Disusun Oleh
Amanda Mela Sabrina
NIM 2130130
Disusun Oleh
Nama: Amanda Mela Sabrina
NIM 2130130
A. Definisi
1. Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi
dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus. (Baughman C Diane, 2000)
2. Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara
normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak
tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
3. Efusi pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura yang disebakan oleh
banyak faktor seperti penyakit dan tekanan abnormal dalamparu-paru.
B. Etiologi
Menurut jenis cairan yang terakumulasi efusi pleura dapat dibedakan menjadi :
1. Transudat ( filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh)
yang menandakan membran pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan
disebabkan oleh faktor sistemik yang mempengaruhi produksi cairan pleura.
Seperti Penyakit yang menyertai transudat :
a. Gagal jantung kiri.
b. Sindrom nefrotik.
c. Asites pada serosis hati
d. Sindrom meig’s (asites dengan tumor ovarium).
D. Patofisiologi
EFUSI PLEURA
F. Komplikasi
1. Fibrotoraks
2. Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi
perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks.
Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan
yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk
memisahkan membran-membran pleura tersebut.
3. Atalektasis
4. Atalektasis adalah pengembahan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat
efusi pleura.
5. Fibrosis
6. Paru fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah
yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai lanjutan suatu proses
penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan
dapat menyebabkan penggantian jaringan baru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
G. Pengkajian
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan efusi
pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik
akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk
dan bernafas serta batuk non produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul.
Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat Psikososial
f. Pemerksaan Radiologi
Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak
bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukan
kostofrenikus. Pada efusi pleura sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300
cc, frenicocostalis tampak tumpul, diafragma kelihatan meninggi. Untuk
memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang sakit (lateral
dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit
(Hood Alsagaff, 1990, 786-787).
g. Diagnosa keperawatan
2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan - Manajemen nyeri (SIKI, Hal 201)
pencedera fisiologis Observasi:
keperawatan diharapkan
1. identifikasi lokasi,
(inflamasi) (SLKI, Hal 95) : karakterisktik,durasi,frekuensi,intensitas,skala
nyeri
1. keluhan nyeri menurun
2. meringis menurun 2. identifikasi respon non verbal
Terapeutik:
3. gelisah menurun
3. berikan teknik nonfarmakologis untuk
4. kesulitan tidur menurun mengurangi rasa nyeri (hipnosis, terapi
musik,pijat,kompres hangat atau dingin)
5. frekuensi nadi membaik
Edukasi:
4. jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
Kolaborasi
5. kolaborasi pemberian anlagetik, jika perlu
3. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan - Manajemen nurtrisi (SLKI, Hal 200)
faktor psikologis Observasi:
keperawatan diharapkan
1. Identifikasi makanan yang disukai
(SLKI, Hal 121 ) : 2. Monitor asupan makanan
1. berat badan membaik
3. Monitor berat badan
2. porsi makan yang dihabiskan Terapeutik:
meningkat 4. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
3. perasaan cepat kenyang yang sesuai
menurun 5. Berikan makanan tinggi serat untuk
4. nafsu makan membaik mencegah konstipasi
5. frekuensi makan membaik Edukasi:
6. membran mukosa membaik 6. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
Kolaborasi:
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
4. Hipertermi b.d proses Setelah dilakukan tindakan - Manajemen Hipetermia SIKI, Hal 181)
penyakit (infeksi) keperawatan diharapkan (SLKI, Observasi:
1. identifikasi penyebab hipetermia (mis;
Hal 129) : dehidrasi, terpapar lingkungan,dll)
1.menggigil menuruun 2. monitor suhu tubuh
2. suhu tubuh membaik
Terapeutik:
3. longgarkan atau lepaskan pakaian pasien
3. suhu kulit membaik 4. berikan cairan oral
4. kulit merah menurun 5. lakukan pendinginan eksternal (mis;
kompres dingin pada dahi, leher aksila)
Edukasi:
6. anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
7. kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
I. Daftar Pustaka