi yang menyebabkan perdarahan

gastrointestinalis atas, yang bisa menyebabkan keparahan dan mengancam

nyawa.

B. Gastritis Kronik

Gastritis Kronik merupakan peradangan bagian mukosa lambung yang

menahun. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan ulkus peptik dan karsinoma

lambung tetapi hubungan sebab akibat antara keduanya belum diketahui. Penyakit

gastritis kronik menimpa kepada orang yang mempunyai penyakit gastritis yang

tidak disembuhkan. Awalnya sudah mempunyai penyakit gastritis dan tidak

disembuhkan, maka penyakit gastritis menjadi kronik dan susah untuk

disembuhkan. Gastritis kronik terjadi infiltrasi sel-sel radang pada lamina propria

dan daerah intra epiteil terutama terdiri dari sel-sel radang kronik, yaitu limfosit

dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara histologis sebagai

peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat

ringan pada gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis, yang mengenai

bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus yang lebih parah juga

mengenai kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih dalam, hal ini biasanya

berhubungan dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia

intestinal.

Universitas Sumatera Utara


12

Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe,

yaitu: tipe A yang merupakan gastritis autoimun adanya antibody terhadap sel

parietal yang pada akhirnya dapat menimbulkan atropi mukasa lambung, 95%

pasien dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastritis atropik kronik.

Biasanya kondisi ini merupakan tendensi terjadinya Ca Lambung pada fundus

atau korpus dan tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat helicobacter pylory

terdapat inflamasi yang difusi pada lapisan mukosa sampai muskularis, sehingga

sering menyebabkan perdarahan dan erosi (Suratum, 2010).

Klasifikasi histologi yang sering digunakan pada gastritis kronik yaitu:

1. Gastritis kronik superficial

Gastritis kronik superfisial suatu inflamasi yang kronis pada permukaan

mukosa lambung. Pada pemeriksaan hispatologis terlihat gambaran adanya

penebalan mukosa sehingga terjadi perubahan yang timbul yaitu infiltrasi limfosit

dan sel plasma dilamina propia juga ditemukan leukosit nukleir polimorf dilamina

profia. Gastritis kronik superfisialis ini merupakan permulaan terjadinya gastritis

kronik.

Seseorang diketahui menderita gastritis superficial setelah diketahui

melalui PA antara lain: hiperemia, eksudasi, edema, penebalan mukosa, sel-sel

limfosit, eosinofil dan sel plasma. Pemeriksaan klinis tidak jelas tetapi pasien

mengalami mual, muntah, pain-foof-pain dan nafsu makan berkurang. Pasien

gastritis superficial disarankan untuk istirahat total, mengkonsumsi makanan

lunak dan simptomatis (Misnadiarly, 2009).

Universitas Sumatera Utara


13

2. Gastritis kronik atrofik.

Gastritik kronik atrofik yaitu sel-sel radang kronik yang menyebar lebih

dalam disertai dengan distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata.

Gastritis atrofik dianggap sebagai kelanjutan gastritis kronik superfisialis.

Seseorang menderita atropi gastritis setelah menjalani PA dan diketahui, antara

lain: mukosa tipis, muskularis atropi, kelanjar-kelenjar menurun dan adanya sel-

sel limfosit.

Pemeriksaan klinis, penderita mengalami epigastrik diskomfort, dyspepsia,

lambung rasanya penuh, nafsu makan menurun, mual, muntah, anemia peniciosa,

defisiensi Fe dan pellagra. Pengobatan yang harus dijalani adalah istirahat total,

mengkonsumsi makan lunak dan mengkonsumsi vitamin B12, Fe, dan liver

ekstrak (Misnadiarly, 2009).

Menurut Misnadiarly (2009) gastritis diklasifikasikan menjadi beberapa

bentuk yaitu:

a. Gastritis gastropati dengan keluhan umum nyeri pada ulu hati, mual,

muntah dan diare. Penyebabnya obat-obatan seperti aspirin, alkohol,

trauma pada lambung seperti pengobatan dengan laser, kelainan pembuluh

darah pada lambung dan luka akibat operasi.

b. Gastritis spesifik yaitu nyeri pada ulu hati, mual dan muntah. Penyebabnya

karena infeksi bakteri, virus, jamur, parasit, nematoda dan adanya penyakit

pada saluran pencernaan. Bila disebabkan oleh toksin biasanya disertai

dengan diare, nyeri perut, badan menjadi panas, menggigil, dan kejang

otot.

Universitas Sumatera Utara


14

c. Gastritis kronis. Keluhan pada gastritis kronis pada umumnya tidak

spesifik berupa perasaan tidak enak pada ulu hati yang disertai mual,

muntah dan perasaan penuh dihati. Penyebabnya antara lain: infeksi

C.Pylori, gastropati reaktif, autoimun, adanya tumor pada lambung dan

faktor stress.

2.1.3 Tanda dan Gejala Gastritis

a. Tanda dan gejala Gastritis Akut

Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita penyakit gastritis adalah

keluhan nyeri, mulas, rasa tidak nyaman pada perut, mual, muntah, kembung,

sering platus, cepat kenyang, rasa penuh di dalam perut, rasa panas seperti

terbakar dan sering sendawa ( Puspadewi, 2012)

b. Tanda dan Gejala Gastritis Kronis

1. Gastritis sel plasma

3. Nyeri yang menetap pada daerah epigastrium

4. Mausea sampai muntah empedu

5. Dyspepsia

6. Anorreksia

7. Berat badan menurun

8. Keluhan yang berhubungan dengan anemia

2.1.4 Penyebab Gastritis:

a. Makan tidak teratur atau terlambat makan. Biasanya menunggu lapar dulu,

baru makan dan saat makan langsung makan terlalu banyak (Puspadewi,

2009).

Universitas Sumatera Utara


15

b. Bisa juga disebabkan oleh bakteri bernama Helicobacter pylori. Bakteri

tersebut hidup di bawah lapisan selaput lendir dinding bagian dalam lamung.

Fungsi lapisan lendir sendiri adalah untuk melinudngi kerusakan dinding

lambung akibat produksi asam lambung. Infeksi yangt diakibatkan bakteri

Helicobacter menyebabkan peradangan pada dinding lambung yang disebut

gastritis (Aziz, 2011).

c. Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena itu, orang

yang merokok lebih sensitive terhadap gastritis maupun ulser. Merokok juga

akan meningkatkan asam lambung, melambatkan kesembuhan dan

meningkatkan resiko kanker lambung (Yuliarti, 2009).

d. Stress. Hal ini dimungkinkan karena karena system persarafan di otak

berhubungan dengan lambung, sehingga jika seseorang mengalami stress, bisa

muncul kelainan dalam lambungnya. Stress bisa menyebabkan terjadi

perubahan hormonal di dalam tubuh. Perubahan itu akan merangsang sel-sel

dalam lambung yang kemudian memproduksi asam secara berlebihan. Asam

yang berlebihan ini membuat lambung terasa nyeri, perih dan kembung. Lama-

kelamaan hali ini dapat menimbulkan luka di dinding lambung (Sari, 2008).

e. Efek samping obat-obatan tertentu. Konsumsi obat penghilangan rasa nyeri,

seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) misalnya aspirin, ibuproven

(Advil, Motrin dll), juga naproxen (aleve), yang terlalu sering dapat

menyebabkan penyakit gastritis, baik itu gastritis akut maupun kronis (Aziz,

2011).

Universitas Sumatera Utara


16

f. Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam. Minum minuman yang

mengandung alkohol dan cafein seperti kopi. Hal itu dapat meningkatkan

produksi asam lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan

menurunkan kemampuan fungsi dinding lambung (Suratum, 2010).

g. Alkohol, mengkonsumsi olkohol dapat mengiritasi (merangsang) dan mengikis

permukaan lambung (Suratum, 2010).

h. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka, lada) menyebabkan

kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema dan pendarahan.

i. Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan

syaraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCl lambung.

j. Asam empedu adalah cairan yang membantu pencernaan lemak. Cairan ini

diproduksi di hati dan dialirkan ke kantong empedu. Ketika keluar dari kantong

empedu akan dialirkan ke usus kecil (duodenum). Secara normal, cincin

pylorus (pada bagian bawah lambung) akan mencegah aliran asam empedu ke

dalam lambung setelah dilepaskan ke duodenum. Namun, apabila cincin

tersebut rusak dan tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau

dikeluarkan karena pembedahan maka asam empedu akan mengalir ke

lambung sehingga mengakibatkan peradangan dan gastritis kronis (Suratum,

2010).

i. Serangan terhadap lambung. Sel yang dihasilkan oleh tubuh dapat menyerang

lambung. Kejadian ini dinamakan autoimun gastritis. Kejadian ini memang

jarang terjadi, tetapi bisa terjadi. Autoimun gastritis sering terjadi pada orang

yang terserang penyakit Hashimoto’s disease, Addison’s disease dan diabetes

Universitas Sumatera Utara


17

tipe I. Autoimun gastritis juga berkaitan defisiensi B12 yang dapat

membahayakan tubuh (Aziz, 2011).

Patofisiologi Gastritis

0bat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak

mukosa lambung (gastritis erosif). Mukosa lambung berperan penting dalam

melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung

rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan merusak mukosa.

Kehadiran HCl di mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi

pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan

menyebabkan peningkatan pemeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan

cairan dari intra sel ke ekstrasel dan meyebabkan edema dan kerusakan kapiler

sehingga timbul perdarahan pada lambung. Lambung dapat melakukan regenerasi

mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya.

Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi

terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga

lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukasa lambung.

Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun atau

hilang sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap diusus halus.

Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel

darah merah. Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi

lambung dan perdarahan (Suratum, 2010).

Universitas Sumatera Utara


18

2.1.5 Pencegahan dan Penanganan Gastritis

Penyembuhan penyakit gastiritis harus dilakukan dengan memperhatikan

diet makanan yang sesuai. Diet pada penyakit gastritis bertujuan untuk

memberikan makanan dengan jumlah gizi yang cukup, tidak merangsang, dan

dapat mengurangi laju pengeluaran getah lambung, serta menetralkan kelebihan

asam lambung. Secara umum ada pedoman yang harus diperhatikan yaitu :

a. Makan secara teratur. Mulailah makan pagi pada pukul 07.00 Wib. Aturlah

tiga kali makan makanan lengkap dan tiga kali makan makanan ringan.

b. Makan dengan tenang jangan terburu-buru. Kunyah makanan hingga hancur

menjadi butiran lembut untuk meringankan kerja lambung.

c. Makan secukupnya, jangan biarkan perut kosong tetapi jangan makan

berlebihan sehingga perut terasa sangat kenyang.

d. Pilihlah makanan yang lunak atau lembek yang dimasak dengan cara

direbus, disemur atau ditim. Sebaiknya hindari makanan yang digoreng

karena biasanya menjadi keras dan sulit untuk dicerna.

e. Jangan makan makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin karena akan

menimbulkan rangsangan termis. Pilih makanan yang hangat (sesuai

temperatur tubuh).

f. Hindari makanan yang pedas atau asam, jangan menggunakan bumbu yang

merangsang misalnya cabe, merica dan cuka.

g. Jangan minum minuman beralkohol atau minuman keras, kopi atau teh

kental.

h. Hindari rokok

Universitas Sumatera Utara


19

i. Hindari konsumsi obat yang dapat menimbulkan iritasi lambung, misalnya

aspirin, vitamin C dan sebagaianya.

j. Hindari makanan yang berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi

lambung (coklat, keju dan lain-lain).

k. Kelola stres psikologi seefisien mungki (Misnadiarly, 2009).

2.1.6 Diet Penyakit Gastritis/Penyakit Lambung

Diet penyakit gastritis adalah untuk memberikan makanan dan cairan

secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan

sekresi asam lambung yang berlebihan. Syarat-syarat diet penyakit gastritis

adalah:

a. Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan.

b. Energi dan protein cukup, sesuai dengan kemampuan pasien untuk

menerimanya.

c. Lemak rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan

secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.

d. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara

bertahap.

e. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.

f. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara

termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya tahan terima

perorangan).

g. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak

dianjurkan minum susu terlalu banyak.

Universitas Sumatera Utara


20

h. Makan secara perlahan dilingkungan yang tenang.

i. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam

untuk memberi istirahat pada lambung.

Toleransi pasien terhadap makanan sangat individual, sehingga perlu

dilakukan penyesuaian, frekuensi makan dan minum susu yang sering pada pasien

tertentu dapat merangsang pengeluaran asam lambung secara berlebihan. Perilaku

makan tertentu dapat menimbulkan gastritis misalnya porsi makan terlalu besar,

makan terlalu cepat atau berbaring/tidur segera setelah makan (Almatsier, 2010).

2.1.7 Jenis Makanan yang Boleh dan Tidak boleh diberikan kepada

Penderita Gastritis (Almatsier,2010).

No Jenis Bahan Makanan Boleh diberikan Tidak Boleh Diberikan

1. Sumber hidrat arang (nasi Beras, kentang, mie,bihun, Beras ketan, bulgur, jagung

atau penggantinya). makaroni, roti, biskuit dan cantel,singkong, kentang

tepung- tepungan. goreng, cake, dodol.

2. Sumber protein hewani. Ikan, hati, daging sapi, Daging, ikan, ayam (yang

telur ayam, susu. diawetkan/dikalengkan

digoreng,dikeringkan

atau didendeng), telur ceplok

atau goreng.

3. Sumber Protein Nabati. Tahu, tempe, kacang Tahu, tempae, kacang merah,

hijau direbus atau kacang tanah yang digoreng atau

dihaluskan. panggang.

4. Lemak. Margarine, minyak (tidak Lemak hewan, santan kental.

untuk menggoreng dan

Universitas Sumatera Utara


21

santan encer).

5. Sayuran. Sayuran yang tidak bnyk Sayuran yang banyak

serat dan tidak mengandung serat dan

menimbulkan gas. menimbulkan gas,

sayuran mentah.

6. Buah-bauhan. Pepaya, pisang rebus, Buah yang banyak mengandung

sawo, jeruk garut, sari serat, dan menimbulakn gas mis;

buah. jambu, nenas, durian, nangka dan

buah yang dikeringkan.

7. Bumbu-bumbu. Gula, garam, vitsin, Cabai, merica, cuka, dan bumbu

kunyit, kunci, serasi, bumbu yang merangsang.

salam, lengkuas, jahe dan

bawang

2.2 Pola Makan

2.2.1 Pengertian Pola Makan

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah atau

jenis makanan dengan maksud tertentu. (Depkes RI ,2009). Dengan demikian,

pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk

melakukan kegiatan makan secara sehat. Sedangkan yang dimaksud pola makan

sehat dalam penelitian ini adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah

dan jenis bahan makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan

kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola

Universitas Sumatera Utara


22

makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan

kebiasaan makan setiap harinya (Anonym, 2009).

Pola makan yang baik selalu mengacu kepada gizi yang seimbang yaitu

terpenuhinya semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan dan seimbang. Tidak

diragukan, terdapat enam unsur gizi yang harus dipenuhi yaitu karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Karbohidrat, lemak dan protein

merupakan zat gizi makro sebagai sumber energi, sedangkan vitamin dan mineral

merupakan zat gizi mikro sebagai pengatur kelancaran metabolisme tubuh.

Kebutuhan zat gizi tubuh hanya dapat terpenuhi dengan pola makan yang

bervariasi dan beragam, sebab tidak ada satupun bahan makanan yang

mengandung makro dan mikronutrien yang lengakap maka semakin beragam,

semakin bervariasi dan semakin lengkap jenis makanan yang kita peroleh maka

semakin lengkaplah perolehan zat gizi untuk mewujudkan kesehatan yang optimal

(Prita, 2010).

Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah

makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.

(Baliwati, 2004). Sedangkan menurut Santosa dan Anne, (2004) mengatakan

bahwa pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran

mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan oleh setiap orang

dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

Pendapat pakar yang berbeda-beda dapat diartikan secara umum bahwa

pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok

orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan

Universitas Sumatera Utara


23

setiap hari yang meliputi jenis makanan dan frekwensi makan yang berdasarkan

pada beberapa faktor yaitu :

1. Budaya

Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi.

Demikian pula letak geografis mempengaruhi makanan yang di inginkannya.

Sebagai contoh nasi untuk orang-orang asia dan orientalis, pasta untuk orang-

orang Italia, carry untuk orang India merupakan makanan pokok, selain makanan-

makanan lain yang mulai ditinggalkan. Makanan laut banyak disukai oleh

masyarakat sepanjang pesisir Amerika Utara. Sedangkan penduduk Amerika

bagian selatan lebih banyak menyukai goreng-gorengan.

2. Agama/kepercayaan

Agama/ kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi.

Sebagai contoh, agama Islam dan Yahudi Ortodoks mengharamkan daging babi,

agama Roma Khatolik melarang makan daging setiap hari, dan beberapa aliran

agama (Protestan) melarang pemeluknya mengkonsumsi teh, kopi atau alkohol.

3. Status sosial ekonomi

Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi

oleh status social dan ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas menengah kebawah

atau orang miskin di desa tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah dan

sayuran yang mahal. Pendapatan akan membatasi seseorang untuk mengkonsumsi

makanan yang mahal harganya. Kelompok social juga berpengaruh terhadap

kebiasaan makan, misalnya kerang dan seafood disukai oleh beberapa kelompok

Universitas Sumatera Utara


24

masyarakat, sedangkan kelompok masyarakat yang lain lebih menyukai

hamburger dan pizza.

4. Personal preference

Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap

kebiasaan makan seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya sejak

dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Misalnya, ayah tidak suka ikan, begitu

pula dengan anak laki-lakinya. Ibu tidak suka makan kerang, begitu juga dengan

anak perempuannya. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makan

tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut. Anak-anak yang suka

mengunjungi kakek dan neneknya akan ikut menyukai acar karena mereka sering

dihidanghkan acar. Lain lagi dengan anak yang suka dimarahi bibinya, akan

tumbuh perasaan tidak suka pada daging ayam yang dimasak bibinya.

5. Rasa lapar, nafsu makan dan rasa kenyang

Rasa lapar umumnya merupakan sensasi yang kurang menyenangkan

karena berhubungan dengan kekurangan makanan. Sebaliknya, nafsu makan

merupakan sensasi yang menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk

makan. Sedangkan rasa kenyang merupakan perasaan puas karena telah

memenuhi keinginannya untuk makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan

mekanisme lapar, nafsu makan dan rasa kenyang dilakukan oleh system sraf

pusat, yaitu hipotalamus.

6. Kesehatan

Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan.

Sariawan atau gigi yang sakit sering kali membuat individu memilih makanan

Universitas Sumatera Utara


25

yang lembut. Tidak jarang orang yang kesulitan menelan, memilih menahan lapar

daripada makan. Pola makan yang dianjurkan adalah pola yang sumbangan

energinya 60-70% berasal dari karbohidrat , 15-20% dari protein dan 20-30% dari

lemak, disamping cukup akan vitamin, mineral dan serat. Pola makan tersebut

terbagi dalam 3 periode yaitu sarapan, makan siang dan makan malam. Peranan

sarapan tidak boleh diabaikan, karena makanan menentukan kerja tubuh dari pagi

hingga siang hari.

2.2.2 Tujuan Makan

Secara umum tujuan makan menurut ilmu kesehatan adalah memperoleh

energi yang berguna untuk pertumbuhan, mengganti sel tubuh yang rusak,

mengatur metabolisme tubuh serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

serangan penyakit (Uripi, 2004). Tujuan utama dari makanan yang kita makan

adalah untuk menyediakan berbagai nutrisi bagi tubuh. Ada enam kelas utama

nutrisi penting yang ditemukan dalam makanan yaitu: karbohidrat, lemak, protein,

vitamin, mineral, dan air. Nutrisi ini melakukan tiga fungsi dasar yaitu:

memberikan energi untuk metabolisme tubuh, meningkatkan pertumbuhan dan

pengembangan, serta membantu mengatur proses tubuh.

Fungsi makanan bagi tubuh yaitu : sebagai sumber energi (tenaga),

sumber bahan pembangun sel dan jaringan tubuh serta menggantikan sel-sel tubuh

yang rusak atau tua, dan pengatur proses yang terjadi di dalam tubuh serta sebagai

pelindung tubuh terhadap berbagai penyakit. Energi yang diperlukan aktivitas

tubuh berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak. Zat yang

Universitas Sumatera Utara


26

berfungsi sebagai bahan pembangun tubuh adalah protein. Zat pengatur dan

pelindung tubuh terdiri dari mineral, vitamin dan air (Wenny, 2010).

2.2. 3 Jumlah/porsi makanan yang dikonsumsi

WHO, secara sederhana menggambarkan kebutuhan pangan yang

dikonsumsi sebagai sebuah piramida makanan. Bagian terbawah piramida

makanan tersusun atas bahan-bahan pangan sumber karbohidrat (roti, nasi, seral,

pasta, jagung dan lain-lain), yang dianjurkan untuk dikonsumsi sebanyak 6-11

porsi sehari. Bagian tengah piramida terdiri atas 2-4 porsi buah-buahan, 3-5 porsi

sayur- sayuran, 2-3 porsi daging, unggas, ikan, telur, dan kacang-kacangan.

Sedangkan bagian atas piramida hanya terdiri atas sedikit lemak, minyak dan

pemanis gula (Prita, 2010).

Sebagai pedoman secara umum setiap hari dianjurkan makan tiga kali

sehari yang terdiri dari 1 piring nasi atau penukarnya, 1 potong ikan atau

penukarnya, 1 potong tempe atau penukarnya, 1 mangkok sayuran dan buah-

buahan. Kita harus menyeimbangkan jumlah kalori yang masuk dengan jumlah

energy yang dikeluarkan. Porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan

yang dikonsumsi setiap kali makan. Dalam mengkonsumsi makanan haruslah

seimbang dengan kebutuhan remaja atau dewasa yang disesuaikan dengan umur

dan porsi ini disesuaikan dengan piramide makanan yaitu karbohidrat 50-60%,

lemak 25-30% dan protein 15-20%. Apabila jumlah kalori yang masuk lebih besar

dari energi yang dikeluarkan maka akan mengalami kelebihan berat badan.

Jumlah (porsi) standar yaitu:

Universitas Sumatera Utara


27

a. Makanan pokok

Makanan pokok berupa nasi, roti tawar dan mie, jumlah atau porsi makanan

pokok terdiri dari nasi 100 gram, roti tawar 50 gram, mie untuk ukuran

besar 100 gram dan ukuran kecil 60 gram.

b. Lauk pauk

Lauk pauk mempunyai dua golongan lauk nabati dan lau hewani, jumlah

atau porsinya: daging 50 gram, telur 50 gram, ikan 50 gram, tempe 50 gram

(dua potong), tahu 100 gram (dua potong).

c. Sayur

Sayur merupakan bahan makanan yang berasal dari dari tumbuh-tumbuhan,

jumlah atau porsi sayuran dari berbagai jenis masakan sayuran antara lain:

sayur 100 gram.

d. Buah

Buah merupakan sumber vitamin terutama karoten, vitamin B1, vitamin B6,

vitamin C, dan sumber mineral, jumlah atau porsi buah ukuran buah 100

gram, ukuran potongan 75 gram.

e. Makanan selingan atau kecil biasanya dihidangkan antara waktu makan

pagi, makan siang maupun sore hari. Porsi atau jumlah untuk makanan

selingan tidak terbatas jumlahnya (bisa sedikit atau banyak).

f. Minuman

Minuman mempunyai fungsi membantu proses metabolisme tubuh, tiap

jenis minuman berbeda-beda pada umumnya jumlah atau ukurannya untuk

air putih dalam sehari lima kali atau lebih per gelas (2 liter perhari), atau

Universitas Sumatera Utara


28

susu 1 gelas (200 gram). Jumlah (porsi) makanan tersebut di atas adalah

sesuai dengan anjuran makanan menurut Achmad (2004).

Menurut Anonym (2009) bahwa porsi yang tepat pada saat makan

memainkan peranan besar untuk menurunkan dan mempertahankan berat badan.

Menghidangkan porsi untuk semua kelompok makanan yang menentukan jumlah

jenis tertentu nakanan yang harus dikonsumsi saat makan. Porsi yang tepat dan

baik makan yang baik adalah:

a. Karbohidrat

Setengah cangkir beras, kentang tumbuk atau pasta adalah setara dengan

satu porsi sekitar ukuran satu sendok es cream. Sebuah kentang kecil

dipanggang, wafel atau sepotong roti juga satu porsi. Satu porsi roti jagung

atau roll adalah seukuran sebatang sabun.

b. Sayuran dan buah-buahan

Satu porsi sayuran setara dengan secangkir sayuran yang dimasak atau ¾

cangkir jus sayuran. Satu porsi buah setara dengan setengah cangkir berry,

apel sedang, atau setengah jeruk atau mangga. Sayuran dan buah harus

seukuran kepalan tangan.

c. Daging, susu dan kacang

Satu porsi daging sama dengan tiga ons, sekitar satu dada ayam atau ¼

pon daging ukuran telapak tangan atau setumpuk kartu. Tiga ons ikan

adalah ukuran buku cek. Satu porsi susu sama dengan ½ - 1 ons keju atau

satu cangkir susu atau yoguart. Satu cangkir kacang dimasak sama dengan

ukuran kepalan atau bola tenis.

Universitas Sumatera Utara


29

d. Satu porsi makanan ringan sama dengan tiga atau empat crackers,

segenggam keripik atau pretzel, satu sendok es criem atau satu ons coklat.

Satu porsi mentega adalah seukuran perangko tetapi setebal jari. Satu porsi

salad dressing sama dengan dua sendok makan seukuran bola ping-pong.

2. 2.4 Jenis makanan yang dikonsumsi

Jenis makanan yang kita konsumsi harus mengandung karbohidrat,

protein, lamak dan nutrient spesifik. Karbohidrat kompleks bisa kita penuhi dari

gandum, beras, terigu, buah dan sayuran. Pilih karbohidrat yang berserat tinggi

dan kurangi karbohidrat yang berasal dari gula, sirup dan makanan yang manis-

manis. Konsumsi makanan yang manis 3-5 sendok makan perhari.

Makanan terbagi atas 2 jenis yaitu makanan ringan/makanan selingan dan

makanan utama yang memenuhi kalori tubuh sehari-hari. Makanan ringan atau

makanan selingan atau snack yang terdiri dari makanan ringan kering, basah

maupun berkuah adalah makanan yang dikonsumsi untuk selingan di sela-sela

makanan utama. Makanan utama terdiri dari makanan pokok, lauk pauk hewani

dan nabati, sayur, buah dan minuman. Di alam terdapat berbagai jenis bahan

pangan baik yang berasal dari tanaman maupun yang berasal dari hewan. Diantara

beragam jenis bahan pangan tersebut, ada yang kaya akan satu jenis zat gizi dan

ada yang kekurangan zat gizi karena itu manusia memerlukan berbagai macam

bahan pangan untuk menjamin agar semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat

dipenuhi dalam jumlah yang cukup (Prita, 2010)

Kebutuhan tubuh akan serat sebanyak lebih dari 25 gram perhari. Untuk

memenuhinya dianjurkan untuk mengkonsumsi buah dan sayur. Konsumsi protein

Universitas Sumatera Utara


30

harus lengkap antara protein nabati dan protein hewani. Sumber protein nabati

didapat dari kedelai, tempe dan tahu, sedangkan protein hewani berasal dari ikan,

daging (sapi, ayam, kambing, kerbau). Sumber vitamin dan mineral terdapat pada

vitamin A (hati, susu, wortel dan sayuran), vitamin D (ikan, susu dan kuning

telur), vitamin E (minyak, kacang-kacangan dan kedelai), vitamin K (brokoli,

bayam dan wortel), vitamin B (gandum, ikan, susu dan telur), serta kalsium (susu,

ikan dan kedelai). Jenis makanan yang dikonsumsi dapat dikelompokkan sebagai

berikut :

a. Makanan Utama

Makanan utama adalah makanan yang dikonsumsi seseorang berupa

makan pagi, makan siang, dan makan malam yang terdiri dari makanan

pokok, seperti nasi, lauk pauk, sayur, buah, dan minum.Makanan pokok

adalah makanan yang dianggap memegang peranan penting dalam

susunan hidangan. Pada umumnya makanan berfungsi sebagai sumber

energi (kalori) dalam tubuh dan memberi rasa kenyang.

(Achmad, 2004).

b. Makanan Selingan

Makanan selingan adalah makanan kecil yang dibuat sendiri maupun yang

dijual di depan rumah atau di toko atau di supermarket. Makanan selingan

menurut bentuknya terdiri dari :

- Makanan selingan bentuk kering seperti kripik pisang, kripik

singkong, kacang telor, pop corn dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


31

- Makanan selingan berbentuk basah seperti lemper, semar,

mendem, tahu isi, pastel, pisang goreng dan sebagainya.

- Makanan selingan berbentuk kuah seperti bakso, mie ayam,

empek-empek, mie ketupat dan sebagainya.

2.2.5 Fungsi makanan

Setiap makhluk hidup akan membutuhkan makanan untuk dapat tetap

bertahan hidup. Mengapa manusia memerlukan makanan? karena makanan

diperlukan tubuh manusia untuk pertumbuhan dan melakukan kegiatan sehingga

tubuh tetap sehat. Asupan gizi yang baik tidak akan terpenuhi tanpa makanan

yang sehat. Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung semua zat

gizi. Zat gizi tesebut di butuhkan tubuh untuk memperoleh energi. Selain itu, zat

gizi digunakan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan sel-sel tubuh serta

memelihara kesehatan. Zat zat makanan yang diperlukan tubuh diantaranya

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan, air. Berikut ini merupakan

fungsi umum dari makanan yang kita makan setiap hari:

a. Untuk memberikan tenaga atau energi pada tubuh makhluk hidup sehingga

dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari.

b. Sumber pengatur dan pelindung tubuh terhadap penyakit

c. Sumber pembangun tubuh baik untuk pertumbuhan maupun perbaikan

tubuh.

d. Sebagai sumber bahan pengganti sel-sel tua yang usang dimakan usia.

Universitas Sumatera Utara


32

e. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan, misalnya

keseimbangan air, keseimbangan asam-basah dan keseimbangan mineral

didalam cairan tubuh.

Untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia dan untuk

memperoleh energi agar manusia dapat melakukan kegiatan fisiknya sehari-hari,

maka tubuh manusia harus dipenuhi kebutuhan zat-zat makanan atau zat-zat

gizinya. zat-zat makanan yang diperlukan itu dapat dikelompokkan menjadi 6

macam yaitu karbohidrat, vitamin, lemak, protein, mineral dan air.

2.2.6 Frekwensi Makan

Menu sehari (frekuensi makan) adalah susunan hidangan yang disajikan

dalam sehari beberapa kali waktu makan. Frekuensi makan adalah jumlah waktu

makan dalam sehari meliputi makanan lengkap (full meat) dan makan selingan

(snack). Makanan lengkap biasanya diberikan tiga kali sehari (makan pagi, makan

siang dan makan malam), sedangkan makanan selingan biasa diberikan antara

makan pagi dan makan siang, antara makan siang dan makan malam atau setelah

makan malam. Frekuensi makan di suatu institusi berkisar anatara tiga hingga

enam kali sehari tergantung dari biaya tenaga kerja yang tersedian.

Frekwensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kwalitatif

maupun kwantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat

pencernaan mulai dari mulut sampai ke usus halus. Lama makanan dalam

lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Umumnya lambung kosong antara

3-4 jam maka jadwal makan inipun menyesuaikan dengan kosongnya lambung

(Okviani, 2011).

Universitas Sumatera Utara


33

Frekuensi yang telah distandarkan oleh Depkes di mana anjuran makan

satu hari rata-rata remaja/dewasa secara umum orang Indonesia dengan energi

2550 kkl dan protein 60 bagi laki-laki dan bagi perempuan 1900 dan proteinnya

50. (Depkes RI, 2009). Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah

terserang penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau

ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung,

sehingga timbul rasa nyeri . Secara alami lambung akan terus memproduksi asam

lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan

biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga

tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi.

Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi

semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta

menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini

akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama,

produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding

mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut

dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke

kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar.

2.2.7 Jadwal makan

Jadwal makanan sama dengan manusia pada umumnya, yaitu pagi (jam

07.00-08.00), selingan (jam 10.00) siang (jam 13.00-14.00), selingan (jam 17.00)

sore/malam (jam 19.00). Jadwal adalah teratur makan pagi, selingan pagi, makan

siang, selingan siang dan makan malam, makan ini sama dengan manusia pada

Universitas Sumatera Utara


34

umumnya, yaitu pagi, siang dan sore. Disini hanya ditekankan untuk

mengkonsumsi makanan yang tidak menyebabkan pengeluaran asam lambung

secara berlebih. Jadi jadwal makan harus teratur, lebih baik makan dalam jumlah

sedikit tapi sering dan teratur daripada makan dalam porsi banyak tapi tidak

teratur (Almatsier, 2010).

Direktorat Gizi Masyarakat Republik Indonesia mengeluarkan Pedoman

Umum Gizi seimbang sebagai berikut:

1. Makan aneka ragam makanan

2. Makan makanan untuk memenuhi kecukupan energy

3. Makan makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energy

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energy

5. Gunakan garam beryodium

6. Makan makanan sumber zat besi

7. Berikan ASI pada bayi

8. Biasakan makan pagi

9. Minum air bersih, aman yang cukup jumlahnya

10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur

11. Hindari minum minuman beralkohol

12. Makan makanan yang aman bagi kesehatan

13. Beri label pada makanan yang dikemas.

Universitas Sumatera Utara


35

2.2.8 Cara Pengolahan Makanan

Dalam menu Indonesia pada umumnya makanan dapat diolah dengan

cara sebagai berikut :

a. Merebus (boiling) adalah mematangkan makanan degan cara merebus

suatu cairan bisa berupa air saja atau air kaldu dalam panci sampai

mencapai titik didih 1000 C.

b. Memasang (braising) adalah cara memasak makanan dengan

menggunakan sedikit cairan pemasak. Bahan makanan yang diolah

dengan teknik ini adalah daging.

c. Mengukus (steaming) adalah proses mematangkan makanan dalam

uap air.

d. Bumbu-bumbuan (simmering) hampir sama dengan mengukus tapi

setelah dikukus makanan dibumbui dengan bumbu tertentu.

Agar zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan tidak banyak rusak atau

hilang, maka makanan sebaiknya diolah dengan cara sebagai berikut:

a. Memasak lebih dekat dengan waktu makan.

b. Menggunakan api kecil atau memasak dengan cepat (pressure cooker).

c. Memasak bahan makanan dalam keadaan utuh lebih baik daripada

memasak potongan terutama sayuran yang umumnya mengandung

vitamin B dan C yang mudah larut dalam air.

d. Cucilah sayuran dan buah-buahan dalam keadaan utuh tanpa dipotong-

potong terlebih dahulu.

Universitas Sumatera Utara


36

e. Usahakan untuk tidak memasak bahan makanan dalam waktu terlalu

lama karena kandungan zat gizinya akan lebih banyak yang hilang.

2.2.9 Membentuk Pola Makan yang Baik

Pola makan yang baik merupakan hasil dari sebuah rangkaian proses

upaya untuk membentuk pola makan yang baik hendaknya dilaksanakan

secara dini. Lingkungan sangat besar peranannya dalam membentuk pola

makan seseorang. Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam membentuk

pola makan yang baik yaitu :

a. Menyediakan makanan yang bervariasi.

b. Makan makanan sumber tepung-tepungan, lauk pauk, sayuran dan buah.

c. Kurangi makanan belemak.

d. Batasi makanan bergula.

e. Kurangi makanan yang banyak mengandung garam.

f. Makan teratur.

g. Memberikan pengetahuan gizi.

h. Menciptakan suasana yang menggembirakan saat makan.

i. Menananmkan norma-norma yang berkaitan dengan makanan.

j. Menanamkan adat sopan santun saat makan.

Pada kasus gastritis diawali dengan pola makan yang tidak teratur sehingga

mengakibatkan peningkatan produksi asam lambung yang memicu terjadinya

nyeri epigastrium.

Universitas Sumatera Utara


37

2.3 Stres

Stres merupakan keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal

maupun eksternal (stimulus) yang dapat membahayakan, tak terkendali atau

melebihi kemampuan individu sehingga individu akan bereaksi baik secara

fisiologis maupun psikologis (respon) dan melakukan usaha-usaha penyesuaian

diri terhadap situasi tersebut (Al Banjary, 2009).

Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau

yang menyebabkan seseorang sakit, tidak saja datang dari satu macam pemicu

tetapi ada beberapa faktor pemicu stres yaitu :

1. Faktor intrinsik dalam pekerjaan seperti tuntutan fisik misalnya faktor

kebisingan, dan faktor tugas mencakup kerja malam, beban kerja, resiko

dan bahaya.

2. Faktor struktur dan iklim kelompok adalah terpusat pada ssejauh mana

individu dapat berperan serta pada support sosial. Kurangnya peran serta

atau partisipasi dalam pengambilan keputusan sehuubngan dengan

suasana hati dan perilaku negatif. Peningkatan peluang untuk berperan

serta menghasilkan peningkatkan produktivitas dan peningkatan taraf dari

kesehatan mental dan fisik.

3. Faktor ciri-ciri individu sebagai faktor alainnya yang dapat memicu

terjadinya stres artinya stres ditentukan oleh individunya sendiri, sejauh

mana ia melihat situasinya sebagai kondisi stres. Reaksi-reaksi psikologis,

fisiologis dan bentuk perilaku terhadap stres adalah hasil dari interaksi

situasi dengan individunya, mencakup ciri-ciri kepribadian yang khusus

Universitas Sumatera Utara


38

dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai-nilai,

pengalaman masa lalu, keadaan kehidupan dan kecakapan (intelegensi,

pendidikan, pelatihan dan pembelajaran). Faktor-faktor dalam diri

individu berfungsi sebagai faktor pengaruh antara rangsang dari

lingkungan yang merupakan pembangkit stres potensial dengan individu.

Faktor pengubah ini yang menentukan bagaimana individu bereaksi

terhadap pembangkit stres potensil (Davis dan Newstrom dalam Margiati,

1999).

2.3.1 Tahapan Stres

Seseorang yang stres akan mengalami beberapa tahapan stres,

sebagaimana dikemukakan oleh Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stres

yaitu:

1. Stres tahap pertama (paling ringan) yaitu stres yang disertai perasaan nafsu

bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa

memperhitungkan tenaga yang dimiliki dan penglihatan menjadi tajam.

2. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan seperti bangun pagi

tidak segar atau letih, cepat lelah pada saat menjelang sore, mudah lelah

sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung dan perut tidaknyaman (bowel

discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung tegang. Hal ini

terjadi karena cadangan makanan tidak memadai.

3. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti defekasi yang

tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan

Universitas Sumatera Utara


39

susah tidur lagi, bangun terlalu pagi, koordinasi tubuh terganggu dan terasa

mau jatuh pingsan.

4. Tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidakmampu

bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan,

respon tidakadekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering

menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan

dan kecemasan.

5. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik

dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan

ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya ras takut dan cemas,

bingung dan panik.

6. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda

seperti jantung bedebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin dan

banyak keluar keringat, lemah serta pingsan.

Davis dan Newstrom dalam Margiati (1999) bahwa stres kerja disebabkan

oleh tugas yang telalu banyak, terbatanya waktu, kurang mendapatkan

tanggungjawab, ambiguitas peran, perbedaan nilai, frustrasi,perubahan tipe

pekerjaan dan perubahan atau konflik peran. Tugas yang terlalu banyak memang

tidak selalumenjadi penyebab stres, namun akan menjadi sumber stres bila

banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian

dan waktu yang tersedia bagi individu. Dalam kondisi tertentu, pihak atasan

seringkali memberikan tugas dengan waktu yang terbatas. Akibatnya, individu

dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan atasan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran pola makan dalam

terjadinya gastritis pada biarawati di yayasan Santa Maria. Kerangka yang disusun

pada penelitian ini yaitu kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin

diamati atau diukur melalui penelitian (Setiadi, 2007).

Pola makan

1. Jenis makanan
Gastritis
2. Frekwensi makan

3. Jadwal makan

4. Porsi makan

Gambar 3.1 Kerangka penelitian gambaran pola makan dalam terjadinya Gastritis
pada biarawati di yayasan Santa Maria.

40

Universitas Sumatera Utara


41

3.2. Defenisi Konseptual dan Operasional

3.2.1 Defenisi Konseptual

Gastritis adalah suatu peradangan yang menyerang lapisan mukosa

lambung, dapat bersifat akut dan juga dapat bersifat kronis yang paling sering

diakibatkan oleh ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak dan

cepat atau terlambat makan atau makan makanan yang terlalu berbumbu.

3.2.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Ukur
1. Pola Makan Pola makan merupakan suatu Kuesioner Ordinal Pola makan baik
kebiasaan responden makan jika > skor 80-
sehari-hari dan dinilai 128.
bagaimana responden makan Pola makan
pagi, makan siang dan makan kurang jika skor <
malam serta bagaimana 32-79.
responden mengkonsumsi
makanan tambahan setiap hari. Jenis makan baik
jika skor > 18-28
a.Jenis makanan Jenis makanan merupakan suatu Kuesioner Ordinal Jenis makan tidak
variasi makanan yang kalau baik jika skor
dimakan, dicerna dan diserap < 7-17.
akan menghasilkan susunan
menu sehat dan seimbang. Frekuensi makan
baik jika >
b.Frekwensi Frekuensi makan merupakan skor16-24
makan jumlah makan dalam sehari-hari Kuesioner Ordinal Frekuensi makan
baik kualitatif dan kuantitaif kurang jika skor <
atau makan 2 kali atau 3 kali 6-15.
sehari
c.Jadwal makan Jadwal makan
Jadwal makan merupakan waktu teratur jika skor >
makan secara teratur yaitu Kuesioner Ordinal 26-40
sarapan pagi, makanan selingan, Jadwal makan
makan siang dan makan malam. tidak teratur jika
d.Porsi makan skor < 10-25.
Porsi makan merupakan suatu
ukuran atau takaran makanan Porsi makan baik
yang dikonsumsi setiap kali Kuesioner Ordinal jika skor > 23-36
makan. Porsi makan
kurang jika skor <
9-22

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk

mengidentifikasi gambaran pola makan dalam terjadinya gastritis pada biarawati

yayasan Santa Maria. Penelitan ini menggunakan deskriptif yaitu pengumpulan

data dilakukan pada satu saat atau periode tertentu dan pengamatan studi hanya

dilakukan satu kali selama penelitian.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah biarawati yang ada di

yayasan Santa Maria dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Jumlah

populasi yang ada sebanyak 250 orang.

4.2.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan random sampling di

mana subjek dijadikan sampel yang merupakan populasi homogen dan hanya

mengandung satu ciri yaitu jika besar populasi kurang dari 1000, maka sampel

diambil 20%-30%, tergantung pada kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga

dan dana. Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti mengambil sampel

sebanyak 20% x 250 = 50 responden (Setiadi, 2007).

42

Universitas Sumatera Utara


43

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di biara yayasan Santa Maria yang ada di

Medan daerah yang sudah dikenal dengan baik, mudah dijangkau oleh peneliti,

dan keterbatasan waktu. Penelitian ini dilaksanakan pada 19 Oktober sampai 31

Oktober 2013.

4.4 Pertimbangan Etik

Peneliti menyerahkan langsung lembar persetujuan kepada responden,

kemudian peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur penelitian. Jika

responden bersedia diteliti maka diminta kepada responden untuk menandatangani

lembar persetujuan (informed consent). Jika responden menolak untuk diteliti

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden.

Kerahasiaan catatan mengenai responden dijamin dengan menggunakan inisial

responden atau memberi kode pada masing-masing lembar kuisioner dan

membakar atau menyimpan instrumen penelitian setelah proses penelitian selesai

dilaksanakan. Data-data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian.

Penelitian ini juga telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian

Kesehatan Fakultas Keperawatan USU untuk diteliti karena tidak bertentangan

dengan nilai dan norma kemanusiaan.

Universitas Sumatera Utara


44

4.5 Instrumen Penelitian

4.5.1 Kuesioner Penelitian

Kuesioner penelitian untuk memperoleh informasi dari responden, dengan

ini peneliti akan menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang

dibuat sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada kerangka konsep dan

tinjauan pustaka kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu: kuesioner data demografi

dan kuesioner pola makan terhadap terjadinya gastritis. Kuesioner tentang data

demografi responden meliputi: nama, umur, pendidikan, suku. Kuesioner

tentang pola makan terdiri dari 32 pernyataan yaitu: jenis makanan (pernyataan

no 1-9), frekuensi makan (pernyataan no 10-16), jadwal makan (pernyataan no

17-26) dan porsi makan (pernyataan no 27-36). Bentuk pernyataan positif dengan

jawaban Tidak Pernah (TP) =1, Kadang-kadang (KK)=2, Sering (SR)=3, Selalu

(SL)=4 dan penyataan negatif Tidak Pernah (TP) =4, Kadang-kadang (KK)=3,

Sering (SR)=2, Selalu (SL)=1. Skor tertinggi pola makan 128 dikurang skor

terendah 32 dibagi menjadi dua kriteria berdasarkan skor kategori yaitu: dikatan

baik jika skor 80-128 dan kurang jika skor 32-79, dan skor sub pola makan yaitu

Skor tertinggi jenis makanan 28 dikurang skor terendah 7, dibagi menjadi dua

kriteria berdasarkan skor kategori yaitu: dikatakan baik jika skor 18-28, dan tidak

sesuai jika skor 7-17, skor tertinggi frekuensi makan 24 dikurang skor terendah 6

dibagi menjadi dua kriteria berdasarkan skor kategori yaitu dikatakan baik jika

skor 16-24, dan kurang jika skor 6-15, skor tertinggi jadwal makan 40 dikurang

skor terendah 10, dibagi menjadi dua kriteria berdasarkan skor kategori yaitu

dikatakan teratur jika skor 26-40, dan tidak teratur jika skor 10-25, serta skor

Universitas Sumatera Utara


45

tertinggi porsi makan 36 dikurang skor terendah 9, dibagi menjadi dua kritetia

berdasarkan skor kategori yaitu dikatakan baik jika jika skor 23-36 dan kurang

jika skor 9-22.

Berdasarkan rumus statistik Arlinda (2011) yaitu :

R
I=
N
Keterangan :
I : Interval Kelas
R : Nilai tertinggi dikurangi nilai terendah
N : Jumlah kelas yang tersedia (Baik dan Buruk)

4.5.2. Validitas Instrumen

Instrumen yang dipakai oleh peneliti telah diuji validitasnya oleh dosen

yang kompeten dalam bidangnya.

4.5.3 Reliabilitasi instrumen

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitasi) instrumen dilakukan uji

reliabilitasi instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya

dalam ruang lingkup yang sama. Uji reliabilitasi ini bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar derajat atau alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran

yang akan diukur.

Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil sama bila

digunakan beberapa kali pada sekelompok sampel (Arikunto, 2010). Dalam

penelitian ini digunakan uji reliabilitas internal yaitu pemberian instrumen hanya

satu kali dengan satu bentuk instrumen yang diuji cobakan kepada sekelompok

responden. Uji reliabilitas ini dilakuakan dengan menggunakan rumus crombath

Universitas Sumatera Utara


46

alpha untuk kuisioner gambaran pola makan dalam terjadinya gastritis (Arikunto,

2010). Hasil analisa reliabilitas untuk kuesiner ini diperoleh bahwa kuesioner ini

reliabel dengan hasil 0,79. Uji reliabilitas ini diujikan kepada biarawati St.

Michael sebanyak 10 responden pada tanggal 10 Oktober 2013.

4.6 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah mengghunakan atau

berpedoman pada kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah mendapat izin

dari institusi pendidikan Program Studi Fakultas Keperawatan S1 Universitas

Sumatera Utara, dan memberikan izin tersebut kepada Pimpinan Biara Yayasan

Santa Maria.

Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data

penelitian. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah

dibuat sebelumnya dan setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti

menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses

pengisian kuesioner, dan calon responden tersebut diminta untuk menandatangani

lembar persetujuan. Kemudian peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan

untuk penelitian. Bila semua data yang dibutuhkan peneliti telah dikumpulkan,

maka selanjutnya peneliti akan menganalisa data.

Universitas Sumatera Utara


47

4.7 Pengolahan dan Analisa Data

4.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data yang sudah terkumpul akan diolah melalui langkah-

langkah berikut :

a. Editing

Dilakukan utk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data

belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan

mewawancarai ulang responden.

b. Coding

Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya

kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah oleh

komputer.

c. Tabulating

Mengolah data kedalam bentuk tabel distribusi frekwensi untuk

mempermudah analisa data, pengolahan data serta pengambilan

kesimpulan.

4.7.2 Analisa Data

Setelah data semua terkumpul maka dilakukan analisa data univariat

dilakukandengan mendeskripsikan besarnya persentase pada seluruh variabel

penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi baik dari data demogerafi,

pola makan (jenis makanan, frekuensi makan, jadwal makan dan porsi makan).

Tahap selanjutnya melakukan tabulasi data dan analisa yang sajikan dalam bentuk

Universitas Sumatera Utara


48

tabel distribusi frekwensi dan persentase. Analisa data yang digunakan adalah

analisa secara deskriptif dengan komputerisasi.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian setelah pengumpulan data

yang dilakukan sejak tanggal 19 Oktober sampai dengan tanggal 31 Oktober 2013

di yayasan Santa Maria. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang karakteristik

responden gambaran pola makan dalam terjadinya gastritis.

1.1. Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden mencakup umur, pendidikan dan suku.

Hasil lengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa mayoritas responden berumur 18-35 tahun (46%) dan berumur 36-45

(30%). Responden pada umumnya berpendidikan SMU (44%) dan Perguruan

Tinggi (38%). Responden mayoritas suku Batak (48%) dan suku Nias (16%)

49

Universitas Sumatera Utara


50

Tabel. 5. 1 Distribusi Frekkuensi dan Persentase Karakteristik Responden


(N=50)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Umur
- 18-35 23 46,0
- 36-45 15 30,0
- 46-60 12 24,0
Pendidikan
- SMU 22 44,0
- Akademi 9 18,0
- Perguruan Tinggi 19 38,0
Suku
- Batak 24 48,0
- Nias 8 16,0
- Flores 7 14,0
- Sulawesi 3 6,0
- Jawa 3 6,0
- Sumba 4 8,0
- Timor Leste 1 2,0

1.2 Gambaran pola makan dalam terjadinya gastritis pada biarawati

yayasan Santa Maria

Gambaran pola makan dalam terjadinya gastritis pada biarawati yayasan

Santa Maria dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan dengan menggunakan

kuesioner kepada responden. Gambaran pola makan dalam terjadinya gastritis

pada biarawati yayasan Santa Maria dibagi dalam empat subtopik yaitu jenis

makan, frekuensi makan,, jadwal makan dan porsi makan.

Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 50 responden, sebanyak 40 orang (80%)

responden jenis makanannya sesuai, frekuensi makan baik sebanyak 37 orang

Universitas Sumatera Utara


51

(74%), jadwal makan teratur sebanyak 36 orang (72%), serta porsi makan baik

sebanyak 44 orang (88%) responden.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pola Makan


Responden (N=50)

Kategori Frekuensi Persentase


Pola Makan
Baik 37 74%
Kurang 13 26%
Jenis Makanan
Baik 40 80%
Tidak baik 10 20%
Frekuensi makan
Baik 37 74%
Kurang 13 26%
Jadwal Makan
Teratur 36 72%
Tidak Teratur 14 28%
Porsi Makan
Baik 44 88%
Kurang 6 12%

2. Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tujuan untuk

mendapatkan gambaran pola makan dalam terjadinya gastritis pada biarawati di

yayasan Santa Maria dengan sebanyak 50 responden terlibat dalam penelitian ini.

Penelitian pola makan ini terdiri dari empat kategori yaitu jenis makanan,

frekuensi makan, jadwal makan dan porsi makan.

2.1 Pola makan

Hasil penelitian diperoleh data 37 orang (74%) responden pola makannya

baik dan 13 orang (26%) responden pola makannya kurang. Hal ini disebabkan

karena mayoritas usia responden berada pada usia muda sehingga beban kerja

Universitas Sumatera Utara


52

responden tidak terlalu berat dan bisa mengatur pola makan dengan baik. Pola

makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan

kegiatan makan secara sehat, yang dimaksud pola makan sehat dalam penelitian

ini adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis bahan

makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status

nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Santosa dan Anne,

(2004) mengatakan bahwa pola makan merupakan berbagai informasi yang

memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan

oleh setiap orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat

tertentu.

2.1.1 Jenis makanan

Hasil penelitian diperoleh data 40 orang (80%) responden mengkonsumsi

makanan yang sesuai dan 10 orang (20%) yang jenis makanannya tidak sesuai.

Hal ini dapat disebabkan karena responden kurang perhatian akan kesehatan diri

atau kurang mengerti apa akibat bila tidak memperhatikan makanan yang

dikonsumsi juga faktor kesibukan. Jenis makanan dengan kategori tidak sesuai

yaitu makanan yang dapat meningkatkan asam lambung sedangkan kategori

sesuai yang dikonsumsi responden agar tidak terjadi gastritis yaitu jenis makanan

yang tidak dapat meningkatkan asam lambung. Jenis makanan merupakan salah

satu faktor penyebab dari penyakit gastritis. Suratum (2010) mengatakan bahwa

mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan dapat merangsang sistem

pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Pendapat ini juga

didukung oleh Misnadiarly (2009) tentang jenis makanan yang dapat

Universitas Sumatera Utara


53

mengakibatkan gastritis yaitu makanan yang pedas, makanan yang mengandung

gas dan asam.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Sulastri, dkk (2012)

pada 53 responden di Puskesmas Kampar Riau bahwa 44 orang (83%) responden

jenis makanan tidak sesuai yaitu makanan yang instan, alkohol serta makanan

yang mengandung kafein dan 9 orang (17%) responden jenis makanannya sesuai.

Perbedaan hasil penelitian ini karena adanya perbedaan dari segi populasi dan

sampel. Tetapi penelitian ini didukung oleh penelitian Rahmawati (2010) di

puskesmas Lamongan didapatkan bahwa hasil prevalensi rasio (2,19%) untuk

responden yang sangat rentan stres psikologis dan prevalensi rasio (4,67%)

bahwa faktor utama terjadinya gastritis karena stres, kelelahan.

Jenis makan yang tidak sesuai dapat menimbulakan gastritis tetapi ada

berbagai faktor penyebab asam lambung tinggi antara lain: aktivitas padat

sehingga telat makan, stress tinggi yang berimbas pada produksi asam lambung

berlebih. Faktor lain yaitu infeksi kuman (e-colli, salmonella atau virus),

pengaruh obat-obatan, konsumsi alkohol berlebih (Purnomo, 2009) dan menurut

Misnadiarly (2009), penyebab gastritis adalah iritasi, infeksi, dan atropi mukasa

lambung yang berawal dari stres, alkohol, kafein, makan yang tidak teratur,

infeksi Helicobacter pylori dan Mycobacteria spesies, serta obat-obatan seperti

NSAIDs (Nonsteroidal Antiinflamatory Drugs).

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang jika dimakan, dicerna,

diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang,

jenis dan ragam makanan untuk mewujudkan kesahatan yang optimal (Prita,

Universitas Sumatera Utara


54

2010). Tabel distribusi frekuensi berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsi

responden 20% kategori yang tidak sesuai dan 80% kategori yang sesuai. Hal ini

disebabkan karena responden tidak memperhatikan makanan yang

dikonsumsinya, faktor kesibukan, mengkonsumi makanan yang pedas, makanan

yang keasamannya tinggi, makanan yang banyak mengandung lemak/goreng-

gorengan, makanan yang mengandung kafein seperti kopi yang dapat

meningkatkan produksi asam lambung dan pada akhirnya kekuatan dinding

lambung menurun. Tidak jarang kondisi seperti ini menimbulkan luka pada

dinding lambung dan menyebabkan penyakit gastritis (Misnadiarly, 2009).

Sebaiknya responden menghindari makanan yang bersifat merangsang dinding

lambung yang memproduksi zat asam berlebihan diantaranya makanan yang

pedas, asam makanan yang mengandung gas maupun yang banyak mengandung

lemak atau goreng-gorengan yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis.

2.1.2. Frekuensi Makan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 responden ada 13 orang

(26%) responden frekwuensi makanannya kurang dan 37 orang (74%) responden

yang frekuensi makannya baik. Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam

sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif. Frekuensi makan merupakan intensitas

makan dalam sehari yang meliputi makanan lengkap (full meat) dan makanan

selingan (snack). Bila frekuensi makan sehari-hari semakin kecil, tidak memenuhi

makanan lengkap dan makanan selingan maka akan rentan untuk terkena penyakit

gastritis. Hal ini disebabkan perut dibiarkan kosong selama lebih dari tiga jam,

sehingga asam lambungpun semakin banyak diproduksi oleh lambung. Secara

Universitas Sumatera Utara


55

alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari

mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan

jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka

jadwal makan ini pun menyesuikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011).

Penelitian Rahma, dkk (2013) menunjukkan bahwa lebih banyak

responden dengan frekuensi makan yang tidak tepat/kurang (58,7%) dibandingkan

dengan frekuensi makan yang tepat/sesuai, ini disebabkan karena kebanyakan

responden hanya makan makanan lengkap dua kali yaitu siang dan malam,

padahal yang tepat adalah makan makanan yang lengkap sebanyak tiga kali sehari

sedangkan untuk makanan selingan, beberapa responden tidak dapat memenuhi

makanan selingan minimal tiga kali sehari karena alasan ekonomi. Penelitian ini

berbeda dengan penelitian Rahma yaitu responden tetap makan tiga kali sehari

tetapi tidak tepat waktu dan makanan selingan jarang terpenuhi dengan alasan

sibuk. Frekuensi makan yang tidak diperhatikan dengan baik akan mengakibatkan

gangguan pada lambung sehingga menimbulkan penyakit maag atau gastritis, jadi

bagi responden harus lebih memperhatikan frekuensi makannya serta frekuensi

konsumsi makanan yang dianjurkan. Frekuensi yang telah distandarkan oleh

Depkes di mana anjuran makan satu hari rata-rata remaja/dewasa secara umum

orang Indonesia dengan energi 2550 kkl dan protein 60 bagi laki-laki dan bagi

perempuan 1900 dan proteinnya 50. (Depkes RI, 2009).

2.1.3. Jadwal makan

Hasil penelitian diketahui bahwa jadwal makan untuk reponden

dikategorikan makan teratur ada 36 orang (72%) responden dengan pola makan

Universitas Sumatera Utara


56

teratur tiga kali sehari dengan selingan diantara makan pagi dan siang sedangkan

untuk responden yang jadwal makan tidak teratur ada 14 orang (28%) responden.

Jadwal makanan sama dengan manusia pada umumnya, yaitu pagi (jam 07.00-

08.00), selingan (jam 10.00) siang (jam 13.00-14.00), selingan (jam 17.00)

sore/malam (jam 19.00). Jadwal adalah teratur makan pagi, selingan pagi, makan

siang, selingan siang dan makan malam, makan ini sama dengan manusia pada

umumnya, yaitu pagi, siang dan sore. Jadwal makan harus teratur, lebih baik

makan dalam jumlah sedikit tapi sering dan teratur daripada makan dalam porsi

banyak tapi tidak teratur (Almatsier, 2010).

Pola makan sehari-hari terlihat pada kebiasaan jadwal makan yang sering

tidak teratur, seperti sering terlambat makan atau menunda waktu makan bahkan

kadang tidak sarapan pagi atau tidak makan siang atau tidak makan malam

sehingga membuat perut mengalami kekosongan dalam waktu yang lama. Jadwal

makan yang tidak teratur tentunya akan dapat menyerang lambung yang dapat

menimbulkan penyakit maag atau gastritis.

Tabel 5.2 menggambarkan distribusi frekuensi responden berdasarkan

waktu makan responden adalah 72% dengan kategori teratur dan 28% berada

pada kategori tidak teratur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang

memiliki jadwal makan teratur sebesar 72% dan yang tidak teratur sebesar 28%.

Gastritis atau sakit maag sering disebabkan jadwal makan yang tidak teratur,

sering terlambat makan atau sering makan yang berlebihan. Lama makanan dalam

lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Umumnya lambung kosong antara

3-4 jam maka jadwal makan inipun menyesuaikan dengan kosongnya lambung

Universitas Sumatera Utara


57

(Okviani, 2011). Pada tabel distribusi frekuensi penderita gastritis berdasarkan

jadwal makan ada 28% kategori tidak teratur makan. Makan tidak teratur atau

terlambat makan akan mengakibatkan gastritis karena biasanya menunggu lapar

baru makan dan saat makan langsung makan banyak atau hanya sedikit tapi

jarang (Puspadewi, 2009).

Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Rahma, dkk (2013) di

puskesmas Kampli bahwa lebih banyak responden yang makan teratur (55,8%)

dibandingakan dengan yang makan tidak teratur (44,2%). Ketidakteraturan makan

merupakan faktor resiko terjadinya gastritis hal ini disebabkan waktu responden

cukup terbatas terhadap waktu makan setiap hari, melihat usia responden antara

18-60 (usia produktif) dengan kemampuan kerja yang cukup tinggi sehingga

waktu makan tidak teratur.

2.1.4. Porsi Makan

Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukkan ada 44 orang

(88%) responden yang makannya baik dan 6 orang (12%) responden yang

makannnya kurang. Hasil penelitan menunjukkan porsi makan dapat

menpengaruhi terjadinya gastiritis bagi responden. Porsi makan perlu diperhatikan

oleh responden yang mengalami gastritis untuk meringankan pekerjaan saluran

pencernaan dimana sebaiknya makan dalam porsi kecil tapi sering. Menghindari

makan dalam keadaan lapar, makan tergesa-gesa dapat mengakibatkan terjadinya

gastritis. Biasanya menunggu lapar, baru makan, makan terburu-buru dan saat

makan langsung makan terlalu banyak (Puspadewi, 2009).

Universitas Sumatera Utara


58

Tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan porsi makan 88%

kategori baik dan 12% kategori porsi makanannya kurang, hal ini disebabkan

mereka mengkonsumsi makanan kadang dalam porsi kecil, menunggu lapar baru

makan dan seringkali makan tergesa-gesa. Pola makan sehari-hari setiap individu

berbeda-beda, ada yang melakukan pola makan secara sehat dan ada pula yang

melakukan pola makan yang salah. Pola makan yang sehat tentunya akan

mempertahankan kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, sedangkan pola

makan yang salah memiliki dampak yang sangat merugikan bagi kesehatan salah

satunya adalah maag/gastritis. Pola makan yang baik selalu mengacu kepada gizi

yang seimbang yaitu terpenuhinya semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan dan

seimbang (Prita, 2010). Penyakit maag/gastritis bisa diderita oleh orang-orang

yang mempunyai aktivitas tinggi termasuk biarawati di yayasan Santa Maria yang

memiliki pola hidup kesibukan, seperti kurang memperhatikan jenis makanan,

frekuensi makan dan porsi yang dikonsumsi serara tidak tepat dan tidak teratur.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab 5, dapat diambil

kesimpulan dan saran mengenai gambaran pola makan dalam terjadinya gastritis

pada biarawati di yayasan Santa Maria tanggal 19 Oktober sampai dengan 31

Oktober dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar usia responden berada

pada rentang usia 18-35 tahun (46%). Pada umumnya responden bersuku Batak

diikuti suku Nias dan Flores serta latar belakang pendidikan terbanyak SMU

kemudian Perguruan Tinggi.

Penelitian yang dilakukan terhadap 50 orang responden, dapat diambil

kesimpulan tentang gambaran pola makan dalam terjadinya gastritis pada

biarawati di yayasan Santa Maria. Mayoritas responden pola makannya baik

yang dilihat dari jenis makanan responden yang sesuai sebesar 80%, frekuensi

makan responden yang baik 74%, jadwal makan responden yang teratur sebesar

72%, dan porsi makan responden yang baik sebesar 88%. Walaupun pola makan

responden baik tetapi sebaiknya responden tetap memperhatikan atau menjaga

pola makan dengan baik khususnya frekuensi makan dan jadwal makan.

Terjadinya gastritis tidak hanya pola makan yang tidak baik tetapi banyak faktor

yang mengakibatkannya. Responden yang sangat rentan stres psikologis karena

stres, kelelahan, dan sibuk, sehingga tidak teratur makan, dan frekuensi makan

59

Universitas Sumatera Utara


60

kurang diperhatikan adalah faktor utama terjadinya gastritis. Pola makan hanya

salah satu dari sekian penyebab gastritis jadi untuk mencapai pola makan yang

baik hendaknya diperhatikan atau dilaksanakan secara dini.

Saran

1. Untuk Yayasan

Sebagai pedoman dan masukan bagi yayasan untuk memberi perhatian

bagi biarawati yang bekerja di yayasan supaya makanan siangnya diantar

oleh karyawan ke yayasan sehingga tidak terlambat makan siang.

2. Untuk praktek keperawatan

Memberi gambaran bagi keperawatan agar selalu memperhatikan pola

makan pasien sehingga pasien bisa mencapai derajat kesehatan yang

optimal.

3. Untuk penelitian selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan yang dapat

menimbulkan gastritis. Studi penelitian kualitatif juga perlu dilakukan

untuk menggali informasi yang lebih banyak memberi gambaran pola

makan terjadinya gastritis.

Universitas Sumatera Utara


61

DAFTAR PUSTAKA

Ali, I (2009). Mengatasi Gangguan Pada Pencernaan dengan Ramuan


Tradisional. Jakarta. Penerbit PT Agromedia Pustaka.
Arikunto, S (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi
VI. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Anonim (2011). Tips Kesehatan Bahaya Fast Food.
http://www.indogoo.com/index.php/topic. Diakses tanggal 2 Mei 2013.
Ahmad, M (2010). Solusi Ampuh Mengatasi Obesitas. Yogyakarta.
Alimul, A. Azis (2009). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta.
Salemba.
Almatsier, S, (2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Brunner and Suddart (2006). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 vol.1.
Jakarta:EGC
Boediman, D (2011). Pengetahuan Gizi untuk Masyarakat Awam. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Budiana (2006) Gastritis Akut dan Kronis. Online
http://www.duniakesehatan.com
Baliwati, F.W (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta. Penebar Swadaya
Beyer.
Dekes RI (2011). Profil Data Kesehatan Indonesia.
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL-DATA-KESEHATAN-
INDONESIA-TAHUN 2011.pdf. Diakses tanggal 25 Mei 2013.
Hirlan (2005). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 Edisi IV. Jakarta. Balai Penerbit
FKUI.
Lanny, D (2012). Gizi Klinik. RS Mitra Kemayoran Jakarta
Misnadiarly (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna. Pustaka Populer Obor.
Jakarta
Muttaqin, A dan Kumala, S (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Median.

Universitas Sumatera Utara


62

Mustakim (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna. Jakarta. Pustaka Populer


Obor. (Dalam Skripsi Aprianto Tabah, 2009)
Okviani (2011). Frekuensi Makan. http://bolgspot.com/2012/05/pengertian-
frekuensi- makan.html. Diakses tanggal 12 Mei 2013.
Prince, Silvia A (2005). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
________ (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Puspadewi, V.A dan Endang L (2012). Penyakit Maag dan Gangguan
Pencernaan. Yogyakarta. Kanisius.
Putri, dkk. 2010. Hubungan Pola Makan Dengan Timbulnya Gastritis Pada
Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center (UMC).
Jurnal Keperawatan, Vol.1 No.2 Juli 2010. (Online)
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/406/408
Diakses tanggal 19 Desember 2013.

Rani, Aziz (2011). Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta. Interna Publishing Pusat
ma, dkk (2013). Faktor Resiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa. (Online)
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5489/JURNAL
%20MKMI.pdf?sequence=1. Diakes tanggal 7 Januari 2014
Setiadi (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta. Graha
Ilmu.
Suyono, S (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
Suratun, L (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta. Penerbit: Trans Info Media
Sulastri, dkk. 2012. Gambaran Pola Makan Penderita Gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampar Kiri Hulu Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten
Kampar Riau Tahun 2012. Jurnal Gizi Kesehatan Reproduksi dan
Epidemiologi, Vol.1 No.2 Desember 2012.
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/view/1051/595 Diakses 25
November 2013.

Smeltzer dan Wilson (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 vol
2. Jakarta: EGC
Wijoyo, P. M (2009). Ramuan Penyembuh Maag. Cetakan Pertama. Bee Media
Indonesia. Jakarta.
WHO (2012). Standard Treatment Guidelines and Essential Medicines List For
South Africa.

Universitas Sumatera Utara


63

Wahyuni, A. S (2011). Pengelolaan dan Analisis Data Dengan SPSS. Dalam


Wahyuni, A.S., ed. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS).
Jakarta. Bamboedoea Communication
Yanti, dkk ( 2010). Hubungan Rentang Stres dan Kebiasaan Pemakaian Obat
Anti Inflamasi Non Steroid dengan Kejadian Gastritis di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2010. Program Studi
Ilmu Keperawatan: Universitas Andalas.
http://repository.unand.ac.id/id/eprint/7459 Diakses tanggal 07 Desember
2013

Universitas Sumatera Utara


64

INSTURMEN PENELITIAN

Petunjuk pengisian :

a. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan mengisi tanda chek list√)( pada

tempat yang telah disediakan.

b. Jawablah pertanyaa dibawah ini sejujurnya sesuai dengan apa yang anda

alami dan rasakan.

c. Setelah selesai mengisinya harap dikembalikan kepada peneliti.

No Urut :

1. Data Demografi

1. Kode (diisi peneliti) :

2. Umur :

3. Pendidikan terakhir :

4. Suku :

2. Kuesioner tentang Gambaran Pola Makan dalam terjadinya Gastritis

Keterangan :

4: Selalu 3: Sering

2: Kadang-kadang 1: Tidak pernah

No Pernyataan Selalu Sering Kadang- Tidak


kadang pernah

Jenis Makanan

1 Saya suka makan makanan


yang pedas.

Universitas Sumatera Utara


65

2 Saya suka makan makanan


yang asam.

3 Saya suka makan makanan


yang digoreng

4. Saya suka makan makanan


yang menggunakan bahan
penyedap.

5. Saya suka makan makanan


yang diawetkan

6. Saya makan makanan yang


banyak mengandung serat.

7. Saya makan makanan yang


banyak mengandung lemak

Frekuensi Makan

8. Saya makan 3 kali sehari


(pagi, siang dan malam)

9. Saya makan makanan selingan


diantara waktu makan

10. Saya banyak makan buah yang


mengandung asam

11. Saya makan daging dan jeroan


3 kali seminggu

12. Saya banyak makan buah yang


mengandung gas seperti

Universitas Sumatera Utara


66

durian.

13. Saya banyak makan sayuran


yang disantan.

Jadwal Makan

14. Saya makan tepat waktu


walaupun banyak tugas

15. Saya terlambat makan bila


banyak pekerjaan /tugas

16. Saya sarapan pagi sebelum


berangkat kerja

17. Saya makan di luar jam makan

18. Saya sarapan pagi tidak tepat


waktu

19. Saya tidak lagi makan malam


di atas jam 21.00 Wib

20. Saya makan saya tidak teratur


bila tugas banyak.

21. Jika terlambat makan, perut


terasa perih, gembung dan
mual-mual.

22. Saya makan makanan siap saji


bila waktu makan sudah lewat

23. Saya tidak makan bila sudah


lewat jam makan

Universitas Sumatera Utara


67

Porsi makan

24. Saya hanya makan sedikit bila


sudah capek

25. Saya tidak selera makan bila


pekerjaan banyak

26. Saya makan siang hanya ½


porsi

27. Saya makan makanan selingan


secara teratur

28. Saya hanya makan pada saat


lapar saja.

29. Saya tidak membatasi makan


buah musiman

30. Setiap hari saya makan


makanan yang beraneka ragam

31. Saya makan sayur hanya 1 kali


sehari

32. Saya tidak makan bila tidak


selera.

Universitas Sumatera Utara


68

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Kornelia Minggu/121121007 adalah Mahasiswa

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya

sedang melakukan penelitian tentang “Gambaran Pola Makan Dalam Terjadinya

Gastritis pada Biarawati Yayayasan Santa Maria”. Penelitina ini merupakan salah

satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan para anda untuk menjadi

responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan para suster

untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur apa adanya. Jika bersedia silahkan

menandatangani lembar persetujuan sebagai bukti kesukarelaan anda.

Partisipasi suster dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga anda

bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas

pribadi anda dan semua informasi yang anda berikan dirahasiakan dan hanya akan

digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Terimakasih atas partisipasi anda dalam penelitian ini.

Peneliti Medan, 2013

Kornelia Minggu Responden

Universitas Sumatera Utara


69

Hasil Uji Reabilitas

Reliability

Case Processing Summary


Reliability Statistics

N %
Cronbach's N of
Cases Valid 8 80,0 Alpha Items
Exclude
2 20,0 ,788 36
d(a)
Total 10 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Scale Statistics

Std. N of
Mean Variance Deviation Items
109,50 61,714 7,856 36

Universitas Sumatera Utara


70

Frequency Table

Umur Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 18-35 23 46,0 46,0 46,0
35-45 15 30,0 30,0 76,0
45-60 12 24,0 24,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

Pedidikan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Akademi 9 18,0 18,0 18,0
Sarjana 19 38,0 38,0 56,0
SMU 22 44,0 44,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

Suku Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Batak 24 48,0 48,0 48,0
Flores 7 14,0 14,0 62,0
Jawa 3 6,0 6,0 68,0
NIAS 8 16,0 16,0 84,0
Sulawesi 3 6,0 6,0 90,0
Sumba 4 8,0 8,0 98,0
TIMOR LE 1 2,0 2,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

Pola Makan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 13 26,0 26,0 26,0
Baik 37 74,0 74,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


71

Jenis Makan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak
10 20,0 20,0 20,0
sesuai
Sesuai 40 80,0 80,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

Frekuensi Makan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 13 26,0 26,0 26,0
Baik 37 74,0 74,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

Jadwal Makan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak
14 28,0 28,0 28,0
Teratur
Teratur 36 72,0 72,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

Porsi Makan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 6 12,0 12,0 12,0
Baik 44 88,0 88,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


72

Universitas Sumatera Utara


73

Universitas Sumatera Utara


74

Universitas Sumatera Utara


75

Universitas Sumatera Utara


76

Universitas Sumatera Utara


77

Universitas Sumatera Utara


78

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Kornelia Minggu


Tempat,tanggal lahir : Makale (Toraja), 21 Agustus 1969
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Alamat : Perum. Akper Stella Maris C/13 – MAKASSAR
(Komplex Asrama Haji)
Kewarganegaraan : Indonesia
Telephone : 0852 0645 9449, 0821 8945 9911
Email : claraminggu@gmail.com

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN


Pendidikan Formal
1976-1982 : SD Katolik – Tana Toraja.
1982-1985 : SMP Katolik – Tana Toraja.
1985-1988 : SMA Negeri I – Tana Toraja.
1993-1996 : AKPER St. Elisabeth Medan.
2012 s/d saat ini : S1 Keperawatan Fak. Keperawatan USU Medan.
Pendidikan Non Formal
2000-2001 : Kursus Bahasa Portugal dan bahasa Inggris di Timor
Leste Dili.
2003 : Kursus Pendidikan Nilai di Semarang.
2007 : Kursus Fully Alive di Padang
2011 : Kursus Pengolahan Hidup di Salatiga.

Universitas Sumatera Utara


79

Pekerjaan
1996-2000 : Pimpinan Klinik TABITA – Gunungsitoli Nias.
2000-2005 : Pimpinan Biara dan Pimpinan Klinik Mother of Mercy
Dili Timor Leste.
2000-2005 : Bendahara SMP dan SMU Sint Paul Timor Leste Dili.
2001-2005 : Sekretaris LSM Caritas HIV/AIDS Timor Leste Dili.

2001-2005 : Kerjasama dengan Norwegia untuk menangani pasien

TBC Timor Leste Dili.


2007-sekarang : Penulis tetap dan staf redaksi Majalah Gema Keuskupan
Padang.
2005-2008 : Pimpinan Biara dan Kabag. Unit Home Care, Pastoral
Care RS Yos Sudarso Padang Sumatera Barat.
2008-2011 : Pimpinan Biara dan Pimpinan Klinik RS Yos Sudarso
Padang-Pasaman.
2011-2012 : Sekretaris Yayasan Santa Maria Bunda Pertolongan Abadi
dan Pimpinan PA. Monaco Gunungsitoli Nias.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai