Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

(Penyelesaian Kasus 1 dengan diagnosa medis Stroke)

DISUSUN OLEH :

NURDIANTISA (01.2018.013)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KURNIA JAYA PERSADA

PALOPO

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatu. Segala puji syukur saya panjatkan


kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,saya dapat menyelesaikan tugas
penulisan makalah mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III tepat waktu.

Penulisan makalah ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Saya berharap
makalah ini dapat menjadi referensi bagi pembaca. Selain itu, Saya juga berharap agar pembaca
mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian
isi. Saya menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatu

Palopo, 5 Januari 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Stroke merupakan salah satu penyebab utama kecacatan pada kelompok usia >45 tahun.
Penyakit ini sering menimbulkan permasalahan yang komplek baik dari segi kesehatan,
ekonomi, maupun sosial (Mulyatsih, 2010). Penderita stroke dapat mengalami keterbatasan
fungsi organ (impairment) seperti hemiparesis, afasia, disartria, disfagia, dan lainnya
sehingga dapat menyebabkan ketidakmampuan (disability) berjalan, berpakaian,
berkomunikasi, dan lain-lain. Stroke atau dikenal dengan penyakit serebrovaskuler,
merupakan penyakit neurologik yang terjadi karena gangguan suplai darah menuju (Black
and Hawk, 2009).
Pada tahun 2012, stroke merupakan penyebab nomor dua kematian secara global setelah
penyakit jantung dengan prevalensi 11,9% (WHO,2014). Angka kematian dan kecacatan
akibat stroke pada tahun 1990 – 2010 mengalami peningkatan yakni masing-masing sebesar
26% dan 19% (Hankey, 2013).
Stroke sebagai bagian dari penyakit kardiovaskular yang diigolongkan ke dalam penyakit
katastropik karena mempunyai dampak luas secara ekonomi dan sosial. Data Riskesdas 2013
prevalensi stroke nasional 12,1 per mil, sedangkan pada riskesdas 2018 prevalensi stroke
10,9 per mil. Prevalensi tertinggi berada di provinsi kalimantan timur (14,7 mil) dan terendah
berada di provinsi papua (4,1/mil).
Menurut riset kesehatan dasar yang diselenggarakan oleh KemenKes Ri tahun 2013 di
indonesia terdapat lebih dari 2 juta penduduk atau 12 dari 1000 penduduk menderita stroke
dengan persentase terbesar berasal dari provinsi sulawesi selatan.
Angka kejadian stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia, semakin tinggi usia
seseorang semakin tinggi kemungkinan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2012). Namun
jumlah penderita stroke dibawah usia 45 tahun juga terus meningkat. WHO memprediksi
bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit
jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030
(American Heart Association, 2010).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk :
1. Mengetahui definisi dari stroke.
2. Mengetahui penyebab dari stroke
3. Mengetahui patofisiologi dari stroke
4. Mengetahui tanda dan gejala stroke
5. Mengetahui penanganan stroke
6. Mengetahui pencegahan stroke
7. Mengetahui askep dari stroke
BAB II

KONSEP TEORI

A. Definisi
Stroke didefinisikan sebagai defisit gangguan fungsi sistem saraf yang terjadi mendadak
dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Gangguan peredaran darah otak dapat
berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak.
Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron)
sehingga gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke.
Stroke merupakan pembunuh nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker, namun
merupakan penyebab kecacatan nomor 1. Stroke bisa berupa iskemik (sumbatan/non
hemoragik) dan perdarahan (hemoragik).
B. Klasifikasi stroke
1. Stroke iskemik (sumbatan), terbagi menjadi 2 :
a. Sumbatan akibat thrombus, yang terjadi di dinding pembuluh darah sebagai bagian
dari proses pengerasan dinding pembuluh darah (atherosklerosis).
b. Sumbatan akibat emboli, emboli merupakan jendalan darah yang berasal dari tempat
lain misalnya jendalan darah dari jantung.
2. Stroke perdarahan (hemoragik), terbagi menjadi 2 :
a. Stroke perdarahan intraserebral (pada jaringan otak)
b. Stroke perdarahan subrachnoid (dibawah jaringan pembungkus otak)
C. Faktor risiko stroke
1. Faktor yang tidak dapat di ubah
Faktor yang tidak dapat diubah seperti usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga
dan riwayat stroke sebelumnya. Stroke dapat terjadi pada semua usia, namun lebih dari
70% kasus stroke terjadi pada usia diatas 65 tahun. Laki-laki lebih mudah terkena stroke
dikarenakan lebih tingginya angka kejadian faktor resiko stroke (misal, hipertensi) pada
laki-laki. Seseorang dengan riwayat penyakit keluarga stroke lebih cenderung menderita
diabetes dan hipertensi. Kejadian stroke pada ras kulit berwarna lebih tinggi dari
kaukasoid.
2. Faktor yang dapat diubah
Faktor yang dapat diubah seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, merokok dan
obesitas. Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama di dunia. Hipertensi
meningkatkan resiko stroke 2-4 kali lipat tanpa tergantung pada faktor resiko lainnya.
Hipertensi kronis dan tidak terkendali akan memacu kekakuan dinding pembuluh darah
kecil yang dikenal dengan mikroangiopati. Hipertensi juga akan memacu munculnya
timbunan plak pada pembuluh darah besar. Timbunan ini akan menyempitkan
lumen/diameter pembuluh darah. Sehingga plak yang tidak stabil akan mudah
ruptur/pecah. Plak yang terlepas meningkatkan resiko tersumbatnya pembuluh darah
kecil di otak.
Diabetes merupaka salah satu faktor risiko stroke iskemik yang utama dan
meningkatkan risiko stroke dua kali lipat. Semakin tinggi kadar gula darah, semakin
mudah terkena stroke.
Merokok dapat memacu peningkatan kekentalan darah, pengerasan dinding
pembuluh darah dan penimbunan plak di dinding pembuluh darah.
Dislipidemia, kolesterol yang dibentuk dalam tubuh terdiri dari dua bagian utama
yaitu kolesterol LDL dan kolesterol HDL. Kolesterol LDL disebut sebagai kolesterol
jahat yang membawa kolesterol dari hati ke dalam sel. Jumlah kolesterol LDL yang
tinggi akan menimbulkan penimbunan kolesterol dalam sel. Hal ini akan memacu
munculnya atherosklerosis. Proses atherosklerosis akan menimbulkan komplikasi pada
organ target (jantung, otak dan ginjal). Proses tersebut pada otak akan meningkatkan
resiko terkena stroke. Kolesterol HDL disebut kolesterol baik yang membawa kolesterol
dari sel ke hati. Kadar HDL yang rendah secara konsisten dihubungkan dengan
peningkatan risiko penyakit jantung koroner dan stroke.
D. Tanda dan Gejala
Stroke dapat dilihat lebih mudah dengan kata FAST, yaitu:
1. F (face/wajah) : Mintalah orang tersebut untuk tersenyum. Apakah ada sisi sebelah wajah
yang tertinggal? Apakah wajah atau matanya terlihat jereng atau tidak simetris? Jika ya,
orang tersebut mungkin saja sedang mengalami stroke.

2. A (Arms/tangan) : Mintalah orang tersebut untuk mengangkat kedua tangan. Apakah ia


mengalami kesulitan untuk mengangkat salah satu atau kedua tangannya? Apakah salah
satu atau kedua tangannya dapat ditekuk?
3. S (Speech/perkataan : Mintalah orang tersebut untuk berbicara atau mengulangi suatu
kalimat. Apakah bicaranya terdengar tidak jelas atau pelo? Apakah ia kesulitan atau tidak
berbicara? Apakah ia memiliki kesulitan untuk memahami yang Anda katakan?
4. T (Time/waktu) :Jika ia memiliki seluruh gejala yang disebutkan di atas, orang tersebut
mungkin mengalami stroke. Ingat, stroke merupakan keadaan darurat. Anda harus segera
membawa orang tersebut ke rumah sakit. Ingat juga untuk mencatat kapan orang tersebut
mengalami gejala- gejala tersebut.

Tanda dan gejala lainnya yaitu :

1. Penglihatan kabur atau menurun.


2. Sakit kepala, pusing, hilang keseimbangan, tiba - tiba lemas/jatuh.
3. Kesemutan, kelemahan dan kelumpuhan pada sebelah badan.
4. Rasa baal dan lemah pada wajah.
5. Susah bicara, pelo, mulut mencong.
6. Sulit menelan.
7. Penurunan kesadaran.
E. Patofisiologi
Penyakit stroke termasuk penyakit pembuluh darah otak (cerebrovaskular) yang ditandai
dengan kematian jaringan otak (infark serebri) yang disebabkan oleh berkurangnya aliran
dara dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen bisa disebabkan karena
adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah sehingga mengakibatkan
kematian sel otak.
Kematian pada jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan
oleh jaringan otak tersebut. Apabila tidak ditangani dengan tepat maka penyakit ini dapat
berakibat fatal dan berujung pada kematian. Meskipun dapat diselamatkan, kadang-kadang si
penderita mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, gangguan ingatan dan
menghilangnya kemampuan berbicara.
F. Penanganan
1. Stroke iskemik
Pada stroke iskemik, dokter harus segera membuat aliran darah ke otak kembali
lancar. Dokter akan memberikan obat yang dapat memecah sumbatan di aliran darah,
yang dikenal dengan intravenoustissueplasminogenactivator (tPA). Obat ini biasanya
disuntikan melalui pembuluh vena di lengan, dan bekerja dengan mengencerkan bekuan
darah yang menyumbat pembuluh darah di otak pada keadaan stroke.
Selain itu, pada beberapa kasus dokter juga bisa mengatasi penyumbatan dengan
langsung memasukkan obat ke area penyumbatan dengan bantuan selang (kateter).
Kateter ini dimasukan melalui pembuluh darah di lipatan paha dan terus sampai ke area
pembuluh darah yang tersumbat. Prosedur ini dikenal dengan istilah intra-
arterialthrombolysis.
Pada kasus stroke dengan bekuan darah yang besar, dokter juga bisa memasukan
alat yang dapat membuka jalan di pembuluh darah yang tersumbat (stent). Namun,
biasanya prosedur ini tetap dikombinasikan dengan tPA.
2. Stroke hemoragik
Pada kondisi stroke hemoragik, penting untuk mengontrol perdarahan yang terjadi
dan menurunkan tekanan di dalam otak. Beberapa kasus stroke hemoragik yang
mengalami perdarahan luas, perlu dilakukan operasi. Namun, sebelum melakukan
operasi, dokter juga perlu mempertimbangkan efek terapi dan efek samping dari operasi
itu sendiri, tergantung dari keparahan stroke yang dialaminya.
Pemberian beberapa obat juga dapat dilakukan seperti obat pengencer darah, obat
penurun tekanan di dalam otak, obat penurun tekanan darah, hingga obat pencegah
kejang. Pada beberapa kasus, transfusi darah perlu dilakukan untuk mencegah efek
pengenceran darah.
G. Pencegahan
1. Menjaga pola makan : terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak dapat
meningkatkan jumlah kolesterol dalam dara dan beresiko menimbulkan hipertensi yang
dapat memicu terjadinya stroke.
2. Rutin berolahraga : rutin berolahraga dapat membuat jantung dan sistem peredaran darah
bekerja lebih efisien.
3. Berhenti merokok : perokok beresiko dua kali lipat lebih tinggi terkena stroke karena
rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat darah mudah menggumpal.
4. Hindari konsumsi minuman beralkohol.
5. Hindari penggunaan NAPZA.
H. Pemeriksaan diagnostik
1. Tes darah : dilakukan untuk mendeteksi beberapa hal, seperti:
a. Kadar gula darah dalam darah.
b. Hitung jumlah sel darah untuk melihat kemungkinan adanya infeksi.
c. Kecepatan pembekuan darah (hemostasis).
d. Keseimbangan zat kimia dan elektrolit dalam darah untuk melihat fungsi organ.
2. CT scan : dapat menghasilkan gambar otak secara detail, sehingga dapat mendeteksi
tanda-tanda perdarahan, tumor, dan stroke.
3. MRI : Pemeriksaan ini menggunakan gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan
gambaran detail dari otak pasien. MRI dapat mendeteksi jaringan otak yang mengalami
kerusakan akibat stroke iskemik dan perdarahan otak. Dokter juga dapat menyuntikkan
zat pewarna ke dalam pembuluh darah untuk melihat kondisi aliran darah di pembuluh
arteri dan vena.
4. Elektrokardiografi : dilakukan untuk mengetahui aktivitas listrik jantung sehingga dapat
mendeteksi adanya gangguan irama jantung atau penyakit jantung koroner yang
menyertai.
5. USG doppler karotis : Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar detail mengenai kondisi bagian dalam pembuluh arteri karotis di
leher. Gambar tersebut dapat mendeteksi timbunan lemak (plak) dan kondisi aliran darah
di dalam arteri karotis.
6. Ekokardiografi : Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan
gambar detail dari jantung. Ekokardiografi dilakukan untuk mendeteksi sumber gumpalan
di dalam jantung yang mungkin bergerak dari jantung ke otak, sehingga menyebabkan
stroke. Ekokardiografi juga dapat melihat penurunan fungsi pompa jantung.
BAB III

KASUS

A. Kasus
Seorang wanita berusia 60 tahun dengan riwayat hipertensi dan hiperlipidemia datang ke
primer pusat stroke dengan kelemahan tiba-tiba pada ekstremitas sisi kanan. Pada
pemeriksaan dia memiliki afasia global, preferensi pandangan kiri, hemianopsia homonim
kanan (potongan lapangan pandang), wajah terkulai kanan, disartria dan hemiplegia kanan
(skala stroke NIH=22). CT kepala menunjukkan samar-samar hipodensitas di wilayah arteri
serebral tengah kiri.
B. Masalah yang lazim muncul
1. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi serebral
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler
N Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
o

1 Gangguan komunikasi NOC : NIC :


verbal b.d penurunan Intrakranial Pressure
Circulation status
sirkulasi serebral (ICP) Monitoring
Tissue Prefusion : cerebral (Monitor tekanan
intrakranial)
Kriteria Hasil :  Berikan informasi kepada
1. mendemonstrasikan status keluarga
sirkulasi yang ditandai  Monitor tekanan perfusi
dengan : serebral
 Tekanan  Catat respon pasien
systole dan diastole terhadap stimuli
dalam rentang yang  Monitor tekanan
diharapkan intrakranial pasien dan
 Tidak ada respon neurology
ortostatik hipertensi terhadap aktivitas
 Tidk ada  Monitor jumlah drainage
tanda tanda cairan serebrospinal
peningkatan tekanan  Monitor intake dan output
intrakranial (tidak cairan
lebih dari 15 mmHg)  Restrain pasien jika perlu
2. mendemonstrasikan  Minimalkan stimuli dari
kemampuan kognitif yang lingkungan
ditandai dengan:
 berkomunikasi dengan Peripheral Sensation
jelas dan sesuai Management (Manajemen
dengan kemampuan sensasi perifer)
 menunjukkan  Monitor adanya daerah
perhatian, konsentrasi tertentu yang hanya peka
dan orientasi terhadap
 memproses informasi panas/dingin/tajam/tumpu
 membuat keputusan l
dengan benar  Monitor adanya paretese
 Instruksikan keluarga
untuk mengobservasi
kulit jika ada lsi atau
laserasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik
 Diskusikan mengenai
penyebab perubahan
sensasi

2 Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :


b/d kerusakan Exercise therapy :
neuromuskuler  Joint Movement : Active
 Mobility Level
ambulation
 Self care : ADLs  Monitoring vital sign
 Transfer performance sebelm/sesudah latihan
Kriteria Hasil : dan lihat respon pasien
saat latihan
 Klien meningkat dalam  Konsultasikan dengan
aktivitas fisik terapi fisik tentang
 Mengerti tujuan dari rencana ambulasi sesuai
peningkatan mobilitas dengan kebutuhan
 Memverbalisasikan  Bantu klien untuk
perasaan dalam menggunakan tongkat
meningkatkan kekuatan saat berjalan dan cegah
dan kemampuan terhadap cedera
berpindah  Ajarkan pasien atau
 Memperagakan tenaga kesehatan lain
penggunaan alat Bantu tentang teknik ambulasi
untuk mobilisasi (walker)  Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
 Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
 Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
 Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.
 Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke merupakan kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau
berkurang akibat penyumbatan pembuluh darah atau terpecahnya pembuluh darah. Ketika
bagian area otak mati maka bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak
dapat berfungsi dengan baik. Stroke bisa berupa iskemik (sumbatan/non hemoragik) dan
perdarahan (hemoragik).
Stroke iskemil banyak disebabkan karena trombotik atau sumbatan emboli, sedangkan
stroke hemorhagic disebabkan oleh perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah di suatu
bagian otak.
B. Saran
Sebaiknya menghindari faktor yang dapat memicu stroke terutama pada lansia. Pada
remaja juga perlu dikarenakan sekarang usia dibawah 40 tahun penderita stroke semakin
meningkat akibat kebanyakan duduk dan kurang berolahraga.
DAFTAR PUSTAKA

Pinzon, Rizaldy. Awas strok!. Andi : kedokteran dan kesehatan https://books.google.co.id

Utami, Prapti. 2009. Solusi Sehat Mengatasi Stroke. Jakarta Selatan : PT. AgroMedia Pustaka
https://books.google.co.id

Willy, Tjin. 2018. Diagnosis stroke. ALODOKTER : kementerian kesehatan republik indonesia
https://www.alodokter.com/stroke/diagnosis diakses pada 4 desember 2020

Halodoc. 2019. Pengertian stroke. https://www.halodoc.com/kesehatan/stroke diakses pada 4


desember 2020

Permana, Khrisna Rangga. Patofisiologi Stroke. ALOMEDIKA


https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/stroke/patofisiologi diakses pada 4
desember 2020

Saefulloh, Muhammad Wayunah. 2016. ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUD INDRAMAYU. Jurnal : vol. 2 pdf

Anda mungkin juga menyukai