Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan
visceral dan pariental,proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan
penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung
sejumlah kecil cairan (5 samapi 15 ml ) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi ( Smeltzer Csuzanne).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura.
(Price & Wilson,2006)
Efusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu: ( Morton,2012)
1. Efusi pleura transudat
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membran pleura tidak
terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkan oleh factor sisteemik yang
mempengaruhi produksi dan absorbs cairan pleura seperti ( gagal jantung kongestif ,
atelektasis,sirosis sindrom nefrotik , dan dialysis peritoneum).
2. Efusi pleura eksudat
Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan masuk
kedalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau kedalam paru terdekat. Kriteria efusi
pleura eksudat :
a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5
b. Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase laktat ( LDH) lebih dari 0,6
c. LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum
Penyebab efusi pleura eksudat seperti pneumonia, empiema , penyakit
metastasis ( mis,kanker paru, payudara, lambung, atau ovarium ), hemotorak,
infark paru, keganasan, rupture aneurisma aorta.
B. Etiologi
Efusi pleural adalah akumlasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan produksi cairan,
penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini disebabkan oleh satu dari lima
mekanisme berikut : (morton,2012)
1. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
2. Peningkatan permeabilitas kapiler
3. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
4. Peningkatan tekanan negative intrapleura
5. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
Penyebab efusi pleura :
Infeksi
Tuberculosis
Pneumonitis
Abses paru
Perforasi esophagus
Abses subfrenik
Noninfeksi
Karsinoma paru
Karsinoma pleura : primer, sekunder
Karsinoma mediastinum
Tumor ovarium
Bendungan jantung : gagal jantung, perikarditis konstriktiva
Gagal hati
Gagal ginjal
Hipotiroidisme
Kilotoraks
Emboli paru
Tampilan cairan efusi pleura :
C. Manifestasi klinis
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,setelah
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak nafas.
2. Adanya gejala penyakit penyebab seperti demam, memanggil ,dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggal (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak
keringat, batuk,banyak riak.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis ellis
damoiseu).
5. Didapati segitiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas
garis ellis domiseu. Segitiga grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronki.
6. Pada permulan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
7. Efusi pleura beberapa gejalanya disebabkan oleh penyakit dasar. Pneumonia akan
menyebabkan demam, menggigil dan nyeri dada pleuritik. Efusi maligna dapat
mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala.
a. Efusi luas : sesak napas, bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di atas area
yang terisi cairan, bunyi napas minimal atau tak terdengar, dan pergeseran trakea
menjauhi tempat yang sakit.
b. Efusi ringan sampai sedang : dispnea bisa tidak terjadi.
(Sumber nic noc jilid 1, 2015 dan askep ssistem pernapasan aryu 2019)
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologik (rontegen dada), pada permulaan didapati menghilangnya
sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300m, akan tambak cairan dengan permukaan
melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum
2. Ultrasonoggrafi
3. Torakosentesis/ fungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan dan
psterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa
(serotorak),berdarah (hemotoraks),pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan
serosa mungkin berupa transudat (hasil bndungan) atau eksudat (hasil radang)
4. Cairan pleura dianalisis dengan kultur bakteri,pewarnaan gram,basil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi
(glukosa,amylase,laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel
malignan, dan pH
5. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura antara lain:
1. Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula.
2. Thorakosentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri, dispneu,
dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
3. Antibiotik
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi.
Antibiotik diberikan sesuai dengan hasil kultur kuman.
4. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
(tetrasiklin,kalk,dan biomisin) melaui selang interkostalis untuk melekatkan kedua
lapisan pleura dan mecegah cairan terakumulasi kembali.
D. Patofisiologi
Akumulasi cairan pleura biasanya terjadi akibat peningkatan pembentukan cairan pleura atau
penurunan penyerapan cairan pleura ; atau gabungan dua kondisi tersebut. Peningkatan
pembentukan cairan pleura merupakan cairan pleura merupakan hasil peningkatan tekanan
hidrostatik (misalnya, gagal jantung kongestif ), penurunan tekanan osmotik koloid
(misalnya,sirosis,sindrom, nefrotik), peningkatan permeabilitas kapiler (misalnya,infeksi
neoplasma), penekanan cairan oleh dingding diafragma (misalnya,sirosis dengan ascites),atau
pengurangan tekanan ruang pleura (misalnya,atelektasis).penurunan penyerapan cairan pleura
dapat terjadi akibat obstruksi limfatik atau dari peningkatan tekanan vena sistemik yang
mengakibatkan gangguan drainase limfatik (misalnya,sindrom vena kava superior).
Adanya cairan di lingkungan tekanan negatif yang normal dari ruang pleura memiliki
sejumlah konsekuensi untuk fisiologi pernafasan. Efusi pleura menghasilkan defek ventilasi
yang restriktif dan juga menurunkan kapasitas paru total, kapasitas residual fungsional, dan
kapasitas vital paksa. Hal ini dapat menyebabkan ketidak cocokan ventilasi-perfusi dan dalam
tahap lanjut dapat menurunkan curah jantung (light,2006).
(Sumber: Patway Nic Noc)
Peradangan pleura
transudat
Insufisiensi oksigenisasi
Ketidakefektifan pola nafas
(Sumber nic noc jilid 1, 2015 dan askep ssistem pernapasan aryu 2019)
E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen dada
b. Ultrasonografi
c. Torasentesis
d. Kultur cairan pleural
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura antara lain:
1. Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula.
2. Thorakosentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri, dispneu,
dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
3. Antibiotik
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi.
Antibiotik diberikan sesuai dengan hasil kultur kuman.
4. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
(tetrasiklin,kalk,dan biomisin) melaui selang interkostalis untuk melekatkan kedua
lapisan pleura dan mecegah cairan terakumulasi kembali.
G. Komplikasi
Efusi pleura membahayakan fungsi paru-paru. Efusi yang sudah lama terjadi akan
menmbulkan jaringan parut paru-paru dan menyebabkan penurunan fungsi paru secara
permanen. Cairan yang menumpuk pada jangka waktu yang lama juga berisiko terinfeksi dan
membentuk abses yang disebut empiema.
Prosedur diagnostik dan terapeutik termasuk thoracentesis dalam pelaksanaanya
menempatkan jarum melalui dada ke dalam rongga pleura. Hal ini membuat klien berisiko
terkena pneumotoraks sebagai komplikasi prosedur.
b. Pengkajian fisik
Temuan fisik pada efusi pleura berpariasi dan bergantung pada volume efusi.
Biasanya, tidak ada temuan klinis untuk efusi kurang dari 300 ml. Dengan
efusi lebih besar dari 300 ml pada dingding dada terdapat temuan berikut ini :
1) Adanya dullness pada pemeriksaan perkusi, penurunan fremitus taktil,dan ekspansi dada
asimetris, dengan ekspansi yang berkurang atau tertunda pada sisi efusi hal ini merupakan
temuan fisik efusi pleura yang paling dapat di andalkan.
2) Peralihan medistnum jauh dari efusi temuan ini diamati dengan efusi lebih besar dari 1000 ml,
pemindahan trakea dan mediastinum ke sisi efusi merupakan petunjuk penting untuk
mengatasi bronkus lobar oleh lesi endobronkial, yang dapat disebabkan oleh keganasan atau,
yang lebih jarang terjadi pada penyebab- ganas, seperti abstruksi benda asing.
3) Suara nafas yang berkurang atau takterdengar.
4) Adanya egofoni(dikenal sebagai “ee” menjadi “aa” ) pada klien
5) Gesekan pleura
6) Temuan fisik dan ekstrapulmoner lainnya mungkin menjadi penyebab efusi pleura.
7) Edema perifer, distensi vena jugularis, dan s3 ( gallop) yang menunjukan adanya gagal
jantung kongestif. Edema juga bisa menjadi manisfestasi sindrom nefrotik, penyakit
perikadial atau bila dikombinasikan dengan adanya yellow nailbed sindrom kuku kuning.
8) Perubahan kutaneous dan asites yang menunjukan adanya penyakit hati
9) Lofadenofati atau masa yang teraba yang menunjukan adanya penyakit serius atau keganasan.
2. Analisa data
Do:
1.Tekanan darah berubah
>20%dari kondisi terkait
2.Gambaran EKG
menunjukkan aritmia
sat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG
menunjukan iskemia
4. Sianosis
Minor
Ds:
1.Ortopnea
Do:
1.Pernapasan pursed-lip
2.Pernapasan cuping
hidung
3.Tekanan ekspirasi
menurun
4. Eksursi dada berubah
5. Kapasitas vital menurun
6.Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
3. Diagnosa keperawatan
- Mengoptimalkan
keseimbangan
cairan daan
membantu
mengencerkan
secret sehingga
mudah
dikeluarkan.
- Mengetahui
adanya
perubahan nilai
SaO2 dan status
hemodinamik,
jika terjadi
perburukan bisa
dihentikan.
7. posisikan pasien
untuk mengurangi
dyspneu 7. Posisi
pasien agar
lebih
nyaman
Daftar pustaka
Fina,scholastic 2019 asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan
yogyakarta:pustaka baru press
Nurarif,amin huda & kusuma,hardi. 2015. Apabila asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC jilid 1 jakarta:EGC
PPNI 2018 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Cetakan II.Jakarta