Kelompok 4
S1 Keperawatan
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Stroke merupakan masalah yang universal sebagai salah satu pembunuh di
dunia, sedangkan di negara maju maupun berkembang seperti di Indonesia, stroke
memiliki angka kecacatan dan kematian yang cukup tinggi. Angka kejadian stroke
di dunia di perkirakan 200 per100.000 penduduk, dalam Stroke dapat menyerang
otak secara mendadak dan berkembang cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam ini
disebabkan oleh iskemik maupun hemoragik di otak sehingga pada keadaan tersebut
suplai oksigen keotak terganggu dan dapat mempengaruhi kinerja saraf di otak, yang
dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Penyakit stroke biasanya disertai dengan
adanya peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang ditandai dengan nyeri kepala
dan mengalami penurunan kesadaran. Secara global, 20% aliran darah dari curah
jantung akan masuk ke serebral per menit per 100 gram jaringan otak, apabila otak
mengalami penurunan kesadaran, penderita stroke non hemoragik dapat
menyebabkan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, yang apabila tidak
ditangani maka, akan meningkatkan tekanan intrakranial, dan menyebabkan
kematian.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa, sebanyak 20,5 juta jiwa
di dunia 85% mengalami stroke iskemik dari jumlah stroke yang ada. Penyakit
hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Berdasarkan prevalensi
stroke Indonesia 10,9 permil setiap tahunnya terjadi 567.000 penduduk yang terkena
stroke, dan sekitar 25% atau 320.000 orang 20 meninggal dan sisanya mengalami
kecacatan (RISKESDAS, 2018). Data Kementerian Kesehatan RI, di Jawa Timur
kasusnya stroke mencapai 44,74 % dari total keluhan gangguan kesehatan, melonjak
menjadi 75,1 %, pada tahun 2017 (KEMENKES, 2018). Data studi pada bulan
Januari di RSUD Bangil Pasuruan pada tahun 2019 terdapat 635 penderita stroke
non hemoragik, dari data tersebut yang mengalami masalah perfusi jaringan serebral
sebanyak 258 penderita. (Indahningrum et al. 2020)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Mampu mengetahui dan memehami tentang penyakit Stroke
2. Mampu mengetahui dan memahami tentang Asuhan Keperawatan pada
penyakit Stroke
TINJAUAN PUSTAKA
2.8 Pathway
2.9 Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Adapun Fokus pengkajian pada klien dengan Stroke Hemoragik
yaitu: (Hartati 2020)
a. Identitas Kien
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama,
alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian
diambil) dan identitas penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama,
suku, hubungan dengan klien, pekerjaan, alamat).
b. Keluhan Utama
Adapun keluhan utama yang sering dijumpai yaitunya klien mengalami
kelemahan anggota gerak sebelah badan, biasanya klien mengalami bicara
pelo, biasanya klien kesulitan dalam berkomunikasi dan penurunan tingkat
kesadaran.
c. Riwayat Kesehatan
Sekarang Keadaan ini berlangsung secara mendadak baik sedang
melakukan aktivitas ataupun tidak sedang melakukan aktivitas. Gejala yang
muncul seperti mual, nyeri kepala, muntah bahkan kejang sampai tidak
sadar, kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adapun riwayat kesehatan dahulu yaitunya memiliki riwayat hipertensi,
riwayat DM, memiliki penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
riwayat kotrasepsi oral yang lama, riwayat penggunan obat-obat anti
koagulasi, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat keluarga dengan hipertensi, adanya riwayat DM, dan
adanya riwayat anggota keluarga yang menderita stroke.
f. Riwayat Psikososial
Adanya keadaan dimana pada kondisi ini memerlukan biaya untuk
pengobatan secara komprehensif, sehingga memerlukan biaya untuk
pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan yang sangat mahal dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
g. Pemeriksaan Fisik
a) Tingkat Kesadaran
tingkat kesadaran merupakan parameter untama yang sangat penting
pada penderita stroke. Perludikaji secara teliti dan secara komprehensif
untuk mengetahui tingkat kesadaran dari klien dengan stroke. Macam-
macam tingkat kesadaran terbagi atas:
Metoda Tingkat Responsivitas
1) Composmentis : kondisi sesorang yang sadar sepenuhnya, baik
terhadap dirinya maupun terhadap dirinya maupun terhap
lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan yang dinyatakan
pemeriksa dengan baik
2) Apatis : yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak
acuh terhadap lingkungannya
3) Derilium : yaitu kondisi sesorang yang mengalami kekacauan
gerakan, siklus tidur bangun yang terganggu dan tampak gaduh
gelisah, kacau, disorientasi srta meronta-ronta
4) Somnolen : yaitu kondisi sesorang yang mengantuk namun masih
dapat sadar bila diransang, tetapi bila rangsang berhenti akan
tertidur kembali
5) Sopor : yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam,
namun masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat,
misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak terbangun sempurna dan
tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik
6) Semi-Coma : yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan
respons terhadap pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama
sekali, respons terhadap rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi
refleks kornea dan pupil masih baik.
7) Coma : yaitu penurunan kesadaran yang salangat dalam,
memberikan respons terhadap pernyataan, tidak ada gerakan, dan
tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.
b) Gerakan, Kekuatan dan Koordinasi
Tanda dari terjadinya gangguan neurologis yaitu terjadinya kelemahan
otot yang menjadi tanda penting dalam stroke. Pemeriksaan kekuatan
otot dapt dilakukan oleh perawat dengan menilai ektremitas dengan
memberika tahanan bagi otot dan juga perawat bisa menggunakan gaya
gravitasi.
1) Reflek
Respon motorik terjadi akibat adanya reflek yang terjadi melalui
stimulasi sensori. Kontrol serebri dan kesadaran tidak dibutuhkan untuk
terjadinya reflek. Respon abnormal(babinski) adalah ibu jari dorso
fleksi atau gerakan ke atas ibu jari dengan atau tanpa melibatkan jari-
jari kaki yang lain.
2) Perubahan Pupil
Pupil harus dapat dinilai ukuran dan bentuknya (sebaiknya dibuat dalam
millimeter). Suruh pasien berfokus pada titik yang jauh dalam ruangan.
Pemeriksa harus meletakkan ujung jari dari salah satu tangannya sejajar
dengan hidung pasien. Arahkan cahaya yang terang ke dalam salah satu
mata dan perhatikan adanya konstriksi pupil yang cepat (respon
langsung). Perhatikan bahwa pupil yang lain juga harus ikut konstriksi
(respon konsensual). Anisokor (pupil yang tidak sama) dapat normal
pada populasi yang presentasinya kecil atau mungkin menjadi indikasi
adanya disfungsi neural.
3) Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda klasik dari peningkatan tekanan intra cranial meliputi
kenaikan tekanan sistolik dalam hubungan dengan tekanan nadi yang
membesar, nadi lemah atau lambat dan pernapasan tidak teratur.
4) Saraf Kranial
I. Olfaktorius : saraf cranial I berisi serabut sensorik untuk indera
penghidu. Mata pasien terpejam dan letakkan bahan-bahan
aromatic dekat hidung untuk diidentifikasi.
II. Optikus : Akuitas visual kasar dinilai dengan menyuruh pasien
membaca tulisan cetak. Kebutuhan akan kacamata sebelum pasien
sakit harus diperhatikan.
III. Okulomotoris : Menggerakkan sebagian besar otot mata
IV. Troklear : Menggerakkan beberapa otot mata
V. Trigeminal : Saraf trigeminal mempunyai 3 bagian: optalmikus,
maksilaris, dan madibularis. Bagian sensori dari saraf ini
mengontrol sensori pada wajah dan kornea. Bagian motorik
mengontrol otot mengunyah. Saraf ini secara parsial dinilai
dengan menilai reflak kornea; jika itu baik pasien akan berkedip
ketika kornea diusap kapas secara halus. Kemampuan untuk
mengunyah dan mengatup rahang harus diamati.
VI. Abdusen : Saraf cranial ini dinilai secara bersamaan karena
ketiganya mempersarafi otot ekstraokular. Saraf ini dinilai dengan
menyuruh pasien untuk mengikuti gerakan jari pemeriksa ke
segala arah.
VII. Fasial : Bagian sensori saraf ini berkenaan dengan pengecapan
pada dua pertiga anterior lidah. Bagian motorik dari saraf ini
mengontrol otot ekspresi wajah. Tipe yang paling umum dari
paralisis fasial perifer adalah bell’s palsi.
VIII. Akustikus : Saraf ini dibagi menjdi cabang-cabang koklearis dan
vestibular, yang secara berurutan mengontrol pendengaran dan
keseimbangan. Saraf koklearis diperiksa dengan konduksi tulang
dan udara. Saraf vestibular mungkin tidak diperiksa secara rutin
namun perawat harus waspada, terhadap keluhan pusing atau
vertigo dari pasien.
IX. Glosofaringeal : Sensori: Menerima rangsang dari bagian
posterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa.
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam
X. Vagus : Saraf cranial ini biasanya dinilai bersama-sama. Saraf
Glosofaringeus mempersarafi serabut sensori pada sepertiga lidah
bagian posterior juga uvula dan langit-langit lunak.Saraf vagus
mempersarafi laring, faring dan langit-langit lunak serta
memperlihatkan respon otonom pada jantung, lambung, paruparu
dan usus halus. Ketidak mampuan untuk batuk yang kuat,
kesulitan menelan dan suara serak dapat merupakan pertanda
adanya kerusakan saraf ini.
XI. Asesoris spinal : Saraf ini mengontrol otot-otot
sternokliedomostoid dan otot trapesius. Pemeriksa menilai saraf
ini dengan menyuruh pasien mengangkat bahu atau memutar
kepala dari satu sisi ke sisi lain terhadap tahanan, bisa juga di
bagian kaki dan tangan.
XII. Hipoglosus : Saraf ini mengontrol gerakan lidah. Saraf ini dinilai
dengan menyuruh pasien menjulurkan lidah. Nilai adanya deviasi
garis tengah, tremor dan atropi. Jika ada deviasi sekunder
terhadap kerusakan saraf, maka akan mengarah pada sisi yang
terjadi lesi.
2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut
a. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d gangguan aliran darah sekunder
akibat
peningkatan tekanan intra cranial.
b. Gangguan komunikasi verbal b.d kehilangan kontrol otot facial atau oral.
c. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular.
d. Defisit perawatan diri b.d hemiparese/ hemiplegic.
e. Resiko tinggi ketidakefektifan pola napas b.d menurunnya reflek batuk
dan menelan, immobilisasi.
f. Gangguan intergritas kulit b.d tirah baring lama.
g. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
menelan.
h. Defisiensi pengetahuan b.d informasi yang tidak adekuat.
3. Intervensi/Rencana Tindakan
Diagnosa
Luaran Keperawatan Intervensi Keperwatan
Keperawatan
Gangguan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen peningkatan tekanan intrakranial
Perfusi Jaringan …x24jam masalah gangguan perfusi jaringan
Observasi
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Tekanan intra kranial : menurun (5) - identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis.
- Nilai rata rata tekanan darah : membaik - Monitor CVP (Central Venous Pressure),jika perlu
- Tekanan darah sistolik : membaik (5) - monitor ICP (Intra Cranial Pressure),jika tersedia
- Tekanan darah diastolik : membaik (5) - monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
Terapeutik :
Kolaborasi
Gangguan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi komunikasi {Devisit Visual} (I.13494)
komunikasi …x24jam masalah gangguan komunikasi verbal
verbal dapat teratasi dengan kriteria hasil : Observasi
- Kemampuan berbicara : Meningkat (5)
- Periksa kemampuan pengelihatan
- Kemampuan mendengar : Meningkat (5)
- Monitor dampak gangguan pengelihatan (mis. resiko
- Kesesuaian ekspresi : Meningkat (5)
cidera, depresi,kegelisahan, kemampuan melakukan
- wajah/tubuh : Meningkat (5)
aktivitas sehari- hari).
- Kontak mata : Meningkat (5)
- Afasia : Menurun (5) Terapeutik
Kolaborasi
- Rentang gerak (ROM) : Meningkat (5) - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
Edukasi
Defisit Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Perawatan Diri ( I.11348)
perawatan diri …x24jam masalah keperawatan defistsi
Observasi :
perawatan diri dapat teratasi kriteria hasil :
- Kemampuan mandi : Meningkat (5) - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
Edukasi
Ketidakefektifan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan nafas I.01011
pola napas …x24jam masalah ketidakefektifan pola napas
Observasi
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Keluhan sulit tidur : membaik (5) - Monitor pola napas (frekuensi,kedalaman,usaha nafas)
Edukasi
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
bronkoodilator,ekspektoran,mukolitil,jika perlu
Gangguan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan perawatan integritas kulit (I.11353)
integritas kulit …x24jam masalah gangguan integritas kulit dapat
Observasi
teratasi dengan kriteria hasil :
- Elastisitas : Meningkat (5) - Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime
- Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat
berada diluar rumah
Kolaborasi
Kasus Stroke
Data Subjektif :
Data Objektif :
- terpasang O2 : 9Lx/mnt
- suara nafas klien wheezing
- Tanda-Tanda Vital
- S : 37℃
- RR : 26x/mnt
3. Data subjekitf : Gangguan mobilitas Penurunan kekuatan
- Klien mengatakan klien fisik otot
mengalami kelemahan anggota
gerak sebelah kanan
- keluarga klien mengatakan
semua aktivitas klien dibantu
oleh keluarga
- keluarga klien mengatakan klien
terbaring lemah
Data objektif :
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti konvulsan
2. Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis
3. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja
Pola Napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 3x24 Manajemen jalan nafas I.01011 1. Manajemen energy
jam,masalah keperawatan pola 2. Manajamen jalan
Observasi
nafas tidak efektif dapat teratasi napas bantuan
dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola napas 3. Pemberian obat
(frekuensi,kedalaman,usaha inhaalsi
1. Penggunaan otot bantu
nafas) 4. Pencegahan aspirasi
nafas : menurun (5)
2. Monitor bunyi napas 5. Pemberian obat oral
2. Frekuensi nafas :
tambahan( mis,gungling,me
membaik (5)
3. Dispnea : menurun (5) ngi,wheenzing,rohki kering)
Terapeutik
1. Pertahankan kepantenan
jalan napas dengan head-tilt
dan chin-lift ( jaw-thrust
jika curiga trauma servikal)
2. Posisika semi- fowler atau
fowler
3. Berikan minum hangat
4. lakukan fisioterapi dada jika
perlu
5. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep Mcgell
8. berikan oksigen jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
bronkoodilator,ekspektoran,
mukolitil,jika perlu
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 3x24 Dukungan Mobilisasi 1. Edukasi latihan fisik
fisik jam,masalah keperawatan 2. Edukasi tehnik
Observasi :
Gangguan mobilitas fisik dapat ambulasi
teratasi dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi adanya nyeri 3. Manajemen program
atau keluhan fisik lainnya latihan
1. Pergerakan ekstremitas :
2. Identifikasi toleransi fisik 4. Teknik latihan
meningkat (5)
melakukan pergerakan penguatan otot
2. Kekuatan otot :
3. Monitor kondisi umum 5. Teknik latihan
meningkat (5)
selama melakukan penguatan sendi
3. Kelamahan fisik :
mobilisasi
menurun (5)
Terapeutik :
1. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
11.00 efektif P:
Kolaborasi : - Monitor pola napas
- Monitor bunyi napas
1. Berkolaborasi pemberian
- Posisikan semi fowler
bronkodilator,ekspektoran,muko
- Berikan oksigen
litik
3. 10.00 Dukungan Mobilisasi Kelompok 12.00 S: Kelompok
4 4
Observasi : - Keluarga klien mengatakan
klien masih belum bisa
1. Mengidentifikasi adanya nyeri
mengerakan tangan dan kaki
atau keluhan fisik lainnya
sebelah kananya
2. Mengidentifikasi toleransi fisik
- Keluarga klien mengatakan
melakukan pergerakan
aktivitas klien masih dibantu
3. Memonitor kondisi umum
keluarganya
selama melakukan mobilisasi
- Keluarga klien mengatakan
Terapeutik :
10.20 klien masih terbaring lemah
1. Memfasilitasi aktivitas O:
mobilisasi dengan alat bantu
- Klien masih mengalami
2. memfasilitasi melakukan
kelemahan otot gerak kanan
pergerakan
- Klien tempak lemah
3. Melibatkan keluarga untuk
- Klien tampak bedrest total
membantu pasien dalam
A : gangguan mobilisasi fisik
meningkatkan pergerakan
berhubungan dengan Penurunan
Edukasi :
11.45 kekuatan otot belum teratasi
1. Menjelaskan tujuan dan
P:
prosedur mobilisasi
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi
2. Menganjurkan mobilisasi dini
dengan alat abnu
3. Mengajarkan mobilisasi
- Mengidentifikasi toleransi fisik
sederhana yang harus dilakukan
melakukan pergerakan
- fasilitasi melakukan pergerakan
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN HARI KE-2
Hari/ No
Jam Implementasi Keperawatan Paraf Jam Evaluasi Keperawatan Paraf
tanggal Dx
1. 08.00 Manajemen peningkatan tekanan Kelompok 10.00 S: Kelompok
intrakranial 4 4
- Keluarga klien mengtakan
Observasi : klien masih belum sadarkan
diri
1. Mengidentifikasi penyebab
O:
peningkatan TIK (mis.
Lesi,gangguan - Klien setengah sadar
metabolisme,edema serebral) - Tinggat kesadaran : somnolen
2. Memonitor tanda/gejala - Keadaan umum : lemah
peningkatan TIK (mis. Tekanan - Tanda tanda vital
darah meningkat,tekanan nadi TD : 160/80 mmHg
melebar,bradikardia,pola napas N : 115x/menit
ireguler,kesadaran menurun) S : 36,5 DerajadCelcius
08.45 3. Memonitor status pernafasan RR : 25/Menit
Terapeutik :
A : Resiko perfusi jaringan serebral
1. Memberikan posisi semi fowler tidak efektif berhubungan dengan
2. Mempertahankan suhu tubuh
normal Hipertensi teratasi sebagian
Kolaborasi :
P:
08.55
1. Berkolaborasi pemberian sedasi - Kolaborasi pemberian
dan anti konvulsan diuretic osmosis
2. berkolaborasi pemberian - Monitor tanda dan gejala
diuretik osmosis peningkatan TIK
3. Berkolaborasi pemberian - Pertahankan suhu tubuh
pelunak tinja normal
2. 08.00 Manajemen jalan nafas Kelompok 10,00 S:- Kelompok
4 4
Observasi : O:
1. Berkolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,muko
litik
3. 08.00 Dukungan Mobilisasi Kelompok 09.00 S: Kelompok
4 4
Observasi : - Keluarga klien mengatakan
klien bisa menggerakan
1. Mengidentifikasi adanya nyeri
tangan dan kaki sebelah
atau keluhan fisik lainnya
kananya hanya sedikit
2. Mengidentifikasi toleransi fisik
- Keluarga klien mengatakan
melakukan pergerakan
aktivitas klien masih dibantu
3. Memonitor kondisi umum
oleh keluarganya
selama melakukan mobilisasi
- Keluarga klien mengatakan
Terapeutik :
08.40 klien masih terbaring lemah
1. Memfasilitasi aktivitas O:
mobilisasi dengan alat bantu
- Klien masih mengalami
2. memfasilitasi melakukan
kelemahan otot gerak kanan
pergerakan
tapi masih digerakan sedikit
3. Melibatkan keluarga untuk
- Klien masih tampak lemah
membantu pasien dalam
- Klien masih tampak bedrest
meningkatkan pergerakan
08.55 A : gangguan mobilisasi fisik
Edukasi :
berhubungan dengan Penurunan
1. Menjelaskan tujuan dan kekuatan otot teratasi sebagian
prosedur mobilisasi
P : intervensi dilanjutkan
2. Menganjurkan mobilisasi dini
3. Mengajarkan mobilisasi
sederhana yang harus dilakukan
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN HARI KE-3
No
Hari/tanggal Jam Implementasi Keperawatan Paraf Jam Evaluasi Keperawatan Paraf
Dx
1. Manajemen peningkatan tekanan Kelompok 12.00 S: Kelompok
intrakranial 4 4
- Keluargaklienmengatakanklie
Observasi : nsudahsadar
O:
1. Mengidentifikasi penyebab
peningkatan TIK (mis. - Klien sudahsadar
Lesi,gangguan - Tinggat kesadaran : somnolen
metabolisme,edema serebral) - Keadaan umum : lemah
2. Memonitor tanda/gejala - Tandatanda vital
peningkatan TIK (mis. TD : 165/80 mmHg
Tekanan darah N : 115x/menit
meningkat,tekanan nadi S : 36,5 DerajadCelcius
melebar,bradikardia,pola napas RR : 26/Menit
ireguler,kesadaran menurun)
A : Resiko perfusi jaringan serebral
3. Memonitor status pernafasan
tidak efektif berhubungan dengan
Terapeutik :
Hipertensi teratasi
1. Memberikan posisi semi
fowler P : intervensi dihentikan
2. Mempertahankan suhu tubuh
normal
Kolaborasi :
1. Berkolaborasi pemberian
sedasi dan anti konvulsan
2. Berkolaborasi pemberian
diuretik osmosis
3. Berkolaborasi pemberian
pelunak tinja
2. 10.00 Manajemen jalan nafas Kelompok 12.00 S: Kelompok
4 4
Observasi : - Keluarga klien mengatakan
klien sempat mengalami
1. Memonitor pola nafas
sesak nafas
2. Memonitor bunyi nafas
O:
tambahan
3. Memonitor sputum - Terpasang O2: 3Lxmnt
10.30 Terapeutik : - TTV :
TD : 135/80mmHg
1. Memposisikan semi fowler
N : 90x/mnt
atau fowler
2. Memberikan oksigen S : 36℃
Edukasi : RR : 21x/mnt
A : pola nafas tidak efektif
1. Menganjurkan asupan cairan
10.45 berhubugan dengan hambatan upaya
2000 ml/hari
nafas teratasi
2. Mengajarkan teknik batuk
efektif P : intervensi dihentikan
Kolaborasi :
11.00
1. Berkolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,muk
olitik
Hartati, Juni. 2020. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Stroke Hemoragik
Dalam Pemberian Inovasi Intervensi Posisi Elevasi Kepala 30 Derajat Di Ruangan
Neurologi Rsud Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2020.” Dm, 1–126.
http://repo.stikesperintis.ac.id/1182/.
Indahningrum, Rizka putri, Jose Naranjo, Hernández, Jose Naranjo, L Ombra D E L
Peccato, and Hernández. 2020. “Karya Tulis Ilmiah Stroke.” Applied Microbiology
and Biotechnology 2507 (1): 1–9.
https://doi.org/10.1016/j.solener.2019.02.027%0Ahttps://www.golder.com/
insights/block-caving-a-viable-alternative/%0A???
Ummaroh, Erlinda Nurul. 2019. “Pasien CVA (Cerebro Vaskuler Accident) Dengan
Gangguan Komunikasi Verbal Di Ruang Aster RSUD Dr. Harjono.” Universitas
Muhammadiyah Ponogoro, 2–67. http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/5088.