Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM PERNAPASAN : EFUSI PLEURA

Nama : Sindy Meilani


NIM : E.0105.18.035

DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
2021
A. Definisi

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan
visceral dan pariental,proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan
penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung
sejumlah kecil cairan (5 samapi 15 ml ) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi ( Smeltzer Csuzanne).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura.
(Price & Wilson,2006)
Efusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu: ( Morton,2012)
1. Efusi pleura transudat
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membran pleura tidak
terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkan oleh factor sisteemik yang
mempengaruhi produksi dan absorbs cairan pleura seperti ( gagal jantung kongestif ,
atelektasis,sirosis sindrom nefrotik , dan dialysis peritoneum).
2. Efusi pleura eksudat
Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan masuk
kedalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau kedalam paru terdekat. Kriteria efusi
pleura eksudat :
a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5
b. Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase laktat ( LDH) lebih dari 0,6
c. LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum
Penyebab efusi pleura eksudat seperti pneumonia, empiema , penyakit
metastasis ( mis,kanker paru, payudara, lambung, atau ovarium ), hemotorak,
infark paru, keganasan, rupture aneurisma aorta.
B. Etiologi
Efusi pleural adalah akumlasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan produksi cairan,
penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini disebabkan oleh satu dari lima
mekanisme berikut : (morton,2012)
1. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
2. Peningkatan permeabilitas kapiler
3. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
4. Peningkatan tekanan negative intrapleura
5. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
Penyebab efusi pleura :
 Infeksi
 Tuberculosis
 Pneumonitis
 Abses paru
 Perforasi esophagus
 Abses subfrenik
 Noninfeksi
 Karsinoma paru
 Karsinoma pleura : primer, sekunder
 Karsinoma mediastinum
 Tumor ovarium
 Bendungan jantung : gagal jantung, perikarditis konstriktiva
 Gagal hati
 Gagal ginjal
 Hipotiroidisme
 Kilotoraks
 Emboli paru
Tampilan cairan efusi pleura :

Jernih kekurangan ( tanpa darah ) Tumor jinak


Tumor ganas
Tuberculosis
Seperti susu Pascatrauma
 Tidak berbau (kilus) Empiema
 Berbau (nanah)
Hemoragik Keganasan
Trauma

C. Manifestasi klinis
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,setelah
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak nafas.
2. Adanya gejala penyakit penyebab seperti demam, memanggil ,dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggal (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak
keringat, batuk,banyak riak.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis ellis
damoiseu).
5. Didapati segitiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas
garis ellis domiseu. Segitiga grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronki.
6. Pada permulan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
7. Efusi pleura beberapa gejalanya disebabkan oleh penyakit dasar. Pneumonia akan
menyebabkan demam, menggigil dan nyeri dada pleuritik. Efusi maligna dapat
mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala.
a. Efusi luas : sesak napas, bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di atas area
yang terisi cairan, bunyi napas minimal atau tak terdengar, dan pergeseran trakea
menjauhi tempat yang sakit.
b. Efusi ringan sampai sedang : dispnea bisa tidak terjadi.
(Sumber nic noc jilid 1, 2015 dan askep ssistem pernapasan aryu 2019)

 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologik (rontegen dada), pada permulaan didapati menghilangnya
sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300m, akan tambak cairan dengan permukaan
melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum
2. Ultrasonoggrafi
3. Torakosentesis/ fungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan dan
psterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa
(serotorak),berdarah (hemotoraks),pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan
serosa mungkin berupa transudat (hasil bndungan) atau eksudat (hasil radang)
4. Cairan pleura dianalisis dengan kultur bakteri,pewarnaan gram,basil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi
(glukosa,amylase,laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel
malignan, dan pH
5. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan
 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura antara lain:
1. Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula.
2. Thorakosentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri, dispneu,
dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
3. Antibiotik
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi.
Antibiotik diberikan sesuai dengan hasil kultur kuman.
4. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
(tetrasiklin,kalk,dan biomisin) melaui selang interkostalis untuk melekatkan kedua
lapisan pleura dan mecegah cairan terakumulasi kembali.
D. Patofisiologi
Akumulasi cairan pleura biasanya terjadi akibat peningkatan pembentukan cairan pleura atau
penurunan penyerapan cairan pleura ; atau gabungan dua kondisi tersebut. Peningkatan
pembentukan cairan pleura merupakan cairan pleura merupakan hasil peningkatan tekanan
hidrostatik (misalnya, gagal jantung kongestif ), penurunan tekanan osmotik koloid
(misalnya,sirosis,sindrom, nefrotik), peningkatan permeabilitas kapiler (misalnya,infeksi
neoplasma), penekanan cairan oleh dingding diafragma (misalnya,sirosis dengan ascites),atau
pengurangan tekanan ruang pleura (misalnya,atelektasis).penurunan penyerapan cairan pleura
dapat terjadi akibat obstruksi limfatik atau dari peningkatan tekanan vena sistemik yang
mengakibatkan gangguan drainase limfatik (misalnya,sindrom vena kava superior).
Adanya cairan di lingkungan tekanan negatif yang normal dari ruang pleura memiliki
sejumlah konsekuensi untuk fisiologi pernafasan. Efusi pleura menghasilkan defek ventilasi
yang restriktif dan juga menurunkan kapasitas paru total, kapasitas residual fungsional, dan
kapasitas vital paksa. Hal ini dapat menyebabkan ketidak cocokan ventilasi-perfusi dan dalam
tahap lanjut dapat menurunkan curah jantung (light,2006).
(Sumber: Patway Nic Noc)
Peradangan pleura

 Gagal jantung kiri


 Obtruksi vena cava Permeabel membran Cairan protein dari getah
superior kapiler meningkat bening masuk rongga pleura
 Asites pada sirosis hati
 Dialisis peritonoal

 Obtruksi praktus
Peningkatan
Konsentrasi protein cairan
tekanan kapiler
urinarius pleura meningkat
 Sistemik/pulmon
al
Terdapat jaringan nekrotik pada  Penurunan eksudat
septa tekanan koloid
osmotik dan
pleura
 Penurunan
Kongesti pada pembuluh limpe tekana intra
pleura

Reabsorsi cairan terganggu


Gangguan tekanan kapiler
hidrostatik dan koloid
osmotik intapleura

transudat

Penumbukan cairan pada


Gangguan pertukaran gas rongga pleura

Penekanan pada abdomen drainase


Ekspansi paru

Resiko tinggi terhadap


Sesak nafas anoreksia
tindakan drainase dada

Nyeri resiko infeksi


Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

Insufisiensi oksigenisasi
Ketidakefektifan pola nafas

Gangguan metabolisme O2 Suplai O2

Energi berkurang Gangguan rasa nyaman

Intoleransi aktivitas Defisit perawatan diri

(Sumber nic noc jilid 1, 2015 dan askep ssistem pernapasan aryu 2019)
E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen dada
b. Ultrasonografi
c. Torasentesis
d. Kultur cairan pleural

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura antara lain:
1. Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula.
2. Thorakosentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri, dispneu,
dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
3. Antibiotik
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi.
Antibiotik diberikan sesuai dengan hasil kultur kuman.
4. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
(tetrasiklin,kalk,dan biomisin) melaui selang interkostalis untuk melekatkan kedua
lapisan pleura dan mecegah cairan terakumulasi kembali.
G. Komplikasi
Efusi pleura membahayakan fungsi paru-paru. Efusi yang sudah lama terjadi akan
menmbulkan jaringan parut paru-paru dan menyebabkan penurunan fungsi paru secara
permanen. Cairan yang menumpuk pada jangka waktu yang lama juga berisiko terinfeksi dan
membentuk abses yang disebut empiema.
Prosedur diagnostik dan terapeutik termasuk thoracentesis dalam pelaksanaanya
menempatkan jarum melalui dada ke dalam rongga pleura. Hal ini membuat klien berisiko
terkena pneumotoraks sebagai komplikasi prosedur.

H. Konsep dasar Asuhan keperawatan


1. Pengkajian
Hal yang penting untuk dikaji pada klien dengan efusi pleura, antara lain:
a. Pengkajian riwayat
Riwayat medis rinci harus diperboleh dari semua klien yang mengalami efusi
pleura, karena ini dapat membantu untuk menetapkan etiologi. Sebagian
contoh, riwayat hepatitis kronis atau alkoholisme dengan sirosis menunjukan
hidrotoraks hati atau pankreatitis akibat alkohol dengan efusi. Trauma atau
pembedahan tulang belakang meningkatkan kemungkinan kebocoran CSF.
Klien harus ditanya tentang riwayat kanker, karena efusi pleura ganas dapat
berkembang bertahun tahun setelah diagnosis awal.
Riwayat kerja juga harus ditanyakan, termasuk paparan asbes potensial,
yang dapat mempengaruhi klien terhadap mesothelioma atau efusi pleura
terkait asbes. klien juga harus ditanya tentang obat yang dikonsumsi.
Manisfestasi klinis efusi pleura berpariasi dan sering dikaitkan dengan proses
yang mendasarinya. Gejala yang sering dikaitkan adalah dispnea progresif,
batu,dan nyeri dada pleura.
Gejala lain yang berhubungan engan efusi pleura mungkin ada pada
proses penyakit yang mendasarinya. Peningkatan edema ekstremitas
bawah,ortopnea dan dispnea nokturnal paroksismal dapat terjadi dengan
gagal jantung konfestif berkeringat dimalam hari,demam, hemoptisis,dan
penurunan berat badan mengarah pada kasus TB yang mendasari efusi pleura
hemopisis juga meningkatkan kemungkinan keganasan inflamasi
endrotrakeal atau endrobronkial atau infak paru. Epidemi demam akut,
produksi dahak purulen,dan nyeri dada pleura mungkin terjadi pada klien
dengan efusi akibat pneumonia.

b. Pengkajian fisik
Temuan fisik pada efusi pleura berpariasi dan bergantung pada volume efusi.
Biasanya, tidak ada temuan klinis untuk efusi kurang dari 300 ml. Dengan
efusi lebih besar dari 300 ml pada dingding dada terdapat temuan berikut ini :
1) Adanya dullness pada pemeriksaan perkusi, penurunan fremitus taktil,dan ekspansi dada
asimetris, dengan ekspansi yang berkurang atau tertunda pada sisi efusi hal ini merupakan
temuan fisik efusi pleura yang paling dapat di andalkan.
2) Peralihan medistnum jauh dari efusi temuan ini diamati dengan efusi lebih besar dari 1000 ml,
pemindahan trakea dan mediastinum ke sisi efusi merupakan petunjuk penting untuk
mengatasi bronkus lobar oleh lesi endobronkial, yang dapat disebabkan oleh keganasan atau,
yang lebih jarang terjadi pada penyebab- ganas, seperti abstruksi benda asing.
3) Suara nafas yang berkurang atau takterdengar.
4) Adanya egofoni(dikenal sebagai “ee” menjadi “aa” ) pada klien
5) Gesekan pleura
6) Temuan fisik dan ekstrapulmoner lainnya mungkin menjadi penyebab efusi pleura.
7) Edema perifer, distensi vena jugularis, dan s3 ( gallop) yang menunjukan adanya gagal
jantung kongestif. Edema juga bisa menjadi manisfestasi sindrom nefrotik, penyakit
perikadial atau bila dikombinasikan dengan adanya yellow nailbed sindrom kuku kuning.
8) Perubahan kutaneous dan asites yang menunjukan adanya penyakit hati
9) Lofadenofati atau masa yang teraba yang menunjukan adanya penyakit serius atau keganasan.
2. Analisa data

Data Etiologi Masalah


Mayor Edema mukosa, sekresi Bersihan jalan napas tidak
Ds : - produktif, kontarksi otot efektif
Do: polos meningkat
1.Batuk tidak efektif atau
tidak mampu batuk
2.Sputum berlebih Spasme otot polos sekresi
3. Mengi, wheezing kelenjar bronkus
dan/atau ronkhi kering
Obstruksi proksimal dari
Minor bronkus pada tahap
Ds: ekspirasi dan inspirasi
1.Dispnea
2.Sulit bicara -Mucus Berlebih
3.Ortopnea -Batuk
-Wheezing
Do: -Sesak Napas
1.Gelisah
2.Sianosis Ketidakefektifan jalan napas
3. Bunyi napas menurun
4.Frekuensi napas berubah
5.Pola napas berubah

Mayor Suplai darah dan O2 Intoleransi Aktivitas


Ds: kejantung berkuang
1.Mengeluh lelah
Penurunan Cardiac output
Do:
1.Frekuensi jantung Tekanan darah menurun
meningkat >20% dari
kondisi istirahat Kelemahan dan keletihan

Minor Intoleransi aktivitas


Ds:
1.Dispnea saat/setelah
aktivitas
2. Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas
3. Merasa lemah

Do:
1.Tekanan darah berubah
>20%dari kondisi terkait
2.Gambaran EKG
menunjukkan aritmia
sat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG
menunjukan iskemia
4. Sianosis

Mayor Penyempitan jalan Pola Napas tidak Efektif


Ds: pernapasan
1.Dispnea

Do: Peningkatan kerja otot


1. Penggunaan otot bantu pernapasan
pernapasan
2. Fase ekpirasi Ketidakefektifan pola napas
memanjang
3. Pola napas abnormal

Minor
Ds:
1.Ortopnea

Do:
1.Pernapasan pursed-lip
2.Pernapasan cuping
hidung
3.Tekanan ekspirasi
menurun
4. Eksursi dada berubah
5. Kapasitas vital menurun
6.Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat

3. Diagnosa keperawatan

1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan denganpenumpukan


cairan di pleura paru dextra
2. Ketidak efektifan pola nafas
3. intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dengan kebutuhan oksigen

 Rencana/ intervensi Keperawatan

No DX Tujuan Intervensi Rasional


Ketidak efektifan Tujuan setelah diberikan - Buka jalan nafas, - Untuk
asuhan keperawatan gunakan teknik chin lift memaksimalkan
bersihan jalan
selama 2x24 jam, atau jaw thrust bila ekspensi paru
napas diharapkan tidak ada
perlu
penumpukan
sputum/secret. - Posisikan pasien untuk - Untuk
memaksimalkan memaksimalkan
ventilasi jalan nafas
- Identifikasi pasien
perlunya jalan nafas - Untuk
buatan memaksimalkan
ekspensi paru
- Lakukan fisioterapi dan
dada jika perlu mengeluarkan
- Keluarkan secret sekret
dengan batuk atau - Untuk
suction memaksimalkan
- Auskultasi suara nafas, jalan nafas
catat adanya suara - Untuk
tambahan melonggarkan
- Berikan bronkodialator jalan nafas.
jika perlu
- Atur intake untuk - Adanya bunyi
cairan mengoptimalkan ronchi
keseimbangan. menandakan
terdapat
penumpukan
- Monitor respirasi dan secret berlebih
status O2 dijalan nafas.
- Untuk
melegakan jalan
nafas.

- Mengoptimalkan
keseimbangan
cairan daan
membantu
mengencerkan
secret sehingga
mudah
dikeluarkan.
- Mengetahui
adanya
perubahan nilai
SaO2 dan status
hemodinamik,
jika terjadi
perburukan bisa
dihentikan.

Ketidak efektifan 1. prequensi Obsevasi: Observasi


pola nafas pernafasan sesuai 1. pasien
yang di harapkan 1. poisisikan pasien mampu
2. ekpansi dada untuk mempertah
simetris memaksimalkan ankan
3. bernafas mudah pentilasi fungsi paru
4. pengeluaran sputum secara
5. tidak didapatkan normal
penggunaan otot 2. agar
tambahan 2. identifikasi pasien membantu
6. tidak didapatkan perlunya jalan nafas
ortopneu pemasangan alat pasien
7. tidak di dapatkan jalan nafas buatan
napas pendek 3. agar
3. lakukan fisioterapi pasien
dada jika perlu tidak sesak
4. keluarkan sekret
denga batuk atau
suction 4. Agar
pasien bisa
bernafas
dengan
lega
5. auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan 5. Mengobser
vasi keaada
6. monitor respirasi pasien
dan status oksigen
6. Untuk
memantau
keadaan
pasien

7. posisikan pasien
untuk mengurangi
dyspneu 7. Posisi
pasien agar
lebih
nyaman

Inntoleransi aktivitas 1. Berpartisipasi dalam 1. Monitor respon 1. 1.agar


berhubungan dengan aktifitas fisik tanpa fisik, emosi, sosial mengetahui
ketidak seimbangan disertai peningkatan dan spritual kepribadian
suplai dengan tekanan darah, nadi individu
kebutuhan oksigen dan respirasi 2. Sediakan peguatan pasien
2. Mampu melakukan positif bagi yang 2. agar lebeh
aktifitas sehari-har aktif beraktivitas termotivasi
secara mandiri Mandiri:
3. Tanda-tanda vital 1. Bantu klien untuk
mengidentifikasi 1. membe
aktifitas yang rikan
mampu dilakukan pengar
2. Bantu untuk ahan
memilih aktifitas 2. agar
konsisten yang pasien
sesuai dengan tidak salah
kemampuan fisik, pilih
psikologi, dan sosial

Daftar pustaka
Fina,scholastic 2019 asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan
yogyakarta:pustaka baru press

Nurarif,amin huda & kusuma,hardi. 2015. Apabila asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC jilid 1 jakarta:EGC

PPNI 2016.Standar diagnosis keperawatan indonesia (SDKI)edisi I Cetakan II


(Revisi).Jakarta

PPNI 2018 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Cetakan II.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai