Nim : 616080716027
TK : S1 KEPERAWATAN TINGKAT 4
Kanker payudara terjadi karena sel-sel di payudara tumbuh tidak normal dan tidak terkendali.
Sel-sel ini membelah dengan cepat dan berkumpul membentuk benjolan, lalu bisa menyebar ke
kelenjar getah bening atau ke organ lain.Belum diketahui apa penyebab sel-sel tersebut berubah
menjadi sel kanker, namun para ahli menduga adanya interaksi antara faktor genetik dengan gaya
hidup, lingkungan, dan hormon, sehingga sel menjadi abnormal dan tumbuh tidak terkendali.
Usia , Jenis kelamin, Paparan radiasi, Obesitas, Belum pernah hamil, Melahirkan pada usia tua,
Konsumsi alcohol, Terapi pengganti hormone, Telat menopause, Riwayat kanker payudara pada
keluarga.
Pemeriksaan payudara sendiri umumnya bertujuan untuk mengetahui bentuk payudara normal,
menyadari ada tidaknya perubahan pada payudara, dan agar perubahan apa pun dapat segera
dikonsultasikan dan tidak terlambat ditangani. Dengan deteksi dini payudara, banyak wanita
berhasil selamat dari kanker payudara.
Serviks alias leher rahim merupakan bagian terendah dari rahim (uterus) wanita,
sehingga bisa dikatakan sebagai penghubung antara rahim dengan vagina.Pertumbuhan
kanker serviks dimulai dari adanya sel-sel tidak normal (abnormal) di dalam serviks.Sel-sel
tersebut kemudian tumbuh dan berkembang dengan cepat serta tidak terkendali. Akibatnya,
sel-sel abnormal akan berkembang dan membentuk suatu tumor pada serviks. Tumor inilah
yang nantinya dapat berkembang dan menjadi penyebab kanker serviks.Bukan di dalam
serviks saja, tumor yang berpotensi menjadi penyebab kanker ini juga dapat tumbuh sampai
ke jaringan leher rahim yang lebih dalam, bahkan menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya
(metastasis). Ambil contohnya seperti paru-paru, hati, kandung kemih, serta vagina.Penyebab
kanker serviks tidak bisa disepelekan.Pasalnya, kanker serviks menempati urutan ke-4
sebagai salah satu penyakit kanker yang paling sering terjadi pada wanita, menurut data dari
Badan Kesehatan Dunia WHO.Oleh karenanya, Anda harus terus berhati-hati dengan segala
kondisi yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya kanker serviks.Namun, yang kerap kali
menjadi pertanyaan yakni mengenai penyebab kanker serviks itu sendiri. Sebenarnya, belum
dapat dipastikan apa penyebab kanker serviks.Akan tetapi, penyebaran virus HPV (human
papilloma virus) disebut-sebut sebagai salah satu kondisi yang bisa menjadi penyebab kanker
serviks
Meskipun belum diketahui apa penyebab pasti kanker serviks, ada beberapa faktor yang
meningkatkan risiko kanker ini. Faktor utamanya adalah kelompok virus yang disebut HPV
(human papilloma virus) yang menginfeksi leher rahim.Selain daerah kelamin, HPV juga
dapat menginfeksi kulit dan membran mukosa di anus, mulut, serta tenggorokan.HPV pada
serviks menular melalui hubungan seksual dan penularan ini semakin berisiko bila memiliki
lebih dari satu partner seksual, hubungan seks pada usia dini, individu dengan kekebalan
tubuh lemah (misalnya pada pasien HIV/AIDS), serta penderita infeksi menular seksual,
seperti gonore, klamidia, dan sifilis. Pada banyak kasus, infeksi HPV sembuh dengan
sendirinya.Tetapi pada sebagian wanita, infeksi HPV memicu perubahan abnormal pada sel
di rahim. Perubahan abnormal ini disebut cervical intraepitheal neoplasia (CIN), yaitu suatu
kondisi pra-kanker yang akan berkembang menjadi kanker bila tidak segera ditangani.
Namun demikian, diketahui hanya 5% infeksi HPV yang berkembang menjadi CIN dalam
kurun waktu 3 tahun. Sedangkan perkembangan dari CIN menjadi kanker serviks dapat
terjadi dalam 5 hingga 30 tahun.Penelitian menunjukkan, lebih dari 99% kasus kanker
serviks terkait dengan HPV. Meskipun demikian, tidak semua HPV menyebabkan kanker
serviks. Dari 100 lebih tipe virus HPV, hanya 15 di antaranya yang terkait dengan kanker
serviks, terutama HPV 16 dan HPV 18.Faktor lain yang dapat memicu kanker serviks adalah
merokok. Wanita perokok dua kali lebih berisiko terserang kanker serviks dibanding wanita
yang tidak merokok.Zat kimia di dalam rokok dapat masuk ke aliran darah, dan diyakini
dapat memengaruhi sel tubuh dan memicu berbagai kanker, termasuk kanker serviks.
Di samping sejumlah faktor di atas, beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan
risiko seseorang mengalami kanker serviks adalah:
Kontrasepsi hormonal umumnya mengandung kombinasi dari progestin dan estrogen, atau
progesteron saja.Kontrasepsi ini tersedia dalam berbagai bentuk.Macam-macam alat kontrasepsi
hormonal termasuk pil KB, suntik KB, implan, patch, dan cincin vagina.
2. Pil KB progestin
Jenis pil KB berikutnya dikenal dengan pil mini.Pil ini berbeda dengan pil kombinasi, pil
mini hanya mengandung progestin saja.Alat kontrasepsi oral ini memiliki kandungan
hormon progestin yang lebih rendah dari dosis progestin pada pil kombinasi.Pil KB
progestin dapat membuat lendir serviks menjadi lebih kental, sehingga mencegah sperma
untuk ‘bertemu’ dengan sel telur. Menggunakan pil mini juga dapat menahan atau
mencegah proses ovulasi, meski hanya pada saat-saat tertentu saja.Jika Anda ingin
menggunakan pil KB progestin, Anda bisa memahami kelebihan dan kekurangan dari
penggunaannnya terlebih dahulu.
Sayangnya, IUD ini juga memiliki kekurangan jika ingin dijadikan sebagai cara
mencegah kehamilan.
Salah satu masalah yang mungkin terjadi jika Anda menggunakan KB IUD sebagai alat
kontrasepsi adalah posisi dari alat ini bisa bergeser saat berada di dalam rahim.Selain itu,
alat ini sebenarnya membuat Anda yang menggunakannya merasa tidak nyaman. Bahkan,
pasangan juga mungkin akan merasa tak nyaman saat melakukan hubungan seksual
dengan Anda karena ada sisa benang IUD di vagina. Ditambah lagi, penggunaan KB IUD
dapat menyebabkan efek samping seperti kram dan perdarahan saat menstruasi menjadi
lebih banyak.
2. Spermisida
Spermisida adalah zat kimia yang dapat merusak sperma.Spermisida dapat berbentuk
krim, jeli, busa atau supositori.Namun, Anda bisa menggunakan ini sebagai alat
kontrasepsi.
Di samping itu, meskipun spermisida mampu mencegah kehamilan, Anda tidak bisa
mencegah penularan penyakit kelamin saat berhubungan dengan pasangan Anda jika
menggunakan spermisida
3. Diafragma
Diafragma biasanya terbuat dari lateks atau silikon, berbentuk melingkar seperti kubah
dan berfungsi mencegah sperma masuk ke dalam rahim.Cara penggunaannya adalah
menekuk atau melipatnya menjadi dua bagian, lalu memasukkannya ke dalam vagina
untuk melindungi serviks.
Selain itu, penggunaan diafragma dapat menimbulkan iritasi pada alat kelamin.