SKRIPSI
OLEH
KORNELIA MINGGU
NIM : 121121007
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2014
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Santa Maria”.
dengan kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya
Skripsi ini.
kritik dan saran dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis
Keperawatan.
3. Ibu Cholina Trisa Siregar, M.Kep, Sp. KMB selaku Dosen Pembimbing
iii
5. Bapak Asrizal, S. Kep, Ns, WOC (ET)N selaku Dosen Penguji II.
6. Ibu Evi Karota, SKp, MNS, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Akademik
Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahi Rahmat dan
Penulis
iv
CURRICULUM VITAE
vi
vii
halaman
1. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik
Responden......................................................... 49
2. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pola Makan
Responden..................................................... 50
viii
ABSTRAK
Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang terjadi akibat stress yang
tinggi, pola makan yang tidak teratur, infeksi kuman dan pengaruh makanan serta
obat-obatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran pola
makan dalam terjadinya gastritis pada biarawati di Yayasan Santa Maria.
Gambaran pola makan terdiri dari jenis makanan, frekuensi makan, jadwal makan
dan porsi makan. Pencegahan supaya tidak terjadi gastritis harus dilakukan
dengan memperhatikan pola makan yang teratur dan makan makanan yang tidak
merangsang pengeluaran asam lambung yang tinggi. Sampel adalah biarawati
yang ada di yayasan Santa Maria sebanyak 50 orang. Sampel diambil dengan
teknik random sampling. Pengumpulan data tanggal 19 Oktober sampai tanggal
31 Oktober 2013. Analisa data yang digunakan adalah analisa secara deskriptif
frekuensi dengan komputerisasi. Hasil penelitian ini menggambarkan pola makan
dalam terjadinya gastritis pada biarawati di yayasan Santa Maria dilihat dari jenis
makanan 80% sesuai dan 20% yang tidak sesuai, frekuensi makan 74% baik dan
26% kurang, jadwal makan 72% teratur dan 28% tidak teratur, porsi makan 88%
baik dan 12% kurang. Pola makan sehat dalam penelitian ini adalah suatu cara
atau usaha dalam pengaturan jumlah, jenis bahan makanan dengan maksud
tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau
membantu kesembuhan penyakit. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan
seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap hari.
Kata Kunci: Gastritis, jenis makanan, frekuensi makan, jadwal makan dan porsi
makan.
ix
ABSTRAK
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
cepat dan makan makanan yang terlalu berbumbu (Brunner, 2006). Gastritis
terjadi pada orang-orang yang mempunyai pola makan tidak teratur dan
hidup menurun, tidak produktif dan bila tidak ditangani dengan baik akan
berakibat fatal bahkan sampai pada tahap kematian (Valle, 2008). Gastritis bila
lambung juga dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA)
meningkatkan asam lambung, seperti makanan pedas dan asam, selain makanan
yang bersifat asam, juga cara memasak makanan dapat menjadi penyebab utama
peningkatan asam lambung seperti memasak daging yang tidak matang sempurna,
kari dan makanan yang banyak mengandung krim atau mentega, jenis makanan
ini sangat sukar di cerna oleh lambung sehingga kerja lambung lebih tinggi dan
mengakibatkan peningkatan asam lambung, jika ini terjadi terlalu lama maka akan
aktifitas yang padat, stress yang tinggi, infeksi kuman, serta alhokol (Purnomo,
2009). Menurut Misnadiarly (2009), penyebab gastritis adalah iritasi, infeksi, dan
atropi mukasa lambung yang berawal dari stres, alkohol, kafein, makan yang tidak
mukosa lambung.
Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu rasa tidak nyaman pada perut,
perut kembung, sakit kepala dan mual muntah, keluhan lain seperti merasa tidak
nyaman pada epigastrium, sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat
berakibat lebih buruk ketika makan, nafsu makan hilang, bersendawa dan
kembung, bisa juga disertai demam, menggigil (kediginan) hal ini dapat
di seluruh dunia dan bahkan di perkirakan di derita lebih dari 1,7 milyar
penduduk. Negara yang sedang berkembang di jumpai infeksi pada usia dini dan
pada negara maju sebagian besar di jumpai pada usia tua. Inggris 6-20%
menderita Gastritis pada usia 55 tahun dengan prevalensi 22% pada semua umur
dan tahun 1988 adalah 16 kasus/1000 pada kelompok umur 45-64 tahun.
hasil prevalensi rasio (2,19%) untuk responden yang sangat rentan stres psikologis
dan prevalensi rasio (4,67%) bahwa faktor utama terjadinya gastritis karena stres,
menunjukkan data yang cukup tinggi terjadinya gastritis seperti di Kota Surabaya
angka kejadian sebesar 31,2%, Denpasar 46%, serta survey yang dilakukan pada
di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6%. Data Profil
posisi peringkat ke 6 pasien rawat jalan dan peringkat ke 5 rawat inap dan
mengatakan bahwa angka kejadian gastritis di Indonesia 40,8% yang terjadi pada
jiwa penduduk.
Penyakit yang muncul secara langsung akibat pola makan yang tidak
adalah pola makan yang tidak teratur. Makanan atau minuman yang dikonsumsi
dan masuk ke dalam lambung yang berfungsi untuk mengurangi kepekatan asam
Gizi Masyarakat IPB menambahkan, secara umum pola makan terkait dengan
metabolisme tubuh, ada jam-jam makan yang sebaiknya dipatuhi. Bila makan
secara teratur, maka asam lambung akan mencerna makanan dengan baik, tetapi
bila tidak ada makanan, maka asam lambung yang seharusnya berfungsi untuk
biarawati yayasan Santa Maria untuk dilakukan penelitian tentang Gambaran Pola
Umumnya mereka memiliki aktifitas yang sangat padat dengan tugas-tugas yang
begitu berat sehingga seringkali menganggu pola makan dan mereka juga perlu
merupakan kondisi yang sangat mengganggu aktivitas dan banyak dijumpai pada
masyarakat serta dapat menimbulkan komplikasi yang fatal dari berbagai usia dan
profesi.
1. 2. Rumusan Masalah
1. 3 Tujuan Penelitian
1. 4.1 Yayasan
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Gastritis
2.1.1. Definisi
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti
Menurut Hirlan dalam Suyono (2006), gastritis adalah proses inflamasi pada
protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis
endoskopi ditemukan eritema mukosa, kerapuhan bila trauma yang ringan saja
Penyebab asam lambung tinggi antara lain : aktivitas padat sehingga telat
makan, stress tinggi yang berimbas pada produksi asam lambung berlebih. Faktor
lain yaitu infeksi kuman (e-colli, salmonella atau virus), pengaruh obat-obatan,
(2005), gastritis adalah suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Gastritis merupakan suatu
misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang terlalu
berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks
klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat, bahwa
walaupun dilakukan pembagian menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak
(Suyono, 2006).
Gejala gastritis atau maag antara lain: tidak nyaman sampai nyeri pada
saluran pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, nyari ulu hati, lambung
sering kentut serta timbulnya luka pada dinding lambung. Gejala ini bisa menjadi
akut, berulang dan kronis. Disebut kronis bila gejala itu berlangsung lebih dari
satu bulan terus-menerus dan gstritis ini dapat ditangani sejak awal yaitu:
makanan pedas dan asam, berhenti merokok serta minuman beralkohol dan jika
memang diperlukan dapat minum antasida sekitar setengah jam sebelum makan
makanan. Sakit maag sering dihubungkan dengan faktor stress dan makan yang
tidak teratur. Keadaan stress memang bikin makan tidak teratur. Orang masih
cairan asam lambung. Cairan asam lambung ini bisa mengikis dinding lambung
sehingga luka dan terasa perih bila terkena bahan asam. Bila luka lambung
semakin meluas, berisiko melukai pembuluh darah dan terjadi perdarahan yang
tidak ada gunanya dan makanlah secara teratur. Makanan dari lambung akan
disalurkan ke usus untuk dicerna kemudian diserap dan masuk dalam aliran darah
penyebabnya secara organik dengan adanya luka atau kerusakan pada organ.
kurang sehat, tidak teratur, diet yang salah, pengobatan yang menyebabkan
iritasi, infeksi kronis dan hadirnya bakteri dalam saluran pencernaan. Banyak
gangguan pencernaan yang dapat teratasi dengan mengubah gaya hidup dengan
A. Gastritis Akut
menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung akibat terpapar pada zat
iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung. Gastritis akut suatu penyakit
yang sering ditemukan dan biasanya bersifat jinak dan sembuh sempurna
(Suratum, 2010). Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus
merupakan penyakit yang ringan. Penyebab terberat dari gastritis akut adalah
makanan yang bersifat asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa
menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi akibat
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk
penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut
gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa
lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya
yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai
di klinik, sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat, sebagai penyulit
dirasakan tidak sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja. Diagnosis
Penderita gastritis erosif yang disebabkan oleh bahan toksik atau korosif
dengan etiologi yang dilakukan pada bahan kimia dan bahan korosif antara lain
HCL, H2SO4, HNO3, Alkali, NaOH, KOH dan pemeriksaan klinis dapat
ditemukan antara lain mulut, lidah nampak edema, dyspagia dan nyeri
perhatiakan tanda-tanda vital, respirasi, turgor dan produksi urine serta tentukan
karena minum alkohol atau obat lain yang menimbulkan iritasi pada mukosa
mungkin cukup berat, tapi pendarahan pada kebanyakan pasien akan berhenti
sendiri secara spontan dan mortalitas cukup rendah. Kedua adalah stress gastritis
yang dialami pasien di Rumah Sakit, stress gastritis dialami pasien yang
mengalami trauma berat berkepanjangan, sepsis terus menerus atau penyakit berat
yang timbul dalam keadaan stress fisiologi parah dan tidak berkurang. Berbeda
dengan ulserasi menahun yang biasa pada traktus gastrointestinalis atas, jarang
menembus profunda kedalam mukosa dan tak disertai dengan infiltrasi sel radang
menahun. Tanpa profilaksis efektif, erosi stress akan berlanjut dan bersatu dalam
nyawa.
B. Gastritis Kronik
menahun. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan ulkus peptik dan karsinoma
lambung tetapi hubungan sebab akibat antara keduanya belum diketahui. Penyakit
gastritis kronik menimpa kepada orang yang mempunyai penyakit gastritis yang
disembuhkan. Gastritis kronik terjadi infiltrasi sel-sel radang pada lamina propria
dan daerah intra epiteil terutama terdiri dari sel-sel radang kronik, yaitu limfosit
peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat
ringan pada gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis, yang mengenai
bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus yang lebih parah juga
mengenai kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih dalam, hal ini biasanya
intestinal.
Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe,
yaitu: tipe A yang merupakan gastritis autoimun adanya antibody terhadap sel
parietal yang pada akhirnya dapat menimbulkan atropi mukasa lambung, 95%
pasien dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastritis atropik kronik.
atau korpus dan tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat helicobacter pylory
terdapat inflamasi yang difusi pada lapisan mukosa sampai muskularis, sehingga
penebalan mukosa sehingga terjadi perubahan yang timbul yaitu infiltrasi limfosit
dan sel plasma dilamina propia juga ditemukan leukosit nukleir polimorf dilamina
kronik.
limfosit, eosinofil dan sel plasma. Pemeriksaan klinis tidak jelas tetapi pasien
Gastritik kronik atrofik yaitu sel-sel radang kronik yang menyebar lebih
dalam disertai dengan distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata.
lain: mukosa tipis, muskularis atropi, kelanjar-kelenjar menurun dan adanya sel-
sel limfosit.
lambung rasanya penuh, nafsu makan menurun, mual, muntah, anemia peniciosa,
defisiensi Fe dan pellagra. Pengobatan yang harus dijalani adalah istirahat total,
mengkonsumsi makan lunak dan mengkonsumsi vitamin B12, Fe, dan liver
bentuk yaitu:
a. Gastritis gastropati dengan keluhan umum nyeri pada ulu hati, mual,
b. Gastritis spesifik yaitu nyeri pada ulu hati, mual dan muntah. Penyebabnya
karena infeksi bakteri, virus, jamur, parasit, nematoda dan adanya penyakit
dengan diare, nyeri perut, badan menjadi panas, menggigil, dan kejang
otot.
spesifik berupa perasaan tidak enak pada ulu hati yang disertai mual,
faktor stress.
Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita penyakit gastritis adalah
keluhan nyeri, mulas, rasa tidak nyaman pada perut, mual, muntah, kembung,
sering platus, cepat kenyang, rasa penuh di dalam perut, rasa panas seperti
5. Dyspepsia
6. Anorreksia
a. Makan tidak teratur atau terlambat makan. Biasanya menunggu lapar dulu,
baru makan dan saat makan langsung makan terlalu banyak (Puspadewi,
2009).
tersebut hidup di bawah lapisan selaput lendir dinding bagian dalam lamung.
c. Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena itu, orang
yang merokok lebih sensitive terhadap gastritis maupun ulser. Merokok juga
yang berlebihan ini membuat lambung terasa nyeri, perih dan kembung. Lama-
kelamaan hali ini dapat menimbulkan luka di dinding lambung (Sari, 2008).
(Advil, Motrin dll), juga naproxen (aleve), yang terlalu sering dapat
menyebabkan penyakit gastritis, baik itu gastritis akut maupun kronis (Aziz,
2011).
mengandung alkohol dan cafein seperti kopi. Hal itu dapat meningkatkan
i. Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan
j. Asam empedu adalah cairan yang membantu pencernaan lemak. Cairan ini
diproduksi di hati dan dialirkan ke kantong empedu. Ketika keluar dari kantong
pylorus (pada bagian bawah lambung) akan mencegah aliran asam empedu ke
tersebut rusak dan tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau
2010).
i. Serangan terhadap lambung. Sel yang dihasilkan oleh tubuh dapat menyerang
jarang terjadi, tetapi bisa terjadi. Autoimun gastritis sering terjadi pada orang
Patofisiologi Gastritis
melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung
rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan merusak mukosa.
pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan
cairan dari intra sel ke ekstrasel dan meyebabkan edema dan kerusakan kapiler
Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi
terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga
lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukasa lambung.
Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun atau
hilang sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap diusus halus.
Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel
darah merah. Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi
diet makanan yang sesuai. Diet pada penyakit gastritis bertujuan untuk
memberikan makanan dengan jumlah gizi yang cukup, tidak merangsang, dan
asam lambung. Secara umum ada pedoman yang harus diperhatikan yaitu :
a. Makan secara teratur. Mulailah makan pagi pada pukul 07.00 Wib. Aturlah
tiga kali makan makanan lengkap dan tiga kali makan makanan ringan.
d. Pilihlah makanan yang lunak atau lembek yang dimasak dengan cara
e. Jangan makan makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin karena akan
temperatur tubuh).
f. Hindari makanan yang pedas atau asam, jangan menggunakan bumbu yang
g. Jangan minum minuman beralkohol atau minuman keras, kopi atau teh
kental.
h. Hindari rokok
adalah:
menerimanya.
c. Lemak rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan
d. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara
bertahap.
f. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara
perorangan).
i. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam
dilakukan penyesuaian, frekuensi makan dan minum susu yang sering pada pasien
makan tertentu dapat menimbulkan gastritis misalnya porsi makan terlalu besar,
makan terlalu cepat atau berbaring/tidur segera setelah makan (Almatsier, 2010).
2.1.7 Jenis Makanan yang Boleh dan Tidak boleh diberikan kepada
1. Sumber hidrat arang (nasi Beras, kentang, mie,bihun, Beras ketan, bulgur, jagung
2. Sumber protein hewani. Ikan, hati, daging sapi, Daging, ikan, ayam (yang
digoreng,dikeringkan
atau goreng.
3. Sumber Protein Nabati. Tahu, tempe, kacang Tahu, tempae, kacang merah,
dihaluskan. panggang.
santan encer).
sayuran mentah.
bawang
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah atau
pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk
melakukan kegiatan makan secara sehat. Sedangkan yang dimaksud pola makan
sehat dalam penelitian ini adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah
Pola makan yang baik selalu mengacu kepada gizi yang seimbang yaitu
terpenuhinya semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan dan seimbang. Tidak
diragukan, terdapat enam unsur gizi yang harus dipenuhi yaitu karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Karbohidrat, lemak dan protein
merupakan zat gizi makro sebagai sumber energi, sedangkan vitamin dan mineral
Kebutuhan zat gizi tubuh hanya dapat terpenuhi dengan pola makan yang
bervariasi dan beragam, sebab tidak ada satupun bahan makanan yang
semakin bervariasi dan semakin lengkap jenis makanan yang kita peroleh maka
semakin lengkaplah perolehan zat gizi untuk mewujudkan kesehatan yang optimal
(Prita, 2010).
Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.
mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan oleh setiap orang
pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok
setiap hari yang meliputi jenis makanan dan frekwensi makan yang berdasarkan
1. Budaya
Sebagai contoh nasi untuk orang-orang asia dan orientalis, pasta untuk orang-
orang Italia, carry untuk orang India merupakan makanan pokok, selain makanan-
makanan lain yang mulai ditinggalkan. Makanan laut banyak disukai oleh
2. Agama/kepercayaan
Sebagai contoh, agama Islam dan Yahudi Ortodoks mengharamkan daging babi,
agama Roma Khatolik melarang makan daging setiap hari, dan beberapa aliran
oleh status social dan ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas menengah kebawah
atau orang miskin di desa tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah dan
kebiasaan makan, misalnya kerang dan seafood disukai oleh beberapa kelompok
4. Personal preference
dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Misalnya, ayah tidak suka ikan, begitu
pula dengan anak laki-lakinya. Ibu tidak suka makan kerang, begitu juga dengan
anak perempuannya. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makan
mengunjungi kakek dan neneknya akan ikut menyukai acar karena mereka sering
dihidanghkan acar. Lain lagi dengan anak yang suka dimarahi bibinya, akan
tumbuh perasaan tidak suka pada daging ayam yang dimasak bibinya.
mekanisme lapar, nafsu makan dan rasa kenyang dilakukan oleh system sraf
6. Kesehatan
Sariawan atau gigi yang sakit sering kali membuat individu memilih makanan
yang lembut. Tidak jarang orang yang kesulitan menelan, memilih menahan lapar
daripada makan. Pola makan yang dianjurkan adalah pola yang sumbangan
energinya 60-70% berasal dari karbohidrat , 15-20% dari protein dan 20-30% dari
lemak, disamping cukup akan vitamin, mineral dan serat. Pola makan tersebut
terbagi dalam 3 periode yaitu sarapan, makan siang dan makan malam. Peranan
sarapan tidak boleh diabaikan, karena makanan menentukan kerja tubuh dari pagi
energi yang berguna untuk pertumbuhan, mengganti sel tubuh yang rusak,
serangan penyakit (Uripi, 2004). Tujuan utama dari makanan yang kita makan
adalah untuk menyediakan berbagai nutrisi bagi tubuh. Ada enam kelas utama
nutrisi penting yang ditemukan dalam makanan yaitu: karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral, dan air. Nutrisi ini melakukan tiga fungsi dasar yaitu:
sumber bahan pembangun sel dan jaringan tubuh serta menggantikan sel-sel tubuh
yang rusak atau tua, dan pengatur proses yang terjadi di dalam tubuh serta sebagai
tubuh berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak. Zat yang
berfungsi sebagai bahan pembangun tubuh adalah protein. Zat pengatur dan
pelindung tubuh terdiri dari mineral, vitamin dan air (Wenny, 2010).
makanan tersusun atas bahan-bahan pangan sumber karbohidrat (roti, nasi, seral,
pasta, jagung dan lain-lain), yang dianjurkan untuk dikonsumsi sebanyak 6-11
porsi sehari. Bagian tengah piramida terdiri atas 2-4 porsi buah-buahan, 3-5 porsi
sayur- sayuran, 2-3 porsi daging, unggas, ikan, telur, dan kacang-kacangan.
Sedangkan bagian atas piramida hanya terdiri atas sedikit lemak, minyak dan
Sebagai pedoman secara umum setiap hari dianjurkan makan tiga kali
sehari yang terdiri dari 1 piring nasi atau penukarnya, 1 potong ikan atau
buahan. Kita harus menyeimbangkan jumlah kalori yang masuk dengan jumlah
energy yang dikeluarkan. Porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan
seimbang dengan kebutuhan remaja atau dewasa yang disesuaikan dengan umur
dan porsi ini disesuaikan dengan piramide makanan yaitu karbohidrat 50-60%,
lemak 25-30% dan protein 15-20%. Apabila jumlah kalori yang masuk lebih besar
dari energi yang dikeluarkan maka akan mengalami kelebihan berat badan.
a. Makanan pokok
Makanan pokok berupa nasi, roti tawar dan mie, jumlah atau porsi makanan
pokok terdiri dari nasi 100 gram, roti tawar 50 gram, mie untuk ukuran
b. Lauk pauk
Lauk pauk mempunyai dua golongan lauk nabati dan lau hewani, jumlah
atau porsinya: daging 50 gram, telur 50 gram, ikan 50 gram, tempe 50 gram
c. Sayur
jumlah atau porsi sayuran dari berbagai jenis masakan sayuran antara lain:
d. Buah
Buah merupakan sumber vitamin terutama karoten, vitamin B1, vitamin B6,
vitamin C, dan sumber mineral, jumlah atau porsi buah ukuran buah 100
pagi, makan siang maupun sore hari. Porsi atau jumlah untuk makanan
f. Minuman
air putih dalam sehari lima kali atau lebih per gelas (2 liter perhari), atau
susu 1 gelas (200 gram). Jumlah (porsi) makanan tersebut di atas adalah
Menurut Anonym (2009) bahwa porsi yang tepat pada saat makan
jenis tertentu nakanan yang harus dikonsumsi saat makan. Porsi yang tepat dan
a. Karbohidrat
Setengah cangkir beras, kentang tumbuk atau pasta adalah setara dengan
satu porsi sekitar ukuran satu sendok es cream. Sebuah kentang kecil
dipanggang, wafel atau sepotong roti juga satu porsi. Satu porsi roti jagung
Satu porsi sayuran setara dengan secangkir sayuran yang dimasak atau ¾
cangkir jus sayuran. Satu porsi buah setara dengan setengah cangkir berry,
apel sedang, atau setengah jeruk atau mangga. Sayuran dan buah harus
Satu porsi daging sama dengan tiga ons, sekitar satu dada ayam atau ¼
pon daging ukuran telapak tangan atau setumpuk kartu. Tiga ons ikan
adalah ukuran buku cek. Satu porsi susu sama dengan ½ - 1 ons keju atau
satu cangkir susu atau yoguart. Satu cangkir kacang dimasak sama dengan
d. Satu porsi makanan ringan sama dengan tiga atau empat crackers,
segenggam keripik atau pretzel, satu sendok es criem atau satu ons coklat.
Satu porsi mentega adalah seukuran perangko tetapi setebal jari. Satu porsi
salad dressing sama dengan dua sendok makan seukuran bola ping-pong.
protein, lamak dan nutrient spesifik. Karbohidrat kompleks bisa kita penuhi dari
gandum, beras, terigu, buah dan sayuran. Pilih karbohidrat yang berserat tinggi
dan kurangi karbohidrat yang berasal dari gula, sirup dan makanan yang manis-
makanan utama yang memenuhi kalori tubuh sehari-hari. Makanan ringan atau
makanan selingan atau snack yang terdiri dari makanan ringan kering, basah
makanan utama. Makanan utama terdiri dari makanan pokok, lauk pauk hewani
dan nabati, sayur, buah dan minuman. Di alam terdapat berbagai jenis bahan
pangan baik yang berasal dari tanaman maupun yang berasal dari hewan. Diantara
beragam jenis bahan pangan tersebut, ada yang kaya akan satu jenis zat gizi dan
ada yang kekurangan zat gizi karena itu manusia memerlukan berbagai macam
bahan pangan untuk menjamin agar semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat
Kebutuhan tubuh akan serat sebanyak lebih dari 25 gram perhari. Untuk
harus lengkap antara protein nabati dan protein hewani. Sumber protein nabati
didapat dari kedelai, tempe dan tahu, sedangkan protein hewani berasal dari ikan,
daging (sapi, ayam, kambing, kerbau). Sumber vitamin dan mineral terdapat pada
vitamin A (hati, susu, wortel dan sayuran), vitamin D (ikan, susu dan kuning
bayam dan wortel), vitamin B (gandum, ikan, susu dan telur), serta kalsium (susu,
ikan dan kedelai). Jenis makanan yang dikonsumsi dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
a. Makanan Utama
makan pagi, makan siang, dan makan malam yang terdiri dari makanan
pokok, seperti nasi, lauk pauk, sayur, buah, dan minum.Makanan pokok
(Achmad, 2004).
b. Makanan Selingan
Makanan selingan adalah makanan kecil yang dibuat sendiri maupun yang
tubuh tetap sehat. Asupan gizi yang baik tidak akan terpenuhi tanpa makanan
yang sehat. Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung semua zat
gizi. Zat gizi tesebut di butuhkan tubuh untuk memperoleh energi. Selain itu, zat
gizi digunakan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan sel-sel tubuh serta
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan, air. Berikut ini merupakan
a. Untuk memberikan tenaga atau energi pada tubuh makhluk hidup sehingga
tubuh.
d. Sebagai sumber bahan pengganti sel-sel tua yang usang dimakan usia.
maka tubuh manusia harus dipenuhi kebutuhan zat-zat makanan atau zat-zat
dalam sehari beberapa kali waktu makan. Frekuensi makan adalah jumlah waktu
makan dalam sehari meliputi makanan lengkap (full meat) dan makan selingan
(snack). Makanan lengkap biasanya diberikan tiga kali sehari (makan pagi, makan
siang dan makan malam), sedangkan makanan selingan biasa diberikan antara
makan pagi dan makan siang, antara makan siang dan makan malam atau setelah
makan malam. Frekuensi makan di suatu institusi berkisar anatara tiga hingga
enam kali sehari tergantung dari biaya tenaga kerja yang tersedian.
maupun kwantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat
pencernaan mulai dari mulut sampai ke usus halus. Lama makanan dalam
lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Umumnya lambung kosong antara
3-4 jam maka jadwal makan inipun menyesuaikan dengan kosongnya lambung
(Okviani, 2011).
satu hari rata-rata remaja/dewasa secara umum orang Indonesia dengan energi
2550 kkl dan protein 60 bagi laki-laki dan bagi perempuan 1900 dan proteinnya
50. (Depkes RI, 2009). Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah
terserang penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau
sehingga timbul rasa nyeri . Secara alami lambung akan terus memproduksi asam
lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan
biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga
tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi.
Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi
semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta
menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini
akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama,
mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut
dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke
Jadwal makanan sama dengan manusia pada umumnya, yaitu pagi (jam
07.00-08.00), selingan (jam 10.00) siang (jam 13.00-14.00), selingan (jam 17.00)
sore/malam (jam 19.00). Jadwal adalah teratur makan pagi, selingan pagi, makan
siang, selingan siang dan makan malam, makan ini sama dengan manusia pada
umumnya, yaitu pagi, siang dan sore. Disini hanya ditekankan untuk
secara berlebih. Jadi jadwal makan harus teratur, lebih baik makan dalam jumlah
sedikit tapi sering dan teratur daripada makan dalam porsi banyak tapi tidak
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energy
suatu cairan bisa berupa air saja atau air kaldu dalam panci sampai
uap air.
Agar zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan tidak banyak rusak atau
lama karena kandungan zat gizinya akan lebih banyak yang hilang.
Pola makan yang baik merupakan hasil dari sebuah rangkaian proses
f. Makan teratur.
Pada kasus gastritis diawali dengan pola makan yang tidak teratur sehingga
nyeri epigastrium.
2.3 Stres
yang menyebabkan seseorang sakit, tidak saja datang dari satu macam pemicu
kebisingan, dan faktor tugas mencakup kerja malam, beban kerja, resiko
dan bahaya.
2. Faktor struktur dan iklim kelompok adalah terpusat pada ssejauh mana
individu dapat berperan serta pada support sosial. Kurangnya peran serta
fisiologis dan bentuk perilaku terhadap stres adalah hasil dari interaksi
1999).
yaitu:
1. Stres tahap pertama (paling ringan) yaitu stres yang disertai perasaan nafsu
2. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan seperti bangun pagi
tidak segar atau letih, cepat lelah pada saat menjelang sore, mudah lelah
sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung dan perut tidaknyaman (bowel
discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung tegang. Hal ini
3. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti defekasi yang
tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan
susah tidur lagi, bangun terlalu pagi, koordinasi tubuh terganggu dan terasa
menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan
dan kecemasan.
5. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik
6. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda
seperti jantung bedebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin dan
Davis dan Newstrom dalam Margiati (1999) bahwa stres kerja disebabkan
pekerjaan dan perubahan atau konflik peran. Tugas yang terlalu banyak memang
tidak selalumenjadi penyebab stres, namun akan menjadi sumber stres bila
banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian
dan waktu yang tersedia bagi individu. Dalam kondisi tertentu, pihak atasan
dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan atasan.
terjadinya gastritis pada biarawati di yayasan Santa Maria. Kerangka yang disusun
pada penelitian ini yaitu kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin
Pola makan
1. Jenis makanan
Gastritis
2. Frekwensi makan
3. Jadwal makan
4. Porsi makan
Gambar 3.1 Kerangka penelitian gambaran pola makan dalam terjadinya Gastritis
pada biarawati di yayasan Santa Maria.
40
lambung, dapat bersifat akut dan juga dapat bersifat kronis yang paling sering
cepat atau terlambat makan atau makan makanan yang terlalu berbumbu.
METODE PENELITIAN
data dilakukan pada satu saat atau periode tertentu dan pengamatan studi hanya
4.2.1 Populasi
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah biarawati yang ada di
yayasan Santa Maria dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Jumlah
4.2.2 Sampel
mana subjek dijadikan sampel yang merupakan populasi homogen dan hanya
mengandung satu ciri yaitu jika besar populasi kurang dari 1000, maka sampel
diambil 20%-30%, tergantung pada kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga
dan dana. Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti mengambil sampel
42
Medan daerah yang sudah dikenal dengan baik, mudah dijangkau oleh peneliti,
Oktober 2013.
maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden.
kepentingan penelitian.
Penelitian ini juga telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian
ini peneliti akan menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang
dibuat sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada kerangka konsep dan
tinjauan pustaka kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu: kuesioner data demografi
dan kuesioner pola makan terhadap terjadinya gastritis. Kuesioner tentang data
tentang pola makan terdiri dari 32 pernyataan yaitu: jenis makanan (pernyataan
17-26) dan porsi makan (pernyataan no 27-36). Bentuk pernyataan positif dengan
jawaban Tidak Pernah (TP) =1, Kadang-kadang (KK)=2, Sering (SR)=3, Selalu
(SL)=4 dan penyataan negatif Tidak Pernah (TP) =4, Kadang-kadang (KK)=3,
Sering (SR)=2, Selalu (SL)=1. Skor tertinggi pola makan 128 dikurang skor
terendah 32 dibagi menjadi dua kriteria berdasarkan skor kategori yaitu: dikatan
baik jika skor 80-128 dan kurang jika skor 32-79, dan skor sub pola makan yaitu
Skor tertinggi jenis makanan 28 dikurang skor terendah 7, dibagi menjadi dua
kriteria berdasarkan skor kategori yaitu: dikatakan baik jika skor 18-28, dan tidak
sesuai jika skor 7-17, skor tertinggi frekuensi makan 24 dikurang skor terendah 6
dibagi menjadi dua kriteria berdasarkan skor kategori yaitu dikatakan baik jika
skor 16-24, dan kurang jika skor 6-15, skor tertinggi jadwal makan 40 dikurang
skor terendah 10, dibagi menjadi dua kriteria berdasarkan skor kategori yaitu
dikatakan teratur jika skor 26-40, dan tidak teratur jika skor 10-25, serta skor
tertinggi porsi makan 36 dikurang skor terendah 9, dibagi menjadi dua kritetia
berdasarkan skor kategori yaitu dikatakan baik jika jika skor 23-36 dan kurang
R
I=
N
Keterangan :
I : Interval Kelas
R : Nilai tertinggi dikurangi nilai terendah
N : Jumlah kelas yang tersedia (Baik dan Buruk)
Instrumen yang dipakai oleh peneliti telah diuji validitasnya oleh dosen
dalam ruang lingkup yang sama. Uji reliabilitasi ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar derajat atau alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran
Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil sama bila
penelitian ini digunakan uji reliabilitas internal yaitu pemberian instrumen hanya
satu kali dengan satu bentuk instrumen yang diuji cobakan kepada sekelompok
alpha untuk kuisioner gambaran pola makan dalam terjadinya gastritis (Arikunto,
2010). Hasil analisa reliabilitas untuk kuesiner ini diperoleh bahwa kuesioner ini
reliabel dengan hasil 0,79. Uji reliabilitas ini diujikan kepada biarawati St.
Sumatera Utara, dan memberikan izin tersebut kepada Pimpinan Biara Yayasan
Santa Maria.
untuk penelitian. Bila semua data yang dibutuhkan peneliti telah dikumpulkan,
langkah berikut :
a. Editing
b. Coding
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah oleh
komputer.
c. Tabulating
kesimpulan.
penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi baik dari data demogerafi,
pola makan (jenis makanan, frekuensi makan, jadwal makan dan porsi makan).
Tahap selanjutnya melakukan tabulasi data dan analisa yang sajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekwensi dan persentase. Analisa data yang digunakan adalah
1. Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian setelah pengumpulan data
yang dilakukan sejak tanggal 19 Oktober sampai dengan tanggal 31 Oktober 2013
Hasil lengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas responden berumur 18-35 tahun (46%) dan berumur 36-45
Tinggi (38%). Responden mayoritas suku Batak (48%) dan suku Nias (16%)
49
Umur
- 18-35 23 46,0
- 36-45 15 30,0
- 46-60 12 24,0
Pendidikan
- SMU 22 44,0
- Akademi 9 18,0
- Perguruan Tinggi 19 38,0
Suku
- Batak 24 48,0
- Nias 8 16,0
- Flores 7 14,0
- Sulawesi 3 6,0
- Jawa 3 6,0
- Sumba 4 8,0
- Timor Leste 1 2,0
pada biarawati yayasan Santa Maria dibagi dalam empat subtopik yaitu jenis
Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 50 responden, sebanyak 40 orang (80%)
(74%), jadwal makan teratur sebanyak 36 orang (72%), serta porsi makan baik
2. Pembahasan
yayasan Santa Maria dengan sebanyak 50 responden terlibat dalam penelitian ini.
Penelitian pola makan ini terdiri dari empat kategori yaitu jenis makanan,
baik dan 13 orang (26%) responden pola makannya kurang. Hal ini disebabkan
karena mayoritas usia responden berada pada usia muda sehingga beban kerja
responden tidak terlalu berat dan bisa mengatur pola makan dengan baik. Pola
makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan
kegiatan makan secara sehat, yang dimaksud pola makan sehat dalam penelitian
ini adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis bahan
memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan
oleh setiap orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat
tertentu.
makanan yang sesuai dan 10 orang (20%) yang jenis makanannya tidak sesuai.
Hal ini dapat disebabkan karena responden kurang perhatian akan kesehatan diri
atau kurang mengerti apa akibat bila tidak memperhatikan makanan yang
dikonsumsi juga faktor kesibukan. Jenis makanan dengan kategori tidak sesuai
sesuai yang dikonsumsi responden agar tidak terjadi gastritis yaitu jenis makanan
yang tidak dapat meningkatkan asam lambung. Jenis makanan merupakan salah
satu faktor penyebab dari penyakit gastritis. Suratum (2010) mengatakan bahwa
pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Pendapat ini juga
jenis makanan tidak sesuai yaitu makanan yang instan, alkohol serta makanan
yang mengandung kafein dan 9 orang (17%) responden jenis makanannya sesuai.
Perbedaan hasil penelitian ini karena adanya perbedaan dari segi populasi dan
responden yang sangat rentan stres psikologis dan prevalensi rasio (4,67%)
Jenis makan yang tidak sesuai dapat menimbulakan gastritis tetapi ada
berbagai faktor penyebab asam lambung tinggi antara lain: aktivitas padat
sehingga telat makan, stress tinggi yang berimbas pada produksi asam lambung
berlebih. Faktor lain yaitu infeksi kuman (e-colli, salmonella atau virus),
Misnadiarly (2009), penyebab gastritis adalah iritasi, infeksi, dan atropi mukasa
lambung yang berawal dari stres, alkohol, kafein, makan yang tidak teratur,
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang jika dimakan, dicerna,
diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang,
jenis dan ragam makanan untuk mewujudkan kesahatan yang optimal (Prita,
responden 20% kategori yang tidak sesuai dan 80% kategori yang sesuai. Hal ini
lambung menurun. Tidak jarang kondisi seperti ini menimbulkan luka pada
pedas, asam makanan yang mengandung gas maupun yang banyak mengandung
yang frekuensi makannya baik. Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam
makan dalam sehari yang meliputi makanan lengkap (full meat) dan makanan
selingan (snack). Bila frekuensi makan sehari-hari semakin kecil, tidak memenuhi
makanan lengkap dan makanan selingan maka akan rentan untuk terkena penyakit
gastritis. Hal ini disebabkan perut dibiarkan kosong selama lebih dari tiga jam,
alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari
mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan
jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka
jadwal makan ini pun menyesuikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011).
responden hanya makan makanan lengkap dua kali yaitu siang dan malam,
padahal yang tepat adalah makan makanan yang lengkap sebanyak tiga kali sehari
makanan selingan minimal tiga kali sehari karena alasan ekonomi. Penelitian ini
berbeda dengan penelitian Rahma yaitu responden tetap makan tiga kali sehari
tetapi tidak tepat waktu dan makanan selingan jarang terpenuhi dengan alasan
sibuk. Frekuensi makan yang tidak diperhatikan dengan baik akan mengakibatkan
gangguan pada lambung sehingga menimbulkan penyakit maag atau gastritis, jadi
Depkes di mana anjuran makan satu hari rata-rata remaja/dewasa secara umum
orang Indonesia dengan energi 2550 kkl dan protein 60 bagi laki-laki dan bagi
dikategorikan makan teratur ada 36 orang (72%) responden dengan pola makan
teratur tiga kali sehari dengan selingan diantara makan pagi dan siang sedangkan
untuk responden yang jadwal makan tidak teratur ada 14 orang (28%) responden.
Jadwal makanan sama dengan manusia pada umumnya, yaitu pagi (jam 07.00-
08.00), selingan (jam 10.00) siang (jam 13.00-14.00), selingan (jam 17.00)
sore/malam (jam 19.00). Jadwal adalah teratur makan pagi, selingan pagi, makan
siang, selingan siang dan makan malam, makan ini sama dengan manusia pada
umumnya, yaitu pagi, siang dan sore. Jadwal makan harus teratur, lebih baik
makan dalam jumlah sedikit tapi sering dan teratur daripada makan dalam porsi
Pola makan sehari-hari terlihat pada kebiasaan jadwal makan yang sering
tidak teratur, seperti sering terlambat makan atau menunda waktu makan bahkan
kadang tidak sarapan pagi atau tidak makan siang atau tidak makan malam
sehingga membuat perut mengalami kekosongan dalam waktu yang lama. Jadwal
makan yang tidak teratur tentunya akan dapat menyerang lambung yang dapat
waktu makan responden adalah 72% dengan kategori teratur dan 28% berada
pada kategori tidak teratur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang
memiliki jadwal makan teratur sebesar 72% dan yang tidak teratur sebesar 28%.
Gastritis atau sakit maag sering disebabkan jadwal makan yang tidak teratur,
sering terlambat makan atau sering makan yang berlebihan. Lama makanan dalam
lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Umumnya lambung kosong antara
3-4 jam maka jadwal makan inipun menyesuaikan dengan kosongnya lambung
jadwal makan ada 28% kategori tidak teratur makan. Makan tidak teratur atau
baru makan dan saat makan langsung makan banyak atau hanya sedikit tapi
puskesmas Kampli bahwa lebih banyak responden yang makan teratur (55,8%)
merupakan faktor resiko terjadinya gastritis hal ini disebabkan waktu responden
cukup terbatas terhadap waktu makan setiap hari, melihat usia responden antara
18-60 (usia produktif) dengan kemampuan kerja yang cukup tinggi sehingga
Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukkan ada 44 orang
(88%) responden yang makannya baik dan 6 orang (12%) responden yang
pencernaan dimana sebaiknya makan dalam porsi kecil tapi sering. Menghindari
gastritis. Biasanya menunggu lapar, baru makan, makan terburu-buru dan saat
kategori baik dan 12% kategori porsi makanannya kurang, hal ini disebabkan
mereka mengkonsumsi makanan kadang dalam porsi kecil, menunggu lapar baru
makan dan seringkali makan tergesa-gesa. Pola makan sehari-hari setiap individu
berbeda-beda, ada yang melakukan pola makan secara sehat dan ada pula yang
melakukan pola makan yang salah. Pola makan yang sehat tentunya akan
makan yang salah memiliki dampak yang sangat merugikan bagi kesehatan salah
satunya adalah maag/gastritis. Pola makan yang baik selalu mengacu kepada gizi
yang seimbang yaitu terpenuhinya semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan dan
yang mempunyai aktivitas tinggi termasuk biarawati di yayasan Santa Maria yang
frekuensi makan dan porsi yang dikonsumsi serara tidak tepat dan tidak teratur.
1. Kesimpulan
kesimpulan dan saran mengenai gambaran pola makan dalam terjadinya gastritis
Oktober dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar usia responden berada
pada rentang usia 18-35 tahun (46%). Pada umumnya responden bersuku Batak
diikuti suku Nias dan Flores serta latar belakang pendidikan terbanyak SMU
yang dilihat dari jenis makanan responden yang sesuai sebesar 80%, frekuensi
makan responden yang baik 74%, jadwal makan responden yang teratur sebesar
72%, dan porsi makan responden yang baik sebesar 88%. Walaupun pola makan
pola makan dengan baik khususnya frekuensi makan dan jadwal makan.
Terjadinya gastritis tidak hanya pola makan yang tidak baik tetapi banyak faktor
stres, kelelahan, dan sibuk, sehingga tidak teratur makan, dan frekuensi makan
59
kurang diperhatikan adalah faktor utama terjadinya gastritis. Pola makan hanya
salah satu dari sekian penyebab gastritis jadi untuk mencapai pola makan yang
Saran
1. Untuk Yayasan
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Rani, Aziz (2011). Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta. Interna Publishing Pusat
ma, dkk (2013). Faktor Resiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa. (Online)
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5489/JURNAL
%20MKMI.pdf?sequence=1. Diakes tanggal 7 Januari 2014
Setiadi (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta. Graha
Ilmu.
Suyono, S (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
Suratun, L (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta. Penerbit: Trans Info Media
Sulastri, dkk. 2012. Gambaran Pola Makan Penderita Gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampar Kiri Hulu Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten
Kampar Riau Tahun 2012. Jurnal Gizi Kesehatan Reproduksi dan
Epidemiologi, Vol.1 No.2 Desember 2012.
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/view/1051/595 Diakses 25
November 2013.
Smeltzer dan Wilson (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 vol
2. Jakarta: EGC
Wijoyo, P. M (2009). Ramuan Penyembuh Maag. Cetakan Pertama. Bee Media
Indonesia. Jakarta.
WHO (2012). Standard Treatment Guidelines and Essential Medicines List For
South Africa.
INSTURMEN PENELITIAN
Petunjuk pengisian :
a. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan mengisi tanda chek list√)( pada
b. Jawablah pertanyaa dibawah ini sejujurnya sesuai dengan apa yang anda
No Urut :
1. Data Demografi
2. Umur :
3. Pendidikan terakhir :
4. Suku :
Keterangan :
4: Selalu 3: Sering
Jenis Makanan
Frekuensi Makan
durian.
Jadwal Makan
Porsi makan
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya
Gastritis pada Biarawati Yayayasan Santa Maria”. Penelitina ini merupakan salah
satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir Program Studi Ilmu Keperawatan
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan para anda untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan para suster
untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur apa adanya. Jika bersedia silahkan
bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas
pribadi anda dan semua informasi yang anda berikan dirahasiakan dan hanya akan
Reliability
N %
Cronbach's N of
Cases Valid 8 80,0 Alpha Items
Exclude
2 20,0 ,788 36
d(a)
Total 10 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Scale Statistics
Std. N of
Mean Variance Deviation Items
109,50 61,714 7,856 36
Frequency Table
Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 18-35 23 46,0 46,0 46,0
35-45 15 30,0 30,0 76,0
45-60 12 24,0 24,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Pedidikan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Akademi 9 18,0 18,0 18,0
Sarjana 19 38,0 38,0 56,0
SMU 22 44,0 44,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Suku Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Batak 24 48,0 48,0 48,0
Flores 7 14,0 14,0 62,0
Jawa 3 6,0 6,0 68,0
NIAS 8 16,0 16,0 84,0
Sulawesi 3 6,0 6,0 90,0
Sumba 4 8,0 8,0 98,0
TIMOR LE 1 2,0 2,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 13 26,0 26,0 26,0
Baik 37 74,0 74,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak
10 20,0 20,0 20,0
sesuai
Sesuai 40 80,0 80,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 13 26,0 26,0 26,0
Baik 37 74,0 74,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak
14 28,0 28,0 28,0
Teratur
Teratur 36 72,0 72,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 6 12,0 12,0 12,0
Baik 44 88,0 88,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI
Pekerjaan
1996-2000 : Pimpinan Klinik TABITA – Gunungsitoli Nias.
2000-2005 : Pimpinan Biara dan Pimpinan Klinik Mother of Mercy
Dili Timor Leste.
2000-2005 : Bendahara SMP dan SMU Sint Paul Timor Leste Dili.
2001-2005 : Sekretaris LSM Caritas HIV/AIDS Timor Leste Dili.