Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN EFUSI PLEURA


DEPARTAMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DI SUSUN OLEH:
AGUSTINA DITUBUN
173210104

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2021
A. Konsep dasar Teori
1. Pengertian

Efusi pleura adalah kondisi dimana terjadinya akumulasi cairan pleura yang

abnormal dalam rongga pleura. Udara atau cairanberkumpul di rongga pleura

sehingga dapat mneyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya (Smelzer & Bare,

2017). Menurut WHO (2018), efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit yang

dapat mengancam jiwa penderitanya.

Efusi pleura merupakan akumulasi cairan pleura yang tidak semestinya yang

disebabkan oleh pembentukan cairan pleura lebih cepat dari proses absorbsinya.

Sebagian besar effusi pleura terjadi karena meningkatnya pembentukan cairan pleura dan

penurunan kecepatan absorpsi cairan pleura tersebut.Pada pasien dengan daya

absorpsi normal, pembentukan cairan pleura harus meningkat 30 kali lipatsecara terus

menerus agar mampu menimbulkan suatu effusi pleura. Di sisi lain, penurunan daya

absorpsi cairan pleura saja tidak akan menghasilkan penumpukan cairan yang

signifikan dalam rongga pleura mengingat tingkat normal pembentukan cairan pleura

sangat lambat. (Lee YCG, 2013).

Anatomi dan Fisiologi Pleura

Gambar 2.1 (Sumber : Utama, 2018)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi oleh struktur tulang

selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu sekat disebut diafragma. Masing-

masing paru- paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh- pembuluh

besar serta struktur-struktur lain dalam rongga dada

Selaput yang membungkus paru-paru disebut pleura. Paru- paru terbenam bebas dalam

rongga pleuranya sendiri. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
2. Etiologi

Menurut Saferi Andra(2013), kelebihan cairan pada rongga pleura sedikitnya


disebabkan oleh satu dari 4 mekanisme dasar :
I. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
II. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
III. Penurunan tekanan osmotik koloid darah
IV. Peningkatan tekanan negatif intrapleural Penyebab effusi pleura sendiri antara lain adalah:

1. Virus dan mikoplasma

Insidennya agak jarang bila terjadi jumlahnya tidak banyak.Contoh : Echo virus,
riketsia, mikoplasma, Chlamydia.Bakteri piogenik. Bakteri berasal dari
jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen. Contoh aerob :
strepkokus pneumonia, S.mileri,S.aureus, hemopillus,klabssiella. Anaerob:
bakteroides seperti peptostreptococcus, fusobacterium.
1. Tuberkulosis (TB)
Terjadi karena komplikasi TB paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui
aliran limfe, atau karena robeknya perkijuan kearah saluran limfe yang menuju
pleura.
2. Fungi
Sangat jarang terjadi, biasanya karena perjalanan infeksi fungi dari jaringan
paru. Contoh: aktinomiksis, koksidiomikosis. Asergilus, Kriptokokus,
Histoplasma.
3. Parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke pleura hanya amoeba.Amoeba masuk dalam
bentuk tropozoid setelah melewati perenkim hati menembus diafragma terus ke
rongga pleura. Effusi terjadi karena amoeba menimbulkan peradangan .

4. Kelainan intra abdominal


Contoh : pancreatitis, pseudokista pancreas atau eksaserbasi akut, pancreatitis kronis,
abses ginjal.
5. Penyakit kalogen
Contoh : lupus eritematosus sistemik (SLE), arthritis rematoid(RA),
sclerpderma.
6. Gangguan Sirkulasi
Contoh : gangguan CV (payah jantung), emboli pulmonal, hypoalbuminemia.
7. Neoplasma
Gejala paling khas adalah jumlah cairan effusi sangat banyak dan selalu
berakumulasi kembali dengan cepat.

8. Sebab-sebab lain. Seperti: trauma (trauma tumpul, laserasi, luka tusuk),

uremia, miksedoma, limfedema, reaksi dipersensitif terhadap obat, effusi


pleura.

3. Klasifikasi

Menurut Morton (2012), efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu :


1. Efusi pleura transudat

Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membran pleura tidak

terkena penyakit. Akumulasi cairan di sebabkan oleh faktor sistemik yang

mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura.

2. Efusi pleura eksudat

Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler

yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat.

4. Patofisologi

Didalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5 ML cairan yang cukup untuk

membasahi seluruh permukaan pleura viseralis dan parietalis. Cairan ini dihasilkan oleh

kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya

tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,

sebagian kecil lainnya (10- 20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga posisi

cairan disini mencapai 1 L sehari.

Terkumpulnya cairan di rongga pleura di sebut efusi pleura, ini terjadi bila

keseimbangan antar produksi dan abrsorbsi terganggu misalnya pada hyperemia

akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotik, peningkatan tekanan vena (gagal

jantung). Berdasarkan kejadiannya efusi di bedakan menjadi transudat dan eksudat

pleura. Transudat biasanya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai

peningkatan tekanan hidrostatik dan sirosis hepatik karena tekanan osmotik koloid

yang menurun. Eksudat dapat di sebabkan oleh keganasan atau infeksi. Cairan keluar

langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga

mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah

sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah (Smeltzr & Bare, 2012. Hal. 199).
5. Pathway
Proses Peradangan
Adanya bendungan dalam
permukaan pleura
rongga pleura
Infeksi Non infeksi

Kardiovaskuler, neoplasama,
TBC
penyakit kabdomen, cedera dan

Pembentukan Hambatan rearbsorpsi, cairan dari


cairan berlebihan rongga pleura

Edema Edema Risiko


Penumpukan cairan Pemasangan
dalam rongga selang WSD Infeksi

Efusi pleura

Sesak nafas

Gangguan pola tidur


Nyeri dada
Nafsu makan
menurun

Nyeri Akut Nyeri Kronis

Pola napas tidak Ekspansi paru


efektif menurun
Defisit Nutrisi
6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis menurut Berta & Puspita(2017) adalah:

1. Batuk.

2. Dispnea berfariasi.

3. Adanya keluhan nyeridada.

4. Pada efusi pleura berat adanya penonjolaninterkosta.

5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami


efusipleura.
6. Perkusi meredup diatas efusipleura.

7. Fremitus fokal dan rababerkurang.

7. Pemeriksaan Penunjang

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang untuk melihat kelainan efusi


pleusa, antara lain : (Wuryanto,2016)
I. Pemeriksaan radiologik (rontgendada).

Pada foto toraks postero anterior posis tegak maka akan di jumpai gambaran sudut
kostofenikus yang tumpul baik dilihat dari depan maupun dari samping. Dengan jumlah
yang besar, cairan yang mengalir bebas akan menampakkan gambaran mniscuss sign dari
foto toraks postero anterior (Roberts Jr et all,2014).

II. Ultrasonorgafi dada.


USG toraks dapat mengintifikasi efusi yang terlokalisir, membedakan cairan dari
pelebaran pleura dan dapat membedakan lesi paru antara yang padat dan yang cair (Roberts
Jr et all,2014).

III. Torakosentesisi/ pungsipleura.

Efusi pleura di katakan ganas jika pada pemeriksaan sitologi cairan pleura di temukan
sel-sel keganasan (Liu Y H et all, 2010).
a. Biopsipleura.

Biopsi jarum Abram hanya bermakna jika di lakukan didaerah dengan tingkat
kejadian tuberkolosis yang tinggi. Walaupun torakoskopi dan biopsi jarum
dengan tuntunan CT scan dapat di laukan untuk hasil diagnostik yang lebih
akurat (Havelock T et al, 2010).
8. Penatalaksanaan

Menurut Wuryanto (2016)penatalaksanaan yang dapat diberikan kepada


pasien efusi pleura adalah:
1. WSD (water seal drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif
seperti nyeri, dispneau dan lina-lain, maka cairan efusi sebanyak 1- 1,2
liter perlu di keluarkan sesegra mungkin untuk mencegah terjadinya
edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran
cairan berikutnya dilakukan 1 jamkemudian.
2. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutanantiseptik.
3. Pleurodesis untuk mencegah terjhadinya efusi pleura setelah
inspirasi.
4. Antibiotika jika terdapatemfisema.
5. Operatif.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pada pengkajian harus di isikan tanggal pengkajian dilakukan, jam

pengkajian, ruang atau kelas, nomor register pasien dan tanggal pasien masuk

rumah sakit.

2. Identitas

Melengkapi identitas pasien meliputi : nama, jenis kelamin, usia,

agama, pendidikan, pekerjaan golongan darah dan alamat.

Pendidikan terakhir : SD sederajat

3. Keluhan Utama

a) Keluhan Utama saat masuk rumah sakit :

Sesak napas bertambah saat berubah posisi

b) Keluhan utama saat pengkajian :

Pasien mengatakan sesak napas 2 minggu , batuk sejak 2 minggu yang lalu,nafsu

4. Diagnosa Medis

Efusi Pleura Dextra


5. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat penyakit sekarang

Keluarga mengatakan pasien mengeluh sesak napas dan batuk terus

menersh disertai dahak, keluarga membawa pasien ke ke puskesmas, tapi

setalah satu hari obat yang diberikan tidak ada perubahan kondisi. Setelah

itu pasien dibawa ke RS dengan keluhan yang sama, pasien diminta

untuk rawat inap untuk di observasi lebih lanjut mengenai penyakit

yang diderita pasien.

b) Riwayat penyakit yang lalu


Tidak ada

c) Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan tidak ada anggota kelurga yang menderita penyakit

yang sama dengannya ataupun penyakit keturunan lainnya.

6. Riwayat keperawatan klien


a) Pola aktifitas sehati-hari (ADL)

a. Pola makan :

o Di rumah : pasien biasanya makan 3x sehari, makan dengan nasi,


sayur dan lauk. Tidak memiliki alergi makanan. Tidak ada kesulitan
dalam makan atau minum

Di rumah sakit : Pasien mengatakan selama sakit nafsu makannya menurun karena
adanya batuk dan rasa tidak enak di mulut.

Pola eliminasi :

o Di rumah : Pasien dapat BAB dan BAK dengan lancar dan tidak

merasa nyeri saat BAB. Frekuensi BAB 1 – 2 kali / hari dengan

bau yang khas, konsistensi lembek dan berwarna kuning. Pasien

BAK 2-3 kali/ hari dengan bau khas dan berwarnakuning.

o Di rumah sakit : pasien dapat BAB dan BAK dalam batas normal.

b. Pola tidur :

o Di rumah : pasien biasanya tidur 6-7 jam setiap harinya, terkadang

terbangun jika suasana lingkungan bising.

o Di rumah sakit : Pasien mengatakan bahwa saat ini ia belum dapat

tidur dengan nyenyak karena terkadang sesak nafas dan pasien juga

mudah terbangun jika suasana lingkungan bising dan jangka waktu

tidur masih dalam batas normal. Akan tetapi waktu

tidur pasien masih tercukupi yaitu enam jam (tidur malam jam

10.00 dan bangun pagi jam 04.00).

c. Pola kebersihan diri :

o Di rumah : Pasien mengatakan sebelum sakit aktivitasnya seperti

makan, minum, mandi, berganti pakian dan juga BAB dan BAK di

lakukan sendiri tanpa bantuan.

o Dirumah sakit : Setelah sakit pasien tidak mampu berjalan ke

kamar mandi karena sesak nafas.

b) Konsep diri

a. Pola kognitif personal

Pasien mengatakan sebelum sakit ia selalu mengonsumsi banyak air

putih saat bangun tidur di pagi hari, akan tetapi setelah sakit pasien takut

untuk mengonsumsin banyak airputih.


b. Pola persepsi diri atau konsepdiri

Menurut pasien penyakit yang dideritanya adalah cobaan dari Tuhan dan

bukan kutukan ataupun diguna-guna.

c. Pola peran

Saat ini pasien tidak dapat menjalankan perannya sebagai kepala

keluarga karena penyakit yang dideritanya.

d. Pola seksualitas dan reproduksi

Pasien memiliki 6 orang anak dan istrinya sudan menopause.

e. Pola koping toleransi terhadapstres

Jika ada masalah dalam keluarga pasien selalu berdiskusi bersama

keluarga untuk mencari jalan keluarnya dan selalu berdoa bersama.

f. Pola sistem nilai kepercayaan

Pasien beragama Kristen Katolik, yang taat beragama. Pasien selalu

mengikuti Misa di gereja dan selalu mengikuti kegiatan keagamaan

lainnya. Setalah sakit pasien selalu berdoa dan membaca Alkitab.

7. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum : baik

b) Kesadaean : compos mentis (E.4 V.5 M.6)


c) Tanda – tanda vital

Saat pengkajian didapatkan hasil :

TD : 110/70 N : 80x/mnt S : 37oC RR : 30x/mnt

d) Pemeriksaan wajah :

a. Mata : simetris (+), oedem (-), peradangan (-), luka (-), benjolan (-

), konjungtiva (anemis)

b. Hidung : perdarahan (-), kotoran (-), pembengkakan (-), polip (-).

c. Mulut : lesi (-), bibir pecah (-), caries (-), pendarahan (-), abses (-),

gigi palsu (-), gingivitis (-).

d. Telinga : lesi (-), nyeri tekan (-), peradangan (-), penumpukan

serumen (-)

e) Pemeriksaan kepala dan leher :

a. Kepala : kesimetrisan (+), hidocepalus (-), luka (-), pendarahan (-),

trepanasi(-).
b. Leher : bentuk leher (simetris), peradangan (-), jaringan parut (-),

perubahan warna (-), masa (-).

f) Pemeriksaan thoraks / dada

a. Pemeriksaan paru

- Inspeksi : bentuk thoraks ( normal chest), susunan ruas tulang

belakang (normal), pola nafas (takipneu), cianosis (-), batuk (+)

retraksi bantu otot pernafasan (retraksi intercosta).

- Palpasi : vocal fremitus (sama).

- Perkusi : area paru (dullnes)

Auskultasi : suara nafas vesikuler (kasar), asea bronchial (kasar),

bronkopnhemoni (-), egophoni (-), pectorliqui (-), suara

tambahan (wheezing)

- Terdapat luka diarea terpasang selang WSD

- Keluhan lain: pasien mengatakan bahwa ia merasa nyeri di area

dada kiri sejak sebulan yang lalu, nyeri seperti tertusuk-tusuk,

dirasakan hilang timbul dan skala nyeri 4-5

b. Pemeriksaan jantung

- Inspeksi : ictus cordis (-)

- Palpasi : dinding thorak teraba (normal)

- Perkusi : batas jantung atas ( ICS II) batas bawah (ICS V) batas

kiri (ICS V mid clavikula sinistra) batas kanan (ICS IV mid

sinistra dextra)

- Auskultasi : Bj I ( tunggal), ( reguler) . Bj II ( tunggal), (reguler) .

bunyi jantung tambahan BJ III (-), gallop (-), murmur (-).

g) Pemeriksaan Abdomen

- Inspeksi : bentuk abdomen (datar) masa/ benjolah (-),

kesimetrisan (+), bayangan pembuluh darah (-).

- Auskultasi : frekuensi peristaltik usu 17x/ mnt

- Palpasi apendik: nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), nyeri menjalar

kontralateral (-).

- Perkusi : tympani
h) Pemeriksaan genetal dan rektal

- Inspeksi : rambut pubis (besrih), lesi (-), benjolan (-),

penymbatan (-), hipospida (-), keputihan (-),

i) Pemeriksaan ekstermitas / muskuloskeletal

- Inspeksi : simetris (+), deformitas (-), fraktur (-), terpasang gips (-),

traksi (-).

- Palpasi odem kekuatan otot

j) pemeriksaan fungsi neurologis

- menguji tingkat kesadaran : mata 4, verbal 5, motorik 6 (compos

mentis)

- memeriksa tanda-tanda rangsangan otak : penurunan kesadaran (-),

kejang (-), mual – muntah (-), nyeri kepala (-)

memeriksa fungsi motorik : otot (simetris), atropi (-), gerakan tidak disadari (-)

8. Pemeriksaan penunjang

a) Labolaturium

Pemeriksaan hasil Satuan Normal

Hemoglobin 9,8 gr/dl L : 14-18

P : 12-16

Eritrosit 20,640 X 103 /mm L : 4.5 -6

P : 3.5-5

Leukosit 1.8 % 4-10

Hematokrit 33,7 Vol% L : 40-50

P : 36-47

Trombosit 68,710 X 103 /mm 150-400

Cairan Pleura PH : 8,0 warna hitam, kejernihan keruh, bekuan


negative, jumlah sel 472, PMN 85 MN 15

b) Terapi

- Terapi oksigen nasal canul 2 lpm

- Infus aminofluid 14TPM

- Ranitidine (2ml/8jam) via IV

- Ketorolac (2ml/8jam) via IV.

DAFTAR PUSTAKA
Berta & Puspita. (2017). Causes of Pleural Efussion in Metro.Argomed Unila : Lampung. Bulechek, G.
M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016).
Nursing Intervesion Classification (NIC). Oxford: Elsevier.
Guyton. (2007). Ilmu Penyakit Paru. Salemba Medika : Jakarta.

Hadiarto. (2015). Anatomi dan Fisiologi Paru-Paru. Cv Agung Suseto : Jakarta. Herdman, T. H., &
Kamitsuru, S. (2017). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi.
Jakarta : EGC.
Khairani, d. (2012). keperawatan medikal bedah . Jakarta : EGC. Riskesdas (2013). Hasil Riskesdas
2013. Jakarta : Kemetrian Kesehatan RI
Medical Science Journal. Identification Of Micobacterium Tuberculosis By Polimarase Chain Reaction (PCR)
Terst and Its Relationship to MGG Staining Of Pleural Fluid in Patient With Suspected
Tuberculosis Pleural Effusion. Nusantara Medical Science. 2018 : 21
Morehead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes Classification
(NOC). Oxford: Elsevier.
Smeltzer C, Suzanne& Bare, B.G (2017). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 9.
Jakarta: EGC
Wuryantoro. (2016). Kerangka Konsep Efusi Pleura. Universitas Sumatra : Sumatra. Amin, Huda.
(2015).Konsep Teori Efusi Pleura. Universitas Airlangga : Surabaya. Hedu. (2016). Anatomi Dan Fisiologi
Paru-Paru.Cv Agung Suseto: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai