PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah penumpukan cairan pada rongga pleura. Cairan pleura
normalnya merembes secara terus menerus ke dalam rongga dada dari kapiler –
kapiler yang membatasi pleura parietalis dan diserap ulang oleh kapiler dan sistem
limfatik pleura viseralis. Kondisi apapun yang mengganggu sekresi atau drainase dari
cairan ini akan menyebabkan efusi pleura. Efusi pleura dapat berupa cairan jernih
yang merupakan transudat dan berupa pus atau darah pleura (Joyce M. Black, 2014).
Efusi pleura merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi, tetapi biasanya
gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit
ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama dinegara-negara yang
terdapat 320 kasus efusi pleura per 100.000 orang. Data Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (Depkes. RI, 2010), kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari
Efusi Pleura dapat disebabkan oleh infeksi dan non infeksi, efusi pleura
esophagus, abses subfrenik. Sedangkan untuk non infeksi disebabkan oleh karsinoma
berbagai gejala serius yang mengganggu pernapasan. Pada kasus efusi pleura tanpa
gejala, biasanya efusi pleura terlihat dari gambaran X-Ray thorak (Wedro, 2014).
Karakteristik tanda dan gejala dari efusi pleura yang sering terjadi
seperti sesak nafas, batuk kering, dan nyeri dada pleuritik. Pada pemeriksaan
taktil vokal fremitus saat dilakukan palpasi, dan penurunan bunyi napas pada
pleura salah satunya adalah pola napas tidak efektif dan gangguan pertukaran
gas (NANDA, 2012). Pola napas tidak efektif diakibatkan oleh terganggunya
berat muncul gejala hipoksia seperti sianosis. Sementara itu, efusi pleura juga
mencapai pertukaran gas yang adekuat, ventilasi yang adekuat, dan perfusi
utama untuk mengatasi masalah pernapasan pada pasien efusi pleura adalah
auskultasi suara paru, monitor status mental, dispnea, sianosis, dan saturasi
oksigen (Wilkinson & Ahern, 2005). Selain itu, tindakan keperawatan yang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan Khusus :
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang
peningkatan cairan yang luar biasa di antara ruang pleura. Pleura adalah selaput
tipis yang melapisi permukaan paru-paru dan bagian dalam dinding dada di luar
Biasanya, jumlah cairan yang tidak terdeteksi hadir dalam ruang pleura yang
dirongga pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya
a) Infeksi
(1) Tuberkulosis
(2) Pneumonitis
b) Non infeksi
(8) Hipotiroidisme
(9) Kilotoraks
(10) Emboli paru.
3. Anatomi Fisiologi
a. Trakea
b. Bronkus
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-
kira veterbrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Trakea bercabang menjadi
bronkus utama (primer) kiri dan kanan. Bronkus kanan lebih pendek
lebih lebar dan lebih vertikal dari pada yang kiri, sedikit lebih tinggi
di bawah arteri disebut lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan
c. Bronkioli
gas. Sampai titik ini, jalan udara konduksi mengandung sekitar 150 ml
pertukaran gas.
sehingga tidak menimbulkan sakit bila antara dinding rongga dada dan
e. Lobus
inferior) dan paru kanan terdiri dari tiga lobus yaitu (lobus superior,
permukaan pulmo.
thoraks.
pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut dengan cairan pleura.
Dimana di dalam cairan pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yang
Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru kanan yang terdiri tiga
lobus terdiri dari bagian atas, tengah dan bawah sedangkan paru-paru kiri
terdiri dari 2 lobus yaitu lobus atas dan bawah. Bagian atas puncak paru
disebut apeks yang menjorok ke atas arah leher pada bagian bawah
cairan pleura mudah bergerak dari satu rongga ke rongga yang lainnya.
lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur. Cairan ini
berfungsi untuk pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut
Setiap saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih
dari cukup untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan
tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik dari rongga pleura
cairan pleura oleh pleura parietalis dan absorbs oleh cairan viseralis. Oleh
karena itu, rongga pleura disebut sebagai ruang potensial, karena ruang
4. Klasifikasi
pleura.
kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat (Morton, 2012)
5. Manifestasi Klinis
pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan
e. Didapati segi tiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup
ronki.
6. Patofisiologi
bergerak teratur. Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua
pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura viceralis. Cairan
ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic
terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan
saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti
subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat
juga dari robekkan kearah saluran getah bening yang menuju rongga
merupakan eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura
tersebut karena kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya
perkusi redup. Selain hal - hal diatas ada perubahan lain yang
yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun (Nair & Peate,
2015).
7. Penatalaksanaan Medis
a. Tirah baring
b. Thoraksentesis
nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu
c. Antibiotic
d. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat
8. Pemeriksaan Penunjang
ditentukan.
9. Komplikasi
a. Fibrotoraks
pleura tersebut.
b. Atalektasis
c. Fibrosis paru
ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara
d. Kolaps Paru
e. Empiema
1. Diagnosis Keperawatan
a. Definisi
2017).
b. Jenis
2017).
1) Positif
a) Promosi Kesehatan
atau optimal.
2) Negatif
mengalami kesakitan.
a) Aktual
Menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami
masalah kesehatan.
b) Resiko
c. Komponen
1) Masalah (Problem)
2) Indikator Diagnostik
sedangkan
diagnosis.
Minor: Tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika
2. Pathway
3. Masalah keperawatan
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita efusi
1) Definisi Masalah
adekuat.
2) Penyebab
pernafasan )
a) Data Mayor
(1) Subjektif
(a) Dipsnea
(2) Objektif
b) Data Minor
(1) Subjektif
(a) Ortopnea
(2) Objektif
a) Trauma thoraks
1) Definisi
2) Penyebab
a) Data Mayor
(1) Subjektif
Mengeluh
nyeri
(2) Objektif
(c) Gelisah
(d) Frekuensi nadi meningkat
b) Data Minor
(1) Subjektif
Tidak
tersedia
(2) Objektif
(g) Diaforesis
4) Kondisi Klinis
Terkait Infeksi
1) Definisi
2) Penyebab
a) Data Mayor
(1) Subjektif
Mengeluh
lelah
(2) Objektif
istirahat
b) Data Minor
(1) Subjektif
(2) Objektif
istirahat
aktivitas
(d) Sianosis
a) PPOK
1) Definisi
2) Penyebab
a) Data mayor
(1) Subjektif
Tidak
tersedia
(2) Objektif
b) Data minor
(1) Subjektif
Tidak
tersedia
(2) Objektif
(b) Kejang
(c) Takikardi
(d) takipnea
4) kondisi
terkait proses
infeksi
1) Definisi
kebutuhan metabolisme.
2) Penyebab
a) Data Mayor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
b) Data Minor
(1) Subjektif
(2) Objektif
(e) Sariawan
(h) Diare
4) Kondisi Klinis
Terkait Infeksi
1) Definisi
topic tertentu.
2) Penyebab
(1) Subjektif
(2) Objektif
b) Data minor
(1) Subjektif
Tidak
tersedia
(2) Objektif
4) Kondisi klinis
terkait Penyakit
kronis
1) Definisi
2) Penyebab
(1) Subjektif
Mengeluh
nyeri
(2) Objektif
(c) Gelisah
(1) Subjektif
Tidak
tersedia
(2) Objektif
(g) Diaforesis
4) Kondisi Klinis
Terkait Kondisi
pembedahan
2) Faktor Risiko
3) Kondisi Klinis
Terkait Tindakan
invasive
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
b. Keluhan Utama
berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi
pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda
-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada,
f. Riwayat Psikososial
kesehatan.
timbulnya penyakit.
umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bedrest sehingga
digestivus.
1) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan
k. Pemeriksaan Fisik
ketegangan pasien.
2) Sistem Respirasi
biasanya dyspneu.
cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan
pembesaran jantung.
ictuscordis.
4) Sistem Pencernaan
vesikaurinarta, tumor).
e) Sistem Neurologis
f) Sistem Muskuloskeletal
dan kanan.
g) Sistem Integumen
hidrasi seseorang,
2. Diagnosa Keperawatan
operasi) (D.0077)
(PPNI, 2017)
3. Intervensi Keperawatan
(D.0005)
nafas membaik.
2) Kriteria hasil
a) Dyspnea menurun
d) Otopnea menurun
3) Intervensi
Observasi
ronchi kering)
Terapeutik
perlu Edukasi
Kolaborasi
perlu.
menurun
2) Kriteria hasil :
c) Meringis menurun
3) Intervensi
Observasi
intensitas nyeri.
Terapeutik
meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi
3) Intervensi
Observasi
Terapeutik
suara, kunjungan)
Edukasi
kembali membaik
2) Kriteria hasil :
a) Mengigil menurun
c) Takikardia menurun
d) Takipnea menurun
3) Intervensi
Observasi
Terapeuik
Edukasi
membaik
2) Kriteria hasil
a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
3) Intervensi
Observasi
Terapeutik
Kolaborasi
makanan
(D.0111)
mengingkat
3) Intervensi
Observasi
terapeutik
operasi) (D.0077)
nyeri
b. menurun
c. Kriteria hasil :
d. Intervensi
Observasi
intensitas nyeri
Terapeutik
meredakan nyeri
Edukasi
nyeri
Kolaborasi
b. Kriteria hasil :
1) Demam menurun
4) Kemerahan menurun
c. Intervensi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
4. Implementasi Keperawatan
intervensi,
proses implementasi dan metode implementasi. Ada tiga fase implementasi
keperawatan yaitu :
5. Evaluasi Keperawatan
kualitas data, teratasi atau tidaknya maslah pasien, serta pencapaian tujuan
yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditentukan terebih
dahulu.