Anda di halaman 1dari 22

Implementation of Evidence Based Practice With Stetler Model For Staff Nurses

“Early Warning Score System to Reduce the Level of Emergency Of Patients In


Emergency Departement RSUD Dr. Slamet Garut”

Untuk Memenuhi Salah satu Tugas Kelompok Evicence Based Practice

Dosen Pengampuh: Cecep. E. Kosasih, Ph.D

Disusun Oleh Kelompok Peminatan Kritis


Oman Hendi (220120180001) Muhammad Nur Hidayah (220120180031)
M. Hanif Prasetya’ Adhi (220120180002) Fitra Jayadi (220120180038)
Evi Lempang (220120180003) T. Abdur Rasyid (220120180039)
Lilis Sulastri (220120180006) Indriani Merlyn Manueke (220120180049)
Ni Putu Wahyu Arini (220120180015) Vanny Leutualy (220120180052)
Ramdani (220120180021) Johanis Alfons (220120180053)
Riris Risca Megawati (220120180023) Gita Maya Sari (220120180057)
Aditya Pratama (220120180028) Tanty Yulianti (220120180063)
Rahmalia Amni (220120180029) Neneng Hasanah (220120180068)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
A. Preparation
1. Identification of the problems/ issues
Angka kematian merupakan indikator hasil kinerja dari sebuah proses
pelayanan kesehatan, di rumah sakit ada kematian di bawah 48 jam dan ada kematian
di atas 48 jam, kematian yang terjadi di bawah 48 jam diindikasikan jika terjadi adalah
semata karena faktor tingkat kegawatan yang berpihak atau berada pada pasien, artinya
kondisi pasien lebih menentukan kematiannya. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa
peran proses pelayanan kesehatan dengan berbagai sumber dayanya dalam kematian di
bawah 48 jam belumlah selesai dilaksanakan (Rasmanto, 2011). Resiko kematian yang
terjadi di Rumah sakit di dunia 1:300 dibandingkan dengan angka kecelakaan pesawat
1: 1.000.000. Di Indonesia belum ada data yang pasti tentang angka kematian di seluruh
rumah sakit namun kasus henti jantung merupakan panggilan Code Blue di rumah sakit
(Firmansyah,2013).
Henti jantung di rumah sakit biasanya didahului oleh tanda-tanda yang dapat
diamati, yang sering muncul 6 sampai 8 jam Sebelum henti jantung terjadi. Keadaan
perburukan pasien seperti halnya henti jantung harus dideteksi dengan cepat guna untuk
mencegah angka kematian. perawat sebagai pelaksana dalam memberikan asuhan
keperawatan harus melakukan pengkajian secara terfokus dan mengobsevasi tanda
vital agar dapat menilai dan mengetahui resiko terjadinya perburukan pasien,
mendeteksi dan merespon dengan mengaktifkan emergency call (Duncan & McMullan,
2012).
Pengenalan system scoring pendeteksi dini atau peringatan dini untuk
mendeteksi adanya perburukan keadaan pasien dengan penerapa early warning score
telah dilakukan secara. EWS telah diterapkan banyak Rumah sakit di Inggris terutama
National Health Service, Royal College of Physicians yang telah merekomendasikan
2
National Early Warning Score (NEWS) sebagai standarisasi untuk penilaian penyakit
akut, dan digunakan pada tim multidsiplin (NHS Report, 2012).
Indonesia sendiri terutama di Rumah Sakit Garut masih mengalami kendala
dalam peringatan dini untuk mendeteksi adanya perburukan keadaan pasien, dengan
kapasitas bed sebanyak 550 bed tentunya tidak sebanding dengan jumlah penduduk
Kabupaten Garut Sebanyak 2,2 juta jiwa. IGD RSUD dr. Slamet Garut merupakan
pelayanan kesehatan 24 jam dengan kapasitas bed hanya 37 pasien sering mengalami
overload dengan rata- rata BOR sebesar 120 – 150 %.
Banyaknya pasien yang mengalami over crowding Akibat dari waktu tunggu
yang lama. Pasien menunggu selama 6 jam dan bisa lebih di IGD, serta kurang
optimalnya monitoring tanda vital menyebabkan pasien mengalami perburukan, dari
kategori kuning/hijau menjadi merah bahkan kuning meninggal dunia. Seharusnya hal
tersebut perluh perubahan lebih baik, Karena berhubungan dengan kualitas pelayanan
serta peneymbuhan pasien. Sehingga kelompok tertarik untuk membahas tentang
“Application Of Early Warning Score System To Reduce The Level Of Emergency Of
Patients In Emergency Departement RSUD Dr. Slamet Garut”

2. Validation of the problem with evidence


a. Search validation
Beberapa kata kunci digunakan untuk mendapatkan artikel/jurnal relevan yang
terdiri dari “early warning score”, “Patients in Emergency”, and “mortality and
Morbidity”. Artikel yang tersedia terkait dengan aplikasi Early Warning Score
untuk patien di Emergency Unit ditinjau dan dijadikan sebagai bukti informasi.
Untuk mendapatkan artikel yang terbaru dan relevant terkait Early Warning Score
untuk patien di Emergency Unit, periode publikasi artikel dibatasi hingga 10 tahun
terakhir antara 2009-2019, serta digunakan format PICO (Patients-Intervention-
Comparison-Outcome) untuk merancang kriteria artikel yang digunakan
Tabel 3.1 PICO Literature Nursing Early Warning Scoring System
Pasien Patients In Emergency
Intervensi Early Warning Score

Comparison -
Outcome Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
b. Kriteria inklusi
(1) Artikel dalam bahasa inggris yang dipublis antara tahun 2009-2018; (2)

Semua penelitian qualitative maupun quantitative (3) Data evidence yang


dipakai adalah berbasis semua jenjang usia dan untuk upaya

meningkatkan outcomes pelayanan


c. Kriteria eksklusi
(1) Jurnal dari data base yang tidak terpercaya (2) penelitian tidak focus pada
outcomes pelayanan kepada pasien di area critical care
Gambar 1. Ringkasan pencarian dan kriteria seleksi evidence based

PubMed Pro-Quest
Identification
Science Direct EBSCO
(n = 2098) (n = 1752) (n = 2440) (n = 516)

Records after duplicate removed


Screening

(n = 5117)

Records excluded based on the title


and abstract (n = 4892)

Full text articles assessed for


Eligibility

eligibility
(n = 225)

Articles Included Articles excluded


Included

(n = 7) (n = 7)
Tabel 1. Home based evidence for early warning score (EWS)
Judul Peneliti Tujuan Hasil Penelitian
Exploring the performance (Alam N, et al., 2015) Tujuan untuk menilai NEWS dapat menjadi nilai
of the National Early kelayakan penggunaan tambah di UGD, meskipun
Warning Score (NEWS) in a NEWS sebagai alat tidak secara khusus sebagai
European emergency pemantau structural di unit sistem triase, tetapi sebagai
department gawat darurat Belanda. sarana untuk memantau
Mengeksplorasi kinerja pasien secara longitudinal
NEWS dalam selama mereka tinggal di
memprediksi hasil yang UGD dan di rumah sakit.
merugikan, seperti Melalui penggunaan NEWS,
penerimaan dan kematian staf klinis memiliki indikasi
di ICUpada pasien dewasa yang lebih baik apakah pasien
serta memprediksi sangat beresiko. Dengan
kebutuhan untuk dirawat NEWS memungkinkan
di rumah sakit dalam intervensi tepat waktu dan
populasi unit gawat menstabilkan seseorang
darurat. sebelum mengalami
perburukan lebih lanjut.
Selain itu NEWS Dapat
berguna dalam mengelola
pasien di lingkungan UGD
yang kompleks sehingga
dapat meningkatkan kualitas
perawatan pasien.
National Early Warning Uppanisakorn Supattra, Untuk mengetahui Diantara pasien kritis yang
Score (NEWS) at ICU et al., 2018 keandalan NEWS pada dikeluarkan dari ICU, NEWS
discharge can predict early saat pasien keluar dari menunjukan hasil sensitifitas
clinical deterioration after
ICU untuk memprediksi terbaik dan spesifisitas untuk
ICU transfer
perburukan klinis dalam mendeteksi perburukan klinis
24 jam dini dalam 24 jam paca
dirawat di ICU.
Evaluating the Pediatric (Gold, Mihalov, & Mengeksplorasi apakah Dalam penelitian ini,
Early Warning Score Cohen, 2014) PEWS yang ditugaskan di ditemukan bahwa skor PEWS
(PEWS) System for ED memprediksi yang meningkat secara
Admitted Patients in the kebutuhan masuk ICU statistik terkait dengan
Pediatric Emergency dari ED atau kerusakan kebutuhan perawatan ICU.
Department klinis pada pasien yang Selain itu, kami menemukan
dirawat. bahwa sistem PEWS dapat
diimplementasikan di IGD
yang sibuk dan tertanam ke
dalam EMR, dengan
kehandalan perawat interrater
yang sangat baik

Early Warning System (Beth Smith, et al., Untuk menilai Tidak ada perbedaan yang
Scores for Clinical 2014) kemampuan alat EWS ditemukan dalam kejadian
Deteriorationin untuk memprediksi henti henti jantung setelah
Hospitalized Patients: A jantung, henti paru, atau penerapan EWS dalam studi
Systematic Review hasil kematian dalam 48 oleh Jones dan rekan kerja
jam pengumpulan data,
serta untuk menentukan
dampak penggunaan EWS
pada hasil kesehatan di
rumah sakit dan
pemanfaatan sumber daya.
The impact of the use of the (Alam, et al., 2014) Tujuan dari tinjauan Hasil secara umum ada
Early Warning Score (EWS) sistematis ini adalah untuk kecenderungan positif
on patient outcomes: A mengevaluasi dampak terhadap hasil klinis setelah
systematic review penggunaan Skor pengenalan sistem EWS.
Peringatan Dini (EWS) Karena sistem penilaian lain
pada hasil pasien tertentu, yang tersedia terlalu
seperti kematian di rumah kompleks untuk digunakan
sakit, pola perawatan dan atau hanya divalidasi untuk
penggunaan unit populasi pasien tertentu,
perawatan intensif, lama EWS tetap menjadi alat yang
rawat di rumah sakit, sederhana dan mudah
serangan jantung dan efek digunakan di samping tempat
samping serius lainnya tidur, sim-plicity menjadi
dari pasien dewasa di keuntungan.
bangsal umum dan di unit
penerimaan medis.
Mandatory early warning (Bunkenborg Gitte, et Mengevaluasi kepatuhan Tingginya kepatuhan
scoring—implementation al., 2016) terhadap intervensi
terhadap penilaian intervensi
evaluated with a dengan mengoptimalkan EWS ada pada staff perawat
mixed-methods approach pemantauan di rumah yang mempertimbangkan
sakit menggunakan Early penilaian early warning score
Warning Score (EWS) sebagai upaya
dari parameter vital mempromosikan keselamatan
pasien di rumah sakit dengan
EWS untuk memprediksikan
kemungkinan perburukan
dari pasien.
Assessing prognosis with Gizem Raziye, et al., Menguji keampuhan dan Hasil secara umum sistem
modified early warning 2018) keandalan sistem penilaian MEWS, REMS dan
score, rapid emergency penilaian model early WPS efektif dalam
medicine score and warning score, rapid memprediksi prognosis
worthing physiological amergency medicine dengan tanda-tanda vital
scoring system in patients score, Worthing dalam evaluasi awal pasien
admitted to intensive care physiological scoring yang dirawat di unit gawat
unit from emergency system dalam darurat. Dengan sistem
department memprediksi prognosis penilaian akan
dan tingkat kematian mempermudah dalam
pasien kritis yang manajemen pasien diunit
direncanakan dirawat di gawat darurat (kepulangan,
unit perawatan intensif masuk unit perawata intensif
dari unit gawat darurat. atau masuk klinik). Hasil
penelitian dengan model
penilaian MEWS, REMS dan
WPS secara signifikan dapat
memprediksikan angka
mortalitas pada hari ke-1, ke-
5, dan ke-28.

B. Validation: critique and synthesis of the evidence


Menurut Royal College of Physicians dalam National Early Warning Score
(NEWS) Standardising assesment of acute-illness severity in the NHS Report July 2012.
Merekomendasikan agar penilaian klinis NEWS rutin dari semua pasien dewasa (usia 16
tahun atau lebih), digunakan untuk meningkatkan: penilaian dari penyakit akut , deteksi
perburukan klinis, tindakan reaksi tepat waktu dan respons klinis yang kompeten. NEWS
tidak boleh digunakan pada anak-anak ( berusia <16 tahun) atau perempuan yang sedang
hamil. Karena respons fisiologis untuk penyakit akut dapat dimodifikasi pada anak-anak
dan ibu hamil. Lebih jauh lagi, pada penyakit kronik secara fisiologi dari beberapa
penderita penyakit paru obstruktif (COPD) dapat mempengaruhi kepekaan NEWS, yang
harus diakui saat menafsirkan early warning scores pada pasien tersebut. NEWS dapat
digunakan sebagai bantuan untuk penilaian atau pengkajian klinis dan bukan sebagai
pengganti klinis yang kompeten. NEWS harus digunakan untuk penilaian awal dari
penyakit akut dan untuk pemantauan secara terus-menerus (Beth Smith et al, 2014).
Menurut Beth Smith et al (2014) Pelayanan cepat dan pengobatan yang efektif
merupakan awal meningkatkan kelangsungan hidup pasien. Pasien sakit kritis harus
diidentifikasi dengan cepat, sehingga pengobatan yang relevan dapat dimulai tanpa
penundaan. Sistem triase berbeda telah divalidasi untuk digunakan di bagian gawat darurat
dan unit akut masuk. Deteksi dini, ketepatan waktu dan kompetensi dalam respon klinis
merupakan triad faktor penentu dari Clinical outcomes yang baik dalam pelayanan gawat
darurat (Royal College of Physicians, 2012).
Pentingnya deteksi dini ini telah mengaktifkan respons medis di rumah sakit, dan
telah mendorong pelayanan kesehatan di Kanada, Australia dan Inggris untuk menerapkan
sistem Skor peringatan dini (Early Warning Score). Gagasan Early warning Scores telah
dikembangkan dalam beberapa tahun belakangan ini, ada beberapa macam variasi chart
yang ada, diantaranya NEWS (National Early Warning Scores), MEOWS (Modified Early
Obstetric Warning Scores), dan PEWS (pediatrick Warning Scores). Namun meskipun ada
banyak jenis sistem seperti itu, fungsi umum EWS sebagai alat samping tempat tidur untuk
menilai parameter fisiologis dasar dan untuk mengidentifikasi pasien 'risiko' atau sakit
kritis terkait dengan aktivasi protokol tim medis atau team raksi cepat (Alam, et al., 2014).
Beth Smith et al (2014) Berargumen bahwa sistem Skor peringatan dini (Early
Warning Scores) dapat mengidentifikasi pasien pada risiko tinggi kerusakan bencana dan
ini mungkin dapat digunakan untuk triase gawat darurat. Berdasarkan penelitiannya dalam
Nurse-administered early warning score system can be used for emergency departement
triage.
Di Departement Emergency Rumah sakit Bispebjerg telah menerapkan BEWS
(Bispebjerg Early Warning score). Dengan hasil peneiltian BEWS ≥ 5 ini dikaitkan dengan
risiko secara signifikan terjadi peningkatan pasien masuk ICU dalam waktu 48 jam
kedatangan (RR relative risk) 4.1; 95% confidence interval (CI) 1.5 10.9) dan kematian
dalam waktu 48 jam kedatangan (RR 20,3; 95% CI 6.9-60,1). Sensitivitas dari BEWS
dalam mengidentifikasi pasien yang dirawat ke ICU atau yang mati dalam waktu 48 jam
kedatangan 63%. Nilai prediktif positif BEWS adalah 16% dan negatif nilai prediktif 98%
untuk identifikasi pasien yang dirawat ke ICU atau yang mati dalam waktu 48 jam
kedatangan.
Di Indonesia melalui RSCM sudah mengembangkan Early Warning Scores pada
semua perawat di awal tahun 2014. Hasil uji coba 100% perawat merasa NEWS dapat
digunakan dalam pelayanan, dan 75% perawat dapat melakukan analisis hasil TTV dengan
NEWS. Dengan parameter yang diukur adalah kemudahan penggunaan formulir NEWS.
Early Warning Scores lebih berfokus kepada mendeteksi kegawatan sebelum hal tersebut
terjadi. Sehingga diharapkan dengan tatalaksana yang lebih dini, kondisi yang mengancam
jiwa dapat tertangani lebih cepat atau bahkan dapat dihindari, sehingga output yang
dihasilkan lebih baik (Firmansyah, 2013).

C. Comparative evaluation of Early Warning Scores


1. Kekuatan
Berdasarkan kajian literatur bahwa Early Warning Scores sangat efektif dan efisien
untuk mendeteksi adanya perburukan keadaan pasien serta dapat mencegah terjadinya
kejadian morbiditas dan mortalitas. Hal ini terjadi karena NEWS mampu mendeteksi
dini kondisi yang mengancam jiwa pasien.
2. Kemamputerapan
Early Warning Scores mampu dilakukan oleh seluruh perawat terutama di Emergency
Departement yang merupakan pintu utama masuknya pasien ke sebuah Rumah Sakit.
Sehingga disarankan untuk seluruh perawat yang bekerja di Emergency Departemen
agar mampu menerapkan Early Warning Scores dengan baik.

D. Translation/ application; Mengaplikasikan EBP


Faktor penting dalam memberikan perawatan pasien berkualitas tinggi adalah
implementasi keperawatan praktik berbasis bukti (EBP); kepemimpinan institusional,
seperti Perawat Manajer (NMs), memainkan peran integral dalam implementasi EBP pada
unit perawatan. EBP memungkinkan perawat untuk membuat keputusan perawatan
kesehatan yang kompleks berdasarkan temuan dari ketat atau laporan penelitian berkualitas
tinggi, keahlian klinis, dan perspektif pasien (Kueny, et al 2015).
Rata-rata yang mengejutkan sekitar 36.000 uji coba terkontrol acak (RCT)
diterbitkan setiap tahun, dan biasanya dibutuhkan sekitar 17 (sampai 2 dekade) tahun untuk
temuan untuk mencapai praktik klinis. Usulan perubahan dalam perawatan sering kali
berasal dengan saran dari dokter, tetapi untuk mengevaluasi intervensi mereka bisa
memakan waktu dan mahal. Review focus pada bukti dapat menghasilkan hasil yang tidak
meyakinkan yang tidak memiliki kepercayaan diri dalam membuat keputusan yang jelas;
hal itu diakibatkan karena desain penelitian yang buruk, evaluasi yang kurang ketat, bukti
terlalu sedikit, dan keterbatasan lainnya. Hasilnya: kebuntuan itu sering memperlambat
implementasi dunia nyata praktik berbasis bukti (Kanter, Schottinger, Whittaker, 2017).
Tahun 2013, Kaiser Permanente Southern California (KPSC) berusaha
mempercepat implementasi praktik klinis dengan dasar bukti yang kuat, tidak digunakan
atau kurang dimanfaatkan oleh KPSC, meningkatkan kualitas perawatan, dan cenderung
berkelanjutan dan hemat biaya. Kami menugaskan tim analis EBP yang ada untuk
memindai literatur yang tidak digunakan secara luas di KPSC. Temuan ini diteruskan ke
kepala layanan regional, yang menanggapi dengan antusias karena mereka telah lama
memercayai tim EBP untuk mendukung keputusan klinis dan pengembangan di bidang
mereka. Namun demikian, mengingat bahwa kepala perawat dan pemangku kepentingan
lainnya memiliki kemampuan terbatas untuk menerapkan praktik-praktik baru, sehingga
dapat mencari orang lain yang berkompeten untuk ikut membantu.
1. Evidence Scanning for Clinical, Operational, and Practice Efficiencies (E-SCOPE),
sebuah sistem untuk mengidentifikasi dan menerapkan praktik klinis dan operasional
dengan cepat yang didukung oleh evidence baru berkualitas tinggi yang dipublikasikan.
Ruang lingkup dan urutan E-SCOPE:
a. Conduct quarterly evidence searches
Tim terdiri dari lima anggota - dua anggota staf yang berdedikasi (analis dan
manajer proyek) dan tiga pemimpin kualitas regional (direktur regional kelompok
dokter medis untuk analisis kualitas dan klinis, asistennya, dan pemimpin praktik
berbasis bukti) - menggunakan Algoritma yang dikembangkan secara internal dan
strategi pencarian khusus untuk mengidentifikasi RCT yang baru diterbitkan dan
berkualitas tinggi (dan ulasan sistematis RCT). Setelah menyaring lebih dari 1.000
abstrak, tim biasanya memilih sekitar 150 studi yang diterbitkan dimana memenuhi
kriteria yang ditentukan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan, outcomes,
keterjangkauan, efisiensi, atau pemanfaatan. Kriteria ditentukan oleh konsultan
kedokteran berbasis bukti yang dilatih dalam melakukan pendekatan seperti alat
Cochrane "risk of bias" dan GRADE framework. (EBP kualitas sedang dianggap hanya
jika banyak manfaatnya dari bahayanya.) Setiap siklus review evidence memakan
waktu sekitar satu bulan.
b. Decide which evidence-based practices to implement
Studi yang memenuhi kriteria seleksi didistribusikan kepada dokter dan
pemimpin bagian keperawatan, anggota komite klinis dan operasional, pemimpin
satuan tugas, direktur area medis, perwakilan dari departemen klinis dan operasional,
dan lain-lain. Dengan menggunakan keahlian mereka, para pemangku kepentingan dan
pemimpin kualitas dokter regional membahas manfaat yang diharapkan dari penerapan
praktik yang diidentifikasi dalam jalur klinis atau operasional. Sebagai contoh, bukti
tentang manfaat dari EWS untuk mengobservasi tanda-tanda vital, untuk memonitoring
keadaan pasien ketika pasien tiba ataupun yang sedang di observasi di Rumah Sakit.
Ada 6 parameter fisiologis sebagai dasar system skor, yaitu frekuensi oksigen, SaO2,
Suhu, Tekanan darah sistolik, Frekuensi Nadi, dan Level Kesadaran. Dari system itu,
dikirim kepada Kepala Ruang atau Kepala bagian Keperawatan yang mendisusikannya
secara informal dengan 2 atau 3 kepala lainnya dari institusi terkait. Para ahli
keperawatan yang sepakat untuk mencoba menerapkam EWS di ruang gawat darurat
adalah peluang penting.
Bukti kemudian dibahas pada pertemuan triwulanan yang dihadiri oleh kepala
layanan medis dari semua staf medis di institusi terkait, yang memberikan lampu hijau
untuk implementasi intervensi ini. Stakeholder tahu bahwa lampu hijau seperti itu
benar-benar berarti "clear" karena pimpinan staf medis telah memberikan persetujuan
mereka. Manajer proyek E-SCOPE kemudian mengumpulkan tim multidisiplin kecil
yang menyebarkan praktik, menggunakan proses yang disesuaikan dengan intervensi,
pengaturan, populasi pasien, dan sumber daya yang tersedia.
Untuk program implementasi EWS yang sudah disebutkan diatas, proses
termasuk melakukan standarisasi EWS. Selain system deteksi dini terhadap kondisi
perburukan pasien, EWS juga menetapkan standarisasi dalam peningkatan perawatan
dan pengawasan pasien apabila kondisi pasien memburuk. Dibawah ini adalah tabel
NEWS yang dipakai di RSCM:

c. Support implementation of selected practices


Implementasi di semua pusat medis KPSC membutuhkan waktu minimum
beberapa bulan dan bergantung pada proses yang ada. Dalam memutuskan praktik
berbasis bukti mana yang akan diterapkan, para pemangku kepentingan didorong untuk
mengambil alih tanggung jawab implementasi, yang mereka lakukan untuk sekitar 25%
dari praktik baru. Namun, lebih sering, tim E-SCOPE beranggotakan lima orang
memikul tanggung jawab karena para pemangku kepentingan kekurangan waktu.
Misalnya, meskipun kepala ruang memperjuangkan inisiatif pelaksanaan EWS, baik
dia maupun kepala pusat layanan medis tidak punya waktu untuk menerapkannya.
Akibatnya, manajer proyek E-SCOPE mengambil tanggung jawab utama untuk
mempersiapkan yang dibutuhkan seperti slide materi, tools EWS, melakukan sesi
diskusi dengan dokter dan perawat, dan bekerja dengan para staf diklat untuk
mengembangkan prosedur rujukan atau yang berkepentingan lainnya.
Pemimpin E-SCOPE dan tim implementasi membuat metrik untuk memantau
implementasi yang sedang berlangsung. Misalnya, metrik angka mortalitas atau
kematian pasien meningkat atau menurun setelah diterapkan EWS, angka kejadian
code blue (HCA), angka rujukan pasien. Untuk populasi target EWS Departemen
Gawat Darurat menerima umpan balik kinerja bulanan yang sudah dilakukan.

d. Monitor progress
Tim E-SCOPE secara teratur memonitor kemajuan implementasi, biasanya
setiap kuartal. Manajer proyek dan analis meminta laporan dari departemen analitik
klinis tentang metrik inisiatif khusus dan melacaknya dari waktu ke waktu. Seiring
dengan berjalannya implementasi di berbagai pusat medis, metrik hasil implementasi
dapat dimasukkan. Jika, misalnya, kinerja departemen gawat darurat gagal, pimpinan
dokter regional mendiskusikannya dengan kepala departemen layanan dan
administrator. Jika diperlukan, masalah sistem diselidiki dan melibatkan pimpinan
lainnya.
Interval antara publikasi studi dan implementasi awal berkisar dari 3 bulan
hingga 2,5 tahun (rata-rata, 14,4 bulan). Praktiknya semua didasarkan pada penelitian
berkualitas tinggi yang dapat digeneralisasikan ke pengaturan KPSC, dan kami
berharap mereka menghasilkan keefektifan, keamanan, ketepatan waktu, dan efisiensi
perawatan yang sebanding, seperti yang telah didokumentasikan dalam penelitian yang
mendasarinya. Tanpa E-SCOPE, KPSC mungkin tidak akan menyebarkan praktik
berbasis bukti ini, atau setidaknya tidak akan mengimplementasikannya dengan cepat.
Redrawn from Rogers EM. Diffusion of innovations. 5th ed. New York: The Free Press; 2003; Titler MG, Everett LQ. Translating
research into practice: considerations for critical care investigators. Crit Care Nurs Clin North Am 2001a;13(4):587-604. (Copyright
of this model retained by Marita Titler.)

2. Model the Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ)


Langkah-langkah transfer pengetahuan dalam model the Agency for Healthcare Research
and Quality (AHRQ) merepresentasikan tiga tahap utama: (1) knowledge creation and
distillation, (2) diffusion and dissemination, and (3) organizational adoption and
implementation. Tahapan transfer pengetahuan ini dilihat melalui sudut pandang peneliti /
penemuan pengetahuan baru dan mulai dengan menentukan temuan apa yang harus
disebarluaskan terkait proyek penelitian patient safety.
a. Penciptaan pengetahuan dan penyulingan (Distillation)
Memunculkan wawasan-wawasan baru, ide-ide baru, atau rutinitas baru.
Melakukan penelitian (dengan variasi yang diharapkan dapat diterapkan untuk
digunakan dalam sistem pemberian layanan kesehatan) dan kemudian mengemas
temuan penelitian yang relevan ke dalam produk yang dapat diterapkan — seperti
rekomendasi praktik tertentu — dengan demikian meningkatkan kemungkinan
bahwa bukti penelitian akan menemukan jalannya ke dalam praktik.
Sangat penting bahwa proses penyulingan pengetahuan diinformasikan dan
dibimbing oleh pemangku kepentingan untuk temuan penelitian yang
diimplementasikan dalam pelayanan keperawatan. Kriteria yang digunakan dalam
penyulingan pengetahuan harus mencakup perspektif pemangku kepentingan (misal
kemudahan untuk diaplikasikan dalam setting pelayanan kesehatan yang ada,
kelayakan, volume bukti yang dibutuhkan oleh SDM perawatan kesehatan dan
dokter), serta pertimbangan generasi pengetahuan tradisional (mis., kekuatan bukti,
generalisasi).
b. Difusi dan diseminasi
Difusi dalam konteks ini suatu proses penyebaran unsur-unsur pengetahuan
baru dari satu kelompok ke kelompok lain atau dari masyarakat ke masyarakat yang
lain. Dengan proses tersebut, SDM mampu untuk menghimpun penemuan-penemuan
baru yang dihasilkan. Sedangkan diseminasi yaitu suatu kegiatan yang ditujukan
kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi , timbul
kesadaran menerima dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Melibatkan
kemitraan dengan para pemimpin profesional dan kesehatan organisasi perawatan
untuk menyebarluaskan pengetahuan yang dapat membentuk dasar tindakan kepada
SDM yang ada.
Komunikasi dan penyebaran yang ditargetkan digunakan untuk menjangkau
khalayak dengan antisipasi bahwa pengguna awal akan memengaruhi pengguna akhir
dari temuan bukti berbasis penelitian yang dapat digunakan. Upaya diseminasi yang
ditargetkan harus menggunakan strategi diseminasi multifaset, dengan penekanan
pada saluran dan media yang paling efektif untuk segmen pengguna tertentu (mis.,
perawat, dokter, apoteker).

c. Adopsi, implementasi, dan institualisasi


Tahap ini berfokus pada mendapatkan organisasi, tim, dan individu untuk
mengadopsi dan secara konsisten menggunakan temuan dan inovasi penelitian
berbasis bukti dalam kehidupan sehari-hari praktek. Menerapkan dan
mempertahankan EBP dalam pengaturan perawatan kesehatan melibatkan hal yang
kompleks hubungan timbal balik antara topik EBP (mis., pengurangan kesalahan
pengobatan), organisasi karakteristik sistem sosial (seperti struktur dan nilai-nilai
operasional dll).
Berbagai strategi untuk implementasi termasuk menguji coba / mencoba
perubahan dalam area perawatan pasien tertentu di rumah sakit, dan menggunakan
tim implementasi multidisiplin untuk membantu aspek praktis penanaman inovasi ke
dalam proses yang sedang berjalan. Mengubah praktik perlu dilakukan upaya di
tingkat individu dan organisasi untuk menerapkan informasi berbasis bukti dan
produk dalam konteks tertentu. Ketika peningkatan dalam perawatan ditunjukkan
dalam uji coba studi dan dikomunikasikan ke unit lain yang relevan dalam organisasi,
personil kunci kemudian setuju untuk sepenuhnya mengadopsi dan mempertahankan
perubahan dalam praktik. Setelah perubahan EBP dimasukkan ke dalam dalam
struktur organisasi, perubahan tidak lagi dianggap sebagai inovasi tetapi standar
perawatan.
Ketika para praktisi memutuskan secara individual apa bukti untuk digunakan
praktik, variabilitas yang cukup besar dalam hasil pola praktik, berpotensi
menghasilkan dampak buruk hasil pasien. Misalnya, perspektif "individu" dari EBP
akan membuat keputusan tentang penggunaan teknik suction endotrakeal berbasis
bukti untuk setiap perawat dan terapis-terapis respiratory. Beberapa individu
mungkin akrab dengan temuan penelitian untuk suction endotrakeal sementara yang
lain mungkin tidak. Ini kemungkinan menghasilkan praktik yang berbeda dan saling
bertentangan yang digunakan ketika pergantian shift atau pergantian perawat jaga
setiap 8 hingga 12 jam. Dari perspektif instansi, kebijakan pengisapan endotrakeal
dan prosedur berdasarkan penelitian ditulis, informasi berbasis bukti diintegrasikan
ke dalam sistem informasi klinis, dan adopsi praktik ini oleh perawat dan praktisi
lainnya dipromosikan secara sistematis dalam organisasi. Hal ini dapat memastikan
bahwa para praktisi memiliki pengetahuan, keterampilan, dan peralatan yang
diperlukan untuk melaksanakan endotrakeal berbasis bukti praktik penyedotan. Tata
kelola organisasi mendukung penggunaan praktik-praktik ini melalui berbagai dewan
dan komite seperti Komite Praktek, Komite Staf Pendidikan dan kelompok kerja
interdisipliner EBP.
Salah satu fasilitator yang dapat digunalan adalah perawat senior dengan
pengalaman klinis dan jenjang pendidikan yang memadai. Tugasnya adalah
memanajemen dan mempromosikan penyerapan pengetahuan baru. Dalam hal
memanajemen, fasilitator bertugas mengumpulkan/menghasilkan berbagai temuan
penelitian, bertindak sebagai sumber informasi bagi perawat klinis, mensintesis
temuan penelitian, dan menyebarkan hasil tersebut naik secara formal dan informal.
Dalam hal mempromosikan, fasilitator mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan perawat klinis melalui peran modeling, pengajaran, dan fasilitasi
pemecahan masalah klinis.
3. Tahapan Perubahan yang dilakukan
Upaya menurunkan angka mortalitas dan morbiditas dapat dilakukan dengan cara
penerapan Early Warning Scores di Emergency Departement. Hal ini telah dibuktikan
dengan berbagai evidence based yang sudah diuraikan. Tahapan perubahan yang dapat
dilakukan yaitu :
a. Melakukan sosialisasi terkait Early Warning Score.
b. Melakukan uji coba penggunaan formulir, parameter yang di uji coba: kemudahan
dalam mengisi formulir.
c. Penyempurnaan formulir bila ada revisi.
d. Pembuatan SOP.
e. Sosialisasi pelaksanaan Early Warning Score.
f. Penerapan Early Warning Score

E. Evaluasi Keberhasilan Early Warning Score


Setelah melakukan kajian literatur berdasarkan Evidence Based Practice, kriteria evaluasi
yang diharapkan yaitu:
1. Perawat mengetahui tentang efektifitas dan efisiensi penggunaan metode Early
Warning Score dalam penanganan pasien gawat darurat
2. Perawat dapat menerapkan Early Warning Score pada emergency departement.
3. Angka kejadian morbiditas dan mortalitas dapat ditekan dan berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, N., Vegting, I. L., Houben, E., Berkel, B. Van, Vaughan, L., Kramer, M. H. H., &
Nanayakkara, P. W. B. (2015). Exploring the performance of the National Early Warning
Score ( NEWS ) in a European emergency department ଝ, 90, 111–115.
Alam, N., Hobbelink, E., van Tienhoven, A., van de Ven, P., Jansma, E., & Nanayakkara, P.
(2014). The impact of the use of the Early Warning Score (EWS) on patient outcomes: A
systematic review. Resuscitation, 587-594.
Beth Smith, M., Chiovaro, J., O'Neil, M., Kansagaral, D., Quinones, A., Freeman, M., . . .
Slatore, C. (2014). Early Warning System Scores for Clinical Deteriorationin Hospitalized
Patients: A Systematic Review. AnnalsATS, 11:1454-1465.
Bunkenborg, G., Poulsen, I., Samuelson, K., Ladelund, S., & Åkeson, J. (2016). Mandatory early
warning scoring — implementation evaluated with a mixed-methods approach ☆. Applied
Nursing Research, 29, 168–176. https://doi.org/10.1016/j.apnr.2015.06.012
Duncan, K., & McMullan, C. (2012). Early Warning System. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins.
Firmansyah (2013), NEWSS: Nursing Early Warning Scoring System, TMRC RSCM, (online),
(https://www.scribd.com/doc/184093556/NEWSS-Nursing-Early-Warning-Scoring-System
diakses tanggal 07 mei 2016, jam 09.15 WIB.)
Gizem, R., Gök, Y., Gök, A., & Bulut, M. (2018). Assessing prognosis with modi fi ed early
warning score , rapid emergency medicine score and worthing physiological scoring system
in patients admitted to intensive care unit from emergency department. International
Emergency Nursing, (September 2017), 0–1. https://doi.org/10.1016/j.ienj.2018.06.002
Gold, D., Mihalov, L., & Cohen, D. (2014). Evaluating the Pediatric Early Warning Score (PEWS)
System for Admitted Patients in the Pediatric Emergency Department. The Society for
Academic Emergency Medicine, 1249-1256.
Hipgabi SULUT (2014), Materi Pelatihan Emergency Nursing Basic Trauma Cardiac Life
Support. Manado : Penulis.
IGD RSCM, (2015), Buku Program Emergency Summit, National preparedness for medical
Emergency and disaster Where are we now?. Jakarta : HIPGABI Indonesia.
National Clinical Effectiveness Comitee, (2013), National Early Warning Score, National
clinical guideline No. 1, Ireland : RCP. ISSN 2009-6259
Richa A. Sofyanti, (2014), Hubungan pelayanan keperawatan gawat darurat dengan tingkat
kepuasan pasien di Intalasi gawat darurat RSSN Bukit Tinggi. Retrived From
http://jurnal.umsb.ac.id/wp-content/uploads/2014/09/Jurnal-Richa-pdf.pdf diakses tanggal 07
mei 2016 jam 21.00 WIB.
Royal College of Physicians.(2012), National Early Warning Score (NEWS): Standardising the
assessment of acuteillness severity in the NHS. Report of a working party. London: RCP.
ISBN 978-1-86016-471-2
Uppanisakorn, S., Bhurayanontachai, R., Boonyarat, J., & Kaewpradit, J. (2018). National Early
Warning Score ( NEWS ) at ICU discharge can predict early clinical deterioration after ICU
transfer. Journal of Critical Care, 43(October 2016), 225–229.
https://doi.org/10.1016/j.jcrc.2017.09.008
Wahyudi Payzar, Indiriati dan Bahyaki, (2014), Gambaran Skor Pediatric Early Warnig Score
(PEAWS) Pada Pola Rujukan Pasien Anak Di Instalasi Gawat Darurat, Universitas Riau :
JOM PSIK Vol.1.2 Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai