Anda di halaman 1dari 17

Makalah Stroke dengan Diagnosa Nanda Nic Noc

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang
 penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Saat ini
Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia (Yastroki,
2009). Angka ini diperberat dengan adanya pergeseran usia penderita stroke yang semula
menyerang orang usia lanjut kini bergeser ke arah usia produktif. Bahkan, kini banyak
menyerang anak-anak usia muda (Gemari, 2008).
Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-
tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala dan tanda-tanda yang sesuai
dengan daerah fokal otak yang terganggu World Health Organization(WHO, 2005).
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Mengacu
 pada laporan American Heart Association, sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat terserang
stroke setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 610.000 diantaranya merupakan serangan stroke
 pertama, sedangkan 185.000 merupakan stroke yang berulang. Saat ini ada 4 juta o rang di
Amerika Serikat yang hidup dalam keterbatasan fisik akibat stroke, dan 15-30% di antaranya
a ntaranya
menderita cacat menetap Centers for Disease Control and Prevention ( CFDCP, 2009).
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke,
sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah
 penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia
tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang
setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke
meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi kemungkinan
terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Secara ekonomi, insiden stroke berdampak buruk akibat kecacatan karena stroke akan
memberikan pengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan kemampuan ekonomi masyarakat
dan bangsa (Yastroki, 2009).
Stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena Stroke, dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa
 pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan
sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus
menerus di tempat tidur (HIMAPID FKM UNHAS,2007).
Stroke merupakan masalah kesehatan dan perlu mendapat perhatian khusus. Stroke merupakan
 penyebab kematian dan kecacatan utama di hampir seluruh RS di Indonesia. Angka kejadian
stroke meningkat dari tahun ke tahun, Setiap tahun 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1
diantaranya karena stroke (DEPKES,2011).
Berdasarkan catatan rekam medis RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat, Khususnya Ruang ICU
 pada bulan Januari – Maret 2015, pasien dengan masalah Stroke Haemoragik berjumlah 6
orang dari 429 pasien (1,39%), selama tiga bulan terakhir ini.
Adapun faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke adalah faktor yang tidak
dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras, gender, genetik, dan riwayat
Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi
(modifiable risk factors) berupa hipertensi, merokok, penyakit jantung, diabetes, obesitas,
 penggunaan oral kontrasepsi, alkohol, dislipidemia (PERDOSSI, 2007).

c. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis memperoleh pengalaman dan gambaran secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Stroke
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Stroke
 b. Menentukan masalah keperawatan klien dengan Stroke
c. Merencanakan asuhan keperawatan klien dengan Stroke
d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan Stroke
e. Melakukan evaluasi keperawatan klien dengan Stroke.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan Stroke

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai d an harus ditangani secara
cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan
karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan
saja (Muttaqin, 2008).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak (Corwin,
2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
 berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler
selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).
B. ETIOLOGI
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan
iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis
 biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
 penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi
serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:

a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan da n pengerasan arteri
 besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007).
Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangn ya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
 Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
 Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.

 Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus


(embolus).
 Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
 b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat dapat melambatkan
aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
 b. Myokard infark
c. Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga
darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan
embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan
 pada endocardium.

2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang sub arachnoid
atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan
hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam
 parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi
infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
A. Hipertensi yang parah.
B. Cardiac Pulmonary Arrest
C. Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:

1. A. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.


2. B . Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

C. PATOFISIOLOGI
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark
 bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya
sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai
darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli,
 perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan
 paru dan jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap otak,
thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran
darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang
 bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area. Areaedema ini menyebabkan disfungsi
yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam
atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai
menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan
masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis
diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dind ing pembukluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
 perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
 pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi
destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan
herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan
 batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel
otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan
irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan
yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan menurunnya tekanan perfusi
otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade
iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang
terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis.
Apabila volume darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan
dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan
volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5
cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin 2008)
D. MANIFESTASI KLINIS
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang
tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke
akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

E. KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini dapat
dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi nfeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,
konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan
terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon pernapasan atau
kardiovaskuler dapat meningg
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan
sebagai berikut:
Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering,
oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
 Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha memperbaiki
hipotensi dan hipertensi.
 Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
 Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus
dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
 Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,
Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara p ercobaan, tetapi maknanya:
 pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
 b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghamba t reaksi pelepasan
agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya trombosis atau
emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu den gan membuka arteri
karotis di leher.
 b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan
oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
Patoflow
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
 pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
 berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak
sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
Pengumpulan data
A. Aktivitas/istirahat:
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi,
mudah lelah, dan susah tidur.

B. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantun g, disritmia, CHF, polisitemia. Dan hipertensi
arterial.
C. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
D. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi kandung
kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
E. Makanan/caitan :
 Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
F. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial. Kelemahan dengan
 berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang panda ng menyempit.
Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang
 pada sisi yang sama di muka.
G. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
H. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing, ronchi.

I. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan orientasi
Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu
mengambil keputusan.
J. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak
terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran
3. RENCANA KEPERAWATAN
 No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Ketidak efektifan Setelah dilakukan tindakan  NIC :
Perfusi jaringan keperawatan selama 3 x 24 Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring (Monitor tekanan
serebral b.d  jam, diharapkan suplai aliran intrakranial)
aliran darah ke darah keotak lancar dengan - Berikan informasi kepada keluarga
otak terhambat. kriteria hasil: - Monitor tekanan perfusi serebral
 NOC : - Catat respon pasien terhadap stimuli
Circulation status - Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon
Tissue Prefusion : cerebral neurology terhadap aktivitas
Kriteria Hasil : - Monitor jumlah drainage cairan serebrospinal
1. mendemonstrasikan status - Monitor intake dan output cairan
sirkulasi yang ditandai dengan - Restrain pasien jika perlu
: - Monitor suhu dan angka WBC
-Tekanan systole dandiastole - Kolaborasi pemberian antibiotik
dalam rentang yang - Posisikan pasien pada posisi semifowler
diharapkan - Minimalkan stimuli dari lingkungan
-Tidak ada Terapi oksigen
ortostatikhipertensi 1. Bersihkan jalan nafas dari sekret
-Tidk ada tanda tanda 2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif
 peningkatan tekanan 3. Berikan oksigen sesuai intruksi
intrakranial (tidak lebih dari 4. Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem
15 mmHg) humidifier
2. mendemonstrasikan 5. Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya
kemampuan kognitif yang  pemberian oksigen
ditandai dengan: 6. Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
- berkomunikasi dengan jelas 7. Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen
dan sesuai dengan 8. Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama
kemampuan aktifitas dan tidur
- menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
- memproses informasi
- membuat keputusan dengan
 benar
3. menunjukkan fungsi
sensori motori cranial yang
utuh : tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada gerakan
gerakan involunter

2 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Libatkan keluarga untuk membantu memahami /


komunikasi keperawatan selama 3 x 24 memahamkan informasi dari / ke klien
verbal b.d  jam, diharapkan klien mampu 2. Dengarkan setiap ucapan klien dengan penuh
 penurunan untuk berkomunikasi lagi  perhatian
sirkulasi ke otak dengan kriteria hasil: 3. Gunakan kata-kata sederhana dan pendek dalam
- dapat menjawab pertanyaan komunikasi dengan klien
yang diajukan perawat 4. Dorong klien untuk mengulang kata-kata
- dapat mengerti dan 5. Berikan arahan / perintah yang sederhana setiap
memahami pesan-pesan interaksi dengan klien
melalui gambar 6. Programkan speech-language teraphy
- dapat mengekspresikan 7. Lakukan speech-language teraphy setiap interaksi
 perasaannya secara verbal dengan klien
maupun nonverbal

3 Kerusakan  joint Movement : Active  NIC :


mobilitas fisik Mobility Level Exercise therapy : ambulation
 b.d kerusakan Self care : ADLs Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat
neurovaskuler Transfer performance respon pasien saat latihan
Kriteria Hasil : Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
Klien meningkat dalam ambulasi sesuai dengan kebutuhan
aktivitas fisik Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan
Mengerti tujuan dari dan cegah terhadap cedera
 peningkatan mobilitas Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
Memverbalisasikan perasaan ambulasi
dalam meningkatkan kekuatan Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
dan kemampuan berpindah Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
Memperagakan penggunaan mandiri sesuai kemampuan
alat Bantu untuk mobilisasi Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
(walker)  penuhi kebutuhan ADLs ps.
Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
 bantuan jika diperlukan
4 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan
efektif  perawatan selama 3 x 24 jam,  NIC :
 berhubungan diharapkan pola nafas pasien Airway Management
dengan efektif dengan kriteria hasil : · Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
 penurunan - Menujukkan jalan nafas  jaw thrust bila perlu
kesadaran  paten ( tidak merasa tercekik, · Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
irama nafas normal, frekuensi · Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas normal,tidak ada suara nafas buatan
nafas tambahan · Pasang mayo bila perlu
- NOC : · Lakukan fisioterapi dada jika perlu
v Respiratory status : · Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Ventilation · Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
v Respiratory status : Airway tambahan
 patency · Lakukan suction pada mayo
v Vital sign Status · Berikan bronkodilator bila perlu
Kriteria Hasil : · Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
-Mendemonstrasikan batuk Lembab
efektif dan suara nafas yang · Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
 bersih, tidak ada sianosis dan keseimbangan.
dyspneu (mampu · Monitor respirasi dan status O2
mengeluarkan sputum, Oxygen Therapy
mampu bernafas dengan Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
mudah, tidak ada pursed lips) Pertahankan jalan nafas yang paten
-Menunjukkan jalan nafas Atur peralatan oksigenasi
yang paten (klien tidak merasa Monitor aliran oksigen
tercekik, irama nafas, Pertahankan posisi pasien
frekuensi pernafasan dalam Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
rentang normal, tidak ada Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
suara nafas abnormal)
Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan

BAB IV
Penutupan
Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat
dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan
karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan
saja (Muttaqin, 2008).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak (Corwin,
2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
 berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler
selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).
Saran
Agar pengetahuan tentang “Askep pada Klien Stroke” dapat di pahami dan dimengerti
oleh para pembaca sebaiknya makalah ini di pelajari dengan baik karena dengan mengetahui
“Askep pada Klien Stroke” dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam ilmu medis.
Karena dengan bertambah nya pengetahuan dan wawasan tersebut maka kita akan temotivasi lagi
untuk belajar menjadi orang yang lebih baik dalam hal ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol
2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.
Tim SAK Ruang Rawat Inap RSUD Wates. 2006. Standard Asuhan Keperawatan Penyakit
Saraf. Yogyakarta: RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo
http://agustinaishak.blogspot.co.id/2016/10/bab-i-pendahuluan-a.html

Anda mungkin juga menyukai