EFUSI PLEURA
Disusun Oleh:
1408158916
Pembimbing:
PEKANBARU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
melebihi normal di dalam cavum pleura diantara pleura parietal dan viseral dapat
berupa transudat atau cairan eksudat. Pada keadaan normal rongga pleura hanya
keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul pada daerah dada, infark paru,
serta gagal jantung kongestif. Di Negara barat, efusi pleura terutama disebabkan
oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan dan pneumonia bakteri,
Di Amerika Serikat, 1,5 juta kasus efusi pleura terjadi tiap tahunnya.
Desember 2011, dari 119 pasien yang menderita efusi pleura didapatkan efusi
bersifat eksudat pada 87% pasien dengan penyebab terbesar infeksi dan
malignansi. Sisanya sebanyak 13% pasien, mengalami efusi pleura tipe transudat.
Malignansi paling besar disebabkan oleh kanker paru sebanyak 37,8%, tumor
mediastinum sebanyak 2,5% pasien dan 1,7% dengan metastasis kanker payudara
di paru. Sebagian besar kanker paru (42 pasien) didominasi oleh adenokarsinoma.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
diafragma dan iga. Pleura ini mempunyai dua lapisan yakni parietal dan viseral.
Lapisan viseral melapisi parenkim paru yang berhubungan dengan lapisan dada,
diafragma dan mediastinum dan juga dengan lapisan interlobaris. Pleura viseral
ini berinvaginasi mengikuti fisura yang membagi setiap lobus paru. Pleura parietal
melapisi rongga torak. Diantara pleura parietal dan pleura viseral terdapat ruang
yang disebut “rongga“ pleura. Pada rongga pleura terdapat cairan pleura seperti
lapisan film karena jumlahnya sangat sedikit yang hanya berfungsi untuk
Berbeda dengan pleura parietal yang sangat sensitif, pleura viseral tidak
dapat merasakan rasa sakit. Rasa sakit yang berasal dari pleura akan terasa sampai
3
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan cairan
melebihi normal di dalam cavum pleura diantara pleura parietalis dan viseralis
2.3 Patogenesis
rongga pleura jumlahnya tetap karena ada keseimbangan antara produksi oleh
pleura parietal dan absorbsi oleh pleura viseral. Keadaan ini dapat dipertahankan
hipoalbuminemia.
- Terjadi peningkatan :
2.4 Etiologi
glomerulonefritis akut.
4
2. Eksudat terjadi karena peningkatan permeabilitas membran kapiler.
tuberkulosis.
a. Neoplasma
keadaan ini, jumlah leukosit biasanya > 2500/ml, sebagian terdiri dari
pleura.2
b. Infeksi
penyebabnya dapat berupa bakteri atau virus. Efusi pleura yang eksudatif
Efusi pleura ini selalu bersifat unilateral, tampak seperti transudat, tetapi
5
kadang ditemukan sel mesotel (2%) dan sel neutrofil ditemukan pada awal
perjalanan penyakit.3
c. Imunologik
susu, sifatnya aksudat dengan kadar protein mencapai 7,3 g/100 ml, LDH
Gejala yang paling sering timbul adalah sesak. Nyeri bisa timbul akibat
efusi yang banyak berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul. Diagnosis efusi
pleura dapat ditegakkan melalui anamnesis serta pemeriksaan fisik yang teliti,
diagnosis yang pasti melalui pungsi percobaan, biopsi dan analisa cairan pleura.6
2.6 Diagnosis
pemeriksaan fisik yang teliti. Efusi pleura bukan merupakan suatu diagnosis
suatu efusi pleura tersebut. Diagnosis pasti ditegakkan melalui pungsi, biopsi dan
analisa cairan pleura. Melalui hasil pemeriksaan terhadap cairan pleura dapat
Anamnesis
6
Pada anamnesis, pasien dengan efusi pleura biasanya memiliki sesak,
batuk, nyeri dada yang bersifat tajam. Riwayat gagal jantung, gagal ginjal, dan
penyakit hati dapat mengarahkan kepada efusi pleura yang bersifat transudat.
Pemeriksaan Fisik
patologis pada paru, sehingga ekspansinya akan terganggu sehingga timbul sesak
napas. Makin banyak timbunan cairan, sesak akan makin terasa. Pada beberapa
penderita akan timbul batuk-batuk kering, yang disebabkan oleh rangsangan pada
pleura. Pada pemeriksaan fisik, makin banyak cairan, maka akan makin tampak
paru sisi yang sakit tertinggal saat ekspansi dada. Efusi pleura yang berat fremitus
dapat sama sekali tidak terasa. Bila banyak sekali cairan dalam rongga pleura,
maka akan tampak sela-sela iga menonjol atau konveks. Pada perkusi di daerah
yang terdapat cairan akan terdengar suara redup sampai pekak, makin banyak
cairan bunyi perkusi makin pekak. Suara napas akan melemah sampai menghilang
kontralateral, jika efusi telah lebih dari 1000 ml. Egophony (vokal “e” berubah
Pada efusi murni suara tambahan (ronki) tidak akan ada, sebab parenkim
7
jenis efusi pleura dalam waktu cepat akan berubah menjadi fibrin
sewaktu pleura viseralis dan parietalis masih dapat bergerak bebas walaupun
sudah mulai ada perlekatan di berbagai tempat dapat terdengar plural friction rub
pada setiap inspirasi maupun ekspirasi, terutama pada inspirasi dan ekspirasi yang
dalam.1,8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Fotothorax
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Dalam foto
thoraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat permukaan yang
melengkung jika jumlah cairan > 300 cc. Pada posisi berdiri atau duduk tegak,
cairan bebas pada rongga pleura akan memenuhi lateral kubah diafragma yang
Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada foto thorax tegak adalah
250-300 ml. Bila cairan kurang dari 250 ml (100-200 ml) dapat ditemukan
pengisian cairan di sudut kostofrenikus posterior pada foto thorax lateral tegak.
Cairan yang kurang dari 100 ml (50-100 ml) dapat diperlihatkan dengan posisi
dekubitus dan arah sinar horisontal dimana cairan akan berkumpul di dinding
samping bawah.7
CT scan dada
8
Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea
serta cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara umum
mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan
Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
1. Berwarna jernih
2. pH 7,60 – 7,64
Rutin :
Makroskopis
9
- Secara umum :
* Total Protein
* Light’s Criteria
10
Cairan adalah eksudat bila ditemukan 1 atau lebih kriteria dibawah ini:
2. Kadar LDH cairan pleura melebihi 2/3 batas maksimal nilai normal kadar
LDH serum
Biopsi
menunjukkan 50-75% diagnosis pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura. Bila hasil
2.7. Penatalaksanaan
11
Gambar Pemasangan WSD
4. Pleurodesis.
a. Dilakukan pada efusi pleura maligna yang tidak dapat dikontrol atau pada
efusi yang terus menerus terjadi setelah dilakukan torasintesis berulang.
b. Obat-obatan yang dipakai untuk pleurodesis antara lain tetrasiklin HCl
(derivat-derivatnya yang bereaksi dengan asam misalnya : teramisin HCl
doksisiklin HCl), bleomisin, fluoro-urasil dan talk, larutan glukosa 40%.
Bleomisin dan fluorourasil dapat dipakai pada efusi pleura maligna. Pada
pemberian obat ini WSD harus dipasang dan paru dalam keadaan
mengembang. Apabila dalam waktu 24 jam-48 jam cairan tidak keluar,
selang toraks dapat dicabut. Komplikasi tindakan pleurodesis adalah
sedikit sekali dan biasanya berupa nyeri pleuritik atau demam.1,2
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
12
Nama : Tn.S
No. RM : 01007575
Umur : 43 Tahun
I. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak napas sejak 10 hari SMRS
13
Riwayat Penyakit Keluarga
14
Kesan Gizi : Normoweight (BMI = 22,22)
Mata
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Mulut
Mukosa bibir : Tidak kering, sianosis (-), oral trush (-)
Leher
Tekanan Vena Jugularis (JVP) : Tidak terdapat peningkatan JVP
Kelenjar getah bening : Tidak teraba membesar
Paru-Paru
Inspeksi
Statis : asimetris, tampak cembung pada hemithorax dextra
Jantung
Abdomen
15
Inspeksi : Abdomen datar
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), Hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Edema tungkai (-), Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-)
Elektrolit (10-02-2019)
16
Cl 101 mmol/L
Kimia darah
Ureum : 39 mg/dL
Creatinin : 0,73 mg/dL
Albumin : 3,2 g/dl
GDS : 132 mg/dl
Faal Hati
AST : 27 U/L
ALT : 66 U/L
Immunologi
HIV : Non reaktif
HbsAG : Non reaktif
17
Interpretasi:
IV. DIAGNOSIS
Efusi pleura kanan ec tumor paru kanan jenis (?) T4N2M1A stg IVA PS 1
Masalah :
Diagnostik
Tatalaksana
V. DIAGNOSIS BANDING
Tumor mediastinum
18
VI. PENATALAKSANAAN
Non-farmakologis
1. O2 3 L/ menit NK
Farmakologis
• Ambroxol tab 3 x 30 po
• Tab.curcuma 3 x 1 po
19
BAB IV
PEMBAHASAN
20
DAFTAR PUSTAKA
2. Puspita I, Umiana TS, Berta G. Penyebab Efusi Pleura di Kota Metro pada
tahun 2015. Universitas Lampung. J AgromedUnila; 4(1);2017
10. Alsagaff H dan Mukty HA. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press; 2002.
21