N
DENGAN EFUSI PLEURA DEXTRA POST PUNGSI DIRUANG
RAWAT INAP LANTAI 4 RS MEDIKA BSD
(Disusun Untuk Tugas Praktek Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah)
OLEH :
NIM : 211030230275
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain (Nurarif et al, 2015).
Efusi pleura adalah kondisi paru bila terdapat kehadiran dan Peningkatan
cairan yang luar biasa di antara ruang pleura.Pleura adalah selaput tipis
yang melapisi permukaan paru-paru dan bagian dalam dinding dada di luar
paru-paru.Di pleura, cairan terakumulasi di ruang antara lapisan
pleura.Biasanya, jumlah cairan yang tidak terdeteksi hadir dalam ruang
pleura yang memungkinkan paru-paru untuk bergerak dengan lancar
dalam rongga dada selama pernapasan (Philip, 2017).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain (Nurarif & Kusuma, 2015).
Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul dirongga
pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya
(Nair & Peate, 2015).
B. Faktor Resiko
C. Klasifikasi
b. Infeksi
Penyebab dari efusi pleura eksudatif adalah infeksi,
mikroorganismenya adalah virus, bekteri, mikoplasma
maupun mikobakterium. Bakteri dari pneumonia akut
jarang sekali dapat menyebabkan efusi pleura eksudatif,
efusi pleura yang mengandung nanah disertai
mikroorganisme di sebut dengan empyema. Selain
empyema pneumonia yang disebabkan oleh virus dan
mikoplasma juga dapat menyababkan efusi pleura
d. Penyakit intraabdominal
Efusi pleura yang disebabkan oleh penyakit intra
abdominalis tidak hanya dapat menyebabkan efusi pleura
eksudatif saja tetapi dapat juga menyebabkan efusi pleura
transudatif tergantung pada jenis penyababnya. Penyakit
intraabdominal yang dapat menyebabkan efusi pleura
eksudatif adalah kasus pasca bedah abdomen, perforasi
usus, dan hepatobiliar yang dapat menyababkan abses
subdiafragmatika. Hal yang sering ditemukan sebagai
penyabab efusi pleura dari penyakit intra abdominalis
adalah abses hepar karena amoba.
e. Immunologic
Imunologik yang dapat menyababkan efusi pleura adalah
seperti efusi rheumatoid, efusi lupus, efusi sarkoidosis,
granulomatosis wagener, sindrom sjogren, paska cedera
jantung, emboli paru, paru uremik dan sindrom meig.
Efusi pleura rheumatoid banyak di jumpai pada pasien laki-
laki dibandingkan pada pasien perempuan. Biasanya pasien
rheumatoid tingkat sedang sampai berat yang mempunyai
nodul subkutan dapat menyabkan efusi pleura rheumatoid.
Pada pasien efusi pleura rheumatoid pasien mengaluhkan
nyeri pleuritik dan sesak napas.
E. Manifestasi Klinis
F. Patofisilogi
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis
dan pleura viceralis, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan
antara 10 cc - 20 cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu
bergerak teratur. Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua
pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain. Di
ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan selanjutnya di
absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada
pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura viceralis.Cairan
kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil
diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal.Hal yang memudahkan
penyerapan cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak
mikrovili disekitar sel-sel mesofelial.Jumlah cairan dalam rongga pleura
tetap karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi.Keadaan
ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic 15
koloid. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah
satunya adalah infeksi tuberkulosa paru .Terjadi infeksi tuberkulosa paru,
yang pertama basil Mikobakterium tuberkulosa masuk melalui saluran
nafas menuju alveoli, terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini
akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis
local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah bening akan
mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran akan
meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam
rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura akibat dari tuberkulosa
paru melalui focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening.
Sebab lain dapat juga dari robekkan kearah saluran getah bening yang
menuju rongga pleura, iga atau columna vetebralis. Adapun bentuk cairan
efusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan eksudat, yaitu berisi
protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena kegagalan aliran
protein getah bening.Cairan ini biasanya serous, kadang-kadang bisa juga
hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung leukosit
antara 500-2000. Mula-mula yang dominan adalah sel-sel
polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan efusi sangat sedikit
mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan efusi bukanlah karena
adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya efusi pleura dapat
menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain: Irama 16 pernapasan
tidak teratur, frekuensi pernapasan meningkat, pergerakan dada asimetris,
dada yang lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain
hal - hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh efusi pleura
yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk
dan berat badan menurun (Nair & Peate, 2015
G. Pathway
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Penatalaksanaan Medis
1. Tirah baring
2. Thoraksentesis
4. Pleurodesis17
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat
melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan
pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
A. Pengkajian
Jam :09.30
Pengkajian tgl : 23 November 2021 NO. RM : 140845
Tanggal MRS : 23 – 11 - 2021 Dx. Masuk :efusi pleura dextra
Ruang/Kelas :lantai 4 vip postpungsi
Dokter yang merawat :dr.Pram SP.P
Nama :Nn.N
:
Identit
Masalah:
Irama jantung: ● Reguler Ireguler S1/S2 tunggal Ya Tidak
Kardiovaskuler
Penglihatan (mata)
Pupil :● Isokor Anisokor Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : Anemis Ikterus ● Lain-lain:
Lain-lain : tidak ada
Pendengaran/telinga :
Gangguan pendengaran : Ya ● Tidak Jelaskan: dapat mendengar dengan jelas
Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk : ● Normal Tidak Jelaskan:dapat membedakan bau
Gangguan Penciuman : Ya ●Tidak Jelaskan:
Lain-lain
Masalah: tidak ada masalah penginderaan
Abdomen :
Kembung Tegang Ascites Nyeri tekan,
lokasi:seluruh lapangan perut
Peristaltik : 35 x/mnt
Pembesaran hepar Ya ●Tidak
Pembesaran lien Ya ●Tidak
Buang air besar 1x/hari Teratur:●Ya Tidak
Konsistensi Bau: amis Warna:kuning
Lain-lain:lendir
Masalah:
Kemampuan pergerakan sendi:● Bebas Terbatas
Kekuatan Otot: 5 5
55
Kulit
Muskuloskeletal/ Integumen
Masalah:
Risiko
- RL 12 jam/kolf
C. Diagnosa keperawatan
1. Pola napas tidak efektif (D.0005) b.d hambatan upaya napas d.d sesak
saat bernafas.
2. Gangguan rasa nyaman (D.0074) b.d Gejala penyakit d.d klien
mengatakan nyeri saat bernafas
3. Hipertermia (D.0130) b.d Proses penyakit (infeksi) d.d S.38,9
D. Rencana AsuhanKeperawatan
No Mrs : 140845
NPM : 211030230275
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
E. Catatan Perawatan
DK
23 1 Manajemen pola S: - klien mengatakan masih sesak saat
napas (I.01011)
bernafas
november
Observasi O : - klien tampak masih lemah
2021
- Monitor pola - Klien tampak masih sesak
09.30 nafas (frekuensi, - Terpasang o2 nasal kanul
kedalaman,
- Spo2 95
11.00
13.00 usaha nafas) - Rr 22x/menit
- Monitor bunyi - Adanya bunyi napas tambahan
14.30 nafas tambahan
ronchi
(mis. Gurgling,
16.00
mengi, wheezing A :masalah pola napas tidak efektif
,ronchi kering) belum teratasi
Terapeutik P: lanjutkan intervensi
trauma
sevikal)
- Posisikan
semi-
fowler
atau
fowler
- Berikan
oksigen
jika perlu
Edukasi
- Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspek
toran, mukolitik, jika
perlu
10.00 2 Rencana S
keperawatan
12.30 - Pasien mengatakan nyeri saat
(Tingkat nyeri,
14.00 bernafas
l.08238) :
15.00 Observasi - Pasien mengatakan sesak
- Identifikasi
O
lokasi,karakteristik,du
- Pasien tampak sulit bernafas
rasi,frekuensi, dan
intensitas nyeri - Pasien tampak lemah
- Identifikasi skala
- Ku baik
nyeri
- Kesadaran composmentis
- Identifikasi faktor
yang memperberat - N 99x/mnt
dan memperingan
- RR 24
nyeri
- Monocyte (sel darah putih)17,4
Terapeutik
- Berikan teknik - Skala nyeri 6
nonfarmakologis
- P : Efusi pleura dextra
untuk mengurangi
- Q : pasien mengatakan nyeri
rasa nyeri (teknik
nafas dalam,kompers seperti tertusuk
hangat/dingin)
- R : pasien mengatakan nyeri
- Kontrol lingkungan
hanya dibagian dada kanan
yang memperberat
nyeri (suhu - S :skala nyeri 6
ruangan,pencahayaan
- T : nyeri saat bernafas
dan kebisingan)
A
- Fasilitasi istirahat dan
tidur Masalah gangguan rasa nyaman belum
Edukasi
teratasi
- Jelaskan penyebab,
P: lanjutkan intervensi
periode dan pemicu
nyeri - Identifikasi skala nyeri
- Jelaskan strategi - Fasilitasi istirahat dan tidur
meredekan nyeri - Jelaskan strategi meredekan nyeri
- Anjurkan - Anjurkan menggunakan analgetik
menggunakan secara tepat
analgetik secara tepat - Ajarkan teknik nonfarmakologis
- Ajarkan teknik untuk mengurangi rasa nyeri
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
11.30 3 Manajemen S:
Hipertermia (I.15506)
15.40 Observasi - Klien mengatakan masih demam
- Identifikasi
16.30 - Klien mengatakan menggigil
penyebab
17.00 O
hipertermia
- Monitor suhu tubuh - S. 38,0
- Monitor kadar
- Klien tampak pucat
elektrolit
- Klien tampak menggigil
- Monitor haluaran
urine - Ku baik
- Monitor komplikasi
- Kesadaran composmentis
akibat hipertermia A:
Terapeutik
Masalah hipertermia belum teratasi
- Sediakan lingkungan
P:
yang dingin
- Longgarkan atau Lanjutkan intervensi
lepaskan pakaian
- Monitor suhu tubuh
- Basahi dan kipasi
- Berikan cairan oral
permukaan tubuh
- Ganti linen setiap hari atau lebih
- Berikan cairan oral
sering jika mengalami
- Ganti linen setiap
hyperhidrosis
hari atau lebih sering
- Hindari pemberian antipiretik atau
jika mengalami
aspirin
hiperhidrosis
- Anjurkan tirah baring
- Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen bila
perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat
DK
24nove 1 Manajemen pola S: - klien mengatakan masih sesak saat
napas (I.01011)
bernafas
mber
2021 Observasi - Klein mengatakan nyeri saat
- Monitor pola nafas bernafas sudah berkurang
14.00
(frekuensi, O : - klien tampak masih lemah
15.30 kedalaman, usaha
- Klien tampak masih sesak
nafas)
17.00 - Monitor bunyi - Terpasang o2 nasal kanul
nafas tambahan - Spo2 97
19.00
(mis. Gurgling, - Rr 21x/menit
mengi, wheezing
,ronchi kering) - Adanya bunyi napas tambahan
ronchi
Terapeutik
A :masalah pola napas tidak efektif
- Posisikan
teratasi sebagian
semi-fowler P: lanjutkan intervensi
- Monitor bunyi nafas tambahan
atau fowler
(mis. Gurgling, mengi,
- Berikan wheezing ,ronchi kering)
- Ajarkan teknik batuk efektif
oksigen - Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,
jika perlu mukolitik, jika perlu
Edukasi
- Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,eksp
ektoran, mukolitik,
jika perlu
24 2 Rencana keperawatan S
(Tingkat nyeri,
novemb - Pasien mengatakan masih nyeri
l.08238) :
er 2021 saat bernafas
Observasi
15.00 - Identifikasi skala nyeri - Pasien mengatakan masih sesak
Terapeutik
16.00 O
- Fasilitasi istirahat dan
17.30 - Pasien tampak lemah
tidur
18.00 Edukasi - Ku baik
- Jelaskan penyebab,
- Kesadaran composmentis
periode dan pemicu
- N 78x/mnt
nyeri
- Jelaskan strategi - RR 22
meredekan nyeri
- Terpasang nasal kanul 2ltr
- Anjurkan
- Skala nyeri 4
menggunakan analgetik
secara tepat - P : Efusi pleura dextra
- Ajarkan teknik
- Q : pasien mengatakan nyeri
nonfarmakologis untuk
seperti tertusuk
mengurangi rasa nyeri
- R : pasien mengatakan nyeri
- S :skala nyeri 4
teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
DK
25 1 Manajemen pola S: - klien mengatakan sudah tidak
napas (I.01011)
sesak
novemb
Observasi - Klein mengatakan sudah tidak
er 2021
- Monitor bunyi nyeri saat bernafas
21.00 nafas tambahan O:
(mis. Gurgling,
mengi, wheezing - Klien tampak bernafas dengan
22.00
,ronchi kering) baik
02.00
Edukasi - Spo2 99
04.00 - Rr 20x/menit
- Ajarkan teknik
batuk efektif A :masalah pola napas tidak efektif
06.00
teratasi
Kolaborasi
P: intervensi dihentikan pasien pulang
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,eksp
ektoran, mukolitik,
jika perlu
25 2 Rencana keperawatan S
(Tingkat nyeri,
novemb - Pasien mengatakan sudah tidak
l.08238) :
er 2021 nyeri
Observasi
22.30 - Identifikasi skala nyeri - Pasien mengatakan sesak
Terapeutik
00.30 berkurang
- Fasilitasi istirahat dan
01.00 O
tidur
Edukasi - Ku baik
- Ajarkan teknik
- Kesadaran composmentis
nonfarmakologis untuk
- N 73x/mnt
mengurangi rasa nyeri
- RR 20
- Skala nyeri 2
A
Masalah gangguan rasa nyaman
teratasi
P: intervensi dihentikan
Discharge planning
25 3 Manajemen S:
Hipertermia (I.15506)
novemb Observasi - Klien mengatakan sudah tidak
- Monitor suhu tubuh
er 2021 demam
Terapeutik
03.00 O
- Berikan cairan oral
04.30 - Ganti linen setiap hari - S. 36,2
atau lebih sering jika
06.30 - Ku baik
mengalami
- Kesadaran composmentis
hiperhidrosis
- Hindari pemberian A:
antipiretik atau aspirin
Masalah hipertermia teratasi
- Berikan oksigen bila
P: intervensi dihentikan pasien pulang
perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Pct infus 1x1
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alomedika.com/penyakit/kardiologi/efusi-pleura/etiologi
Imelda, P., Gabriella Berta, B., & Tri, U. S. (2017).Penyebab Efusi Pleura di Kota Metro
pada tahun 2015. Jurnal Agromedicine, 4(1), 25-32
Dewi, H., & Fairuz, F. (2020). KARAKTERISTIK PASIEN EFUSI PLEURA DI KOTA
JAMBI. Jambi Medical Journal, 8(1), 54-59.