Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KASUS EFUSI PLEURA

Memenuhi Tugas Individu Praktek Klinik


Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh
Amanda Mela Sabrina
NIM 2130130

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH
SURABAYA 
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA

Disusun Oleh
Nama: Amanda Mela Sabrina
NIM 2130130

Mengetahui, Surabaya, 08 November 2021


Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik
LAPORAN PENDAHULUAN
Kasus (Efusi Pleura)

A. Definisi

1. Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi
dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus. (Baughman C Diane, 2000)
2. Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara
normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak
tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
3. Efusi pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura yang disebakan oleh
banyak faktor seperti penyakit dan tekanan abnormal dalamparu-paru.

Gambar anatomi paru


Gambar efusi pleura

B. Etiologi

Menurut jenis cairan yang terakumulasi efusi pleura dapat dibedakan menjadi :
1. Transudat ( filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh)
yang menandakan membran pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan
disebabkan oleh faktor sistemik yang mempengaruhi produksi cairan pleura.
Seperti Penyakit yang menyertai transudat :
a. Gagal jantung kiri.
b. Sindrom nefrotik.
c. Asites pada serosis hati
d. Sindrom meig’s (asites dengan tumor ovarium).

2. Eksudat ( ekstravasasi cairan kedalam jaringan ). Terjadi karena akibat kebocoran


cairan melewati pembuluh darah kapiler yang rusak dan masuk ke dalam paru-paru
yang dilapisi pleuran atau kedalam paru-paru terdekat. Cairan ini dapat terjadi karena
adanya :
a. Infeksi
b. Neoplasma/tumor
c. Infark paru
C. Tanda dan Gejala

1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah


cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak
napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri
dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis), banyak
keringat, batuk.
3. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
(garis Ellis Damoiseu).
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang
terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya
bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam).
Kadang beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Batuk
- Pernafasan yang cepat
- Demam
- Cegukan

D. Patofisiologi

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga


pleura.Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis
pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura
parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik
elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,
sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga
pasase cairan disini mencapai 1 liter per hari.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia
akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan
tekanan vena (gagal jantung).
Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat
pleura.Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena
disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan
osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh
keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan
protein dan berat jenisnya tinggi cairan ini juga mengandung banyak sel darah
putih. Sebaliknya transudate kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga
berat jenisnya rendah. (Guytondan Hall , 1997)
E. PATHWAY
Infeksi mengeluarkan zat-pirogen penghambatan drainase limfatik tekanan osmotik koloid plasma
yang dikirim kehipotalamus
Peradangan tekanan kapiler paru meningkat transudasi cairan vaskuler
Permukaan reaksi inflamasi
Pleura tekanan hidrostatik meningkat edema paru/penumpukan cairan
Suhu tubuh meningkat
Permeabilitas vasculer Transudasi cavum pleura
(peningkatan pembuluh Hipertermi

darah yang menyebabkan edema)

EFUSI PLEURA

Penumpukan cairan dalam rongga paru

Eskpansi paru menurun


Nafsu makan menurun
Sesak nafas
Oksidasi berlebih
Nyeri dada Takipnea
Sel-sel mengecil
Oksidasi Anairob Penggunaan otot bantu nafas
berat badan menurun minim 10%
Asam lamfat yang menumpuk di jaringan
Pola Nafas Tidak Efektif
Defisit Nutrisi
Nyeri Akut
E. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan di dapati menghilangnya sudut


kostofrenik. Bila cairan lebih 300 ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung.
Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
2. Ultrasonografi sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra yang digunakan untuk
mencitrakan organ internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik
ini berguna untuk memeriksa organ.
3. Torakosentesis / fungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, sitologi, berat jenis. fungsi
pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8 terdapat cairan yang
mungkin serosa (serotorak),berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila
cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
4. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC),
hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,amylase, laktat dehidrogenase
(LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.
5. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

F. Komplikasi

1. Fibrotoraks
2. Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi
perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks.
Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan
yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk
memisahkan membran-membran pleura tersebut.
3. Atalektasis
4. Atalektasis adalah pengembahan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat
efusi pleura.
5. Fibrosis
6. Paru fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah
yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai lanjutan suatu proses
penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan
dapat menyebabkan penggantian jaringan baru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
G. Pengkajian
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a. Identitas Pasien

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan efusi
pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik
akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk
dan bernafas serta batuk non produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul.
Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit


sebagai penyebab efusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.

e. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya


serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya.

f. Pemerksaan Radiologi

Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak
bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukan
kostofrenikus. Pada efusi pleura sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300
cc, frenicocostalis tampak tumpul, diafragma kelihatan meninggi. Untuk
memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang sakit (lateral
dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit
(Hood Alsagaff, 1990, 786-787).

g. Diagnosa keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas


2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi)
3. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis
4. Hipertermi b.d d proses penyakit (infeksi)
H. Rencana Keperawatan
DX. TUJUAN & KRITERIA
NO INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN HASIL (SLKI)
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan - Manajemen jalan nafas (SIKI, Hal 186)
b.d hambatan upaya keperawatan diharapkan Observasi:
nafas (SLKI, Hal 95) : 1. monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
1. dipsnea menurun usaha nafas)
2. frekuensi nafas membaik 2. monitor bunyi nafas tambahan (misal;
3. penggunaan otot bantu wheezing, ronki, gurgling)
nafas menurun Terapeutik:
5. pemanjangan fase 3. lakukan fisioterapi dada, jika perlu
ekspirasi menurun 4. lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
6. kedalaman nafas membaik detik
5. berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
6. ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
7. kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, jika perlu
- Pemantauan respirasi (SIKI, Hal 247)
Observasi:
1. monitor frekuensi, iram, kedalaman dan
upaya nafas
2. monitor pola nafas (seperti; takipnea,
bradipnea, kussmaul, dll)
3. monitor kemampuan batuk efektif
Terapeutik:
4. dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi:
5. jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan - Manajemen nyeri (SIKI, Hal 201)
pencedera fisiologis Observasi:
keperawatan diharapkan
1. identifikasi lokasi,
(inflamasi) (SLKI, Hal 95) : karakterisktik,durasi,frekuensi,intensitas,skala
nyeri
1. keluhan nyeri menurun
2. meringis menurun 2. identifikasi respon non verbal
Terapeutik:
3. gelisah menurun
3. berikan teknik nonfarmakologis untuk
4. kesulitan tidur menurun mengurangi rasa nyeri (hipnosis, terapi
musik,pijat,kompres hangat atau dingin)
5. frekuensi nadi membaik
Edukasi:
4. jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
Kolaborasi
5. kolaborasi pemberian anlagetik, jika perlu
3. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan - Manajemen nurtrisi (SLKI, Hal 200)
faktor psikologis Observasi:
keperawatan diharapkan
1. Identifikasi makanan yang disukai
(SLKI, Hal 121 ) : 2. Monitor asupan makanan
1. berat badan membaik
3. Monitor berat badan
2. porsi makan yang dihabiskan Terapeutik:
meningkat 4. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
3. perasaan cepat kenyang yang sesuai
menurun 5. Berikan makanan tinggi serat untuk
4. nafsu makan membaik mencegah konstipasi
5. frekuensi makan membaik Edukasi:
6. membran mukosa membaik 6. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
Kolaborasi:
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu

4. Hipertermi b.d proses Setelah dilakukan tindakan - Manajemen Hipetermia SIKI, Hal 181)
penyakit (infeksi) keperawatan diharapkan (SLKI, Observasi:
1. identifikasi penyebab hipetermia (mis;
Hal 129) : dehidrasi, terpapar lingkungan,dll)
1.menggigil menuruun 2. monitor suhu tubuh
2. suhu tubuh membaik
Terapeutik:
3. longgarkan atau lepaskan pakaian pasien
3. suhu kulit membaik 4. berikan cairan oral
4. kulit merah menurun 5. lakukan pendinginan eksternal (mis;
kompres dingin pada dahi, leher aksila)
Edukasi:
6. anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
7. kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
I. Daftar Pustaka

Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and


Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.respirasi (efusi pleura)/EFUSI
PLEURA _ TMC.htm

Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2000.


https://pdfcoffee.com/laporan-pendahuluan-efusi-pleura-9-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai