Anda di halaman 1dari 24

KELOMPOK 5

EFUSI PLEURA

DI SUSUN OLEH :
M.RIZWAN
NURVAIZAH
A. KONSEP DASAR

1. Pengertian
 Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat
penumpukan cairan dari dalam kavum pleura diantara pleura
parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat
atau cairan eksudat ). (Price, 2005)
 Pleura adalah membrane tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura
viseralis dan pleura parietalis.(Sudoyo, Aru W. 2006)
 Efusi pleura adalah adanya cairan yang berlebih dalam rongga
pleura baik transudat maupun eksudat.(Davey, 2005)
 Jadi kesimpulan dari efusi pleura adalah akumulasi cairan
abnormal atau penimbunan cairan yang berlebih dalam rongga
pleura baik transudat maupun eksudat.
2. Etiologi 

 Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi


transudat, eksudat dan hemoragis.
 Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal
jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis),
syndroma vena cava superior, tumor, sindroma meig.
 Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor,
infark, paru, radiasi, penyakit kolagen
 Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,
tuberkulosis.
 Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral
dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik
dengan penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan
pada penyakit-penyakit dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif,
sindroma nefrotik, asites, infark paru, tumor dan tuberkolosis.
3. Patofisiologi

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga


pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis
pleura parietalis sebesar 9 cm H 2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila
tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan
bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma,
bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negatif
intra pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A, 1998).
Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam
kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain : (1) penghambatan
drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang menyebabkan tekanan
kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan
transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura (3) sangat menurunnya
tekanan osmotik kolora plasma, jadi jugamemungkinkan transudasi cairan yang
berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan
pleura dari rongga pleura, yang memecahkan membran kapiler dan
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara
cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1999, 623- 624)
4. Manifestasi klinik

 Manifestasi kinik yang muncul (Tierney, 2002 dan Tucker, 1998) ) adalah
 Sesak nafas
 Nyeri dada
 Kesulitan bernafas
 Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
 Keletihan
 Batuk
5. Penatalaksanaan

 Penatalaksanaan pada efusi pleura ini adalah (Mansjoer, 2001)


 Thorakosentasis
 Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri, dispnea
dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
 Pemberian anti biotik Jika ada infeksi.
 Pleurodesis
 Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat (tetrasiklin, kalk
dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura
dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
 Tirah baring
 Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dyspnea akan semakin
meningkat pula.
 Biopsi pleura, untuk mengetahui adanya keganasan.
6. Diagnosa Keperawatan
 
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan
paru.
 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri dada

 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubugan dengan akumulasi sekret

 Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


7. Intervensi dan Rasional

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan


paru.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif
KH : Tidak ada dispnea, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, RR
normal (16 - 20 x/menit)
Intervensi :
 Observasi pernafasan khususnya bunyi nafas dan perkusi Rasional : Bunyi nafas dapat
menurun
 Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan Rasional : Meningkatkan
inspirasi maksimum
 Anjurkan klien untuk tidak banyak aktivitas
Rasional : Aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan
O2
 Kolaborasi pemberian O2
Rasional : Alat membantu meningkatkan O 2
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan nyeri dada

Tujuan : Tidak ada nyeri dada


KH : - keluhan nyeri berkurang
- skala nyeri menurun

Intervensi:
 Kaji perkembangan nyeri
Rasional : Untuk mengetahui terjadiya komplikasi
 Ajarkan klien tehnik relaksasi Rasional: Untuk meringankan nyeri
 Beri posisi yang nyaman
Rasional :
-Untuk memberikan kenyamanan klien
-Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : untuk mengurangi rasa sakit
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubugan dengan akumulasi sekret

Tujuan : jalan nafas menjadi efektif

 K H:
- Tidak ada pengumpulan secret
 Tidak ada pengguaan alat bantu nafas

Intervensi :
 Observasi karakteristik batuk
Rasional : Untuk mengetahui batuk apakah menetap atau tidak efektif
 Ajarkan batuk efektif
Rasional : membantu pengeluaran secret
 Berikan pasian posisi semi fowler
Rasional : Membantu memaksimalkan ekspansi paru.
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia

Tujuan : Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


KH : Nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastis
Intervensi :
 Observasi nafsu makan klien
Rasional : Porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu makan
belum baik
 Beri makan klien sedikit tapi sering
Rasional : Meningkatkan masukan secara perlahan
 Beritahu klien pentingnya nutrisi
Rasional : Klien dapat memahami dan mau meningkatkan masukan
nutrisi
 Pemberian diit TKTP
Rasional : Peningkatan energi dan protein pada tubuh sebagai
pembangun
 KASUS

Seorang pasien Ny.A perempuan 47 tahun mengeluh sesak, batuk, dan


penurunan nafsu makan. Pasien memiliki riwayat penyakit tumor pada paru
kanan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan gerakan dada asimetris, dimana dada
kanan tertinggal saat bernapas, vokal fremitus dada kanan menurun, redup pada
dada kanan, suara vesikuler menurun pada dada kanan, dan ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan coli dekstra, serta
hepatomegali. Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan leukositosis.
Pemeriksaan kimia klinik menunjukkan hipoalbumin dan penurunan fungsi hati.
Pemeriksaan analisis gas darah ditemukan hipoksemia, analisis cairan pleura
menunjukkan suatu eksudat, warna cairan merah keruh dengan eritrosit penuh
dan jumlah sel banyak. Pemeriksaan sitologi ditemukan suatu non small cell
carcinoma cenderung tipe adeno. Foto thoraks menunjukkan efusi pleura kanan
masif. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
pasien ini didiagnosis dengan efusi pleura dekstra masif et causa suspek
malignansi, Pada pasien ini dilakukan evakuasi cairan pleura, pemberiaan
analgesik, serta antibiotik.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Nama : Ny.A
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Diagnosa medis : Efusi Pleura
Alamat : jakarta
Pekerjaan : tidak bekeja
B. Keluhan utama : klien mengeluh sesak, batuk, dan penurunan nafsu
makan.
C. Riwayat penyakit sekarang : Pasien dengan effusi pleura biasanya akan
diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk, sesak
nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun
dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan
atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
D. Riwayat penyakit dahulu : Perlu ditanyakan apakah pasien pernah
menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal
jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini
diperlukan untuk mengeTahui kemungkinan adanya faktor
predisposisia.

E. Riwayat penyakit keluarga : Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga


yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir
sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan
lain sebagainya
Pengkajian Pola-pola kesehatan
1. Pola nutrisi dan metabolisme : Dalam pengkajian pola nutrisi
dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan
dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain
juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan
selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami
penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas
2. Pola persepsi sensori dan kognitif Akibat dari efusi pleura
adalah penekanan pada paru oleh cairan sehingga menimbulkan
rasa nyeri
3. Pola aktivitas dan latihan Akibat sesak nafas, kebutuhan O2
jaringan akan kurang terpenuhi dan akan cepat mengalami
kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga
akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan
untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien
dibantu oleh perawat dan keluarganya
4. Istirahat dan Tidur
Karena adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh
akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahatnya

5. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : Pasien tampak sesak nafas
 Tingkat kesadaran : Composmentis
 TTV  

RR : 22 x/m
N : 80 x/m
S : 37
TD : 160/100 mmhg
 Kepala : Mesochepal
 Mata : Conjungtiva anemis
 Hidung : Sesak nafas, cuping hidung
 Dada : Gerakan pernafasan berkurang

 Pulmo (paru-paru )
 Inspeksi : Terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak
nafas tampak penggunaan otot bantu nafas
 Palpasi : Vokal Fremitus menurun
 Perkusi : Pekak (skonidulnes), redup
 Auskultasi : Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar
diatas bagian yang terkena
Diagnosa Keperawatan

 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan


paru.
 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri dada
 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubugan dengan akumulasi sekret
 Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Intervensi dan Rasional

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan


paru.
 Tujuan : Pola nafas kembali efektif
 KH : Tidak ada dispnea, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, RR normal
(16 - 20 x/menit)
 Intervensi :
 Observasi pernafasan khususnya bunyi nafas dan perkusi Rasional :
Bunyi nafas dapat menurun
 Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala ditinggikan Rasional :
Meningkatkan inspirasi maksimum
 Anjurkan klien untuk tidak banyak aktivitas

 Rasional : Aktivitas yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan O 2


 Kolaborasi pemberian O2
 Rasional : Alat membantu meningkatkan O2
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan nyeri dada Tujuan :
Tidak ada nyeri dada

 KH : - keluhan nyeri berkurang


 - skala nyeri menurun
 Intervensi :
 Kaji perkembangan nyeri
 Rasional : Untuk mengetahui terjadiya komplikasi
 Ajarkan klien tehnik relaksasi Rasional: Untuk meringankan nyeri

 Beri posisi yang nyaman


 Rasional : Untuk memberikan kenyamanan klien
 Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : untuk mengurangi rasa sakit
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubugan dengan akumulasi sekret

Tujuan : jalan nafas menjadi efektif


 K H : - Tidak ada pengumpulan secret
- Tidak ada pengguaan alat bantu nafas I
Intervensi :
 Observasi karakteristik batuk 
 Rasional : Untuk mengetahui batuk apakah menetap atau tidak efektif 
 Ajarkan batuk efektif
 Rasional : membantu pengeluaran secret
 Berikan pasian posisi semi fowler
 Rasional : Membantu memaksimalkan ekspansi paru.
 Kolaborasi pemberian Oksigen
 Rasional : Dapat meningkatkan intake oksigen
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia

Tujuan : Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


KH : Nafsu makan meningkat, porsi habis, BB tidak turun drastis

Intervensi
 Observasi nafsu makan klien
Rasional : Porsi makan yang tidak habis menunjukkan nafsu makan belum
baik
 Beri makan klien sedikit tapi sering
Rasional : Meningkatkan masukan secara perlahan
 Beritahu klien pentingnya nutrisi

Rasional : Klien dapat memahami dan mau meningkatkan masukan nutrisi


 Pemberian diit TKTP

Rasional : Peningkatan energi dan protein pada tubuh sebagai pembangun


IMPLEMENTASI

Pukul : 08.00
Diagnosa keperawatan :
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan pengembangan paru

Implementasi :
 mengontrol lingkungan dengan memberikan rasa nyaman pada klien
 mengajarkan teknik relaksasi
 mengajarkan teknik napas dalam

Evaluasi :
 S : Klien mengatakan sesak napas
 O : TTV : TD : 140/90 mmhg, RR : 16 x/m, N : 87 x/m, S : 37
 A : Masalah belum teratasi
 P : Intervensi Dilanjutkan
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan nyeri dada

Implementasi :
Mengajarkan klien tehnik relaksasi
memberi posisi yang nyaman
kolaborasi pemberian analgetik

Evaluasi :
S : -
O : klien tampak pucat
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan

Anda mungkin juga menyukai