Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. H DENGAN STROKE

HEMOROGIC DIRUANG UNIT GAWAT DARURAT

Untuk Memenuhi Tugas Stase Gawat Darurat

Di Rumah Sakit Syarif Hidayatulloh

Dosen Pembimbing : Ns.Lukman Handoyo S.Kep

Nama Kelompok :

1. Amira Abas 6. Laelatul Aamaliyah

2. Atika Melia Utami 7. Linda DwiOktaviani

3. Ellza Warokah 8. Nur Awalliyah

4. Ezra Apriyesi 9. Shifa Nurfiana

5. Helda Novita Yansen 10. Yussi Apriani

Program Studi Profesi Ners

STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Tahun 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala kuasa dan karunia

yang diberikan sehigga penulis dapat menyelesaikan Profesi Ners yang berjudul”

Laporan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. H Dengan Stroke Himorogic Di

Ruang Unit Gawat Daruat di RS. Syarif Hidayatulloh”. Profesi Ners ini diajukan

untuk memenuhi tugas Gawat Darurat di RS. Syarif Hidayatulloh.

Dalam menyelesaikan tugas ini penulisan menyadari bahwa banyak mendapat

bantuan berupa bimbingan, arahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Dr. (HC) Drs.H.Darsono Selaku Ketua Yayasan STIKes Widya Dharma

Husada Tangerang

2. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kes Selaku Ketua STIKes Widya Dharma

Husada Tangerang

3. Dr. H. M. Hasan, SKM., M.Kes Selaku Wakil Ketua 1 Bidang Akademik

STIKes Widya Darma Husada

4. Siti Novy Romlah, SST., M.Epid Selaku Wakil Ketua 2 Bidang Akademik

Stikes Widya Dharma Husada

5. Ida Listiana, SST, M.Kes Selaku Wakil Ketua 3 Bidang Akademik Stikes

Widya Dharma Husada

6. Ns. Dewi Fitriani, S.Kep., M.Kep Selaku Ketua Studi s1 Keperawatan dan

Pendidikan Profesi Ners Stikes Widya Dharma Husada Tangerang

1
7. Ns. Lukman Handoyo S.Kep Selaku Pembimbing Profesi Ners Yang Telah

Memberikan Arahan Dan Bimbingan.

Dengan berbagai keterbatasan dalam pembuatan Skripsi ini, penulis menerima

kritik dan saran yang bersifat membangun guna memperbaikan laporan penelitian

ini.

Tangerang, 17 Oktober 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I TINJAUAN TEORI......................................................................................4
A. KONSEP DASAR STROKE........................................................................4
1. Definisi......................................................................................................4
2. Etiologi......................................................................................................5
3. Klasifikasi.................................................................................................8
4. Manifestasi Klinis..................................................................................10
5. Patofisiologi............................................................................................11
6. Pathway..................................................................................................14
7. Komplikasi.............................................................................................15
8. Penatalaksanaan....................................................................................15
BAB II TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN...................................................19
A. ASUHAN KEPERWATAN.......................................................................19
1. Pengkajian..............................................................................................19
2. Diagnosa.................................................................................................20
3. Teori Intervensi.....................................................................................22
4. Teori Implementasi...............................................................................26
5. Teori Evaluasi........................................................................................27
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................29
A. Pengkajian Data Umum.............................................................................29
B. Pengkajian Data Dasar...............................................................................30
1. ANALISA DATA..........................................................................................33
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN...................................................................36
3. RENCANA KEPERAWATAN.....................................................................36
4. CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI...................................41

3
BAB IV SARAN DAN KESIMPULAN...............................................................44
A. KESIMPULAN...........................................................................................44
B. SARAN.........................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46

4
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR STROKE

1. Definisi

Menurut Junaidi pada 2011 menjelaskan bahwa stroke merupakan penyakit atau

gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat

terhambatnya aliran darah ke otak. Stroke merupakan salah satu penyakit

kardiovaskuler yang berpengaruh terhadap arteri utama menuju dan berada di

otak (National Stroke Association, 2012). Stroke juga bisa diartikan sebagai

gejala–gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan penyakit pembuluh

darah otak dan bukan oleh lainnya (Adib, 2009).

Stroke dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Umumnya sekitar

50% kasus stroke hemoragik akan berujung kematian, sedangkan stroke iskemik

hanya 20% yang berakibat kematian. Stroke hemoragik disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah arteri ke otak sehingga terhalangnya suplai darah

menuju otak. Penyebab arteri pecah tersebut misalnya tekanan darah yang

mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat (Junaidi, 2011).

Tekanan darah tinggi / hipertensi merupakan faktor risiko paling penting

berdasarkan derajat risiko terjadinya stroke. Menurut Tarwoto (2013), 50- 70%

kasus stroke disebabkan karena hipertensi. Faktor lain nya seperti merokok,

hiperlipidemia, fibrilasi atrium, penyakit jantung iskemik, penyakit katup

jantung dan diabetes (Goldszmith, 2013). Berdasarkan data prevalensi hipertensi

5
6

sebagai faktor risiko utama yang makin meningkat di Indonesia yaitu sekitar

95%, maka para ahli epidemiologi meramalkan bahwa saat ini dan masa yang

akan datang sekitar 12 juta penduduk Indonesia yang berumur diatas 35 tahun

mempunyai potensi terkena stroke (Yastroki dalam Sikawin 2013).

2. Etiologi

Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke hemoragik)

disebabkan oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya

misalnya tekanan darah yang mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat.

Peningkatan tekanan darah yang mendadak tinggi juga dapat disebabkan oleh

trauma kepala atau peningkatan tekanan lainnya, seperti mengedan, batuk keras,

mengangkat beban, dan sebagainya. Pembuluh darah pecah umumnya karena

arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang disebut aneurisma atau

arteri yang lecet bekas plak aterosklerotik (Junaidi, 2011).

Selain hal-hal yang disebutkan diatas, ada faktor-faktor lain yang menyebabkan

stroke (Arum, 2015) diantaranya :

a. Faktor risiko medis

Faktor risiko medis yang memperparah stroke adalah:

1) Arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah)

2) Adanya riwayat stroke dalam keluarga (factor keturunan)

3) Migraine (sakit kepala sebelah)

b. Faktor risiko pelaku Stroke sendiri bisa terjadi karena faktor risiko pelaku.

Pelaku menerapkan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Hal ini

terlihat pada :

1) Kebiasaan merokok

2) Mengosumsi minuman bersoda dan beralkhohol

3) Suka menyantap makanan siap saji (fast food/junkfood)


7

4) Kurangnya aktifitas gerak/olahrag

5) Suasana hati yang tidak nyaman, seperti sering marah tanpa alasan yang

jelas

c. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

1) Hipertensi (tekanan darah tinggi)

Tekanan darah tinggi merupakan peluang terbesar terjadinya stroke.

Hipertensi mengakibatkan adanya gangguan aliran darah yang mana

diameter pembuluh darah akan mengecil sehingga darah yang mengalir

ke otak pun berkurang. Dengan pengurangan aliran darah ke otak, maka

otak kekurangan suplai oksigen dan glukosa, lamakelamaan jaringan

otak akan mati

2) Penyakit jantung Penyakit jantung seperti koroner dan infark miokard

(kematian otot jantung) menjadi factor terbesar terjadinya stroke.

Jantung merupakan pusat aliran darah tubuh. Jika pusat pengaturan

mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh pun menjadi terganggu,

termasuk aliran darah menuju otak. Gangguan aliran darah itu dapat

mematikan jaringan otak secara mendadak ataupun bertahap.

3) Diabetes mellitus Pembuluh darah pada penderita diabetes melltus

umumnya lebih kaku atau tidak lentur. Hal ini terjadi karena adanya

peningkatan atau oenurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba

sehingga dapat menyebabkan kematian otak

4) Hiperkolesterlemia Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kadar

kolesterol dalam darah berlebih. LDL yang berlebih akan

mengakibatkan terbentuknya plak pada pembuluh darah. Kondisi seperti

ini lama-kelamaan akan menganggu aliran darah, termasuk aliran darah

ke otak.
8

5) Obesitas Obesitas atau overweight (kegemukan) merupakan salah satu

faktor terjadinya stroke. Hal itu terkait dengan tingginya kadar

kolesterol dalam darah. Pada orang dengan obesitas, biasanya kadar

LDL (LowDensity Lipoprotein) lebih tinggi disbanding kadar HDL

(HighDensity Lipoprotein). Untuk standar Indonesia,seseorang

dikatakan obes jika indeks massa tubuhnya melebihi 25 kg/m.

sebenarnya ada dua jenis obesitas atau kegemukan yaitu obesitas

abdominal dan obesitas perifer. Obesitas abdominal ditandai dengan

lingkar pinggang lebih dari 102 cm bagi pria dan 88 cm bagi wanita

6) Merokok Menurut berbagai penelitian diketahui bahwa orang-orang

yang merokok mempunyai kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi

dibanding orang-orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar

fibrinogen mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah

sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku. Karena pembuluh

darah menjadi sempit dan kaku, maka dapat menyebabkan gangguan

aliran darah.

d. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

1) Usia Semakin bertambahnya usia, semakin besar resiko terjadinya

stroke. Hal ini terkait dengan degenerasi (penuaan) yang terjadi

secara alamiah. Pada orang-orang lanjut usia, pembuluh darah lebih

kaku karena banyak penimbunan plak. Penimbunan plak yang

berlebih akan mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke tubuh,

termasuk otak.

2) Jenis kelamin Dibanding dengan perempuan, laki-laki cenderung

beresiko lebih besar mengalami stroke. Ini terkait bahwa laki-laki


9

cenderung merokok. Bahaya terbesar dari rokok adalah merusak

lapisan pembuluh darah pada tubuh.

3) Riwayat keluarga Jika salah satu anggota keluarga menderita stroke,

maka kemungkinan dari keturunan keluarga tersebut dapat

mengalami stroke. Orang dengan riwayat stroke pada keluarga

memiliki resiko lebih besar untuk terkena stroke disbanding dengan

orang yang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.

4) Perbedaan ras Fakta terbaru menunjukkan bahwa stroke pada orang

Afrika-Karibia sekitar dua kali lebih tinggi daripada orang non-

Karibia. Hal ini dimungkinkan karena tekanan darah tinggi dan

diabetes lebih sering terjadi pada orang afrika-karibia daripada orang

non-Afrika Karibia. Hal ini dipengaruhi juga oleh factor genetic dan

faktor lingkungan.

3. Klasifikasi

1. Klasifikasi Stroke Hemoragik

a. Perdarahan intra serebral (PIS)

Perdarahan Intra Serebral diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah

intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan kemudian

masuk ke dalam jaringan otak (Junaidi, 2011).

Penyebab PIS biasanya karena hipertensi yang berlangsung lama lalu

terjadi kerusakan dinding pembuluh darah dan salah satunya adalah

terjadinya mikroaneurisma. Faktor pencetus lain adalah stress fisik, emosi,

peningkatan tekanan darah mendadak yang mengakibatkan pecahnya

pembuluh darah. Sekitar 60-70% PIS disebabkan oleh hipertensi.

Penyebab lainnya adalah deformitas pembuluh darah bawaan, kelainan


10

koagulasi. Bahkan, 70% kasus berakibat fatal, terutama apabila

perdarahannya luas (masif) (Junaidi, 2011).

b. Perdarahan ekstra serebral / perdarahan sub arachnoid (PSA)

Perdarahan sub arachnoid adalah masuknya darah ke ruang subarachnoid

baik dari tempat lain (perdarahan subarachnoid sekunder) dan sumber

perdarahan berasal dari rongga subarachnoid itu sendiri (perdarahan

subarachnoid primer) (Junaidi, 2011)

Penyebab yang paling sering dari PSA primer adalah robeknya aneurisma

(51-75%) dan sekitar 90% aneurisma penyebab PSA berupa aneurisma

sakuler congenital, angioma (6-20%), gangguan koagulasi (iatronik/obat

anti koagulan), kelainan hematologic (misalnya trombositopenia,

leukemia, anemia aplastik), tumor, infeksi (missal vaskulitis, sifilis,

ensefalitis, herpes simpleks, mikosis, TBC), idiopatik atau tidak diketahui

(25%), serta trauma kepala (Junaidi, 2011)

Sebagian kasus PSA terjadi tanpa sebab dari luar tetapi sepertiga kasus

terkait dengan stress mental dan fisik. Kegiatan fisik yang menonjol

seperti : mengangkat beban, menekuk, batuk atau bersin yang terlalu keras,

mengejan dan hubungan intim (koitus) kadang bisa jadi penyebab (Junaidi,

2011).

leukemia, anemia aplastik), tumor, infeksi (missal vaskulitis, sifilis,

ensefalitis, herpes simpleks, mikosis, TBC), idiopatik atau tidak diketahui

(25%), serta trauma kepala (Junaidi, 2011)

Sebagian kasus PSA terjadi tanpa sebab dari luar tetapi sepertiga kasus

terkait dengan stress mental dan fisik. Kegiatan fisik yang menonjol

seperti : mengangkat beban, menekuk, batuk atau bersinyang terlalu keras,

mengejan dan hubungan intim (koitus) kadang bisa jadi penyebab (Junaidi,
11

2011).

4. Manifestasi Klinis

Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau

bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi

kolateral. Pada stroke hemoragik, gejala klinis meliputi:

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau

hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak.

Kelumpuhan terjadi akibat adanya kerusakan pada area motorik di korteks

bagian frontal, kerusakan ini bersifat kontralateral artinya jika terjadi

kerusakan pada hemisfer kanan maka kelumpuhan otot pada sebelah kiri.

Pasien juga akan kehilangan kontrol otot vulenter dan sensorik sehingga

pasien tidak dapat melakukan ekstensi maupun fleksi.

b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan

Gangguan sensibilitas terjadi karena kerusakan system saraf otonom dan

gangguan saraf sensorik.

c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), terjadi

akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak atau

terjadinya gangguan metabolik otak akibat hipoksia

d. Afasia (kesulitan dalam bicara)

Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi bicara, termasuk dalam

membaca, menulis dan memahami bahasa. Afasia terjadi jika terdapat

kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada pada hemisfer kiri dan
12

biasanya terjadi pada stroke dengan gangguan pada arteri middle sebelah kiri.

Afasia dibagi menjadi 3 yaitu afasia motorik, sensorik dan afasia global.

Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika area pada area Broca, yang terletak

pada lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien dapat memahami lawan

bicara tetapi pasien tidak dapat mengungkapkan dan kesulitan dalam

mengungkapkan bicara. Afasia sensorik terjadi karena kerusakan pada area

Wernicke, yang terletak pada lobus temporal. Pada afasia sensori pasien tidak

dapat menerima stimulasi pendengaran tetapi pasien mampu mengungkapkan

pembicaraan. Sehingga respon pembicaraan pasien tidak nyambung atau

koheren. Pada afasia global pasien dapat merespon pembicaraan baik

menerima maupun mengungkapkan pembicaraan.

e. Disatria (bicara cedel atau pelo)

Merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi sehingga ucapannya

menjadi tidak jelas. Namun demikian, pasien dapat

5. Patofisiologi

Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensisitif oksigen dan glukosa karena

jaringan otak tidak dapat menyimpan kelebihan oksigen dan glukosa seperti

halnya pada otot. Meskipun berat otak sekitar 2% dari seluruh badan, namun

menggunakan sekitar 25% suplay oksigen dan 70%glukosa. Jika aliran darah ke

otak terhambat maka akan terjadi iskemia dan terjadi gangguan metabolism otak

yang kemudian terjadi gangguan perfusi serebral. Area otak disekitar yang

mengalami hipoperfusi disebut penumbra. Jika aliran darah ke otak terganggu,

lebih dari 30 detik pasien dapat mengalami tidak sadar dan dapat terjadi

kerusakan jaringan otak yang permanen jika aliran darah ke otak terganggu lebih

dari 4 menit. (Tarwoto, 2013)


13

Untuk mempertahankan aliran darah ke otak maka tubuh akan melakukan dua

mekanisme tubuh yaitu mekanisme anastomis dan mekanisme autoregulasi.

Mekanisme anastomis berhubungan dengan suplai darah ke otak untuk

pemenuhan kebutuhan oksigen dan glukosa. Sedangkan mekanisme autoregulasi

adalah bagaimana otak melakukan mekanisme/usaha sendiri dalam menjaga

keseimbangan. Misalnya jika terjadi hipoksemia otak maka pembuluh darah otak

akan mengalami vasodilatasi (Tarwoto, 2013)

a. Mekanisme anastomis

Otak diperdarahi melalui 2 arteri karotis dan 2 arteri vertebralis. Arteri

karotis terbagi manejadi karotis interna dan karotis eksterna. Karotis interna

memperdarahi langsung ke dalam otak dan bercabang kira-kira setinggi

kiasma optikum menjadi arteri serebri anterior dan media. Karotis eksterna

memperdarahi wajah, lidah dna faring, meningens. Arteri vertebralis berasal

dari arteri subclavia. Arteri vertebralis mencapai dasar tengkorak melalui

jalan tembus dari tulang yang dibentuk oleh prosesus tranverse dari vertebra

servikal mulai dari c6 sampai dengan c1. Masuk ke ruang cranial melalui

foramen magnum, dimana arteri-arteri vertebra bergabung menjadi arteri

basilar. Arteri basilar bercabang menjadi 2 arteri serebral posterior yang

memenuhi kebutuhan permukaan medial dan inferior arteri baik bagian

lateral lobus temporal dan occipital. Meskipun arteri karotis interna dan

vertebrabasilaris merupakan 2 sistem arteri yang terpisah yang mengaliran

darah ke otak, tapi ke duanya disatukan oleh pembuluh dan anastomosis yang

membentuk sirkulasi wilisi. Arteri serebri posterior dihubungkan dengan

arteri serebri media dan arteri serebri anterior dihubungkan oleh arteri

komunikan anterior sehingga terbentuk lingkaran yang lengkap. Normalnya


14

aliran darah dalam arteri komunikans hanyalah sedikit. Arteri ini merupakan

penyelamat bilamana terjadi perubahan tekanan darah arteri yang dramatis.

b. Mekanisme autoregulasi

Oksigen dan glukosa adalah dua elemen yang penting untuk metabolisme

serebral yang dipenuhi oleh aliran darah secara terus-menerus. Aliran darah

serebral dipertahankan dengan kecepatan konstan 750ml/menit. Kecepatan

serebral konstan ini dipertahankan oleh suatu mekanisme homeostasis

sistemik dan local dalam rangka mempertahankan kebutuhan nutrisi dan

darah secara adekuat. Terjadinya stroke sangat erat hubungannya dengan

perubahan aliran darah otak, baik karena sumbatan/oklusi pembuluh darah

otak maupun perdarahan pada otak menimbulkan tidak adekuatnya suplai

oksigen dan glukosa. Berkurangnya oksigen atau meningkatnya

karbondioksida merangsang pembuluh darah untuk berdilatasi sebagai

kompensasi tubuh untuk meningkatkan aliran darah lebih banyak. Sebalikya

keadaan vasodilatasi memberi efek pada tekanan intracranial. Kekurangan

oksigen dalam otak (hipoksia) akan menimbulkan iskemia. Keadaan iskemia

yang relative pendek/cepat dan dapat pulih kembali disebut transient

ischemic attacks (TIAs). Selama periode anoxia (tidak ada oksigen)

metabolism otak cepat terganggu. Sel otak akan mati dan terjadi perubahan

permanen antara 3-10 menit anoksia.


15

6. Pathway

Faktor pencetus (Hipertensi)

Penimbunan lemak/ kolestrol dalam darah

Lemak yang sudah nekrotik dan berdegenerasi

Infiltrasi limfosit (trombbus)

Pembuluh darah kaku dan pecah

Stroke hemoragik Kompersi jaringan otak

Peningkatan TIK
Proses metabolisme dalam otak
terganggu

Nyeri Akut
Penurunan suplai darah
oksigen ke otak

Arteri vertebra basilasris


Gg. Perfusi serebral

Kelemahan anggota gerak

Gg Mobilitas Fisik

Sumber : (Nurarif & Hardhi, 2015)


16

7. Komplikasi

a) Adapun kompilasi Stroke Hemoragik menurut Sudoyo, (2009) yaitu:

Hipoksi Serebral Diminimalkan dengan memberikan oksigenasi

darah adekuat di otak

b) Penurunan aliran darah serebral Tergantung pada tekanan darah

curah jantung, dan integritas pembuluh darah.

c) Embolisme Serebral Dapat terjadi setelah infrak miokard atau

fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik.

d) Distritmia Dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan

penghentian trombus lokal.

8. Penatalaksanaan

Menurut Tarwoto (2013), penatalaksanaan stroke terbagi atas :

a. Penatalaksanaan umum

1) Pada fase akut

a) Terapi cairan, stroke beresiko terjadinya dehidrasi karena

penurunan kesadaran atau mengalami disfagia. Terapi cairan

ini penting untuk mempertahankan sirkulasi darah dan

tekanan darah. The American Heart Association sudah

menganjurkan normal saline 50 ml/jam selama jam-jam

pertama dari stroke iskemik akut. Segera setelah stroke


17

hemodinamik stabil, terapi cairan rumatan bisa diberikan

sebagai KAEN 3B/KAEN 3A. Kedua larutan ini lebih baik

pada dehidrasi hipertonik serta memenuhi kebutuhan

hemoestasis kalium dan natrium. Setelah fase akut stroke,

larutan rumatan bisa diberikan untuk memelihara hemoestasis

elektrolit, khususnya kalium dan natrium.

b) Terapi oksigen, pasien stroke iskemik dan hemoragik

mangalami gangguan aliran darah ke otak. Sehingga

kebutuhan oksigen sangat penting untuk mengurangi hipoksia

dan juga untuk mempertahankan metabolism otak.

Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen, penggunaan

ventilator, merupakan tindakan yang dapat dilakukan sesuai

hasil pemeriksaan analisa gas darah atau oksimetri

c) Penatalaksanaan peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)

Peningkatan intra cranial biasanya disebabkan karena edema

serebri, oleh karena itu pengurangan edema penting

dilakukan misalnya dengan pemberian manitol, control atau

pengendalian tekanan darah

d) Monitor fungsi pernapasan : Analisa Gas Darah

e) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG

f) Evaluasi status cairan dan elektrolit

g) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan,

dan cegah resiko injuri


18

h) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi

labung dan pemberian makanan

i) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan j)

Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran,

keadaan pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus cranial

dan reflex

2) Fase rehabilitasi

a) Pertahankan nutrisi yang adekuat

b) Program manajemen bladder dan bowel

c) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi

(ROM)

d) Pertahankan integritas kulit

e) Pertahankan komunikasi yang efektif

f) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

g) Persiapan pasien pulang

3) Pembedahan Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih

dari 3 cm atau volume lebih dari 50 ml untuk dekompresi atau

pemasangan pintasan ventrikuloperitoneal bila ada hidrosefalus

obstrukis akut.

4) Terapi obat-obatan

a) Antihipertensi : Katropil, antagonis kalsium

b) Diuretic : manitol 20%, furosemid


19

c) Antikolvusan : fenitoin Sedangkan menurut Batticaca (2008),

terapi perdarahan dan perawatan pembuluh darah pada pasien

stroke perdarahan adalah :

a) Antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis

kecil (1) Aminocaproic acid 100-150 ml% dalama cairan

isotonic 2 kali selama 3-5 hari, kemudian 1 kali selama 1-3

hari (2) Antagonis untuk pencegahan permanen : Gordox

dosis pertama 300.000 IU kemudian 100.000 IU 4 kali perhar

i IV ; Contrical dosis pertama 30.000 ATU, kemudaian

10.000 ATU 2 kali per hari selama 5-10 hari

b) Natrii Etamsylate (Dynone) 250 mg x 4 hari IV sampai 10

hari

c) Kalsium mengandung obat ; Rutinium, Vicasolum,

Ascorbicum

d) Profilaksis Vasospasme (1) Calcium-channel antagonis

(Nimotop 50 ml [10 mg per hari IV diberikan 2 mg per jam

selama 10-14 hari]) (2) Berikan dexason 8 4 4 4 mg IV (pada

kasus tanpa DM, perdarahan internal, hipertensi maligna)

atau osmotic diuretic (dua hari sekali Rheugloman (Manitol)

15% 200 ml IV diikuti oleh 20 mg Lasix minimal 10-15 hari

kemudian
BAB II

TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN

A. ASUHAN KEPERWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan kegiatan menganalisis informasi, yang
dihasilkan dari pengkajian skrining untuk menilai suatu keadaan
normal atau abnormal, kemudian nantinya akan digunakan sebagai
pertimbangan dengan diagnosa keperawatan yang berfokus pada
masalah atau resiko. Pengkajian harus dilakukan dengan dua tahap
yaitu pengumpulan data (informasi subjektif maupun objektif) dan
peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medic (Nanda,
2018).
Pengkajian melibatkan beberapa langkah-langkah di antaranya yaitu
pengkajian skrining. 15 Dalam pengkajian skrining hal yang pertama
dilakukan adalah pengumpulan data. Pengumpulan data merupakan
pengumpulan informasi tentang klien yang di lakukan secara
sistemastis. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu
wawancara (anamnesa), pengamatan (observasi), dan pemeriksaan
fisik (pshysical assessment). Langkah selanjutnya setelah
pengumpulan data yaitu lakukan analisis data dan pengelompokan
informasi. Selain itu, terdapat 14 jenis subkategori data yang harus
dikaji yakni respirasi, sirkulasi, nutrisi atau cairan, eliminasi, aktivitas
atau latihan, neurosensori, reproduksi atau seksualitas, nyeri atau
kenyamanan, integritas ego, pertumbuhan atau perkembangan,
kebersihan diri, penyuluhan atau pembelajaran, interaksi sosial, dan
keamanan atau proyeksi (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017) . Adapun
Fokus pengkajian pada klien dengan Stroke Hemoragik menurut
Tarwoto (2013) yaitu:

20
21

1) Identitas Kien
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku,

agama, alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan

tanggal pengkajian diambil) dan identitas penanggung jawab

(nama, umur, pendidikan, agama, suku, hubungan dengan klien,

pekerjaan, alamat).

2) Keluhan Utama

Adapun keluhan utama yang sering dijumpai yaitunya klien

mengalami kelemahan anggota gerak sebelah badan, biasanya klien

mengalami bicara pelo, biasanya klien kesulitan dalam

berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.

3) Riwayat Kesehatan Sekarang

Keadaan ini berlangsung secara mendadak baik sedang

melakukan aktivitas ataupun tidak sedang melakukan aktivitas.

Gejala yang muncul seperti mual, nyeri kepala,

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap

pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada

masalah kesehatan, pada resiko masalah kesehatan atau pada proses

kehidupan. Diagnosa keperawatan merupakan bagian vital dalam

menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien

mencapai kesehatan yang optimal (PPNI, 2017) :


22

1. Resiko perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan

intracerebral.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

hemiparese/hemiplagia.

3. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan. 4. Resiko

gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring

lama.

4. Pola napas tidak efektif b/d depresi pusat pernapasan, hambatan

upaya napas,

5. Gangguan neuromuskur dan gangguan neurologis.

6. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan napas,

disfungsi neuromuskuler dan sekresi yang tertahan.

7. Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskuler dan

kelemahan anggota gerak

8. Gangguan komunikasi verbal b/d penurunan sirkulasi serebral,

dan gangguan neuromuskuler Gangguan persepsi sensori b/d

gangguan penglihatan, pendengaran, penghiduan, dan hipoksia

serebral.

9. Defisit perawatan diri b/d gangguan neuromuskuler dan kelemahan

(SDKI, Edisi 1)
23

3. Teori Intervensi

Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah

perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan

keperawatanpada pasien/klien berdasarkan analisa pengkajian agar

masalah kesehatan dan keperawatan pasien dapat diatasi (Nurarif &

Kusuma, 2016).

1. Risiko perfusi serebral tidak efektif

A. Tujuan dan kriteria hasil

1) Tingkat kesadaran meningkat (5)

2) kognitif meningkat (5)

3) tekanan intra kranial menurun (5)

4) gelisah menurun (5)

5) kecasan menurun (5)

6) nilai rata rata tekanan darah membaik (5)

7) kesadaran membaik (5)

8) reflek syaraf membaik (5)

B. Rencana keperawatan

 Perfusi perifer(L. 15506)

Observasi

1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (peningkatan

tekanan Vena)
24

2. Monitoring peningkatan TD

3. Monitor penurunan frekuensi jantung

4. Monitor ireguleritas irama nafas

5. Monitor penurunan tingkat kesadaran

6. Monitor kadar CO2 dan pertahankan dalam rentang yang

diindikasikan

7. Monitor tekanan perfusi serebral

Terapeutik

8. Pertahankan posisi kepala dan leher

Edukasi

9. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

Informasikan hasil pemantauan

2. Nyeri akut

A. Tujuan dan kriteria hasil

1) Keluhan nyeri menurun (5)

2) Pasien tampak meringis menurun (5)

3) Frekuensi nadi membaik (5)

4) Pola nafas membaik (5)

5) Tekanan darah membaik (5)

6) Fungsi berkemih membaik (5)

7) Mual menurun (5)


25

B. Rencana keperawatan

 Manajemen Nyeri (I.08238)

Observasi

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respons nyeri non verbal

4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan

nyeri

5. Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

6. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,

terapi pijat, aromaterapi, kompres hangat/dingin, terapi

bermain)

7. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.

Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

8. Fasilitas istirahat

9. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan

strategi meredakan nyeri

Edukasi

10. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

11. Jelaskan strategi meredakan nyeri


26

12. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

13. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri

Kolaborasi

14. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

3. Gangguan mobilitas fisik

C. Tujuan dan kriteria hasil

1) Pergerakan ekstremitas meningkat (5)

2) Kekuatan otot meningkat (5)

3) Rentang gerak ROM meningkat(5)

4) Nyeri menurun (5)

5) Kecemasan menurun (5)

6) Kaku sendi menurun (5)

7) Gerakan terbatas menurun (5)

8) Kelemahan fisik menurun (5)

D. Rencana keperawatan

 Dukungan mobilisasi (I.08238)

Observasi

1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

3. Monitor frekuensi jantung tekanan darah sebelum


27

memulai mobilisasi

4. Monitor kondisi umumselama melakukan mobilisasi

Terapeutik

5. Fasilitasi aktifitas mobilisasi dengan alat bantu (kursi

roda)

6. Fasilitasi melakukan pergerakan

7. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam

meningkatkan pergerakan

Edukasi

8. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

9. Anjurkna melakukan mobilisasi dini

10. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan

(mis. duduk ditempat tidur, pindah ke tempat tidur

pindah dari tempat tidur ke kursi )

4. Teori Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam

(Potter & Perry, 2011).

Komponen tahap implementasi :

a. Tindakan keperawatan mandiri


28

b. Tindakan keperawatan kolaboratif

c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap

asuhan keperawatan.

5. Teori Evaluasi

Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan

mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan

(Mubarak,dkk.,2011).

Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam

Wardani, 2013):

S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif

oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan yang objektif.

A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.

P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis. Tugas

dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data

sesuai dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi


29

untuk membuat keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan.

(Nurhayati, 2011)

Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :


a. Masalah teratasi

Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah laku

dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan.

b. Masalah sebagian teratasi

Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan dan

perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan.

c. Masalah belum teratasi

Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tindak menunjukkan

perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul

masalah yang baru.


BAB III
LAPORAN KASUS

LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT


DARURAT DI RUANGAN IGD

A. Pengkajian Data Umum

Tanggal Pengkajian : 15 Oktober 2021

Oleh : Atika Melia Utami

Sumber Data : RS. Syarif Hidayatullah

Metode Pengumpulan Data : observasi

a. Identitas Pasien
Nama : TN. H

Umur : 53 Thn

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMK

No. RM : 268791

Dx. Medis : Stroke Hemorogik

b. Penanggung jawab
Nama : Ny. A

Alamat : jln. Kesatriaan polri Rt.003/Rw. 012 Kec.

Ciputat Kota Tangerang Selatan

Pekerjaan : IRT

30
31

Hubungan dengan pasien : Istri

B. Pengkajian Data Dasar

1.Primary Assesment

(ABCDE)

Airway :

Stridor (+), Batuk (-). Jalan nafas terdapat sumbatan.

Breathing :

Frekuensi 23 x/menit. Menggunakan pernapasan hidung.

Circulation

Nadi 68x/ menit, TD 208/120 mmHg. Suhu 37°C

Disability :

GCS : E = 4 M=6 F=5 GCS=15. Kesadaran Compos mentis.

Exposure :

2. Fokus Assesment

Keadaan Umum : Lemah

Tingkat Kesadaran : composmetis.

3. Sekunder Assesment

Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengatakan kaki kiri tidak bisa digerakkan, pasien tampak

lemas, pasien merasa nyeri dibagian kepala belakang, kaki pasien

mati rasa saat disentuh, pasien mengatakan pukul 24:00 tangan

tidak bisa di gerakkan. Pasien tanpak meringis kesakitan


32

P : Nyeri terjadi tanpa sebab yang jelas

Q : Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk

R : Nyeri terasa di kepala bagian belakang

S : Skala nyeri 5 (Sedang).

T : Nyeri dirasakan sewaktu-waktu dengan durasi yang tidak

menentu (5 – 10) menit

Riwayat Penyakit Keluarga :

Allergies : Tidak ada

Medication : Tidak ada

Pertinent Past History : Tidak ada

Makan terakhir : Tidak ada

Event Lead to Injury :-

4. Pemeriksaan Fisik

TD: 208/120mmhg N : 68x/menitRR : 23x/menit S: 37 C GDS: 90

- Kepala : Mesochepal, tidak ada massa, kontur keras, tidak

ada peradangan

- Mata : Pupil isokor, Konjungtiva ananemis, sclera

anikterik. Telinga, Simetris, tidak ada lesi/ luka, lubang

telinga bersih. Palpasi daun telinga tidak ada massa, tidak

ada nyeri tekan.


33

- Hidung : Simetris, tidak ada luka, tidak ada pembengkakan,

tidak ada nyeri tekan, tidak ada tanda-

tanda infeksi.

- Mulut : Simetris, tidak ada siasonis, membran mukosa

lembab

- Leher : Simetris, tidak ada benjolan.

- Dada : Suara nafas vesikuler, Ronche (-), Wheezing (-)

- Abdomen Inspeksi : Abdomen terlihat normal.


Auskultasi :-
Palpasi :-
Perkusi : Timpani
- Ekstremitas:

Rentang gerak terbatas

massa, warna kulit normal..Turgor kulit normal

Kekuatan Otot :
5 4
5 0

5. Terapi yang didapat :


 Paracetamol 3x1 gr (p-o)
 Amlodipine 1x10gr
 ksr 3x1
 laxadin 1x2
 S vit c 1x1
 S vit k 2x1
34

 Co sp zp
 Anti coflic 2x10 gr
 Kalpex 3x500gr
 RL 1
.
6. Data Penunjang
 EKG
 RONTGEN
 CT SCAN
 CEK LAB : DL + LED

1. ANALISA DATA

No Tgl/jam Data pengkajian Masalah Etiologi


1. 15/10/2021 DS : Resiko Hipertension
- Pasien mengatakan perkusi
nyeri kepala bagian selebral tidak
Stroke
35

belakang sebelah efektif


kanan
(D.0017)
- Pasien mengatakan
lemas
- Pasien mengatakan
mengeluh tensi nya
selalu tinggi

DO :
- K/u Lemah
- GCS 15
- E4M6V5
- TD:208/129
mmhg
- N : 68x/menit
- RR :
23x/menit
- S: 36,3 C
- Terdapat
hasil foto
rongten
tampak ada
pendarahan
cerebral
kanan
2. 15/10/2021 DS : Nyeri Akut Agen
- Pasien mengatakan (D.0077) Pencedera
nyeri dibagian Fisiologis
kepala belakang
DO : Stroke
- Pasien
tampak
meringis
- Skala Nyeri 5
(Sedang)
P : Nyeri terjadi tanpa
sebab yang jelas
Q :Nyeri terasa seperti
tertusuk-tusuk
R : Nyeri terasa di
abdomen kiri bawah
S :Skala nyeri 5
36

(Sedang)
T :Nyeri dirasakan
sewaktu-waktu
dengan durasi
yang tidak menentu
(5 – 10 menit.
- TD : 208 /129
mmHg
- N : 68x/menit
- Spo2 : 99 x/menit
- S : 36,3 °C
3. 15/10/2021 DS : Gangguan Penurunan
- Klien mengatakan Mobilitas Kendali Otot
sulit menggerakan Fisik
kaki sebelah kirinya (D.0054)
- Klien mengatakan
aktivitasnya selalu
dibantu oleh
keluarga
DO :
- Klien tampak sulit
menggerakan
kakinya
- Klien tampak
dibantu oleh
keluarganya
- Klien terpasang
infus

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1 Resiko Resiko perkusi selebral tidak efektif (D.0017) ditandai dengan


Hipertensi
2 Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis
(Stroke) ditandai dengan Pasien mengatakan nyeri dibagian kepala
belakang
3 Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) berhubungan dengan Penurunan
Kendali Otot
37

3. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi


Kriteria Hasil
1. Resiko perkusi selebral Setelah dilakukan Manajemen Peningkatan
tidak efektif (D.0017) tindakan perawat Tekanan Intrakranial
ditandai dengan Hipertensi selama 1x24 (I.06194)
jam,diharapkan tingkat Observasi
kesadaran (L.02011)
1 Identifikasi
klien meningkat
penyebab
Dengan kriteria hasil :
peningkatan TIK
1 Tingkat 2 Mpnitor tanda atau
38

kesadaran gejala peningkatan


meningkat (5) TIK (Td
2 Kognitif meningkat)
meningkat (5) 3 Monitor status
3 Sakit kepala pernapasan
menurun (5) 4 Monitor intake dan
4 Gelisah output cairan
menurun (5) Terapeutik

5 Menyediakan
lingkungan yang
nyaman
6 Berikan posisi
semi fowler
7 Cegah terjadinya
tegang
Kolaborasi
8 Pemeberian obat
sesuai dengan
resep dokter

2. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


berhubungan dengan Agen tindakan keperawatan (I.08238)
Pencedera Fisiologis perawat selama 1x24 Observasi
(Stroke) ditandai dengan jam,diharapkan
1 Identifikasi
Pasien mengatakan nyeri Tingkat Nyeri
lokasi,karakteristi
dibagian kepala belakang (L.08066) klien :
k, durasi,
1 keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
menurun (5) intensitas nyeri
2 meringis 2 Identifikasi skala
menurun (5) nyeri
3 gelisah 3 Identifikasi respon
menurun (5) nyeri non verbal
4 mual menurun 4 Monitor efek
(5) samping
5 tekanan darah penggunaan
membaik (5) analgetik
6 pola nafas Terapetik
membaik (5)
5 Fasilitasi istirahat
dan tidur
6 Pertimbangkan
39

jenis dan sumber


nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
7 Jelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
8 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
Kolaborasi :
9 Kolaborasi
pemberian
analgetik
3. Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan Dukungan Moilisasi
(d.0054) berhubungan tindakan keperawatan (I.05173)
dengan Penrunan Kendali perawat selama 1x24 Observasi
Otot jam,diharapkan
1 Identifikasi
pergerakan ekstremitas
toleransi fisik
klien meningkat
melakukan
(L.05042) dengan pergerakn
kriteria hasil : 2 Monitor frekuensi
1 Rentang gerak jantung dan
ROM tekanan darah
meningkat (5) sebelum
2 Kecemasan melakukan
menurun (5) mobilisasi
3 Kekuatan otot 3 Monitor kondisi
meningkat (5) umum selama
melakukan
mobilisasi
Teraoeutik
4Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu
5 Fasilitasi
melakukan
pergerakan
Edukasi
6 Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
40

harus dilakukan

4. CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI

No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi


Keperawatan Dan Jam
1 Resiko perkusi 15 Manajemen Peningkatan S :
serebral tidak Oktober Tekanan Intrakranial - Pasien
efektif 2021 (I.06194) mengatakan nyeri
(D.0017) Observasi
02.00 kepala bagian
ditandai
WIB 1 Mengidentifikasi belakang sebelah
dengan
penyebab peningkatan kanan
Hipertensi
TIK - Pasien
2 Memonitor tanda atau mengatakan
gejala peningkatan TIK masih lemas
(Td meningkat) O:
3 Memonitor status
- K/u Lemah
pernapasan
- GCS 15
4 Memonitor intake dan
output cairan - E4M6V5
Terapeutik - TD:208/129
mmhg
- N:
5 Menyediakan 68x/menit
lingkungan yang - RR :
nyaman 23x/menit
6 Memberikan posisi semi - S: 36,3 C
fowler - Terdapat
7 Mencegah terjadinya hasil foto
41

tegang rongten
Kolaborasi tampak ada
pendarahan
8 Memberikan obat cerebral
sesuai dengan resep
kanan
dokter
A : Masalah
belum teratasi
P : Intervensi
di hentikan,
dan dilanjutkan
di ruang rawat
inap
2. Nyeri Akut 15 Manajemen Nyeri (I.08238) S:
(D.0077) Oktober Observasi - Pasien
berhubungan 2021 mengatakan
1 Mengidentifikasi
dengan Agen 02.10 masih nyeri
lokasi,karakteristik,
Pencedera WIB dibagian kepala
durasi, frekuensi,
Fisiologis kualitas, intensitas belakang
(Stroke) nyeri O:
ditandai 2 Mengidentifikasi skala
dengan Pasien nyeri - Pasien
mengatakan 3 Mengidentifikasi tampak
nyeri dibagian respon nyeri non verbal meringis
kepala 4 Memonitor efek - Skala Nyeri
belakang samping penggunaan 4 (Sedang)
analgetik P : Nyeri terjadi
Terapetik tanpa sebab yang
jelas
5 Memfasilitasi istirahat Q :Nyeri terasa
dan tidur seperti tertusuk-tusuk
6 Mempertimbangkan
R : Nyeri terasa di
jenis dan sumber nyeri
abdomen kiri bawah
dalam pemilihan
strategi meredakan S :Skala nyeri 4
nyeri (Sedang)
Edukasi T :Nyeri dirasakan
sewaktu-waktu
7 Menjelaskan penyebab, dengan durasi
periode, dan pemicu yang tidak
nyeri menentu (5 – 10
8 Menganjurkan menit.
menggunakan analgetik
secara tepat - TD : 184 /144
Kolaborasi : mmHg
- N : 68x/menit
9 Menkolaborasi
42

pemberian analgetik - Spo2 : 99 x/menit


- S : 36,3 °C
A : Masalah belum
teratasi
P: Intervensi
dihentikan,
dilanjutkan ke ruang
rawat inap
3. Gangguan 15 Dukungan Moilisasi (I.05173) S:
Mobilitas Oktober Observasi - Klien mengatakan
Fisik (D.0054) 2021
1 Mengidentifikasi masih sulit
berhubungan
02.20 toleransi fisik menggerakan kaki
dengan
WIB melakukan pergerakn sebelah kirinya
Penrunan
Kendali Otot 2 Memonitor frekuensi O:
jantung dan tekanan
darah sebelum - Klien tampak sulit
melakukan mobilisasi menggerakan
3 Memonitor kondisi kakinya
umum selama - Klien masih
melakukan mobilisasi tampak dibantu
Teraoeutik oleh keluarganya
A : Masalah belum
4 Memfasilitasi aktivitas
teratasi
mobilisasi dengan alat
bantu P : Intervensi
5 Memfasilitasi dihentikan,
melakukan pergerakan dilanjutkan ke ruang
Edukasi rawat inap
6 Mengajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
BAB IV

SARAN DAN KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan umum dari hasil studi kasus ini yaitu: asuhan keperawatan

pada stroke hemoragik dengan diagnosa keperawatan nyeri akut dalam

terapi relaksasi mampu mengurangi skala nyeri. Kesimpulan secara khusus

dari hasil studi kasus ini yaitu pengkajian di lakukan dengan menggunakan

format nyeri akut, sehingga ditemukan data tentang keluhan nyeri pada

klien sesuai dengan pengkajian PQRST .

1 Diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu Risiko Perfusi

Serebral Tidak Efektif ditandai dengan Hipertensi, Nyeri Akut

berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis Stroke, Gangguan

Mobilitas Fisik berhubungan dengan Penurunan Kendali Otot

2 Intervensi dalam membuat rencana keperawatan disesuaikan dengan

situasi dan kondisi klien serta kondisi lingkungan.

3 Impelemtasi tindakan keperawatan pada klien Tn. H disesuaikan

dengan rencana keperawatan yang sebelumnya tersusun dan sesuaikan

dengan konsidi klien pada pelaksanaan, tidak semua tindakan dapat

tercapai karena keterbatan waktu .

4 Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses yang berfungsi untuk

menilai hasil tindakan keperawatan dan rencana keperawatan sebagai

tolak ukur dan evaluasi dilakukan merupakan evaluasi diri jangka

43
44

pendek, sedangkan tujuan jangka panjang belum dapat teratasi karena

membutuhkan waktu yang cukup lama.evaluasi yang didaptkan pada

Tn. H. Masalah belum teratasi, dan dilanjutkan di ruang rawat inap..

B. SARAN

1. Bagi Rumah Sakit

Dapat menambah dan mengebangkan ilmu yang sudah ada serta

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk

memberikan asuhan keperawatan pada pasien klien dengan stroke

hemoragic.

2. Bagi Klien

Agar selalu memperhatikan serta tidak melakukan hal – hal yang

menyimpang dari petunjuk dokter atau perawat. Bila dirumah harus

dapat melakukan perawatan dan kesehatan secara mandiri.

3. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam

kasus stroke hemoragik.

4. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset,

khususnya studi kasus tentang pelaksaan pemenuhan kebutuhan rasa

nyam pasien.
45

DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2009. Cara mudah memahami & menghindari hipertensi


jantung dan stroke. Yogyakarta: Dianloka

Aminoff, M.J., & Josephson, S.A. 2014. Aminoff’s Neurology and General
Medicine. Elsevier

Ariyanti, D., Ismonah & Hendrajaya. 2010. Efektivitas active


assestive Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot
ekstremitas pada pasien stroke non hemoragik.
http://download.portalgaruda.org. Diakses pada tanggal 28
Januari 2017 pada pukul 13.00 WIB.

Arum, S.P. 2015. Stroke kenali, cegah dan obati. Yogyakarta: EGC

Asmadi. 2008. Teknik prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Profil kesehatan tahun 2011.


Diakses tanggal 23 Januari 2017 dari: http://www.bps.go.id/
Batticaca, F.B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Docthterman, J.M., & Wagner, C.M.


2013. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th edition.
United State Of America: Mosby Elsevier, Inc
Corwin, E.J. 2009. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC

Debora, O. 2013. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik.


Jakarta: Salemba Medika

Ghani, L., Mihardja, L.K., & Delima. 2015. Faktor Risiko Dominan
Penderita Stroke di Indonesia. Puslitbang Sumber Daya dan
Pelayanan Kesehatan. http://ejournal.litbang.depkes.go.id.
Diakses pada tanggal 15 Januari 2017 pukul 08.00 wib

Goldszmith, Adrian, dkk. 2013. Stroke esensial edisi 2. Jakarta:


PT.Indeks Junaidi, I. 2011. Stroke waspadai ancamannya.
Yogyakarta: PT.Andi Kemenkes RI. 2013. Riset kesehatan dasar.
Jakarta: Kemenkes RI
46

Levine, P.G. 2009. Strongger after stroke: panduan lengkap dan


efektif terapi pemulihan stroke. Alih bahasa: Rika Iffati
Farihah. Jakarta: Etera

Misbach, J. 2011. Stroke Aspek Diagnostik, Patofisiologi,


Manajemen. Jakarta: Badan Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai