Rasa terima kasih kami tidak terkirakan kepada yang terhormat Ibu Ely isnaeni,
S.Kep,Ns,M.kep selaku pembimbing materi dalam pembuatan makalah ini, teman - teman yang
membantu dalam proses pembuatan, serta semua pihak yang telah mendukung dalam
penyusunan karya tulis ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Harapan kami bahwa karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan seputar CVA sehingga kedepanya pembaca bisa
mengantisipasi kemungkinan yang dapat terjadi. Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih
jauh dari sempurna dengan keterbatasan yang kami miliki. Tegur sapa dari pembaca akan kami
terima dengan tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2.2. Klasifikasi
Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke iskemik dan stroke
hemorrhargic. Kedua katergori ini merupakan suatu kondisi yang berbeda pada stroke
hemorhagic terdapat timbunan darah di subarahchnoid atau intraserebral, sedangkan stroke
iskemik terjadi karena kurangnya suplai darah ke otak sehingga kebutuhan oksigen dan
nutrisi kurang mencukupi. Klasifikasi stroke menurut Wardhana (2011), antara lain sebagai
berikut :
1. Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah yang
disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak. penyumbatnya adalah
plakatau timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam
darah.Penyumbatan bisa terjadi pada pembuluh darah besar (arteri karotis), atau
pembuluh darah sedang penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding
bagian dalam pembuluh darah (arteri) menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak
lancar dan tertahan. Oleh karena darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan
akan terjadi gumpalan darah (trombosis), sehingga aliran darah makin lambat dan
lama-lama menjadi sumbatan pembuluh darah. Akibatnya, otak mengalami
kekurangan pasokan darah yang membawah nutrisi dan oksigen yang diperlukan oleh
darah. Sekitar 85 % kasus stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau infark, stroke
infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak.
Penurunan aliran darah yang semakin parah dapat menyebabkan kematian
jaringan otak. Penggolongan stroke iskemik atau infark menurut juanidi (2011)
dikelompokan sebagai berkut :
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
Suatu gangguan akut dari fungsi lokal serebral yang gejalanya berlangsung
kurang dari 24 jam atau serangan sementara dan disebabkan oleh thrombus
atau emboli. Satu sampai dua jam biasanya TIA dapat ditangani, namun
apabila sampai tiga jam juga belum bisa teratasi sekitar 50 % pasien sudah
terkena infark.
b. Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND)
Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24 jam,
biasanya RIND akan membaik dalam waktu 24 – 48 jam.
c. Stroke In Evolution (SIE)
Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus berkembang
dimana terlihat semakin berat dan memburuk setelah 48 jam. Defisit
neurologis yang timbul berlangsung bertahap dari ringan sampai menjadi
berat.
d. Complete Stroke Non Hemorrhargic
Kelainan neurologis yang sudah lengkap menetap atau permanen tidak
berkembang lagi bergantung daerah bagian otak mana yang mengalami
infark.
2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya
pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi
ruang-ruang jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi ruang-
ruang jaringan sel otakakan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan
menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak
sekitar pembuluh darah yang pecah(intracerebral hemorage) atau dapat juga
genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak (subarachnoid hemorage) bila ini
terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan sampai pada kematian.
Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia, karena penyumbatan
terjadi pada dinding pembuluh darah yang sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah
yang sudah rapuh ini, disebabkan karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa
juga disebabkan karena faktor keturunan (genetik). Keadaan yang sering terjadi
adalah kerapuhan karenamengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak
atau arteriosklerosis akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan
darah tinggi. Beberapa jenis stroke hemoragik menurut Feigin (2007), yaitu :
a. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural)
Kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Stroke ini
biasanya diikuti dengan fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau
arteri meningenslainnya. Pasien harus diatasi beberapa jam setelah
mengalami cedera untuk dapat mempertahankan hidup.
b. Hemoragi subdural (termasuk subdural akut)
Hematoma subdural yang robek adalah bagian vena sehingga pembentukan
hematomanya lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak.
c. Hemoragi subaraknoid (hemoragi yang terjadi di ruang subaraknoid)
Dapat terjadi sebagai akibat dari trauma atau hipertensi tetapi penyebab
paling sering adalah kebocoran aneurisma.
d. Hemoragi intera serebral
Hemoragi atau perdarahan disubstansi dalam otak yang paling umum terjadi
pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral karena perubahan
degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh
darah.
2.3. Etiologi
1. Stroke iskemik
a) Trombosis serebral
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama thrombosis serebral yang merupakan penyebab paling umum
dari stroke tanda-tanda thrombosi serebral bervariasi. onset yang tidak umum.
Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahankognitif, atau kejang dan
beberapa mengalami onset yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi
intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum, thrombosis serebral tidak
terjadi dengan tiba-tiba ; dan kehilangan bicara sementara, hemiplegic, atau
parastesia pada setengah tubuh dapat mendahului onset paralisis berat pada
beberapa jam atau hari.
b) Embolisme Serebral
Embolisme serebral Embolisme biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau
cabang-cabangnya sehingga merusak sirkulasi serebral. Onset hemiparesis
atauhemiplegic tiba-tiba dengan afasia, tanpa afasia, atau kehilangan kesadaran
pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik
dariembolisme serebral.
2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah
sehinggamenyebabkan iskemia (penurunan aliran) dan hipoksia di sebelah hilir.
Penyebab stroke himoragik adalah hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri
ovenosa ( hubungan yang abnormal).
a. Hipertensi
b. Diabetes militus
c. Merokok
d. Hiperlipidemia
e. Intoksikasi alcohol
2.7. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Satyanegara (1998) adalah sebagai berikut :
a. Komplikasi dini (0 – 48 jam pertama)
1. Edema serebri : defisit neurologis cenderung memberat, dan mengakibatkan
peningkatan TIK, herniasi dan akhirnya menimbulkan kematian
2. Infark miokard : penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal
b. Komplikasi jangka pendek ( 1 – 14 hari pertama)
1. Pneumonia : akibat imobilisasi lama
2. Infark miokard
3. Emboli paru : cenderung terjadi 7 -14 hari pasca – stroke, sering kali pada saat
penderita mulai mobilisasi
4. Stroke rekuren : dapat terjadi setiap saat.
c. Komplikasi jangka panjang
Stroke rekuen, infark miokard, gangguan vaskular lain : penyakit vaskular perifer.
Menurut Smelzer (2001), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke yaitu :
1. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberikan oksigenasi
2. Penurunan darah serebral
3. Embolisme serebral
Penurunan
Emboli Aneurisma
tekanan darah
Gangguan Gangguan N. X
N. VII
trasnmisi koordinasi otak
Kerusakan Kerusakan
Persepsi sensori Kelemahan
komunikasi verbal menelan
Kurang perawatan
Kurang pengetahuan
ASUHAN KEPERAWATAN
DX
NO ANALISA DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan
perfusi jaringan
berhubungan dengan
penurunan darah ke
otak
2. DS : Gangguan mobilitas
Mengeluh sulit menggerakan fisik berhubungan
ekstermitas dengan hemiparase/
Nyeri saat bergerak hemiplegia
Enggan melakukan
pergerakan
Merasa cemas saat bergerak
DO :
Kekuatan otot menurun
Rentang gerak (ROM)
menurun
Sendi kaku
Gerakan tidak terkoordinasi
Gerakan terbatas
Fisik lemah
3. DS : Defisit perawatan diri
Menolak melakukan berhubungan dengan
perawatan diri kelemahan
DO : neuromuskuler
Tidak mampu mandi/
mengenakan pakaian/ makan/
ketoilet/ berhias secara
mandiri
Minat melakukan perawatan
diri kurang
Dukungan mobilisasi
Observasi
- Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
- Fasilitasi melakukan
pergerakan
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Defisit perawatan Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri
diri berhubungan perawatan 2X24 jam Observasi
dengan kelemahan diharapkan klien - Identifikasi kebiasaan
neuromuskuler menunjukan peningkatan aktivitas perawatan diri
kemampuan komunikasi sesuai usia
verbal - Monitor tingkat
Kriteria hasil : kemandirian
Perawatan diri - Identifikasi kebutuhan
Kemampuan alat bantu kebersihan diri,
mandi berpakaian, berhias, dan
Kemampuan makan
mengenakan Terpeutik
pakaian - Sediakan lingkungan
Kemampuan yang terapeutik (mis,
makan suasana hangat, rileks,
Kemampuan ke privasi)
toilet (BAB/BAK) - Siapkan keperluan mandi
- Damping dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Jadwalkan rurinitas
perawatan dir
Edukasi
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
George, Dewanto. Dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksanaan Penyakit Saraf.
Jakarta : EGC
Wilson, Price. 2003. Patofisiologi Konsep Klini Dan Proses – Proses Penyakit Volume 2. Jakarta
: EGC