Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN CVA

Diskusi oleh Kelompok 6 :

1. Amik Setiyo Budianti (10218003)


2. Angina Firdausi P.W (10218006)
3. Aulia Reza Dewi (10218016)
4. Dia Ayu Tri Agustin (10218021)

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan rahmat -Nya,
kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Makalah Askep CVA” dengan lancar. Adapun
maksud penyusunan karya tulis ini untuk memenuhi tugas Keperawatan paliative.

Rasa terima kasih kami tidak terkirakan kepada yang terhormat Ibu Ely isnaeni,
S.Kep,Ns,M.kep selaku pembimbing materi dalam pembuatan makalah ini, teman - teman yang
membantu dalam proses pembuatan, serta semua pihak yang telah mendukung dalam
penyusunan karya tulis ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Harapan kami bahwa karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan seputar CVA sehingga kedepanya pembaca bisa
mengantisipasi kemungkinan yang dapat terjadi. Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih
jauh dari sempurna dengan keterbatasan yang kami miliki. Tegur sapa dari pembaca akan kami
terima dengan tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini.

Kediri, 1 Desember 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf atau
deficit neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Secara
sederhana stroke di definisi sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak
karena sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lema satau lumpuh sesaat atau gejala berat
sampai hilangnya kesadaran, dan kematian. Stroke bisa berupa iskemik maupun
perdarahan (hemoragik). (www.infostroke.wordpress.com).
Angka kejadian stroke dunia diperkirakan 200 per 100.000 penduduk, dalam setahun.
Bila ditinjau dari segi usia terjadi perubahan dimana stroke bukan hanya menyerang usia tua
tapi juga menyerang usia muda yang masih produktif. Mengingat kecacatan yang
ditimbulkan stroke permanen, sangatlah penting bagi usia muda untuk mengetahui informasi
mengenai penyakit stroke,sehingga mereka dapat melaksanakan pola gaya hidup sehat agar
terhindar dari penyakit stroke. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000
penduduk terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan
sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai
penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker, sedangkan di Indonesia stroke
menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit.
Stroke hingga kini masih merupakan penyebab kematian nomor wahid di berbagai
rumah sakit di Tanah Air. Penyakit ini juga menimbulkan kecacatan terbanyak pada
kelompok usia dewasa yang masih produktif. Tingginya kasus stroke ini salah satunya
dipicu oleh rendahnya kepedulian masyarakat dalam mengatasi berbagai risiko yang
menimbulkan stroke melalui pola hidup sehat.Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki)
menyebutkan, angka kejadian stroke menurut data dasar rumah sakit 63,52 per 100.000
penduduk usia di atas 65 tahun. Sedangkan jumlah penderita yang meninggal dunia lebih
dari 125.000 jiwa. Diperkirakan, hampir setengah juta penduduk berisiko tinggi terserang
stroke.
1.2. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami dan mengerti Asuhan Keperawatan Tentang penyakit Stroke.
2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu memahami definisi dari stroke
2) Mahasiswa mampu memahami etiologi dari stroke
3) Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari stroke
4) Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis dari stroke
5) Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari stroke
6) Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari stroke
7) Mahasiswa mampu memahami pengkajian dari stroke
8) Mahasiswa mampu memahami diagnosa keperawatan dari stroke
9) Mahasiswa mampu memahami intervensi keperawatan dari stroke
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Stroke
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat
terlambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya
pembuluh darah otak yang pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya
mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan
oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini
akan memunculkan gejala stroke (junaidi, 2011).
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzer & Bare,2002). Stroke
adalah cedera pembentukan trombus disuatu arteri serebrum, akibat emboli yang mengalir
ke otak dari tempat lain ditubuh, atau akibat pendarahan otak (corwin, 2011).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah
gangguan peredaran darah otak yang dapat mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila
gangguan yang terjadi cukup besar akan mengakibatkan kematian sebagian sel saraf.

2.2. Klasifikasi
Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke iskemik dan stroke
hemorrhargic. Kedua katergori ini merupakan suatu kondisi yang berbeda pada stroke
hemorhagic terdapat timbunan darah di subarahchnoid atau intraserebral, sedangkan stroke
iskemik terjadi karena kurangnya suplai darah ke otak sehingga kebutuhan oksigen dan
nutrisi kurang mencukupi. Klasifikasi stroke menurut Wardhana (2011), antara lain sebagai
berikut :
1. Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah yang
disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak. penyumbatnya adalah
plakatau timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam
darah.Penyumbatan bisa terjadi pada pembuluh darah besar (arteri karotis), atau
pembuluh darah sedang penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding
bagian dalam pembuluh darah (arteri) menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak
lancar dan tertahan. Oleh karena darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan
akan terjadi gumpalan darah (trombosis), sehingga aliran darah makin lambat dan
lama-lama menjadi sumbatan pembuluh darah. Akibatnya, otak mengalami
kekurangan pasokan darah yang membawah nutrisi dan oksigen yang diperlukan oleh
darah. Sekitar 85 % kasus stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau infark, stroke
infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak.
Penurunan aliran darah yang semakin parah dapat menyebabkan kematian
jaringan otak. Penggolongan stroke iskemik atau infark menurut juanidi (2011)
dikelompokan sebagai berkut :
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
Suatu gangguan akut dari fungsi lokal serebral yang gejalanya berlangsung
kurang dari 24 jam atau serangan sementara dan disebabkan oleh thrombus
atau emboli. Satu sampai dua jam biasanya TIA dapat ditangani, namun
apabila sampai tiga jam juga belum bisa teratasi sekitar 50 % pasien sudah
terkena infark.
b. Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND)
Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24 jam,
biasanya RIND akan membaik dalam waktu 24 – 48 jam.
c. Stroke In Evolution (SIE)
Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus berkembang
dimana terlihat semakin berat dan memburuk setelah 48 jam. Defisit
neurologis yang timbul berlangsung bertahap dari ringan sampai menjadi
berat.
d. Complete Stroke Non Hemorrhargic
Kelainan neurologis yang sudah lengkap menetap atau permanen tidak
berkembang lagi bergantung daerah bagian otak mana yang mengalami
infark.
2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya
pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi
ruang-ruang jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi ruang-
ruang jaringan sel otakakan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan
menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak
sekitar pembuluh darah yang pecah(intracerebral hemorage) atau dapat juga
genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak (subarachnoid hemorage) bila ini
terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan sampai pada kematian.
Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia, karena penyumbatan
terjadi pada dinding pembuluh darah yang sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah
yang sudah rapuh ini, disebabkan karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa
juga disebabkan karena faktor keturunan (genetik). Keadaan yang sering terjadi
adalah kerapuhan karenamengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak
atau arteriosklerosis akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan
darah tinggi. Beberapa jenis stroke hemoragik menurut Feigin (2007), yaitu :
a. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural)
Kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Stroke ini
biasanya diikuti dengan fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau
arteri meningenslainnya. Pasien harus diatasi beberapa jam setelah
mengalami cedera untuk dapat mempertahankan hidup.
b. Hemoragi subdural (termasuk subdural akut)
Hematoma subdural yang robek adalah bagian vena sehingga pembentukan
hematomanya lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak.
c. Hemoragi subaraknoid (hemoragi yang terjadi di ruang subaraknoid)
Dapat terjadi sebagai akibat dari trauma atau hipertensi tetapi penyebab
paling sering adalah kebocoran aneurisma.
d. Hemoragi intera serebral
Hemoragi atau perdarahan disubstansi dalam otak yang paling umum terjadi
pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral karena perubahan
degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh
darah.

2.3. Etiologi
1. Stroke iskemik
a) Trombosis serebral
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama thrombosis serebral yang merupakan penyebab paling umum
dari stroke tanda-tanda thrombosi serebral bervariasi. onset yang tidak umum.
Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahankognitif, atau kejang dan
beberapa mengalami onset yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi
intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum, thrombosis serebral tidak
terjadi dengan tiba-tiba ; dan kehilangan bicara sementara, hemiplegic, atau
parastesia pada setengah tubuh dapat mendahului onset paralisis berat pada
beberapa jam atau hari.
b) Embolisme Serebral
Embolisme serebral Embolisme biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau
cabang-cabangnya sehingga merusak sirkulasi serebral. Onset hemiparesis
atauhemiplegic tiba-tiba dengan afasia, tanpa afasia, atau kehilangan kesadaran
pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik
dariembolisme serebral.
2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah
sehinggamenyebabkan iskemia (penurunan aliran) dan hipoksia di sebelah hilir.
Penyebab stroke himoragik adalah hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri
ovenosa ( hubungan yang abnormal).

2.4. Faktor Resiko


Faktor resiko stroke adalah faktor yang memperbesar kemungkinan seseorang untuk
menderita stroke. Ada 2 kelompok utama faktor resiko stroke. Kelompok pertama
ditentukan secara genetik atau berhubungan dengan fungsi tubuh yang normal sehingga
tidak dapat dimodifikasi. Yang termasuk kelompok ini :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Ras
d. Riwayat stroke dalam keluarga serangan
e. Transient ischemic attack atau stroke sebelumnya.
Kelompok yang kedua merupakan akibat dari gaya hidup sesorang dan dapat
dimodifikasi. Faktor resiko utama yang termasuk kelompok kedua menurut Bounameaux et
al, 1999 adalah

a. Hipertensi
b. Diabetes militus
c. Merokok
d. Hiperlipidemia
e. Intoksikasi alcohol

2.5. Penatalaksanaan Stroke


Menurut Harsono (1996), kematian dan deteriosasi neurologis minggu pertama stroke
iskemia terjadi karena adanya edema otak. Edema otak timbul dalam beberapa jam setelah
stroke iskemik dan mencapai puncak 24 – 96 jam. Edema otak mula – mula cytofosic karena
terjadi gangguan pada metabolisme seluler kemudian terdapat edema vasogenik karena
rusaknya sawar darah otak setempat. Menurut Harsono (1996), untuk menurunkan edema
otak dilakukan hal – hal berikut ini :
1. Naikkan posisi kepala dan badan bagian atas setinggi 20 – 30º
2. Hindarkan pemberian nutrisi cairan intravena yang berisi glukosa atau cairan
hipotonik
3. Pemberian osmoterapi.
4. Intubasi dan hiperventilasi terkontrol dengan oksigen hiperbarik sampai PCO2 = 29
– 35 mmHg
5. Steroid dianggap kurang menguntungkan untuk terapi udara serebral karena
disamping menyebabkan hipergilkemia juga naiknya resiko infeksi.

2.6. Deteksi Dini Stroke


Deteksi dengan menggunakan cincinnati pre – hospital stroke scale yang terdiri dari fast :
1. F : Facial drop : pasien diminta tersenyum/ menunjukan gigi (abnormal bila satu sisi
wajah tidak bergerak sesuai sisi lainnya.
2. A : Arm drift : pasien diminta menggangkat kedua tangan 900 selama beberapa saat
(abnormal bila tidak mampu bertahan/salah satu sisi tidak naik setinggi sisi lainnya.
3. S : Slurred Speech : pasien diminta mengulang kalimat sederhana (abnormal bila
pengucapan tidak jelas, kalimat tidak sesuai, atau tidak mampu bicara.
4. T : Time : segera minta bantuan medis untuk pertolongan lebih lanjut.

2.7. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Satyanegara (1998) adalah sebagai berikut :
a. Komplikasi dini (0 – 48 jam pertama)
1. Edema serebri : defisit neurologis cenderung memberat, dan mengakibatkan
peningkatan TIK, herniasi dan akhirnya menimbulkan kematian
2. Infark miokard : penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal
b. Komplikasi jangka pendek ( 1 – 14 hari pertama)
1. Pneumonia : akibat imobilisasi lama
2. Infark miokard
3. Emboli paru : cenderung terjadi 7 -14 hari pasca – stroke, sering kali pada saat
penderita mulai mobilisasi
4. Stroke rekuren : dapat terjadi setiap saat.
c. Komplikasi jangka panjang
Stroke rekuen, infark miokard, gangguan vaskular lain : penyakit vaskular perifer.
Menurut Smelzer (2001), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke yaitu :
1. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberikan oksigenasi
2. Penurunan darah serebral
3. Embolisme serebral

2.8. Pemeriksaan Penunjang


Menurut Harsono (1996) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada stroke adalah
sebagai berikut :
a. CT scan bagian kepala
Pada stroke non – hemoragi terlihat adanya infark, sedangkan pada stroke hemoragi
terlihat pendarahan.
b. Pemeriksaan lumbal pungsi
Pada pemeriksaan lumbal pungsi untuk pemeriksaan diagnostic diperiksa kimia
sitology, mikrobiologi, dan virologi. Di samping itu, dilihat pula tetesan cairan
serebrospinal saat keluar baik kecepatannya, kejernihannya, warnanya, dan tekanan
yang menggambarkan proses terjadi di intraspinal.
c. EKG (Elektrokardiografi)
Untuk mengetahui keadaan jantung dimana jantung berperan sampai keotak
d. Elektro Encephalo Grafi
Mengidentifikasi masalah berdasarkan gelombang otak, menunjukan area lokasi secara
spesifik.
e. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tekanan darah, kekentalan darah, jumlah
sel darah, penggumpalan trombosit yang abnormal, dan mekanisme pembekuan darah.
f. Angiografi serebral
Membantu secara spesifik penyebab stroke seperti pendarahan atau obstruksi arteri,
memperlihatkan secara tepat letak onkulasi atau rupture.
g. Magnetik Resonansi Imagine (MRI)
h. Ultrasonografi Dopler
PATHWAY

Bekuan darah, Arterosklerosis,


Usila
lemak udara hypertensi

Penurunan Penyempitan Tekanan


aktivitas simpatis pembuluh darah otak pembuluh darah

Penurunan
Emboli Aneurisma
tekanan darah

Suplay darah otak Pecahnya


menurun pembuluh darah

Ishkemi jaringan Perdarahan


otak intraserebral

Gangguan sirkulasi serebral

Perubahan perfusi jaringan serebral

Gangguan pada otak sebagai pusat


koordinasi tubuh

Gangguan semua sistem

Gangguan Gangguan N. X
N. VII
trasnmisi koordinasi otak
Kerusakan Kerusakan
Persepsi sensori Kelemahan
komunikasi verbal menelan

Perubahan persepsi Kerusakan


sensori mobilitas fisik

Kurang perawatan

Gangguan harga diri rendah

Kurang pengetahuan
ASUHAN KEPERAWATAN

DX
NO ANALISA DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan
perfusi jaringan
berhubungan dengan
penurunan darah ke
otak
2. DS : Gangguan mobilitas
 Mengeluh sulit menggerakan fisik berhubungan
ekstermitas dengan hemiparase/
 Nyeri saat bergerak hemiplegia
 Enggan melakukan
pergerakan
 Merasa cemas saat bergerak
DO :
 Kekuatan otot menurun
 Rentang gerak (ROM)
menurun
 Sendi kaku
 Gerakan tidak terkoordinasi
 Gerakan terbatas
 Fisik lemah
3. DS : Defisit perawatan diri
 Menolak melakukan berhubungan dengan
perawatan diri kelemahan
DO : neuromuskuler
 Tidak mampu mandi/
mengenakan pakaian/ makan/
ketoilet/ berhias secara
mandiri
 Minat melakukan perawatan
diri kurang

NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


1. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 2X24 jam
perfusi jaringan tercapai
secara optimal.
Kriteria hasil :
2. Gangguan Klien mampu Dukungan ambulasi
mobilitas fisik melaksanakan aktivitas  Observasi
berhubungan fisik sesuai dengan - Identifikasi adanya
dengan kemampuannya. nyeri/keluhan fisik lainnya
hemiparase/ Kriteria hasil : - Identifikasi toleransi fisik
hemiplegia Mobilitas fisik melakukan ambulasi
 Kekuatan otot  Terapeutik
 Nyeri - Fasilitasi aktivitas
 Kecemasan ambulasi dengan alat
 Kaku sendi bantu

 Gerakan terbatas - Fasilitasi melakukan

 Kelemahan fisik mobilasi fisik


 Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan
ambulasi dini

Dukungan mobilisasi
 Observasi
- Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
 Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
- Fasilitasi melakukan
pergerakan
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
 Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Defisit perawatan Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri
diri berhubungan perawatan 2X24 jam  Observasi
dengan kelemahan diharapkan klien - Identifikasi kebiasaan
neuromuskuler menunjukan peningkatan aktivitas perawatan diri
kemampuan komunikasi sesuai usia
verbal - Monitor tingkat
Kriteria hasil : kemandirian
Perawatan diri - Identifikasi kebutuhan
 Kemampuan alat bantu kebersihan diri,
mandi berpakaian, berhias, dan
 Kemampuan makan
mengenakan  Terpeutik
pakaian - Sediakan lingkungan
 Kemampuan yang terapeutik (mis,
makan suasana hangat, rileks,
 Kemampuan ke privasi)
toilet (BAB/BAK) - Siapkan keperluan mandi
- Damping dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Jadwalkan rurinitas
perawatan dir
 Edukasi
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

Dukungan perawatan diri :


BAB/BAK
 Observasi
- Identifikasi kebiasaan
BAB/BAK sesuai usia
- Monitor integritas kulit
pasien
 Terapeutik
- Buka pakaian yang
diperlukan untuk
memudahkan eliminasi
- Dukung penggunaan
toilet/commode/pispot/uri
nial secara konsisten
- Bersihkan alat bantu
BAK/BAB setelah
digunakan
- Latih BAK/BAB sesuai
jadwal
- Sediakan alat bantu
 Edukasi
- Anjurkan BAK/BAB
secara rutin
- Anjurkan kekamar
mandi/toilet

BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Tutu.2012.Sistem Neurobehviour. Jakarta : Salemba Medika.


Corwin, Elizabeth J.2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

George, Dewanto. Dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksanaan Penyakit Saraf.
Jakarta : EGC

Ginsberg, Lionel, 2007. Neurology. Jakarta : Penerbit Erlangga

Wilson, Price. 2003. Patofisiologi Konsep Klini Dan Proses – Proses Penyakit Volume 2. Jakarta
: EGC

Anda mungkin juga menyukai