Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PLEURA

Disusun unuk memenuhi tugas Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
Dosen Pembimbing : Aida Sri Rachmawati, M.Kep

Disusun oleh :

Tita Farida E2114401007

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2023

LAPORAN PENDAHULUAN
EFUSI PLEURA

1. Definisi Efusi Pleura


Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan
penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Nurarif et al, 2015).
Efusi pleura adalah kondisi paru bila terdapat kehadiran dan peningkatan cairan yang luar
biasa di antara ruang pleura. Pleura adalah selaput tipis yang melapisi permukaan paru-paru dan
bagian dalam dinding dada di luar paru-paru. Di pleura, cairan terakumulasi di ruang antara
lapisan pleura. Biasanya, jumlah cairan yang tidak terdeteksi hadir dalam ruang pleura yang
memungkinkan paru-paru untuk bergerak dengan lancar dalam rongga dada selama pernapasan
(Philip, 2017).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Nurarif & Kusuma, 2015).
Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul dirongga pleura yang
dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya (Nair & Peate, 2015).
2. Etiologi Efusi Pleura
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan produksi
cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini disebabkan oleh satu dari
lima mekanisme berikut (Morton 2012) :
a. Peningkatan tekanan pada kapiler sub pleura atau limfatik
b. Peningkatan permeabilitas kapiler
c. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
d. Peningkatan tekakanan negative intrapleura
e. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
1) Penyebab efusi pleura:
a) Infeksi
(1) Tuberkulosis
(2) Pneumonitis
(3) Abses paru
(4) Perforasi esophagus
(5) Abses sufrenik
b) Non infeksi
(1) Karsinoma paru
(2) Karsinoma pleura: primer, sekunder
(3) Karsinoma mediastinum
(4) Tumor ovarium
(5) Bendungan jantung: gagal jantung, perikarditiskonstriktiva
(6) Gagal hati
(7) Gagal ginjal
(8) Hipotiroidisme
(9) Kilotoraks
(10) Emboli paru.
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi
transudat, eksudat dan hemoragi.
a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongesif (gagal
jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (karena sirosishati), sindrom vena
kava superior, tumor dan sindrom meigs.
b. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru,
radiasi dan penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru
dan tuberculosis.
3. Epidemiologi Efusi Pleura
Data epidemiologi menunjukkan bahwa efusi pleura merupakan salah satu
penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi terkait penyakit pulmonal. Namun, data
mengenai insidensi pasti efusi pleura pada dasarnya sulit ditentukan karena efusi pleura
hanyalah manifestasi dari penyakit yang mendasarinya.
Global
Data epidemiologi menunjukkan sebanyak 1.5 juta kasus atau sekitar 5 % dari
populasi Amerika Serikat mengalami efusi pleura setiap tahunnya. Efusi pleura paling
banyak disebabkan oleh gagal jantung kongestif, pneumonia bakterial, keganasan, dan
emboli paru. Insidensi efusi pleura diyakini setara antara pria dan wanita, meskipun 2/3
kasus efusi pleura akibat keganasan muncul pada wanita, umumnya terkait kanker
payudara.
Meskipun umumnya ditemukan pada orang dewasa, kasus efusi pleura pada anak-
anak cenderung meningkat akibat pneumonia atau disebut parapneumonic effusion.
Kasus efusi pleura juga dijumpai pada bayi atau disebut fetal hydrothorax, tetapi kasus
ini jarang terjadi. Tingkat insidensi efusi pleura pada bayi dilaporkan sekitar 2.2–5.5 per
1.000 kelahiran.
Indonesia
Belum ditemukan data insiden efusi pleura secara umum di Indonesia hingga kini.
Mortalitas
Sebagai suatu kondisi klinis, tingkat mortalitas efusi pleura tidak berdiri sendiri
tapi ditentukan berdasarkan penyakit penyertanya. Semakin beratnya kondisi efusi pleura
dilaporkan berkaitan dengan mortalitas yang lebih tinggi. Sebuah studi menunjukkan
bahwa angka mortalitas pada efusi pleura bilateral 4 kali lipat lebih tinggi dibanding efusi
pleura unilateral, yaitu 26% vs 5.9% secara berturut-turut.

4. Patofisiologi Efusi Pleura


Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satusama lain dan hanya
dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa, lapisan cairan ini memperlihatkan adanya
keseimbangan antara transudasi dari kapiler-kapiler pleura dan reabsorbsi oleh vena
visceral dan parietal, dan saluran getah bening. Karena effusi pleura adalah penumpukan
cairan yang berlebih di dalam rongga pleura yaitu di dalam rongga pleura viseralis dan
parientalis, menyebabkan tekanan pleura meningkat maka masalah itu akan menyebabkan
penurunan ekspansi paru sehingga klien akan berusaha untuk bernapas dengan cepat
(takipnea) agar oksigen yang diperoleh menjadi maksimal dari penjelasan masalah itu
maka dapat disimpulkan bahwa klien dapat terganggu dalam pola bernapasnya,
Ketidakefektifan pola napas adalah suatu kondisi ketika individu mengalami penurunan
ventilasi yang aktual atau potensial yang disebabkan oleh perubahan pola napas, diagnosa
ini memiliki manfaat klinis yang terbatas yaitu pada situasi ketika perawat secara pasti
dapat mengatasi masalah. Umumnya diagnose ini ditegakkan untuk kasus seperti
hiperventilasi. Ketidakefektifan pola napas ditunjukan dengan tanda-tanda dengan adanya
perubahan kedalam pernafasan, dyspnea, takipnea, sianosis, perubahan pergerakan
dinding dada (Somantri,2011)

5. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinik dari efusi pleura yaitu :
a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita
akan sesak nafas.
b. Adanya gejala penyakit seperti demam, menggigil,dan nyeri dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberculosis), banyak keringat,
batuk, banyak riak.
c. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan berkurang bergerak
dalam pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati
daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis
melengkung (garis ellis damoiseu).
e. Didapati segi tiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis ellis damoiseu. Segitiga grocco-rochfusz, yaitu dareah
pekak kkarena cairan mendorong mediastinum kesisi lain,pada auskulasi
daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura (Nurarif &
Kusuma, 2015).

6. Klasifikasi Efusi Pleura


Efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Efusi pleura transudat
Merupakan ultra filtrat plasma, yang menandakan bahwa membran pleura tidak
terkena penyakit. Akumulasi cairan di sebabkan oleh faktor sistemik yang
mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura.
b. Efusi pleura eksudat
Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang
rusak dan masuk kedalam paru terdekat (Morton, 2012).

7. Farmakoterapi Efusi Pleura


Efusi pleura ditangani dengan metode yang bervariasi, tergantung pada gejala dan
penyebab yang dialami oleh pasien. Pada kasus efusi yang diakibatkan dan penyebab
yang dialami oleh pasien. Pada kasus efusi yang diakibatkan oleh penyakit seperti
pneumonia dan gagal jantung, dokter akan meresepkan beberapa jenis obat-obatan

Kategori Obat Nama Generik dan Dosis, Frekuensi Kerja Obat Kontraindikasi Efek Samping
Nama Dagang
Anibiotik Levofloxacin Dosis dan durasi evofloxacin Kontra Indikasi Mual, muntah, nyeri
pengobatan akan bekerja dengan Hipersensitif dispepsia; sakit kepal
ditentukan dokter cara terhadap pusing, ruam kulit, ar
sesuai dengan menghambat levofloksasin peningkatan kreatinin
kondisi dan enzim yang dan atau urea darah, gang
penyakit yang diperlukan fluorokuinolon hematologi seperti
diderita pasien. oleh bakteri lain. Hamil dan trombositopenia, leuk
Khusus untuk untuk laktasi. Anak Golongan Produk
anak-anak, dosis memperbanyak <12 tahun
akan disesuaikan diri. Dengan
dengan berat begitu,
badan (BB) pasien pertumbuhan
dan rekomendasi bakteri dapat
dokter. dihambat dan
sistem
kekebalan
tubuh dapat
membunuh
bakteri yang
tersisa.
Obat generik ACETYLCYSTEINE PENGGUNAAN Acetylcysteine Hipersensitivitas. Bronkospasme, ga
yang digunakan 200 MG KAPSUL OBAT INI bekerja dengan GI, Stomatitis, rinor
sebagai HARUS SESUAI cara kepal, tinitus, u
mukolitik DENGAN mengurangi menggigil,
(pengencer PETUNJUK ikatan hemoptisis,
dahak) dan DOKTER. 3 x disulfida pada anafilaksis (jarang te
antidot pada sehari 1 kapsul matriks mukus
pasien yang Aturan Pakai (dahak) yang
overdosis Bersama mmembuat
Paracetamol. Makanan mukus tersebut
encer dan
mengurangi
penempelan
lendir pada
dinding
tenggorokan.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen dada, biasanya dilakukan untuk memastikan adanya efusi pleura, dimana
hasil pemeriksaan akan menunjukkan adanya cairan.
b. CT scan dada. CT scan bisa memperlihatkan paru-paru dan cairanefusi dengan lebih
jelas, serta bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
c. USG dada, bisa membantu mengidentifikasi adanya akumulasi cairan dalam jumlah
kecil.
d. Torakosentesis, yaitu tindakan untuk mengambil contoh cairan untuk diperiksa
menggunakan jarum. Pemeriksaan analisa cairan pleura bisa membantu untuk
menentukan penyebabnya.
e. Biopsi. Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
f. Bronkoskopi, pemeriksaan untuk melihat jalan nafas secara langsung untuk
membantu menemukan penyebab efusi pleura.
g. Torakotomi, biasanya dilakukan untuk membantu menemukan penyebab efusi pleura,
yaitu dengan pembedahan untuk membuka rongga dada. Namun, pada sekitar 20%
penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi
pleura tetap tidak dapat ditentukan. (Nurarif et al, 2015)
9. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada efusi pleura yaitu: (Nurarif et al, 2015)
a. Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktifitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula.
b. Thoraksentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti
nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu dikeluarkan
untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi pleura lebih
banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dikalkukan 1 jam kemudian.
c. Antibiotic
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi.
Antibiotik diberi sesuai hasil kultur kuman.
d. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat melalui selang
interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan
terakumulasi kembali.
e. Water seal drainage (WSD)
Water seal drainage (WSD) adalah suatu system drainase yang menggunakan
water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura atau rongga pleura.
10. Komplikasi
a. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan
ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan
mekanis yang berat pada jaringan - jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran - membran
pleura tersebut.
b. Atalektasis lektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan
oleh penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai
kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi
pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan
paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
d. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik
pada sebagian/semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan
kolaps paru.
e. Empiema
Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang
mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi yang menyebar
dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah dalam rongga pleura. Cairan yang
terinfeksi dapat mencapai satu gelas bir atau lebih, yang menyebabkan tekanan pada
paru-paru, sesak napas dan rasa sakit (Morton, 2012).
11. Diet / Nutrisi
12. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan
pekerjaan pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan
atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan
berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah
dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
f. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Adanya tindakan medis dan perawatan di
rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga
memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan
adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obatan bisa
menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2) Pola nutrisi dan metabolisme Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui
status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum
dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan
akibat dari sesak nafas.
3) Pola eliminasi Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien
akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus
degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan Karena adanya sesak napas pasien akan cepat mengalami
kelelahan pada saat aktivitas. Pasien juga akan mengurangi aktivitasnya karena merasa
nyeri di dada.
5) Pola tidur dan istirahat Pasien menjadi sulit tidur karena sesak naps dan nyeri.
Hospitalisasi juga dapat membuat pasien merasa tidak tenang karena suasananya yang
berbeda dengan lingkungan di rumah
6) Pola hubungan dan peran Karena sakit, pasien akan mengalami perubahan peran. Baik
peran dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Contohnya: karena sakit pasien tidak
lagi bisa mengurus anak dan suaminya.
7) Pola persepsi dan konsep diri Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang
tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang awam,
pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan
mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap
dirinya.
8) Pola sensori dan kognitif Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan,
demikian juga dengan proses berpikirnya.
9) Pola reproduksi seksual Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks akan
terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi
fisiknya masih lemah.
10) Pola koping Pasien bisa mengalami stress karena belum mengetahui proses penyakitnya.
Mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau
orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan Kehidupan beragama klien dapat terganggu karena proses
penyakit.

13. Masalah keperawatan, Hasil yang di capai , Intervensi Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan, hambatan upaya napas (D.0005)

Luaran : Pola napas membaik (L.01004)

 Kapasitas vital meningkat


 Tekanan ekspirasi dan inspirasi meningkat
 Dispnea menurun
 Penggunaan otot bantu napas menurun
 Pemanjangan fase ekspirasi menurun
 Pernapasan cuping hidung menurun
 Frekuensi dan kedalaman napas membaik

Intervensi : Pemantauan Respirasi (l.01014)

 Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan


 Monitor pola napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Informasi hasil pemantauan, jika perlu

2. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (D.0077)


Luaran : Tingkat Nyeri Menurun (L.08066)

 Keluhan nyeri menurun


 Meringisi menurun
 Gelisah menurun
 Kesulitan tidur menurun
 Frekuensi nadi membaik
 Pola napas membaik
 Tekanan darah membaik

Intervensi : 

a. Manajemen Nyeri (l.08238)

 Identifikasi lokasi, karkateristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Pemberian Analgesik (l.08243)

 Identifikasi riwayat alergi obat


 Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
 Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
 jelaskan efek terapi dan efek samping obat
 Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

3. Hipertermi b.d proses penyakit (D.0130)

Luaran : Termoregulasi membaik (L.14134)

 Mengigil menurun
 Kulit merah menurun
 Takikardia menurun
 Takipnea menurun
 Tekanan darah membaik
 Suhu tubuh membaik

Intervensi : Manajemen Hipertermia (l.15506)

 Identifikasi    penyebab    hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar lingkungan panas)


 Monitor suhu tubuh
 Monitor komplikasi akibat hipertermia
 Sediakan lingkungan yang dingin (atur suhu ruangan)
 Longgarkan pakaian
 Berikan oksigen, jika perlu
 Anjurkan tirah baring
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai