Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA

DISUSUN DALAM RANGKA UNTUK MEMENUHI TUGAS

MATA KULIAH KEPERAWATAN AJAL DAN PALIATIF

Dosen Pengampu: Tantri Arini S.Kep.,Ns,M.Kep

Disusun oleh kelompok 7/5A :

1. Ayu Dwi Antika (201602007)


2. Ferylia Amelia Wati (201602019)
3. Rezza Eka M (201602032)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2018/2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau
eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Menurut WHO (2008), Efusi Pleura merupakan
suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Efusi pleura bukan merupakan
suatu penyakit akan tetapi merupakan suatu tanda adanya penyakit. Secara normal, ruang pleura
mengandung sejumlah kecil cairan (5 – 20 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleura bergerak tanpa adanya gesekan antara kedua pleura saat bernafas. Penyakit-
penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tubercolusis, infeksi paru nontubercolusis,
sirosis hati, gagal jantung kongesif.
Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama
di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara industri,
diperkirakan terdapat 320 kasus Efusi Pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3
juta orang setiap tahunnya menderita Efusi Pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung
kongestif dan pneumonia bakteri. Sementara di Negara berkembang seperti Indonesia,
diakibatkan oleh infeksi tubercolusis. Atas pertimbangan itulah kami mengangkat masalah ini
sebagai makalah kami.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakng masalah yang telah di kemukakan, identifikasi masalah dalam
makalah ini adalah berikut:
1. Apa definisi Efusi Pleura?
2. Bagaimana etiologi Efusi Pleura?
3. Apa saja manifestasi klinik dari Efusi Pleura?
4. Apa saja tanda dan gejala Efusi Pleura?
5. Bagaimana patofisiologi penyakit Efusi Pleura?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis Efusi Pleura?
7. Apa pemeriksaan penunjang untuk Efusi Pleura?
8. Bagaimana pengobatan Efusi Pleura?
9. Bagaimana komplikasi yang dapat terjadi dari penyakit Efusi Pleura?
10. bagaimana pengkajian fisik dan psikologis pada pasien efusi pleura?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi Efusi Pleura
2. Mengetahui bagaimana etiologi Efusi Pleura
3. Mengetahui apa saja manifestasi klinik dari Efusi Pleura
4. Mengetahui apa saja tanda dan gejala Efusi Pleura
5. Mengetahui bagaimana patofisiologi penyakit Efusi Pleura
6. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis Efusi Pleura
7. Mengetahui apa pemeriksaan penunjang untuk Efusi Pleura
8. Mengetahui bagaimana pengobatan Efusi Pleura
9. Mengetahui bagaimana komplikasi yang dapat terjadi dari penyakit Efusi Pleura
10. Mengetahui bagaimna pengkajian fisik dan psikologis penyakit efusi pleura
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Efusi Pleura

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura ( Sylvia, A. Price, 1995 Hal. 704 )
Efusi pleura adalah jumlah cairan nonpurulen yang berlebihan dalam rongga pleural;
antara lapisan viseral dan parietal ( Susan Martin Tucker, 1998 Hal.265)
Efusi pleura pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral
dan pariental, adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan
penyakit sekunder terhadap penyakit lain ( Brunner dan Suddarth, 2001 ).

Efusi pleura adalah akumulasi cairan didalam rongga pleura, timbulnya efusi pleura
didahului oleh peradangan pleura atau pleuritis ( Alsagaff, H, 2010 )

2.2 Etiologi

Secara umum penyebab efusi pleura adalah sebagai berikut :


a. Pleuritis karena bakteri piogenik.
b. Pleuritis tuberkulosa.
c. Efusi pleura karena kelainan intra abdominal, seperti : sirosis hati, pankretitis, abses
ginjal, abses hati, dll.
d. Efusi pleura karena gangguan sirkulasi, seperti pada decompensasi kordis, emboli
pulmonal dan hipoalbuminemia.
e. Efusi pleura karena neoplasma, seperti : mesolioma, karsinoma bronkhus, neoplasma
metastati, dan limfoma malignum,
f. Efusi pleura karena trauma, yakni trauma tumpul, laserasi, luka tusuk pada dada, ruptur
esophagus (Sarwono Waspadji, 2000 Hal. 931-935).
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura terbagi lagi menjadi transudat,
eksudat, dan hemoragi.
a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri)
sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior,
tumor, dan sindrom meias.
b. Eksudat dapat disebabkan oleh infeksi, TB, pnemonia, tumor, infrak paru, radiasi,
dan penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infrak paru, dan
tuberkolosis
2.3. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik efusi pleura akan tergantung dari jumlah cairan yang ada serta tingkat
kompresi paru. Jika jumlah efusinya sedikit (misalnya < 250 ml), mungkin belum
menimbulkan manifestasi klinik dan hanya dapat dideteksi dengan X-ray foto thorakks.
Dengan membesarnya efusi akan terjadi restriksi ekspansi paru dan pasien mungkin
mengalami :
1. Dispneu bervariasi
2. Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi sekunder akibat penyakit pleura
3. Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi
4. Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)
5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena
6. Perkusi meredup di atas efusi pleura
7. Egofoni di atas paru-paru yang tertekan dekat efusi Suara nafas berkurang di atas
efusi pleura

2.4. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang muncul adalah


a. Sesak nafas
b. Nyeri dada
c. Pleuritik
d. Deviasi trakea
e. Nyeri perut
f. Batuk
g. Cegukan
h. Pernafasan yang cepat
i. Rasa Berat pada dada
Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri
dada, pleuritis ( Pneumonia), panas tinggi, subfebril ( Tuberkulosis), banyak keringat,
batuk, dan banyak riak.

2.5. Patofisiologi penyakit


Normalnya hanya terdapat 10-20ml cairan pada rongga pleura, jumlah cairan di rongga
pleura tetap. Karena adanya tekanan hidrostatis pleura parientalis sebesar 9cm H2O.
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun (misalnya
pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat adanya
proses peradangan atau neoplasma. Bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan
jantung dan tekanan negativ intrapleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsogaf, 1995).
Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan dalam cavum pleura.
kemungkinan proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat beberapa proses yang
meliputi (Guyton dan Hall, 1997) :
a. Adanya hambatan drainase limpatik dari rongga pleura
b. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi
sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam
rongga pleura
b. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan terjadinya
transudasi cairan yang berlebihan
c. Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan
pleura dan rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat.
2Infeksi pada tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis
yang masuk melalui saluran pernafasan menuju alveoli, sehingga terjadilah infeksi
primer. dari infeksi ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(Limfangitis lokal ) dan diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus
( Limfangitis regional ).Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi
permeabilitas membran. Permeabilitas membran akan meningkan dan akhirnya
menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi
pleura akibat dari tuberkulosis paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui
aliran getah bening. Sebab lain juga dapat diakibatkan dari robeknya perkejuan kearah
saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga, atau kolumna vertebralis.
Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkulosis paru adalah eksudat yang berisi protein
dan terdapat pada cairan pleura akibat kegagalan aliran protein getah bening. Cairan
ini biasanya serosa, namun kadang-kadang bisa juga hemarogi.

2.7. Pemeriksaan penunjang

1. Sinar Tembus Dada


Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan
seperti kurva, dengan permukaan lateral lebih tinggi dan pada bagian medial. Bila
permukaannya horizontal dan lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut
yang dapat berasal dari luar atau dari dalam paru-paru itu sendiri.
Hal ini yang dapat terlihat dalam foto dada efusi pleura adalah terdorongnya
mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Namun, bila terdapat atelektasis
pada sisi yang bersamaan dengan cairan. Mediastinum akan tetap pada tempatnya.
2. Torakosentesis
Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnosis maupun teropeutik.
Pelaksanaan dilakukan sebaiknya pasa posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah
paru di sela iga lX garis aksila posterior dengan memakai jarum Abbocath no 14 atau 16.
Pengeluaran cairan sebaiknya tidak lebih dari 1000-1500cc pada setiap kali aspirasi.
Aspirasi sekaligus banyak akan menimbulkan pleura shock ( hipertensi ) atau edema paru-
paru. Edema paru-paru terjadi karena paru-paru terlalu cepat mengembang.
3. Biopsi Pleura
Pemeriksaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukan
50-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura. Bila hasil biopsi pertama
tidak memuaskan dapat dilakukan biopsi ulangan. Komplikasi biopsi adalah pneumotoraks,
hemotoraks dan penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.
4. Pendekatan pada efusi yang tidak terdiagosis
Pemeriksaan tambahan :
a. Bronkoskopi : Pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum, dan abses paru-paru.
b. Scaning isotop : Pada kasus-kasus dengan emboli paru-paru
c. Torokoskopi ( Fiber-optic pleuroscopy) : Pada kasus-kasus dengan neoplasma atau
TBC

2.8. Pengobatan Efusi Pleura

Pengobatan terhadap pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi penyakit
yang mendasarinya, mencegah penumpakan kembali cairan, serta untuk mengurangi
ketidak nyamanan dan dispnea. (Irman Samontri, 2007 Hal. 100)
a. Jika caranya sedikit, hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebabnya. Jika
caranya banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak napas, maka perlu
dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).
b. Pada tuberkulosis atau koksidioidomikosis diberikan terapi antibiotik jangka panjang.
c. Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bila dilakukan penutupan rongga pleura.
seluruh cairan dibuang melalui selang, lalu dimasukan bahan iritan (misalnya larutan
atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan
kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat cairan tambahan.
d. Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah
bening. Bila dilakukan pembedahan atau pemberian obat anti kanker untuk tumor yang
menyumbat aliran getah bening.

2.9. Komplikasi yang dapat terjadi


a. Infeksi dan fibrosis paru (Mansjoer, 2001)
b. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan
terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parientalis dan viseralis. Keadaan ini disebut
dengan fibrotoraks.
c. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan penekanan
akibat efusi pleura.
d. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang disebabkan oleh tekanan ektrinsik pada
sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps
paru.

2.10. pemeriksaan fisik dan psikologis

1. Pengkajian
A. Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan
pasien.
b.Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau
berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan
berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk,
sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu
juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
d.Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni,
gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.

B. Pengkajian psikologis pada pasien paliatif


a. Adanya perubahan peran dalam keluarga yang biasanya pasien bekerja sekarang
hanya bisa berbaring di tempat tidur karena penyaitnya.
b. Terjadi masalah keuangan karena adanya beberapa pengeluaran keuangan yang
sebelumnya tidak diduga selama sakit dengan biaya perawatan dan obat obatan.
c. Timbulnya perasaan kesepian karena keluarga yang menjaga bergantian tidak bisa
berkumpul menjadi satu.
d. Terjadi perubahan kebiasaan sosial, klien tampak selalu tidur dan tidak dapat
berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
e. Merasa ketakutan atau cemas jika penyakit efusi pleura yang dideritanya tak kunjung
sembuh dan klien merasa tidak nyaman dengan kondisinya yang selalu lemas dan
gelisah.
f. Menurunnya keinginan dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-harikarena
stres yang diakibatkan penyakit yang dirasakan.

C. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat


Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi
tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol
dan penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan
kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan
mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur
abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan
effusi pleura keadaan umumnya lemah.
3) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi
sebelumdan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih
banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada
struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Px akan cepat
mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian
kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
5) Pola tidur dan istirahat
Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan
dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang
mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
6) Pola hubungan dan peran
Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran, misalkan
pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai
seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya. Disamping itu, peran
pasien di masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi
hubungan interpersonal pasien.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba
mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan
beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini
pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.

8) Pola sensori dan kognitif


Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses
berpikirnya.
9) Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu untuk
sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
10) Pola penanggulangan stress
Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan
mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau
orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan
menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan.

D. Pemeriksaan fisik
1) Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum,
ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap
petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan
pasien. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan pasien.
2) Sistem Respirasi
Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga
mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan
mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan
ictus kordis. RR cenderung meningkat dan Px biasanya dyspneu.
Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya >
250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang
tertinggal pada dada yang sakit.
Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya
tidak cukup mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa
garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis
ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang
jelas di punggung.
Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan
makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru,
mungkin saja akan ditemukan tanda-tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar
batas atas cairan. Ditambah lagi dengan tanda i – e artinya bila penderita diminta
mengucapkan kata-kata i maka akan terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni
(Alsagaf H, Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79)
3) Sistem Cardiovasculer
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS – 5
pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung. Palpasi untuk menghitung frekuensi
jantung (health rate) dan harus diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut
jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictus cordis. Perkusi untuk
menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan
untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri. Auskultasi untuk
menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah bunyi jantung III yang
merupakan gejala payah jantung serta adakah murmur yang menunjukkan adanya
peningkatan arus turbulensi darah.
4) Sistem Pencernaan
Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi
perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi
ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya 5-
35 kali permenit. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen,
adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien,
apakah hepar teraba, juga apakah lien teraba. Perkusi abdomen normal tympanik, adanya
massa padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta,
tumor).
5) Sistem Neurologis
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan
pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau comma. refleks patologis,
dan bagaimana dengan refleks fisiologisnya. Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu
dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
6) Sistem Muskuloskeletal
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial, palpasi pada kedua
ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary
refil time. Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian
dibandingkan antara kiri dan kanan.
7) Sistem Integumen
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada
kulit, pada Px dengan effusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya kegagalan
sistem transport O2. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin,
hangat, demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk
mengetahui derajat hidrasi seseorang.

E. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa data sari hasil
pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di kelompokkan menjadi
diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan. (Budianna Keliat, 1994,1) Beberapa
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan effusi pleura antara lain
:
1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru
sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura (Susan Martin
Tucleer, dkk, 1998).
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, pencernaan nafsu makan
akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen (Barbara
Engram, 1993).
3. Cemas sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan
(ketidakmampuan untuk bernafas).
4. Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan
sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan Barbara Engram).
5. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan keletihan
(keadaan fisik yang lemah) (Susan Martin Tucleer, dkk, 1998).
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan sehubungan dengan
kurang terpajang informasi (Barbara Engram, 1993)

Dampak Masalah
a. Dampak masalah terhadap individu
Sebagaimana penderita penyakit yang lain, pada pasien effusi pleura akan
mengalami suatu perubahan baik bio, psiko sosial dan spiritual yang akan selalu
menimbulkan dampak yang diakibatkan oleh proses penyakit atau pengobatan dan
perawatan. Pada umumnya Px dengan effusi pleura akan tampak sakit, suara nafas menurun
adanya nyeri pleuritik terutama pada akhir inspirasi, febris, batuk dan yang lebih khas lagi
adalah adanya sesak nafas, rasa berat pada dada akibat adnya akumulasi cairan di kavum
pleura.
b. Dampak masalah terhadap keluarga
Pada umumnya keluarga pasien akan merasa dituntut untuk selalu menjaga dan
memenuhi kebutuhan pasien. Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit sehingga
keluarga pasien akan memberi perhatian yang lebih pada pasien. Keluarga menjadi cemas
dengan keadaan pasien karena mungkin sebagai orang awam keluarga pasien kurang
mengerti dengan kondisi pasien
BAB III

HUBUNGAN EFUSI PLEURA DENGAN PALIATIF

3.1 Efusi Pleura termasuk penyakit terminal

Efusi pleura adalah kondisi dimana terdapat cairan dibawah paru. Efusi pleura
menandakan adanya cairan pada selaput pembungkus paru atau pleura Anda. Cairan di selaput
pembungkus paru dapat disebabkan oleh adanya infeksi pada paru-paru seperti TBC ataupun
infeksi bakteri, jamur lainnya, selain itu adanya cairan di selaput pembungkus paru dapat
disebabkan oleh kanker. Bila memang disebabkan oleh infeksi TBC maka penyakit tersebut
menular. Jadi perlu diketahui dahulu penyebab cairan tersebut apa untuk dapat mengatasinya
hingga tuntas/sembuh
Efusi plura tidak dapat menular. Namun efusi pleura disebabkan oleh panyakit-panyakit
yang dapat menular seperti TBC. Efusi pleura yang sering terjadi dan mengakibatkan kematian
adalah efusi pleura dextra. Dikarena efusi pleura dextra adalah penumpukan cairan pada kedua
paru-paru. Efusi pleura harus ditangani segera karena, jika tidak ditangani dengan segera dapat
menyebabkan sesak nafas dapat menimbulkan hipoksia hingga kematian. (Kusuma,2016)

KASUS

A. Nama : Ny ‘E’

Umur : 38 tahun

Agama : Islam

Alamat : Jl Punokawan no.33 Jombang

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Tanggal Mrs : 8 oktober 2011, jam 20.20 wib


Diagnose Mrs : Efusi Pleura

B. Riwayat Keperawatan

1. Keluhan Utama

- Saat MRS : Klien mengatakan sesak nafas

- Saat pengkajian : klien mengatakan sesak dan dada terasa nyeri pada bagian kiri, sesak
dan nyeri dada klien bertambah bila dibuat gerak, skala nyari 5

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien merasa sesak, batuk dan nyeri dada sejak jum’at (7 oktober 2001) lalu klien berobat di
puskesmas dengan diagnose asma, klien pulang dan meminum obat yang diberikan dokter di
puskesmas, tetapi sesak nafas dan nyeri dada klien tidak berkurang. Kemudian klien dibawa ke
IRD RS. Sumber waras jombang pada tanggal 8 oktober 2011 jam 20.00 WIB.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mempunyai riwayat penyakitasma sejak 6 tahun yang lalu, klien tidak pernah MRS
sebelumnya

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu dan anak klien mempunyai riwayat penyakit asma.

C. Aktifitas sehari-hari

1. Nutrisi : pasien minum 4-5 gelas perhari, kadang-kadang minum kopi, nafsu makan tidak ada
penurunan, porsi makan dihabiskan. Makan 3x sehari.

2. Eleminasi : BAK dan BAB tidak ada perubahan

3. Tidur/Istirahat : tidur jam 21.00 s/d 05.00 pagi. Sejak sakit klien mengeluh susah tidur karena
merasa sesak dan nyeri pada dadanya. Klien tidak pernah tidur siang.

4. Persoanal Hygiene : klien mandi dengan diseka di TT, tidak gosok gigi
D. Data Psikososial

1. Psikososial : Klien mengatakan merasa cemas tentang penyakit yang di deritanya, apa
sudah parah dan apa masih bias disembuhkan.

2. Sosial : klien mampu berinteraksi dengan baik dangan keluarga, pasien disekitarnya dan
dengan petugas kesehatan.

3. Spiritual : klien beragama islam, selama sakit klien tidak menjalankan solat karena merasa
sesak jika ibuat bergerak.

E. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

- Keadaan Umum : Lemah

- Kesadaran : Composmentis

- GCS : 456

- TTV : - tensi : 120/80 mmHg, Nadi : 112x?mnt, suhu : 36,6 C RR :


28x/mnt

2. Pemeriksaan Body of system

a. Breathing (B1)

Inspeksi:

Bentuk dada asmetris, cembung pada sisi kiri, pergerakan dada menurun pada sisi kiri, terpasang
nasal kanule O2 2 ltr/mnt, sesak nafas (+), batuk produktif (+), secret (+), warna hijau purulent,
terdapat pernapasan cuping hiung.

Palpasi:

Pergerakan dada asimetris, fremitus dada melemah pada sisi kiri, terdapat nyeri tekan pada dada
kiri

Perkusi:

Pada dada kiri terdapat suara redup


Aukultasi:

Tidak terdapat ronchi dan wheezing, suara napas melemah pada sisi kiri, terdapat egofoni.

b. Blood (B2)

Inspeksi :Tidakterlihat adanya Cyanosis

Palpasi :Akral hangat, CRT <3 detik, nadi : 122x/ mnit

Perkusi :Suara redup pada daerah jantung

Aukultasi : Bunyi jantung normal, TD : 120/90 mmHg

c. Brain (B3)

Kesadaran composmentis, GCS 456, mata : konjungtiva tidak anemis, sclera merah muda.
Fungsi sensoris : penglihatan tidak terdapat gangguan, pendengaran masih dapat mendengarkan
suara baik pelan maupun keras, penciuman, perabaan, dan pengecapan masih pad abates normal.

d. Bladder (B4)

Kondisi saluran kencing bersih, tidak terdapat lesi atau benjolan, BAK 3x sehari warma kuning
jernih, bau khas urine, minum 3/4 gelas/hari

e. Bowel(B5)

Abdomen simetris, tidak ada benjolan, mukosa bibir lembab, tidak terdapat stomatitis, gigi
lengkap, BAB 1x/hari, lembek berbau khas. Tidak terdapat nyri tekan pada abdomen, perkusi
abdomen tympani, peristaltic usus 16x/mnt

f. Bone(6)

Ekstremitas simetris kiri kanan, tidak terdapat fraktur pada ektremitas atas dan bawah, kekuatan
otot normal, akral hangat, CRT <3 detik

Pemeriksaan Penunjang

a. Foto Ro

- Perselubungan homogeny di hemithoraks kiri, pendorongan jantung kekanan, pendorongan


trachea ke kanan, diafragma kiri sulit dinilai.

- Kesimpula : Efusi pleura kiri

b. Laboratorium
- Hb : 9,6

- Leukosit : 11.500

- Hematokrit : 28.8

- Eritrosit : 4.200.000

- Trombosit : 505.000

- Bilirubin T : 26,3

- Bilirubin D : 12,8

- SGOT : 90

- SGPT: 117

- Kreatinin Serum : 0,79

- Urea : 17,1

- Asam Urat : 3,97

- GDA : 86

G. Therapy

1. Infus RL 20 lpm

2. Fungsi pleura

3. Ciprofloxacim 2x500 mg

4. Aminophilin 4x200 mg

Data tambahan

Ketidakefektifan pola pernapasan

- Pernapasan sukar

- Pernapassan disritmik

- Ortopnea

- Takipnea
- Hiperpnea

Nyeri akut

- Agitasi

- Ansitas

- Menggosok bagian yang nyeri

- Imobilitas

- Gangguan Kosentrasi

- Mengaktifkan rahang/mengepalkan tangan

Insomnia

- Klien tampak kurang bergairah

- Afek tampak berubah

- Kontak mata yang buruk

- Melihat sepintas

PERAN PERAWAT

1. Sebagai pendidik/ educator


Adalah peran ini dilakukan untuk membantu keluarga dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kadaan pasien.
2. Coordinator
Mengarahkan, merenccanakan, dan mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim
kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan pasien efusi pleru dexstra atau pasien paliatif.
3. Kolaborator
Peran ini dilakukan ketika perawat bekerja sebagai bagian dari tim kesehatan
yang terdiri dari dokter,fisioterapi,ahli gizi,apoteker,dll. Dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang di perlukan dalam hal ini pasien dengan
efusi pleura dexstra atau pasien paliatif.
4. Konsultan
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi untuk masalah-masalh yang berkaitan
dengan kompetensi perawat.
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan
bilateral. Tanda dan gejala yang mungkin muncul adalah Sesak nafas, Nyeri dada, Pleuritik,
Deviasi trakea, Nyeri perut, Batuk, Cegukan, Pernafasan yang cepat, Rasa Berat pada dada.
Pengobatan terhadap pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi penyakit yang
mendasarinya, mencegah penumpakan kembali cairan, serta untuk mengurangi ketidak
nyamanan dan dispnea. Komplikasi yang dapat terjadi adalah Infeksi paru dan fibrosis paru.

3.2. Saran
Diharapkan kepada teman teman dan tim kesehatan untuk meningkatkan kesadaran
tentang adanya hubungan komunikasi terapeutik yang baik kepada pasien dan keluarga pasien
dan dapat memberikan penkes tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien untuk
menambah pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, Denny. 2012. Efusi Pleura. RSUD Dr.H.Abdul Moeloek. Bandar Lampung.

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.

Halim H. Penyakit-penyakit pleura, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam, Jilid III,
edisi ke-5. 2009. Jakarta: Interna Publishing.

Thabrani Rab, Prof. Dr. H. “Penyakit Pleura”. Edisi Pertama. Trans Info Media : Jakarta.
2010

Rofiq ahmad. 2001. Thorax. http://emedicine.medscape.com/article/299959-overview

Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta:Balai Penerbit
FK UI

Halim, Hadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. V. Jakarta: Interna
Publishing.

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC.

Rofiqahmad. 2008. Thorax. http://www.efusi pleura/080308/thorax/weblog.htm.

Anda mungkin juga menyukai