Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN


EFUSI PLEURA

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah : Keperawatan Kritis
Dosen :

Kelompok 5
1. Rumhany Muzykawati (18111020001)
2. Berliana Pangestu (1811020028)
3. Pratiwi Ayuningtyas (1811020039)
4. Silvia Putri Lestari (1811020059)
5. Amiek Rahmatyas (1811020062)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab utama banyaknya
ukuran dan jumlah individu yang terkena penyakit di bagian organ
pernapasan.Salah satu penyakit gangguan sistem pernapasan pada manusia
yaitu efusi pleura.Efusi pleura adalah cairan yang berlebih di dalam membran
berlapis ganda yang mengelilingi paru-paru (Irianto, 2014). Efusi pleura
merupakan kondisi medis yang dilatarbelakangioleh berbagai Penyebab. Data
WHO menunjukkan bahwa Efusi pleura disebabkan oleh berbagai kelainan
kardiopulmonal seperti gagal Jantung kongestif,gangguan hati, hingga
keganasan di paru-paru (Mc Gart & Anderson, 2011).
Penyebab efusi pleura yang disebabkan infeksi yaitu tuberkulosis,
pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik. Sedangkan
untuk non infeksi disebabkan oleh karsinoma paru, karsinoma pleura,
karsinoma mediastinum, tumor ovarium, bendungan jantung, gagal jantung,
perikarditis konstriktiva, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme, kilotoraks,
emboli paru (Morton dkk, 2012). Pasien-pasien dengan efusi pleura
menunjukkan gejala klinis yang beragam mulai dari efusi pleura tanpa gejala
hingga efusi pleura masif yang menunjukkan berbagai gejala serius yang
mengganggu pernapasan. Pada kasus efusi pleura tanpa gejala, biasanya efusi
pleura terlihat dari gambaran X-Ray thorak (Wedro, 2014).
Karakteristik tanda dan gejala dari efusi pleura yang sering terjadi
seperti sesak nafas, batuk kering, dan nyeri dada pleuritik. Pada pemeriksaan
fisik dapat ditemukan bunyi redup saat dilakukan perkusi, berkurangnya taktil
vokal fremitus saat dilakukan palpasi, dan penurunan bunyi napas pada
auskultasi paru (Karkhanis, 2012).
Penanganan efusi pleura berfokus pada pemenuhan kebutuhan
oksigenasi yang maksimum.Oksigenasi yang maksimum difokuskan untuk
mencapai pertukaran gas yang adekuat, ventilasi yang adekuat, dan perfusi
jaringan yang adekuat (Dugdale, 2014). Evakuasi cairan dilakukan untuk
menjamin ventilasi dan pertukaran gas yang adekuat. Evakuasi cairain
dilakukan melalui tindakan medis seperti thoracentesis dan pemasangan chest
tube (Rubins, 2013). Tindakan keperawatan juga berperan penting untuk
menjamin ventilasi dan perfusi yang adekuat. Beberapa tindakan keperawatan
utama untuk mengatasi masalah pernapasan pada pasien efusi pleura adalah
pengkajian berupa monitor status pernapasan meliputi frekuensi pernapasan,
auskultasi suara paru, monitor status mental, dispnea, sianosis, dan saturasi
oksigen (Wilkinson & Ahern, 2005). Selain itu, tindakan keperawatan yang
penting adalah “Positioning” yang bertujuan untuk meningkatkan ekspansi
paru sehingga mengurangi sesak (Dean, 2014).
B. Tujuan
1. Mengetahui cara pengkakjian kepada klien dengan efusi pleura
2. Mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan efusi pleura
3. Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan efusi pleura.
4. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit efusi pleura.
BAB II
A. Definisi
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain (Nurarif et al, 2015). Efusi pleura adalah kondisi paru bila terdapat
kehadiran dan peningkatan cairan yang luar biasa di antara ruang pleura.
Pleura adalah selaput tipis yang melapisi permukaan paru-paru dan bagian
dalam dinding dada di luar paru-paru. Di pleura, cairan terakumulasi di ruang
antara lapisan pleura. Biasanya, jumlah cairan yang tidak terdeteksi hadir
dalam ruang pleura yang memungkinkan paru-paru untuk bergerak dengan
lancar dalam rongga dada selama pernapasan (Philip, 2017). Efusi pleura
adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul
dirongga pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau
seluruhnya (Nair & Peate, 2015).
B. Etiologi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan
kecepatan produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau
keduanya, ini disebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut (Morton
2012) :
a. Peningkatan tekanan pada kapiler sub pleura atau limfatik
b. Peningkatan permeabilitas kapiler
c. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
d. Peningkatan tekakanan negative intrapleura
e. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
1. Penyebab efusi pleura:
a) Infeksi
(1) Tuberkulosis
(2) Pneumonitis
(3) Abses paru
(4) Perforasi esophagus
(5) Abses sufrenik
b) Non infeksi
(1) Karsinoma paru
(2) Karsinoma pleura: primer, sekunder
(3) Karsinoma mediastinum
(4) Tumor ovarium
(5) Bendungan jantung: gagal jantung, perikarditiskonstriktiva
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi
menjadi transudat, eksudat dan hemoragi.
a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongesif (gagal jantung
kiri), sindrom nefrotik, asites (karena sirosishati), sindrom vena kava superior,
tumor dan sindrom meigs.
b. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi
dan penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru
dan tuberculosis.

C. Epidemiologi
Data epidemiologi mengenai insidensi pasti efusi pleura pada dasarnya sulit
ditentukan karena efusi pleura hanyalah manifestasi dari penyakit yang mendasarinya.
Di Amerika Serikat, terdapat sekitar 1.5 juta kasus efusi pleura setiap tahunnya.

Global
Data epidemiologi Amerika Serikat menunjukkan efusi pleura paling banyak
disebabkan oleh gagal jantung kongestif, pneumonia bakterialis, keganasan,
dan emboli paru. Insidensi efusi pleura diyakini setara antara pria dan wanita,
meskipun 2/3 kasus efusi pleura akibat keganasan muncul pada wanita, umumnya
terkait kanker payudara. [2]

Meskipun umumnya ditemukan pada orang dewasa, kasus efusi pleura pada anak-
anak cenderung meningkat akibat pneumonia (parapneumonic effusion) [4]. Kasus
efusi pleura juga dijumpai pada bayi (fetal hydrothorax) meskipun jarang. Tingkat
insidensi efusi pleura pada bayi sekitar 2.2 – 5.5 per 1.000 kelahiran [5].

Mortalitas
Sebagai suatu kondisi klinis, tingkat mortalitas efusi pleura tidak berdiri sendiri tapi
ditentukan berdasarkan penyakit penyertanya. Namun demikian, semakin beratnya
kondisi efusi pleura sendiri juga identik dengan mortalitas yang lebih tinggi. Publikasi
2016 menunjukkan bahwa mortalitas 30 hari pada efusi pleura bilateral 4 kali lipat
lebih tinggi dibanding unilateral, yaitu 26% vs 5.9% secara berturut-turut.[6]

D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura
parietalis dan pleura viceralis, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan
antara 10 cc - 20 cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak
teratur. Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura,
sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa
cairan di produksi oleh pleura parietalis dan selanjutnya di absorbsi tersebut
dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura parietalis dan
tekanan osmotic koloid pada pleura viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi
oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil diabsorbsi oleh system kapiler
pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan yang pada pleura
viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar sel-sel mesofelial.
Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap karena adanya keseimbangan antara
produksi dan absorbsi. Keadaan ini bisa terjadi karena adanya tekanan
hidrostatik dan tekanan osmotic koloid. Keseimbangan tersebut dapat
terganggu oleh beberapa hal, salah satunya adalah infeksi tuberkulosa paru .
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium
tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli, terjadilah infeksi
primer. Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar
getah bening hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah
bening akan mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran
akan meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam
rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura akibat dari tuberkulosa
paru melalui focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening.
Sebab lain dapat juga dari robekkan kearah saluran getah bening yang menuju
rongga pleura, iga atau columna vetebralis. Adapun bentuk cairan efusi akibat
tuberkolusa paru adalah merupakan eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat
pada cairan pleura tersebut karena kegagalan aliran protein getah bening.
Cairan ini biasanya serous, kadang-kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap
ml cairan pleura bias mengandung leukosit antara 500-2000. Mula-mula yang
dominan adalah sel-sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan
efusi sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan efusi
bukanlah karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya efusi
pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain: Irama
pernapasan tidak teratur, frekuensi pernapasan meningkat, pergerakan dada
asimetris, dada yang lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup.
Selain hal - hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh efusi pleura
yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan
berat badan menurun (Nair & Peate, 2015).
E. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinik dari efusi pleura yaitu :
a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita
akan sesak nafas.
b. Adanya gejala penyakita seperti demam, menggigil,dan nyeri dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberculosis), banyak keringat,
batuk, banyak riak.
c. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan berkurang
bergerak dalam pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi
didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk
garis melengkung (garis ellis damoiseu).
e. Didapati segi tiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis ellis damoiseu. Segitiga grocco-rochfusz, yaitu dareah
pekak kkarena cairan mendorong mediastinum kesisi lain,pada auskulasi
daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

F. Pathway

TB Paru Gagal Jantung, ginjal, Karsinoma


Pneumonia fungsi hati mediastinum, paru

Atelektasis Peningkatan tekanan Peningkatan


hipoblumnemia hidrostatik di pemb. darah permeabilitas kapiler
Inflamasi paru
Ketidak seimbangan produksi cairan dg
Tekanan osmotik
absorbsi yg bisa dilakukan pleura viseralis
menurun

Akumulasi di kavum pleura


Ansietas -pengetahuan
Gangguan ventilasi, G.difusi

S. pernafasan s.saraf pusat S.muskulo S.pencernaan

paO2 mnurun, pCO2 Penurunan suplai O2 ke Peningkatan Produksi asam


meningkat akumulasi otak asam laktat lambung meningkat
cairan dalam ruang ,peristaltik
pleura, pningkatan pro, Hipoksia serebral Kelemahan fisik menurun
sekret. - imunitas
Dispneu,
Pusing disorientasi Intoleransi
Ketidak efektifan pola anorexia
aktivitas
nafas
Ketidak efektifan bersihan Gangguan
Nutrisi kurang
jalan nafas perfusi cerebral

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura yaitu: (Nurarif et al, 2015)
a. Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena
peningkatan aktifitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga
dispneu akan semakin meningkat pula.
b. Thoraksentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti
nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu
dikeluarkan untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah
cairan efusi pleura lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru
dapat dikalkukan 1 jam kemudian.
c. Antibiotic
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi.
Antibiotik diberi sesuai hasil kultur kuman.
d. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat melalui
selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah
cairan terakumulasi kembali.
e. Water seal drainage (WSD)
Water seal drainage (WSD) adalah suatu system drainase yang
menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum
pleura atau rongga pleura.

H. Algoritma
BAB III
NURSING PROSES

BAB III

PROSES KEPERAWATAN

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien Efusi Pleura.

A. Pengkajian Keperawatan

1. Data demografi / identitas


a) Biodata pasien : Nama, Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, Agama,
Status, Alamat.
b) Biodata penanggung jawab : Nama, Umur, Jenis kelamin,
Pekerjaan, Agama, Status, Alamat. c. Riwayat kesehatan : keadaan
umum, TTV dan keluhan-keluhan pasien.
2. Keluhan utama Keluhan utama merupakan faktor utama yang
menyebabkan pasien datang kerumah sakit atau mencari pengobatan/
pertolongan. Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan
keluhan berupa sesak nafas, nyeri dada akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokalisir terutama pada saat batuk dan bernafas.
3. Riwayat penyakit sekarang Pasien dengan efusi pleura biasanya akan
diawali dengan tanda-tanda sesak nafas, batuk, nyeri dada, berat badan
menurun dan tanda lainnya. Perlu juga untuk di tanyakan sejak kapan
keluhan tersebut mulai timbul. Apa tindakan yang telah di lakukan untuk
menurunkan atau mengatasi keluhan-keluhan tersebut.
4. Riwayat kesehatan masa lalu Tanyakan kepada pasien apakah pasien
pernah menderita penyakit seperti TBC, pneumonia, gagal jantung,
trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
apakah ada faktor predisposisi atau tidak.
a) Riwayat penyakit keluarga Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit-p[enyakit ynag di sinyalir sebagai penyebab efusi pleura
seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain-lain.
b) Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Adanya tindakan medis dan
perawatan di rumah sakit yang mempengaruhi perubahan persepsi
tentang kesehatan, yang bisa menimbulkan persepsi yang salah
terhadap pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan penggunaan oabt-obatan.
2. Pola nutrisi dan metabolisme Mengukur tinggi badan dan berat badan
untuk mengetahui status nutrisi pasien, perlu juga ditanyakan
kebiasaan makan dan minum sebelum dan setelah masuk rumah sakit.
Pasien dengan efusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan
akibat dari sesak nafas dan nyeri dada.
3. Pola eliminasi Dalam pola eliminasi perlu ditanyakan kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah masuk rumah sakit. Karena keadaan
umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga
akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur
abdomen menyebabkan penurunan peristaltik.
4. Pola aktivitas dan latihan
Karena adanya sesak nafas pasien akan mengalami keleahan pada
saat sesak nafas. Pasien juga akan mengurangi kativitasnya karena
nyeri dada.
5. Pola istrahat dan tidur Pasien akan mengalami gangguan tidur karena
sesak nafas dan nyeri. Hospitalisasi juga dapat membuat pasien
merasa kurang nyaman karena suasanan yang berbeda dengan
suasana rumah.
6. Pola hubungan peran Pasien akan mengalami perubahan peran saat
sakit.
7. Pola tata nilai dan kepercayaan Kaji apakah kehidupan beragama
klien berubah atau tidak saat berada di rumah sakit.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya
ekspansi parusekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungang dengan sekresi
mucus yangkental, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema
tracheal/faringeal
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,
pemeriksaandiagnostik dan rencana pengobatan
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kelemahan, dispneu, anorexia.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas
terhadap efusi pleura, nyeri akut, imobilitas, kelemahan umum.
6. gangguan perfusi cerebral berhubungan dengan inadekuat sirkulasi
oksigen ke otak
C. Intervensi dan implementasi

Dx Intervensi Implemtasi
Ketidakefektifan pola - Identifikasi factor penyebab - mengidentifikasi factor penyebab
pernapasan berhubungan - Observasi tanda- tanda vital ( nadi - mengobservasi tanda- tanda vital
dengan menurunnya dan pernapasan) ( nadi dan pernapasan)
ekspansi parusekunder - Kaji kualitas, frekuensi, dan - mengkaji kualitas, frekuensi, dan
terhadap penumpukan kedalaman pernapasan, serta kedalaman pernapasan, serta
cairan dalam rongga melaporkan setiap perubahan yang melaporkan setiap perubahan yang
pleura. terjadi terjadi
- Baringkan klien dengan kondisi - membaringkan klien dengan
yangnyaman, dalam posisi duduk, kondisi yangnyaman, dalam posisi
dengankepala tempat tidur duduk, dengankepala tempat tidur
ditinggikan 60-90o atau miringkan ditinggikan 60-90o atau miringkan
kearah sisi yang sakit kearah sisi yang sakit
- Lakukan auskultasi suara napas - melakukan auskultasi suara napas
tiap 2-4 jam tiap 2-4 jam
- Bantu dan ajarkan klien untuk - membantu dan ajarkan klien untuk
batuk dannapas dalam yang efektif batuk dannapas dalam yang efektif
- Kolaborasi dengan tim medis lain - mengkolaborasi dengan tim medis
untuk pemberian O2 dan obat- lain untuk pemberian O2 dan
obatan serta fotothoraks. obat-obatan serta fotothoraks.
Ketidakefektifan bersihan - kaji fungsi pernafasan (bunyi - mengkaji fungsi pernafasan (bunyi
jalan nafas yang nafas,kecepatan, irama, kedalaman, nafas,kecepatan, irama,
berhubungang dengan dan penggunaan otot bantu nafas. kedalaman, dan penggunaan otot
sekresi mucus yangkental, - Kaji kemampuan bantu nafas.
kelemahan, upaya batuk mengeluarkan sekresi,catat - mengkaji kemampuan
buruk dan edema karakter dan volume sputum mengeluarkan sekresi,catat
tracheal/faringeal - Berikan posisi karakter dan volume sputum
semifowler/fowler tinggidan - memberikan posisi
bantu klien latihan nafas semifowler/fowler tinggidan
dalam dan batuk efektif bantu klien latihan nafas
- Pertahankan intake cairan dalam dan batuk efektif
sedikitnya2500 ml/hari - mempertahankan intake
kecuali tidak diindikasikan cairan sedikitnya2500
- bersihkan sekret dari mulut ml/hari kecuali tidak
dan trachea bila perlu lakukan diindikasikan
pengisapan ( suction ) - membersihkan sekret dari
- Kolaborasi pemberian obat mulut dan trachea bila perlu
sesuaiindikasi: obat antibiotic lakukan pengisapan ( suction
)
- mengkolaborasi pemberian obat
sesuaiindikasi: obat antibiotic
Ansietas berhubungan - kaji ulang tanda/gejala yang - mengkaji ulang tanda/gejala yang
dengan kurang memerlukan evaluasi medik cepat, memerlukan evaluasi medik cepat,
pengetahuan tentang contoh nyeri dada tiba-tiba, contoh nyeri dada tiba-tiba,
kondisi, dispnea, distress pernapasan lanjut dispnea, distress pernapasan lanjut
pemeriksaandiagnostik - kaji patologi masalah individu - mengkaji patologi masalah
dan rencana pengobatan - identifikasi kemungkinan kambuh/ individu
komplikasi jangka Panjang - mengidentifikasi kemungkinan
- jelaskan hal-hal mengenai penyakit kambuh/ komplikasi jangka
pada pasien dan pengobatan Panjang
- ajarkan tindakan yang dapat - menjelaskan hal-hal mengenai
mengontrol dispnea penyakit pada pasien dan
pengobatan
- mengajarkan tindakan yang dapat
mengontrol dispnea
Nutrisi kurang dari - Catat status nutrisi pasien - menCatat status nutrisi pasien
kebutuhan tubuh b.d. - Awasi masukan/pengeluaran dan - mengAwasi masukan/pengeluaran
kelemahan, dispneu, BB secara periodic dan BB secara periodic
anorexia. - Berikan perawatan mulut sebelum - memBerikan perawatan mulut
dan sesudah Tindakan pernapasan sebelum dan sesudah Tindakan
- Anjurkan makan sedikit tapi sering pernapasan
dengan makanan tinggi protein dan - menganjurkan makan sedikit tapi
karbohidrat sering dengan makanan tinggi
- Rujuk ke ahli gizi untuk komposisi protein dan karbohidrat
diet - merujuk ke ahli gizi untuk
komposisi diet
Intoleransi aktivitas - Jelaskan aktivitas dan factor yang - menJelaskan aktivitas dan factor
berhubungan dengan dapat meningkatkan kebutuhan yang dapat meningkatkan
kerusakan pertukaran gas oksigen kebutuhan oksigen
terhadap efusi pleura, - Anjurkan progam hemat energy, - menganjurkan progam hemat
nyeri akut, imobilitas, buat jadwal aktivitas harian, energy, buat jadwal aktivitas
kelemahan umum. tingkatkan secara bertahap harian, tingkatkan secara bertahap
- Ajarkan teknik napas efektif - mengajarkan teknik napas efektif
- Beri waktu istirahat yang cukup - memberi waktu istirahat yang
- Pertahankan terapi oksigen cukup
tambahan - mempertahankan terapi oksigen
tambahan
gangguan perfusi cerebral - Kaji tingkat kesadaran pasien - mengkaji tingkat kesadaran pasien
berhubungan dengan dengan GCS dengan GCS
inadekuat sirkulasi - Pantau tanda-tanda vital secara - memantau tanda-tanda vital secara
oksigen ke otak teratur teratur
- Pertahankan posisi kepala dalam - mempertahankan posisi kepala
keadaan netral dengan bantal kecil dalam keadaan netral dengan
(posisi elevasi) bantal kecil (posisi elevasi)
- Cegah pasien untuk mengedan, - mencegah pasien untuk mengedan,
batuk keras, berikan periode batuk keras, berikan periode
istirahat cukup, lingkungan istirahat cukup, lingkungan
nyaman. nyaman.

D. Evaluasi

DX Respon
Ketidakefektifan pola pernapasan Prubahan Irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan pasien
berhubungan dengan menurunnya berada dalam batas normal, pada pemeriksaan rontgen thoraks
ekspansi parusekunder terhadap tidak ditemukan lagi adanya akumulasi cairan, dan bunyi napas
penumpukan cairan dalam rongga terdengar jelas.
pleura.

Ketidakefektifan bersihan jalan Pasien mampu melakukan batuk efektif


nafas yang berhubungang dengan Pernafasan kpasien normal (16-20x/menit) tanpa ada
sekresi mucus yangkental, penggunaan otot bantunafas. Bunyi nafas normal, Rh-/- dan
kelemahan, upaya batuk buruk dan pergerakan pernafasan normal
edema tracheal/faringeal

Ansietas berhubungan dengan Pasien mengetahui tentang proses penyakit,program pengobatan


kurang pengetahuan tentang penyakitnya, kecemasan pasien menurun.
kondisi, pemeriksaandiagnostik
dan rencana pengobatan

Nutrisi kurang dari kebutuhan BB pasien meningkat, pasien melakukan pola hidup yang sehat
tubuh b.d. kelemahan, dispneu, untuk meningkatkan/mempertahankan BB yang tepat
anorexia
Intoleransi aktivitas berhubungan Pasien dapat mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan
dengan kerusakan pertukaran gas ditunjukan dengan daya tahan tubuh, penghematan energi, dan
terhadap efusi pleura, nyeri akut, perawatan diri, dan dapat mengurangi dispnea.
imobilitas, kelemahan umum.

gangguan perfusi cerebral Status mental pasien baik, fungsi sensorik dan motoric baik,
berhubungan dengan inadekuat serta tingkat kesadaran pasien dalam keadaan baik
sirkulasi oksigen ke otak

Daftar Pustaka

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2017). Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Berta & Puspita. (2017). Causes of Pleural Efussion in Metro.Argomed
Unila : Lampung.
Hadiarto. (2015). Anatomi dan Fisiologi Paru-Paru. Cv Agung Suseto :
Jakarta.

Wuryantoro. (2016). Kerangka Konsep Efusi Pleura. Universitas Sumatra :


Sumatra.

Amin, Huda. (2015).Konsep Teori Efusi Pleura. Universitas Airlangga :


Surabaya. Hedu.

Auaeto.agung.(2016). Anatomi Dan Fisiologi Paru-Paru. Jakarta. Guyton.


(2007). Ilmu Penyakit Paru. Salemba Medika : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai