SKRIPSI
Oleh :
VINNY STEVANY
150100031
SKRIPSI
Oleh :
VINNY STEVANY
150100031
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat
pada waktunya, sebagai salah satu syarat untuk mencapai kelulusan sarjana
kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
atas dukungan yang tiada henti kepada:
1. Prof. Runtung, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Beby Syofiani Hasibuan, M.Ked(Ped), Sp.A(K), selaku Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
4. dr. Ichwanul Adenin, M.Ked(OG), Sp.OG(K) dan dr. Feby Yanti Harahap,
M.Ked(PA), Sp.PA selaku Dosen Penguji yang telah memberikan petunjuk dan
nasihat dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Dr. dr. Khairul Putra Surbakti, Sp.S(K), selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing selama menempuh pendidikan.
6. Seluruh staf pengajar dan sivitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian studi
dan juga penulisan skripsi ini.
7. Pihak RSUP Haji Adam Malik Medan, pihak penelitian dan pengembangan
serta rekam medis RSUP Haji Adam Malik yang telah membantu
berlangsungnya penelitian ini.
8. Orang tua penulis yang telah membesarkan penuh kasih sayang dan adik-adik
penulis yang tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi dan pendidikan.
9. Rekan-rekan penulis terutama Angeline, Jessica, dan Elvi yang telah banyak
membantu dalam memberikan dukungan semangat, saran, kritik, dan bantuan
teknis dalam menyelesaikan skripsi ini.
ii
Penulis memahami sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi materi yang disampaikan maupun tata cara
penulisannya. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk
meningkatkan kemajuan dan kualitas skripsi ini. Demikianlah kata pengantar ini
penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembacanya.
Vinny Stevany
150100031
Halaman
iv
No Judul Halaman
vi
No Judul Halaman
vii
viii
ix
Latar belakang. Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai dengan
pewarnaan kuning pada kulit dan sklera akibat peningkatan kadar bilirubin serum. Ikterus pada
bayi baru lahir pada minggu pertama terjadi pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang
bulan. Berdasarkan data Depkes tahun 2010, penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia
adalah kelainan darah/ikterus sekitar 6,6%. Tujuan. Mengetahui angka kejadian dan
karakteristik ikterus neonatorum di Unit Perinatologi RSUP Haji Adam Malik periode Januari
2017 hingga Desember 2017. Metode. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
desain cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh neonatus yang lahir dari Januari 2017
hingga Desember 2017 di RSUP Haji Adam Malik. Sampel penelitian ini diambil secara total
sampling. Data penelitian diperoleh dari rekam medis dan diolah menggunakan program
Statistical Product and Service Solution (SPSS). Hasil. Hasil penelitian ini menunjukkan pasien
dengan ikterus neonatorum patologis lebih banyak daripada ikterus neonatorum fisiologis. Pasien
dengan ikterus neonatorum terbanyak berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki. Tidak terdapat
perbedaan jumlah pasien berdasarkan usia gestasi. Berdasarkan berat badan lahir, bayi dengan
berat badan lahir normal lebih banyak yang mengalami ikterus, dan bayi dengan kadar bilirubin
total >12 mg/dL lebih banyak daripada bayi dengan kadar bilirubin ≤ 12 mg/dL. Kesimpulan.
Jumlah pasien ikterus neonatorum di RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2017 hingga
Desember 2017 adalah 76 orang (10,4%).
Background. Neonatal jaundice is a yellowish discoloration of the white part of the eyes and skin
in a newborn baby due to high bilirubin levels. Neonatal jaundice occurs in 60% of term and 80%
of preterm infants during the first weeks after birth. Based on Depkes in 2010, the cause of
neonatal death in Indonesia is blood disorder/jaundice about 6,6%. Objectives. To observe the
incidence and characteristic of jaundice in newborns in Perinatology Unit RSUP Haji Adam
Malik from the period of January 2017 to December 2017. Method. The research used descriptive
method with cross sectional design. The population of the study were all neonates born from the
period of January 2017 to December 2017 in RSUP Haji Adam Malik. The samples were taken
with total sampling method. Data was obtained from medical record and processed using
Statistical Product and Service Solution (SPSS). Results. This result shows patient with pathologic
neonatal jaundice took higher percentage than physiological neonatal jaundice. Male gender took
the highest percentage of neonatal jaundice, there was no difference in the number of patients
based on gestational age. According to birth weight, normal birth weight took the highest
percentage of neonatal jaundice, and patient with total bilirubin >12 mg/dL took higher
percentage than patient with total bilirubin ≤ 12 mg/dL. Conclusion. The number of patient with
neonatal jaundice in Perinatology Unit RSUP Haji Adam Malik from the period of January 2017
to December 2017 amounted 76 patients (10,4%).
xi
PENDAHULUAN
Ikterus pada bayi baru lahir pada minggu pertama terjadi pada 60% bayi
cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Hal ini adalah keadaan yang fisiologis.
Walaupun demikian, sebagian bayi akan mengalami ikterus yang berat (patologis)
sehingga memerlukan pemeriksaan dan tatalaksana yang benar untuk mencegah
kesakitan dan kematian (Suradi & Letupeirissa, 2013).
Istilah ikterus (berasal dari bahasa Yunani icteros) atau jaundice (berasal dari
bahasa Perancis jaune, yang berarti kuning) menunjukkan pewarnaan kuning pada
kulit, sklera atau membran mukosa sebagai akibat penumpukan bilirubin yang
berlebihan pada jaringan (Rohsiswatmo, 2013).
Penyebab meningkatnya kadar bilirubin dalam darah adalah hemolisis,
penyakit rhesus, inkompabilitas ABO, defisiensi G6PD, pemberian ASI, usia
gestasi, berat badan lahir dan asfiksia (Fara & Fitriana, 2017).
Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya, sekitar
65% menderita ikterus dalam minggu pertama kehidupannya. Di Malaysia, hasil
survei pada tahun 1998 di rumah sakit pemerintah dan pusat kesehatan di bawah
Departemen Kesehatan mendapatkan 75% bayi baru lahir menderita ikterus dalam
minggu pertama kehidupannya. Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum
dari beberapa rumah sakit pendidikan, diantaranya RS Dr. Sardjito melaporkan
sebanyak 85% bayi sehat cukup bulan mempunyai kadar bilirubin ≥5 mg/dL dan
23,8% mempunyai kadar bilirubin ≥13 mg/dL, RS Dr. Kariadi Semarang dengan
prevalensi ikterus neonatorum sebesar 13,7%, RS Dr. Soetomo Surabaya sebesar
30% pada tahun 2000 dan 13% pada tahun 2002 (Tazami et al., 2013).
Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat
Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan prevalensi ikterus pada bayi
baru lahir tahun 2003 sebesar 58% untuk kadar bilirubin ≥5 mg/dL dan 29,3%
untuk kadar bilirubin ≥12 mg/dL pada minggu pertama kehidupan (Pusparani &
W, 2017).
Dari sejumlah pasien rawatan perinatologi di Medan yaitu 180 bayi dari RSUP
Haji Adam Malik dan 45 bayi dari RS.Pirngadi Medan terdapat 89 neonatus yang
menderita hiperbilirubinemia. Dari kedua lokasi tersebut, neonatus yang
mengalami hiperbilirubinemia yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik sebanyak
53.3% dan yang dirawat di RS.Pirngadi Medan sebanyak 29% (Silvia, 2013).
Saat ini angka kelahiran bayi di Indonesia diperkirakan mencapai 4,6 juta jiwa
per tahun, dengan angka kematian bayi sebesar 48/1000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian bayi baru lahir 0-6 hari di Indonesia adalah gangguan
pernapasan (36,9%), prematuritas (32,4%), sepsis (12%), hipotermi (6,8%),
kelainan darah/ikterus (6,6%) dan lain-lain. Penyebab kematian terbanyak pada
bayi berusia 7-28 hari adalah sepsis (20,5%), kelainan kongenital (18,1%),
pneumonia (15,4%), prematuritas dan bayi berat lahir rendah (12,8%), dan
respiratory distress syndrome (12,8%) (Depkes, 2010).
Hiperbilirubinemia dengan kadar bilirubin >20 mg/ dL dapat menembus sawar
darah otak dan menyebabkan kernicterus sehingga fungsi otak terganggu dan
mengakibatkan kecacatan sepanjang hidup atau kematian (Kosim et al., 2007).
Berdasarkan uraian di atas, komplikasi dari ikterus neonatorum masih menjadi
salah satu penyebab kematian, maka diperlukan deteksi dini pada neonatus
sehingga pencegahan dan tatalaksana yang dilakukan sedini mungkin dapat
mencegah komplikasi dan kematian. Oleh sebab itu, peneliti tertarik melakukan
penelitian untuk mengetahui tingkat kejadian dan karakteristik ikterus neonatorum
pada neonatus di Unit Perinatologi RSUP Haji Adam Malik, Medan.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian dan
karakteristik ikterus neonatorum di Unit Perinatologi RSUP Haji Adam Malik
Medan pada tahun 2017.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi
Ikterus fisiologis merupakan akibat dari berbagai faktor fisiologis normal pada
bayi baru lahir seperti: peningkatan produksi bilirubin akibat peningkatan massa
sel darah merah, usia sel darah merah yang pendek, serta imaturitas dari ligandin
dan glucuronyl transferase. Adapun manifestasinya adalah sebagai berikut:
1. Kadar bilirubin indirek puncak tidak lebih dari 12 mg/dL pada hari ke-3
kehidupan. Pada bayi prematur, puncak ini lebih tinggi yaitu 15mg/dL.
2. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
3. Tidak terbukti adanya hubungan dengan keadaan patologis (Marcdante et al.,
2014).
2.4 Patofisiologi
tidak larut air menjadi molekul yang larut air. Setelah diekskresikan kedalam
empedu dan masuk ke usus (Mathindas et al., 2013).
retardasi mental, kelumpuhan serebral, tuli, dan mata tidak dapat digerakkan ke
atas (Mathindas et al., 2013).
2.6 Diagnosis
Secara klinis ikterus dapat dideteksi dari warna kulit yaitu pemucatan kulit
dengan cara menekan kulit dengan jari, ketika bilirubin melebihi 5 mg/dL.
Kramer’s rule menggambarkan hubungan antara kadar serum bilirubin dan
perkembangan perubahan warna kulit (Seng Lian et al., 2015).
Tabel 2.2 Derajat ikterus dan perkiraan kadar bilirubin (Kramer's rule) (Wan et al., 2016).
1. Bilirubin direk
2. Hitung darah lengkap, hitung retikulosit, dan apusan untuk morfologi darah
tepi
3. Golongan darah dan tes antibodi direk (DAT atau coombs test)
4. Konsentrasi G6PD (glucose-6-phosphate dehydrogenase)
5. Albumin serum (Lissauer & Fanaroff, 2014).
2.7 Penatalaksanaan
Darah bayi dikeluarkan (biasanya dua kali volume, yaitu 2 x 80 mL/kg) dan
diganti dengan darah yang ditransfusikan (Lissauer & Fanaroff, 2014).
Tabel 2.4 Indikasi transfusi tukar dengan bayi usia gestasi ≥35 minggu (Lissauer &
Fanaroff, 2014).
2.7.3 Medikamentosa
Obat- obat yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin antara lain:
1. Phenobarbitone
Pengolahan bilirubin termasuk ambilan hati, konjugasi dan ekskresinya
diperbaiki oleh phenobarbitone ini sehingga membantu dalam menurunkan
tingkat bilirubin. Namun efek phenobarbitone tidak cepat dan membutuhkan
waktu untuk terlihat. Ketika digunakan selama 3-5 hari dalam dosis 5 mg / kg
setelah lahir sebagai profilaksis, telah terbukti efektif pada bayi dengan
penyakit hemolitik tanpa efek samping yang signifikan (Ullah et al., 2016).
2.8 Komplikasi
2.9 Pencegahan
Bagi ibu yang melahirkan di rumah, terutama mereka yang tidak melakukan
perawatan antenatal rutin perlu diberitahu mengenai deteksi dini ikterus neonatal.
Dimasukkannya ikterus neonatal dalam pelatihan yang direkomendasikan WHO
pada perawatan neonatus bagi dukun beranak, masyarakat dan petugas kesehatan
awam harus dipertimbangkan. Pelatihan juga harus diarahkan untuk menghindari
agen hemolitik atau terapi tradisional (Olusanya et al., 2015).
Perawat, bidan, dan dokter disarankan untuk melakukan upaya pencegahan
terjadinya ikterus neonatorum khususnya pada bayi lahir prematur dengan cara
memberikan dukungan kepada ibu untuk menyusui bayinya 8-12 kali/hari dalam
beberapa hari pertama kehidupannya serta meningkatkan kewaspadaan terhadap
Kelainan
Gangguan ekskresi bilirubin
anatomi
Crigler-Najjar I Peningkatan
& II syndrome produksi
bilirubin
Hemolisis
Imaturitas
hepar
Gambar 2.10 Kerangka teori tingkat kejadian dan karakteristik ikterus neonatorum di Unit
Perinatologi RSUP Haji Adam Malik tahun 2017.
Fisiologis/patologis
Jenis kelamin
Ikterus Usia gestasi
Neonatorum Berat badan lahir
Kadar bilirubin total
Gambar 2.11 Kerangka konsep tingkat kejadian dan karakteristik ikterus neonatorum di Unit
Perinatologi RSUP Haji Adam Malik tahun 2017.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilakukan di Instalasi Rekam Medis RSUP Haji Adam
Malik pada tanggal 29 September 2018 hingga 30 September 2018.
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh neonatus yang dirawat dari
Januari 2017 hingga Desember 2017 di Unit Perinatologi RSUP Haji Adam
Malik. Lokasi ini dipilih karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang
menjadi pusat rujukan.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh neonatus dengan ikterus di Unit
Perinatologi RSUP Haji Adam Malik dari Januari 2017 hingga Desember 2017.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara total sampling tetapi
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Total sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi
sebagai responden/sampel.
a) Kriteria Inklusi
14
Semua data rekam medis neonatus yang lengkap dengan data yang
diperlukan yaitu jenis kelamin, usia gestasi, berat badan lahir, dan
pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan kadar bilirubin total.
b) Kriteria Eksklusi
Data rekam medis yang tidak lengkap dengan data yang diperlukan dan
pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan kadar bilirubin total.
Variabel yang diteliti mencakup klasifikasi ikterus, jenis kelamin, usia gestasi,
berat badan lahir, dan kadar bilirubin total pada neonatus dengan ikterus.
a) Laki – laki
b) Perempuan
a) ≤12 mg/dL
b) >12 mg/dL
Meneliti dan menganalisis data dari rekam medis (data sekunder) dari Instalasi
Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik.
Definisi Skala
No. Variabel Cara ukur Alat ukur Kategori
operasional ukur
Klasifikasi
Klasifikasi Rekam - Fisiologis
1 pada neonatus Observasi Nominal
ikterus medis - Patologis
dengan ikterus
Jenis kelamin
Jenis Rekam - Laki-laki
2 pada neonatus Observasi Nominal
kelamin medis - Perempuan
dengan ikterus
Usia gestasi - Aterm
Rekam
3 Usia gestasi pada neonatus Observasi - Preterm Nominal
medis
dengan ikterus
- Normal
Berat badan
Berat badan Rekam - BBLR
4 lahir neonatus Observasi Ordinal
lahir medis - BBLSR
dengan ikterus
- BBLASR
Kadar
Kadar
bilirubin Rekam - ≤12 mg/dL
5 bilirubin Observasi Nominal
neonatus medis - >12 mg/dL
total
dengan ikterus
Penelitian ini dilakukan di bagian instalasi rekam medis RSUP Haji Adam
Malik. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe A milik pemerintah Kota
Medan yang berada di Jalan Bunga Lau No. 17 Medan, Sumatera Utara.
Frekuensi Persentase
No. Ikterus Neonatorum
(Orang) (%)
1 Fisiologis 15 26,8
2 Patologis 41 73,2
Total 56 100
18
Frekuensi Persentase
No. Jenis Kelamin
(Orang) (%)
1 Laki-laki 43 76,8
2 Perempuan 13 23,2
Total 56 100
Frekuensi Persentase
No. Usia Gestasi
(Orang) (%)
1 Aterm (37-42 minggu) 28 50
2 Preterm (< 37 minggu) 28 50
Total 56 100
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah perbandingan neonatus dengan
usia gestasi < 37 minggu minggu (preterm) yang mengalami ikterus sama banyak
dengan neonatus dengan usia gestasi 37-42 minggu (aterm), dengan jumlah bayi
preterm sebanyak 28 orang (50%) dan bayi aterm 28 orang (50%). Hasil ini
berlawanan dengan teori, dimana pada bayi prematur terjadi penurunan aktivitas
uridine diphosphate glucuronyl transferase, sehingga konjugasi bilirubin
terganggu. Selain itu juga terjadi peningkatan hemolisis karena usia sel darah
merah yang pendek pada bayi prematur yang menyebabkan bilirubin indirek
meningkat dalam darah (Anggraini, 2014).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2013) kelompok yang
memiliki risiko prematuritas sebagian besarnya (63,5%) mengalami kejadian
ikterus neonatorum, sementara hanya sebagian kecil (36,5%) yang tidak
mengalami ikterus neonatorum. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kaamani
Suframanyan di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2012 didapatkan bahawa usia
gestasi yang paling banyak mengalami ikterus pada kelompok prematur yaitu
sebanyak 23 orang (54,8%), diikuti dengan kelompok aterm sebanyak 15 orang
(35,7%), sedangkan responden yang paling sedikit adalah dari kelompok post
matur yaitu sebanyak 4 orang (9,5%) (Suframanyan, 2013).
Hasil yang tidak sesuai dengan teori pada penelitian ini kemungkinan dapat
terjadi akibat data-data rekam medis yang tidak lengkap sehingga tidak
dimasukkan oleh peneliti karena tidak memenuhi kriteria inklusi.
Frekuensi Persentase
No. Berat Badan Lahir
(Orang) (%)
1 Normal (≥ 2500 gram) 35 62,5
2 BBLR (1500 - < 2500 gram) 14 25
3 BBLSR (1000 - < 1500 gram) 5 8,9
4 BBLASR (< 1000 gram) 2 3,6
Total 56 100
Frekuensi Persentase
No. Kadar Bilirubin Total
(Orang) (%)
1 ≤ 12 mg/dL 18 32,1
2 > 12 mg/dL 38 67,9
Total 56 100
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah
sebagai berikut:
1. Angka Kejadian Ikterus Neonatorum di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2017
adalah sejumlah 76 orang dari 731 (10,4%) neonatus yang dirawat.
2. Bayi yang mengalami kejadian ikterus patologis lebih besar daripada ikterus
neonatorum fisiologis, yaitu sebanyak 73,2%.
3. Bayi laki-laki yang mengalami kejadian ikterus neonatorum lebih besar
daripada perempuan, yaitu sebanyak 76,8%.
4. Kejadian ikterus neonatorum sama banyaknya antara bayi yang lahir cukup
bulan dengan bayi prematur.
5. Kejadian ikterus neonatorum pada bayi dengan berat badan lahir normal lebih
besar daripada neonatus dengan BBLR yaitu sebanyak 62,5%.
6. Jumlah neonatus dengan kadar bilirubin >12 mg/dL lebih besar, yaitu sebanyak
67,9%.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini, adapun saran yang dapat diberikan peneliti yaitu
sebagai berikut:
1. Disarankan kepada pihak rumah sakit agar hasil penelitian ini dapat dijadikan
data epidemiologi bagi RSUP Haji Adam Malik.
2. Disarankan kepada pihak yang bertanggung jawab dalam kelengkapan data
rekam medis RSUP Haji Adam Malik, seperti dokter dan paramedis untuk
melengkapi data rekam medis.
3. Deteksi dini dan penatalaksanaan hiperbilirubinemia harus ditingkatkan untuk
mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas pada bayi yang mengalami
ikterus neonatorum.
22
23
Silvia, I., 2013. Pengaruh Posisi Bayi Terhadap Kadar Bilirubin Pada Fototerapi
Konvensional.
Suframanyan, K., 2013. Gambaran Karakteristik Neonatus Dengan
Hiperbilirubinemia di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2012.
Suradi, R. & Letupeirissa, D., 2013. Air Susu Ibu dan Ikterus. IDAI, 23 Augustus.
Susiatmi, S.A. & Mawarti, R., 2009. Hubungan Kelahiran Prematur dengan
Kejadian Ikerus Neonatorum Patologik pada Bayi Baru Lahir di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Tahun 2009.
Tazami, R.M., Mustarim & Syah, S., 2013. Gambaran Faktor Risiko Ikterus
Neonatorum pada Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD Raden Mattaher
Jambi Tahun 2013.
Tewari, D. et al., 2017. Ethnopharmacological Approaches for Therapy of
Jaundice: Part I. Frontiers in Pharmacology, 8.
Ullah, S., Rahman, K. & Hedayati, M., 2016. Hyperbilirubinemia in Neonates:
Types, Causes, Clinical Examinations, Preventive Measures and
Treatments: A Narrative Review Article.
Wan, A. et al., 2016. Management of Neonatal Jaundice in Primary Care. 11,
pp.16-19.
Widiawati, S., 2017. Hubungan Sepsis Neonatorum, BBLR dan Asfiksia dengan
Kejadian Ikterus pada Bayi Baru Lahir. 6(1), pp.52-57.
Yuliawati, D. & Astutik, Y., 2017. Hubungan Faktor Perinatal dan Neonatal
Terhadap Kejadian Ikterus Neonatorum. Ners dan Kebidanan, 5(2), pp.83-
89.
ZR, A. & Kristiyanasari, W., 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak.
Nuha Medika
I. Data Pribadi
Nama : Vinny Stevany
Tempat/Tanggal Lahir : Desa Pon, 09 Maret 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Buddha
Alamat : Jl. Teuku Umar no 52, Medan.
Telepon : 081990703150
25
V. Riwayat Kepanitiaan
1. Panitia dalam Manajemen Mahasiswa Baru pada tanggal 11 & 18
September 2016.
2. Panitia dalam PM AKBAR II FK USU pada tanggal 5-6 November 2016.
3. Panitia dalam kegiatan Doa dan Donor Darah Bersama Umat Buddha
Nusantara pada tanggal 18-20 November 2016.
4. Panitia dalam Pengabdian Masyarakat SCORA PEMA FK USU 2017 pada
tanggal 21-22 Januari 2017.
5. Panitia dalam kegiatan Bakti Sosial Pengobatan Gratis Umum dan Gigi
pada tanggal 9 Juli 2017.
6. Panitia dalam TEMILNAS II 2017 pada tanggal 23-24 November 2017.
7. Panitia dalam Indonesian International Medical Olympiad 2018 pada
tanggal 31-3 November 2017.
8. Panitia dalam Bakti Sosial MIND FK USU pada tanggal 2 September 2018.
9. Panitia dalam Pengobatan Massal Gratis Yayasan Moggallana Indonesia
pada tanggal 23 September 2018.
Klasifikasi Ikterus
Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid Fisiologis 15 26,8 26,8 26,8
Patologis 41 73,2 73,2 100,0
Total 56 100,0 100,0
Jenis Kelamin
Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 43 76,8 76,8 76,8
Perempuan 13 23,2 23,2 100,0
Total 56 100,0 100,0
Usia Gestasi
Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid Aterm 28 50,0 50,0 50,0
Preterm 28 50,0 50,0 100,0
Total 56 100,0 100,0
Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid Normal 35 62,5 62,5 62,5
BBLR 14 25,0 25,0 87,5
BBLSR 5 8,9 8,9 96,4
BBLASR 2 3,6 3,6 100,0
Total 56 100,0 100,0
Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid ≤12 mg/dL 18 32,1 32,1 32,1
> 12 mg/dL 38 67,9 67,9 100,0
Total 56 100,0 100,0