Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MATA KULIAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


STROKE

Dosen Pengampuh:
MAYA ARDILLA SIREGAR,S.Kep.,Ns.,M.kep

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Seriani siagian : 2101061027
Elsa bella miranti : 2101061025
Juslim shaputra : 210106107
Fernando taras siagian : 2101061025

D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
TAHUN 2022
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha esa.karena,atas berkat nya lah
sehingga kami kelompok 1 bisa menyelesaikan tugas makalah mengenai penyakit stroke guna
untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah keperawatan medikal bedah.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini juh dari kata sempurna,dan kami mohon
maaf bila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini,kami juga menerima kritikan dan saran
dari teman teman terkhusus ibu dosen.agar kedepan nya kami lebih baik lagi dalam tugas
makalah.
Dan tidak lupa juga kami berterimakasih kepada ibu dosen kami yang telah membimbing
kami dalam pengerjaan tugas ini,semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dan pendidikan.
BAB I
PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG
Stroke (Cedera Vaskular serebral [cerebral vascular accident]) adalah kondisi kedaruratan
ketika terjadi defisit neurologis akibat dari penurunan tiba - tibaaliran darah ke area otak yang
terlokalisasi. (Priscilla LeMone, 2017)
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba
terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkanserangkaian reaksi bio-
kimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak.Kematian jaringan otak dapat
menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Stroke adalah penyebab
kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak negara industri di Eropa dapat
diselamatkan, kadang-kadangsi penderita mengalami kelumpuhan pada anggota badannya,
hilangnya sebagian ingatanatau kemampuan bicaranya (jauch 2005).
Stroke dapat dibedakan menjadi dua yaitu Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik.
Stroke Non Hemoragik adalah stroke yang terjadi karenatersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagianatau keseluruhan terhenti. Hampir 83% pasien
mengalami stroke jenis ini. StrokeNon Hemoragik dibedakan menjadi tiga yaitu Stroke
Trombotik adalah prosesterbentuknya thrombus hingga menjadi gumpalan. Stroke Embolik
adalahpembuluh arteri yang tertutup oleh bekuan darah. Hipoperfusion Sistemik
adalahgangguan denyut jantung yang disebabkan oleh aliran darah ke seluruh bagiantubuh
berkurang (Pudiastuti, 2011)
Kejadian kasus stroke 100 sampai 300 orang per 100.000 penduduk pertahun. Stroke
merupakan penyebab kematian nomor satu di Indonesia dan padatahun 2030 diperkirakan
akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian.Stroke non hemoragik atau stroke iskemik
adalah yang terbanyak (Triasti &Pudjonarko, 2016). Berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan,
prevalensi strokemengalami peningkatan dari 7‰ pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
menjadi10,9 ‰ pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Masalah keperawatan yang muncul akibat stroke non hemoragik sangat bervariasi tergantung
dari luas daerah otak yang mengalami infark atau kematianjaringan dan lokasi yang terkena.
Salah satu masalah keperawatan yang munculpada pasien stroke non hemoragik yaitu
gangguan kamunikasi verbal. Pasienstroke non hemoragik yang mengalami gangguan
komunikasi verbal berarti otaksebelah kiri pasien mengalami gangguan (Johan & Susanto,
2018). Gangguankomunikasi setiap pasien stroke berbeda – beda, ada yang sulit berbicara,
sulit menangkap pembicaraan orang lain, dapat berbicara tetapi kacau atau sulitdiartikan,
tidak dapat membaca dan menulis, atau bahkan tidak dapat lagimengenali bahasa isyarat yang
dilakukan oleh orang lain untuknya (LannyLingga, 2013). Gangguan komunikasi verbal
merupakan penurunan, perlambatan,atau ketidakmampuan untuk menerima, memproses,
mengirim dan ataumenggunakan sistem simbol (PPNI, 2016).
Salah satu dampak apabila gangguan komunikasi verbal pada pasien Stroke Non Hemoragik
tidak diatasi yaitu akan manimbulkan kesalahpahamanantara pasien dengan pelayan
kesehatan, komunikasi tidak efektif dan berakibatpada ketidakmampuan pasien untuk
mengekspresikan keadaan dirinya dan dapatpula berakibat lanjut pada penurunan harga diri
pasien
Orang yang mengalami gangguan bicara atau afasia akan mengalamikegagalan dalam
berartikulasi. Artikulasi merupakan proses penyesuain ruangansupraglottal. Penyesuaian
ruangan di daerah laring terjadi dengan menaikkan dan menurunkan laring. Hal tersebut yang
akan mengatur jumlah transmisi udaramelalui rongga mulut dan rongga hidung melalui katup
valofaringeal dan merubahposisi mandibula (rahang bawah) dan lidah (Dody, Argo, &
Kusuma, 2014).

Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan kasus penyakit stroke

Tujuan khusus
1.Mampu mengetahui konsep penyakit stroke
2.Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit stroke
3.Mahasiswa dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan penyakit stroke
4.Mahasiswa dapt menyusun rencana asuhan keperawatan dengan penyakit stroke
5.Mahasiswa dapat melaksanakan implementasi pada pasien penyakit stroke
6.Mahasiswa dapat melakukn evaluasi penyakit stroke

1.1.Rumusan masalah
1.Apa pengertian stroke?
2.Apa tanda gejala stroke?
3.klasifikasi stroke?
4.Apa penyebab penyakit stroke?
5.Bagaimana patofisiologi?
6.Apa saja pemeriksaan penunjang stroke?
7..Bagaimana prosedur asuhan keperawatan stroke?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadakdengan tanda klinis
fokal atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam tanpa tanda-tanda penyebab non
vaskuler, termasuk didalamnya tanda-tandaperdarahansubarakhnoid, perdarahan
intraserebral, iskemik atau infark serebri (Mutiarasari, 2019). Sedangkan menurut (Hariyanti
et al., 2020)
stroke atau sering disebut CVA (Cerebro-Vascular Accident) merupakan penyakit/gangguan
fungsi saraf yang terjadi secara mendadak yangdisebabkan oleh terganggunya aliran darah
dalam otak.Jadi stroke adalah gangguan fungsi saraf pada otak yang terjadi secara mendadak
dengan tanda klinis yang berkembang secara cepat yangdisebabkan oleh terganggunya aliran
darah dalam otak. Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu
bagian otak tiba-tiba terganggu.
Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi bio-kimia,
yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak.Kematian jaringan otak dapat
menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jarimngan itu. Stroke adalah
penyebab kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak negara industri di Eropa
dapat diselamatkan, kadang-kadangsi penderita mengalami kelumpuhan pada anggota
badannya, hilangnya sebagian ingatanatau kemampuan bicaranya (jauch 2005).

2.2 klasifikasi stroke


Klasifikasi dari penyakit stroke adalah
A.Stroke Iskemik
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti.Stroke iskemik secara umum diakibatkan oleh
aterotrombosis pembuluhdarah serebral, baik yang besar maupun yang kecil. Pada stroke
iskemik penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yangmenuju ke
otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteri karotis interna dandua arteri vertebralis. Arteri-
arteri ini merupakan cabang dari lengkungaorta jantung. Suatu ateroma (endapan lemak) bisa
terbentuk di dalampembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnyaaliran
darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh daraharteri karotis dalam keadaan
normal memberikan darah ke sebagian besarotak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari
dinding arteri dan mengalirdi dalam darah kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan di dalam jaringan otak (disebut hemoragia
intraserebrum atau hematon intraserebrum) atau perdarahan ke dalam ruang subarachnoid,
yaitu ruang sempit antarapermukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak
(disebuthemoragia subarachnoid). Stroke hemoragik merupakan jenis stroke yang paling
mematikan yang merupakan sebagian kecil dari keseluruhanstroke yaitu sebesar 10-15%
untuk perdarahan intraserebrum dan sekitar5%untuk perdarahan subarachnoid. Stroke
hemoragik dapat terjadiapabila lesi vaskular intraserebrum mengalami rupture sehingga
terjadi perdarahan ke dalam ruang subarachnoid atau langsung ke dalam jaringan
otak,Sebagian dari lesi vaskular yang dapat menyebabkanperdarahan subarachnoid adalah
aneurisma sakular dan malformasiarteriovena.

2.3 tanda dan gejala


Tanda dan gejala neurologis yang timbul pada stroke tergantung berat ringan nya gangguan
pembuluh darah dan lokasi nya diantara nya yaitu:
Infark otak (80%)
1) Emboli
Emboli kardiogenik, fibrilasi atrium dan aritmia lain, thrombus mural dan ventrikel kiri,
penyakait katub mitral atau aorta, endokarditis (infeksi atau non infeksi).
2) Emboli paradoksal
Emboli arkus aorta, aterotrombotik (penyakit pembuluh darah sedang-besar), penyakit
eksrakanial, arteri karotis interna, arteri vertebralis.
3) Penyakit intracranial Arteri karotis interna, arteri serebri interna, arteri basilaris, lakuner
(oklusi arteri perforans kecil).

Gejala:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemisensorik).
c. Perubahan mendadak status mental (konvusi, delirium. Letargi, stupor,atau koma).
d. Afisia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami
ucapan).
e. Disartria (bicara pelo atau cadel)
f. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia.
g. Ataksia (trunkal atau anggota badan).
h. Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala.
2.4 etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat kejadian
yaitu :
a)Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
B Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian
tubuh yang lain.
c) Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
d) Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang
menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau
sensasi.
Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000) adalah:
a) Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke,
penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium.
b) Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan
obat, kontrasepsi oral, dan hematokrit meningkat.

Anatomi fisiologi
Anatomi dan Fisiologi Otak
Otak adalah organ vital bagi tubuh manusia yang sangat kompleks. Otak bertanggung jawab
untuk mengintegrasikan dan memproses informasi secara sensorik dan motorik serta menjadi
tempat kedudukan fungsi mental yang lebih tinggi seperti kecerdasan, ingatan, dan emosi.
Otak memiliki berat 2% dari total berat badan manusia, dan hanya menerima 20% darah dari
curah jantung yang harus mensuplai ke otak. Otak memiliki volume 1200 mL, ukuran otak
sangat bervariasi antar individu. Otak laki – laki lebih besar 10% dari wanita. Ukuran otak
terkecil sekitar 750 mL dan otak besar 2100 mL yang berfungsi secara normal (Martini et al.,
2018). Otak tidak dapat menyimpan glukosa, maka otak memerlukan suplai darah yang
mengangku…Otak memiliki 4 bagian yang terdiri dari otak besar, otak depan, otak tengah,
dan otak belakang (Martini et al., 2018)
1 .Otak Besar
Otak besar atau cerebrum merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia. Otak
besar terdiri dari 2 belahan kanan dan kiri yang dihubungkan oleh serabut saraf (Greenberg
etal., 2016). Otak besar mempunyai fungsi mengatur kesadaran pikiran, sensasi, intelek,
memori, dan gerakan kompleks. Otak besarterdiri atas Lobus Oksipitalis sebagai pusat
penglihatan, Lobus temporalis yang berfungsi sebagai pusat pendengaran, dan Lobus frontalis
yang berfungsi sebagai pusat kepribadian dan pusat komunikasi. Permukaan otak besar
terlindungi oleh beberapa neuron yang terlindungi oleh lapisan superficial disebut dengan
kortex. Bentuk korteks serebral ini berupa lapisan tebal yang disebut dengan gyri berfungsi
untuk meningkatkan luas permukaan (Martini et al., 2018).
2. Otak Kecil
Otak kecil atau cerebellum adalah bagian terbesar kedua dari otak, ukurannya sekitar 10%
dari volume otak dan sebanyak 50% terdiri dari neuron (Carter et al., 2019). Otak kecil
terletak di fossa kranial posterior, dipisahkan secara transversal dari otak besar oleh celah
(fisura). Otak kecil berfungsi dalam koordinasi terhadapotot dan tonus otot, keseimbangan
dan posisi tubuh. Otak kecil mengkoordinasi gerakan yang halus dan cepat, bila terdapat
rangsang yang berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan, dan
juga menyesuaikan gerakan yang sedang berlangsung dengan sensasi yang diberikansehingga
memungkinkan untuk mengulagi gerakan tersebut (Saladin, 2017).
3. Otak Depan
Otak depan atau diencephalon memiliki dinding yang tersusun dari dua bagian, yaitu
thalamus dan hipotalamus (Tsementzis, 2019). Talamus berfungsi sebagai penerima dan
penyampaian untuk impuls saraf sensorik. Hipotalamus berfungsi sebagai pusat pengendalian
dari diencephalon yang berkaitan dengan emosi, fungsi otonom, dan produksi hormon.
Hormon tersebut merupakan yangbagian dari sistem endokrin, ini memiliki informasi tentang
saraf endokrin dan endokrin Diencephalon merupakan penghubung struktural dan fungsional
antara belahan otak dan batang otak (Martini et al., 2018).
4. Otak Tengah
Otak tengah atau mensenfalon merupakan batang otak yang berada di depan otak kecil dan
jembata varol (Tsementzis, 2019). Otak tengah berisi berbagai pusat pemrosesan penting dan
inti. Fungsi utamanya menyampaikan informasi menuju ke atau dari otak besar atau otak
kecil misalnya, rangsangan dan tanggapan langsung pada suara keras yang diikuti dengan
gerakan mata dan kepala berputar. Daerah ini juga memiliki fungsi sel saraf yang mengatur
fungsi spesifik dalam menjaga kesadaran

2.5 Patofisiologi
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi pada stroke di
otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang terjadi
dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh darah yang paling sering terkena
ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna. Adanya gangguan peredaran darah otak
dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :
a.Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran darah
dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-
perubahan iskemik otak.
b.Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke kejaringan
(hemorrhage).
c.Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
d.Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak.
2.6 Faktor dan resiko
- Faktor resiko pada stroke hemoragik dapat dibagi menjadi tiga golongan Golongan pertama
yaitu, faktor resiko non-modifiable (faktor yang tidak dapat diubah). Golongan kedua yaitu,
faktor resiko modifiable (yang dapat diubah) Golongan ketiga yaitu, potentially modifiable
(faktor yang berpotensi dapat diubah),Hal tersebut dibedakan karena faktor resiko yang tidak
dapat diubah yaitu faktor yang umumnya merupakan faktor alami yang dimiliki oleh setiap
orang meliputi jenis kelamin, usia, keturunan/herediter, serta ras tau etnik. Sedangkan faktor
resiko yang dapat diubah yaitu hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus, merokok,
penyakit jantung dan lainnya. Selain itu untuk faktor yang berpotensi dapat diubah meliputi
migrain, penyalah gunaan narkoba dan alkohol. Pada studi internasional mengatakan bahwa
hipertensi, merokok, merupakan faktor resiko utama pada stroke hemoragik terutama ICH.
1. Usia
Salah satu faktor penting yang memepengaruhi kejadian stroke, semakin bertambahnya usia
maka prevalensi kejadian stroke lebih sering terjadi. Berdasarkan usia diperoleh data tertinggi
pada usia 75 tahun ke atas (50,2‰) dan terendah pada usia 15-24 tahun (0,6‰). Prevalensi
kejadian stroke searah dengan bertambahnya usia. Usia merupakan faktor resiko stroke
sebesar dua kali lipat pada rentang usia 39 hingga 95 tahun aktor Non-modifiable
2. Jenis Kelamin
Terdapat perbedaan insiden yang terjadi antara pria dan wanita. Tingkat kejadian stroke pada
pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Stroke sering terjadi kepada pria dikarenakan
banyak faktor pemicunya. Faktor tersebut seperti merokok dan penyakit jantung yang lebih
sering terjadi dikalangan pria, sedangkan merokok dan penyakit jantung juga termasuk salah
satu faktor yang berpotensibesar terjadinya stroke hemoragik. C.
3 .Herediter / Keturunan
Faktor resiko genetik juga mempengaruhi terjadinya penyait stroke. Apabila stroke terjadi
karena faktor resiko genetik dapat diberikan konseling dan skrining baik kepada keluarga.
Anamnesis riwayat keluarga sangat bermanfaat keika dilakukan proses skrining (PERDOSSI,
2011). Terdapat beberapa hal yang memungkinkan terjadinya stroke karena faktor genetik
yaitu terdapat interaksi yang terjadi pada genetik yang memicu suatu gen atau keturunan
rentan terhadap penyakit stroke.

4 .Faktor Modifiable
A. Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit gangguan yang terjadi karena tekanan darah yang meningkat
≥ 140 mmHg untuk tekanan sistolik, dan ≥ 90 mmHg untuk tekanan diastolik. Gangguan
fisiologis yang terjadi pada penderita hipertensi yang tidak ditangani secara cepat dan baik
maka menyebabkan terjadinya stroke (Yonata & Pratama, 2016). Hipertensi adalah faktor
risiko terpenting untuk ICH spontan, pada sebuah penelitian menunjukan bahwa hipertensi
memiliki faktor resiko dua kali lipat terjadinya ICH
B. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan faktor resiko stroke yang dominan, hal tersebut dikarenakan
dapat meningkatkan terjadinya penyakit jantung (RISKESDAS, 2018). Diabetes melitus
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya stroke hemoragik. Diabetes
melitus dapat menyebabkan komplikasi yang serius apabila tidak segera ditangani dengan
benar. Hal ini termasuk terjadinya penyakitjantung dan stroke. Diabetes melitus memiliki
faktor resiko terjadinya stroke hemoragik maupun iskemik
C. Merokok
Merokok tidak dianjurkan dan harus diberhentikan oleh pasien yang mengalami sakit stroke.
Hal tersebut dikarenakan pada studi epidemiologi menunjukan bahwa terdapat hubungan
yang konsisten antara merokok dengan terjadinya stroke iskemik maupun stroke hemoragik.
Selain itu tidak hanya perokok aktif, melainkan juga perokok pasif untuk mengurangi
paparan terhadap asap rokok. Hal ini dikarenakan hasil data epidemiologi menunjukkan
perokok aktif dan pasif 14 memiliki dampak peningkatan tehadap risiko terjadinya stroke
Merokok merupakan faktor utama pemicu terjadinya SAH. Pada studi kasus membuktikan
bahwa faktor risiko SAH yang lebih kuat pada wanita dibandingkan pria. Merokok dapat
meningkatkan protease dalam darah (seperti elastase) dan mempengaruhi aktivitas, dengan
demikian berpotensi berkontribusi pada kerusakan dinding kapal. Merokok juga
menyebabkan peningkatan fibrinogen darah tingkat, berpotensi mengakibatkan peningkatan
darah viskositas dan peningkatan tekanan hemodinamik (Biffi, 2018).
D. Obesitas
Obesitas merupakan salah satu pemicu atau faktor risiko penyebab stroke hemoragik yang
memiliki persentase 67,3%. Hasil ini jika dibandingkan dengan seseorang yang memiliki
berat badan normal memiliki hasil persentase yang jauh berbeda yaitu 32,7%. Faktor obesitas
dapat menjadi pemicu terjadinya stroke hemoragik selain itu obesitas juga dapat dikatakan
sebagai faktor prediktor dominan yang digunakan untuk memprediksi terjadinya kematian
pada stroke hemoragik.
E. Dislipidemia
Begitu juga dengan halnya profil kadar lipid darah yang tidak normal atau yang disebut
dengan dislipidemia. Peningkatan kolesterol menyebabkan arteroskeloris, langsung pada
dinding pembuluh darah. Rerata pasien stroke hemoragik dikarenakan memiliki kadar profil
lipid yang tidak normal denganpersentase sebesar 90,1%. Kadar lipid yang tidak normal
menjadi faktor resiko stroke.

.
2.7 Komplikasi stroke
Stroke merupakan penyakit yang mempunyai risiko tinggi terjadinyakomplikasi medis,
adanya kerusakan jaringan saraf pusat yang terjadi secara dini pada stroke, sering
diperlihatkan adanya gangguan kognitif, fungsional,dan defisit sensorik. Pada umumnya
pasien pasca stroke memiliki komorbiditas yang dapat meningkatkan risiko komplikasi medis
sistemikselama pemulihan stroke. Komplikasi medis sering terjadi dalam beberapa minggu
pertama serangan stroke.
Pencegahan, pengenalan dini, danpengobatan terhadap komplikasi pasca stroke merupakan
aspek penting.Beberapa komplikasi stroke dapat terjadi akibat langsung stroke itu
sendiri,imobilisasi atau perawatan stroke. Hal ini memiliki pengaruh besar padaluaran pasien
stroke sehingga dapat menghambat proses pemulihanneurologis dan meningkatkan lama hari
rawat inap di rumah sakit.Komplikasi jantung, pneumonia, tromboemboli vena, demam, nyeri
pascastroke, disfagia, inkontinensia, dan depresi adalah komplikasi sangat umum omplikasi
Stroke
Stroke merupakan penyakit yang mempunyai risiko tinggi terjadinya komplikasi medis,
adanya kerusakan jaringan saraf pusat yang terjadi secaradini pada stroke, sering
diperlihatkan adanya gangguan kognitif, fungsional,dan defisit sensorik. Pada umumnya
pasien pasca stroke memilikikomorbiditas yang dapat meningkatkan risiko komplikasi medis
sistemikselama pemulihan stroke.
Komplikasi medis sering terjadi dalam beberapaminggu pertama serangan stroke.
Pencegahan, pengenalan dini, danpengobatan terhadap komplikasi pasca stroke merupakan
aspek penting.Beberapa komplikasi stroke dapat terjadi akibat langsung stroke itu
sendiri,imobilisasi atau perawatan stroke. Hal ini memiliki pengaruh besar padaluaran pasien
stroke sehingga dapat menghambat proses pemulihanneurologis dan meningkatkan lama hari
rawat inap di rumah sakit.Komplikasi jantung, pneumonia, tromboemboli vena, demam, nyeri
pascastroke, disfagia, inkontinensia, dan depresi adalah komplikasi sangat umumpada pasien
stroke (Mutiarasari, 2019)pada pasien stroke (Mutiarasari, 2019)

2.8 Penatalaksanaan stroke


a.Intravenous recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA)Obat ini juga disebut dengan
rrt PA, t-PA, tPA, alteplase (namagenerik), atau aktivase atau aktilise (nama dagang).
Pedoman terbarubahwa rt-PA harus diberikan jika pasien memenuhi kriteria untuk
perawatan. Pemberian rt-PA intravena antara 3 dan 4,5 jam setelah onsetserangan stroke telah
terbukti efektif pada uji coba klinis secara acak dandimasukkan ke dalam pedoman
rekomendasi oleh Amerika Stroke Association (rekomendasi kelas I, bukti ilmiah level A).
Penentuanpenyebab stroke sebaiknya ditunda hingga setelah memulai terapi rt-PA.Dasar
pemberian terapi rt-Pa menyatakan pentingnya pemastiandiagnosis sehingga pasien tersebut
benar-benar memerlukan terapi rt-PA,dengan prosedur CT scan kepala dalam 24 jam pertama
sejak masuk kerumah sakit dan membantu mengeksklusikan stroke hemoragik.
b .Terapi antiplatelet
Pengobatan pasien stroke iskemik dengan penggunaan antiplatelet48 jam sejak onset
serangan dapat menurunkan risiko kematian danmemperbaiki luaran pasien stroke dengan
cara mengurangi volume kerusakan otak yang diakibatkan iskemik dan mengurangi
terjadinya stroke iskemik ulangan sebesar 25%. Antiplatelet yang biasa digunakandiantaranya
aspirin, clopidogrel. Kombinasi aspirin dan clopidogreldianggap untuk pemberian awal
dalam waktu 24 jam dan kelanjutanselama 21 hari. Pemberian aspirin dengan dosis 81-325
mg dilakukan pada sebagian besar pasien. Bila pasien mengalami intoleransi terhadap aspirin
dapat diganti dengan menggunakan clopidogrel dengan dosis 75 mg per hari atau dipiridamol
200 mg dua kali sehari. Hasil uji coba pengobatan antiplatelet terbukti bahwa data pada
pasien stroke lebih banyak penggunaannya dari pada pasien kardiovaskular
akut,mengingatotak memiliki kemungkinan besar mengalami komplikasi perdarahan
c. Terapi antikoagulan
Terapi antikoagulan sering menjadi pertimbangan dalam terapi akutstroke iskemik, tetapi uji
klinis secara acak menunjukkan bahwaantikoagulan tidak harus secara rutin diberikan untuk
stroke iskemik akut. Penggunaan antikoagulan harus sangat berhati-hati. Antikoagulan
sebagian besar digunakan untuk pencegahan sekunder jangka panjang pada pasien dengan
fibrilasi atrium dan stroke kardioemboli. Terapi antikoagulan untuk stroke kardioemboli
dengan pemberian heparin yangdisesuaikan dengan berat badan dan warfarin (Coumadin)
mulai dengan 5-10 mg per hari. Terapi antikoagulan untuk stroke iskemik akut tidak pernah
terbukti efektif. Bahkan di antara pasien dengan fibrilasi atrium, tingkat kekambuhan stroke
hanya 5-8% pada 14 hari pertama, yang tidak berkurang dengan pemberian awal
antikoagulan akut.

2.9 Faktor penunjang


1. CT Scan
Dapat digunakan untuk memperlihatkan area hiperintensitas dengan warna putih di area
perdarahan. Hasil tersebut akan normal atau hipointens dengan warna gelap di daerah infark.
CT Scan membutuhkan waktu urang lebih 24 jam untuk menunjukan area infark . Dapat
berguna juga untuk menilai pasien dengan infark serebelar untuk tanda herniasi atau
hidrosefalus.
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI kepala dibutuhkan mengungkapkan area perdarahan dengan resolusi lebih tinggi dan
lebih awal dari CT Scan. Hasil MRI akan menunjukan infark yang berkembang dalam waktu
beberapa menit (Wells et al., 2017). Pelaksanaan MRI dapat ditunda sampai pasien dirawat
inap atau dipindahkan. Pemeriksaan ini membutuhkan waktu yang lama dan tidak baik
digunakan untuk pasien dengan kondisi yang tidak stabil.
3 .CD (Carotid Doppler)
Pemeriksaan Carotid Doppler (CD) dibutuhkan untuk menentukan pasien memiliki tingkat
stenosis tinggi. Pemeriksaan ini ditujukan di arteri karotis yang memasok darah ke otak atau
penyakit ekstrakranial (Wells et al., 2017). Untuk mengevaluasi pada pasien terdapat terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi. Hal tesebut berhubungan dengan faktor risiko seperti
diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, merokok dan usia.
4 .EKG (Electrocardiogram)
Pemeriksaan electrocardiogram (EKG) dibutuhkan untuk menentukan apakah pasien
mengalami fibrilasi atrium, yang merupakan faktor etiologi untuk stroke.
5. TTE (Echocardiography Transthoracic)
Dilakukan untuk menentukan apakah katup mengalami kondisi abnormal atau kelainan
dengan gerakan dinding adalah sumber emboli ke otak (Wells et al., 2017). Pemeriksaan TTE
telah menjadi bagian rutinitas dari pemeriksaan stroke, hal tersebut dikarenakan awal untuk
menilai sumber emboli. Hasil untuk TTE dapat meningkat hingga 37%. Kelainan jantung
juga dapat ditemukan pada hasil pemeriksaan TTE seperti fibrilasi atrium dan pengurangan
ejection fraction (EF) yang diketahui dapat meningkatkan risiko stroke.
6. TCD (Transcranial Doppler)
Transcranial doppler (TCD) dan doppler karotis, antara lain untuk melihat adanya
penyumbatan dan pecahnya dinding pembuluh darah sebagai risiko stroke. Selain itu akan
menentukan apakah pasien cenderung mengalami intrakranial stenosis (misalnya, stenosis
arteri serebral tengah)

3.0 Komplikasi stroke


1 .Pneumonia
Pneumonia sering terjadi pada pasien stroke multi-faktorial. Penyakit ini terjadi sebagai
akibat dari penurunan mobilisasi sekresi dalam posisi telentang, atelektasis, disfa gia dan
aspirasi bahan orofaring yang terjajah. Salah satu penyakit yang paling serius dari komplikasi
stroke ialah pneumonia. Penyakit pneumonia sendiri juga merupakan penyebab utama
terjadinya demam dalam 48 jam pertama setelah terjadinya stroke akut.
2 .Infark Miokard
Infark miokard adalah penyakit kardiovaskular yang disebabkan kurangnya pasokan oksigen
kedalam pembuluh darah jantung sehingga menyebabkan kematian jaringan. Infark miokard
merupakan penyebab umum kematian selama beberapa minggu pertama stroke. Angina dan
infark miokard terjadi pada sekitar 6% pasien dengan stroke.
3.1Manajemen terapi stroke
1.Terapi Neuroprotektan
Pemberian terapi neuroprotektan pada pasien stroke adalah salah satu terapi yang ditujukan
untuk mengurangi terjadinya kerusakan sel. Hal tersebut terjadikarena terhambatnya aliran
darah yang memasok oksigen. Pemberian obatgolongan neuroprotektan sangat diharapkan
dapat menurunkan angka 23 kecacatan dan kematian.
2. Terapi Antifibrinolitik
Antifibrinolitik adalah golongan obat yang digunakan untuk meningkatkan hemostasis,
terutama ketika fibrinolisis berkontribusi terhadap perdarahan. Antifibrinolitik mengurangi
perdarahan bedah dan kebutuhan transfusi sekitar sepertiga, terlepas dari tempat operasi.
Obat antifibrinolitik (asam traneksamat, asam aminocaproic, aprotinin, dan asam
aminomethylbenzoic) mereduksi perdarahan dengan menghambat pemecahan gumpalan
fibrin. Pemberian antifibrinoitik pada pasien stroke hemoragik dapat mengurangi perdarahan
yang signifikan .
3. Terapi Osmoterapi
Osmoterapi merupakan terapi osmolar yang diberikan pada pasien hemoragik dengan tujuan
untuk menurunkan tekanan intrakranial. Terapi ini menggunakan larutan hipertonik dengan
berat molekul rendah yang meningkatkan osmolaritas serum, sehingga menciptakan osmotik.
Terapi osmotik telah terbukti bermanfaat unuk pembengkakan otak, dan juga telah terbukti
terbukti menipiskan peradangan.secara statistik.
4 .Terapi Antihipertensi
Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko terpenting untuk stroke iskemik atau hemoragik.
Menurut data dari International Stroke Trial dan Stroke pada 40.000 pasien sekitar 20%
stroke terjadi pada pasien yang memiliki tekanan darah tinggi
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pasien a.n Nadya, Usia 55 tahun, perempuan, bekerja sebagai IRT, Nadya dibawa ke RS
karena jatuh dari kamar mandi, Pasien tidak sadarkan diri, namun ketika di IGD membaik,
ketika dipanggil membuka mata, mampu mengikuti perintah, orientasi pada waktu tempat
dan orang baik, saturasi 98 %, akral dingin, sianosis (-),, TTV pasien TD 190/100 mmHg, Hr
84 x/I, RR: 28x/I, T 39 derajat Celcius, riwayat penyakit terdahulu Hipertensi, riwayat
operasi tidak ada, skala nyeri pasien 3, pada tengkuk dan kepala pasien, tidak menjalar, nyeri
menetap, ±5 menit, menghilang ketika istirahat dan meningkat ketika bergerak/beraktivitas,
Pasien sering keluar masuk RS ketika hipertensinya kumat. Pasien tidak pernah minum2
alkohol, merokok (-),dan tidak minum obat penenang. TB pasien 155 cm, BB 42 kg,
Sebelumnya pasien mengalami STROKE sebanyak 1 kali, 3 bulan yang lalu, bicara pelo
(+),Pasien ada mengalami keterbatasan gerak, pasien mengalami kelemahan ekstremitas
sebelah kiri, kekuatan otot sebelah kanan 5, kiri 2, pasien tidur pada malam hari lebih kurang
selama 8 jam, dan pasien tidur siang 2 jam. Pasien Didiagnosa Stroke Hemoragik +
Hipertensi oleh dokter, Septtum nasi kanan dan kiri sama, tidak ada benjoolan/massa, secret
(-), bentuk dada kanan dan kiri sama, batuk sekali-kali, napas pasien tidak teratur, cuping
hidung (+), suara napas normal ketika pasien inspirasi dan ekspirasi, Pasien terpasang
Oksigen nasal kanul 2 l/I, pasien tidak menggunakan WSD dan trakeostomy. Tidak ada
kebiruan pada ujung2 ekstremitas psien. Bunyi jantung terdengar normal, tidak ada suara
napas tambahan. ortopneo (-), kulit pucat, Distensi vena jugularis (-), irama jantung teratur.
Edema pada ektremitas (-), reflex fisiologi normal, reflex babinsky ketika dilakukan
pemeriksaan kaki dorsofleksi, Saraf penghidu mampu mencium bau, pada optikus, pasien
tidak mampu melihat jauh (minus) menggunakan kaca mata, dengan minus 2, lapang pandang
terganngu pada kuadran kanan atas, pasien mampu merasakan manis, asam, asin, pahit,
pasien tidak mampu menahan tahanan dari perawat pada bahu pasienpada sebelah kiri, pasien
mampu melihat kesegala arah, atas bawah, melirik kanan dan kiri, ekspresi wajah normal,
tidak mampu menelan, reflex batuk (+), tersedak (+), ada reflex muntah, tidak mampu
menjulurkan lidah, terdapat sensasi halus kasaar, tajam dan tumpul pada area jidat dan pipi
serta dagu, kelopak mata mampu terbuka dengan normal reflkes kornea (+), kejang (-), mata
kiri dan kanan sama, pupil ketikadikasih cahaya mengalami mengecil ketika diberi cahaya,
pupil kanan dan kiri sama. Sclera berwarna putih, konjunctiva merah mudah, palpebral tidak
ada edema, riwayat mata juling (+), tidak ada massa pada mata, Tulang hidung simetris,
mukosa hidung lembab, secretjernih, massa pada hidung (-), Bentuk telinga kiri dan kanan
sama, massa tidak ada, benda asing (-), secret (+, berbau, alat bantu (-), mulut pasien bersih,
mukosa mulut kering, tenggorokan nyeri saat menelan,abdomen supel (+), hepar normal,
limpa normal, pembesaran perut (-), tidak terpasang drain, mual (+), muntah (+), makan
dengan menggunakan mulut, NGT (+), Bising usus 16 x/I, BAB 1 x/I, konsistensi lunak
(+),genitalia bersih, secret (-), ulkus (-), keluhan BAK (-), nyeri BAK (-), BAK (+), warna
urin kuning , bau khas (+), produksi urine 1800 mL/24 jam. Kandung kemih tidak membesar,
nyeri tekan (-), intake cairan pasien makan 3 x sehari 200 mL/NGT, minum 50 mL/ 6 jam,
terpasang Infus Ringer Solution 20 gtt/I (a), terpasang dari jam 06 pagi tadi. BAB 100 mL,
muntah (-), Tidak ada masalah di anggota gerak, akral pasien dingin, turgor kulit > 2 detik,
CRT < 3 detik, edema (-), Luka operasi (-), Terdapat luka pada bokong pasien, 8 cm,
kedalaman 0,6nah (+), nekrotik (+) luka bakar (-), pembesaran tyroid (-), pemebesaran getah
bening (-), menstruasi (-), menopause(+), gangguan pada genitalia (-), mata cekung (+),
saturasi oksigen 98 %, perubahan seksual (-), puas dalam berhubungna (+), psikologis cemas
(+), masalah perkawinan (-), hubungan baik dengan anggota keluarga (+). Pasien dan
keluarga kurang paham tentang makanan pantangan, proses penyakit, terapi dan pengobatan
yang dilakukan, pasien mampu berbicara normal dengan bahasa Indonesia,pasien tidak
memiliki keperrcayaan apapun dalam budaya. Keluarga tidak memiliki hambatan belajar dan
cara belajar disukasi adalah audio/visual. Cara pindah keruangan dengan menggunakan
brangkart. Pasien melakukan aktivitas dibantu oleh 1 orang perawat, pasien terpasang Kateter
no 18, riwayat jatuh 3 bulan terakhir. Pasien ada mengalami penurunan berat badan selama 3
bulan terakhir sebesar 10 %. Pasien tidak ada asupan nutrisi selama 5 hari, karena setiap
makan pasien tersedak. Pasien Makan dengan Sonde/NGT Rendah Garam dan Rendah
Lemak, Pasien Terapi yang didapat yaitu:
1. Inj Furosemid 1 amp/8 jam
2. Inj NIcardipine 1 amp + 50 mL Nacl 0,9 % - 2 mL/jam
3. IVFD Manitol 125 mL/8 jam
4. Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
5. Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jam
6. Paracetamol drip 1000 mg/8 jam
7.Inj Citicolin 125 mg/12 jam
Hasil Lab Pasien
Hasil Head Ct Scan Stroke Hemoragik, 10% perdarahan. Leukosit 13500, Hb 9

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Nyeri akut
2.Risiko perfusi serebral tidak efektif
3.Resiko infeksi
4.Hambatan imobilitas fisik
5.Pola nafas tidak efektif
6.kurang pengetahuan
7.mual muntah
A.PENGKAJIAN
Pasien a.n Nadya, Usia 55 tahun, perempuan, bekerja sebagai IRT, Nadya dibawa ke RS
No DATA PENYEBAB MASALAH
.
1. DS;Pasien mengatakan nyeri NYERI AKUT
pada tengkuk dan kepala
pasien ,menghilang ketika
istirahat dan meningkat ketika
bergerak/beraktivitas

DO
-Skala nyeri 3
-nyeri menetap kurang lebih
5 menit
2. -tidak menjalar

DS:-pasien mengatakan riwayat Hipertensi RISIKO PERFUSI


penyakit terdahulu adalah SEREBRAL TIDAK
hipertensi EFEKTIF
DO:
TD:190/100mmhg
Hr:84 x/i
RR:28 x/i
Saturasi:98 %
Suhu:39 0 celcius Thrombosis serebri
3. GANGGUAN
DS:pasien mengatkan ada MOBILITAS FISIK
Emboli serebri
keterbatasan gerak
DO:
Suplai o2 ke otak
-pasien mengalami kelemahan
menurun
exermitas sebelah kiri
-kekuatan otot sebelah kanan Hipoksia
5,kiri 2,
Struk hemoragik

Pembuluh darah serebral

Gangguan mobilitas
fisik
INTERVENSI KEPERAWATAN
HARI/ DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
TGL KEPERAW
ATAN
1.kemampuan 1.identifikasi
Kamis/ Nyeri akut menuntaskan lokasi,karasteristik,durasi,frekuensi,k
08/2023 aktivitas ualitas,intensitas nyeri
2.identifikasi skala nyeri
Menurun: 3.identifikasi respon nyeri non verbal
1.keluhan 4.identifikasi faktor yang
nyeri,meringis,sikap memperberat maupun memperingan
protektoif,gelisah,mu nyeri
al,muntah 5.monitor efek samping penggunaaan
analgetik
6.identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup

Teraupetik:
1.Berikan teknik non farmakologi
untuk mengurangi nyeri(mis: terapi
musik,aroma terapi
2.kontrol lingungan yang
memperberat atau mempringan nyeri
3.fasilitas istirahat tidur.
4.pertimbangkan jenis sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Risiko
Sabtu/ perfusi
1.setelah dilakukan
10/2023 serebral tidak
asuhan keperawatan Manajemen peningkatan tekanan
efektif b.d
1x 4 maka perfusi intrakranial observasi
hipertensi
serebral meningkat  Monitor tanda atau gejala
dengfan kriteria hasil: peningkatan TIK mis:tekanan
 Tingkat darah meningkat,tekanan nadi
kesadaran melebar,bradikardi,pola
meningkat nafas,ireguler,kesadaran
 Sakit kepala menurun
menurun  Monitor MAP(mean arterial
 Gelisah pressure)
menurun  Monitor status pernapasan
 Tekanan Teraupetik :
arteri rata rata  Minimalkan stimulus dengan
membaik menyediakan lingkungan
 Tekanan yang tenang
darah sistolik  Berikan . Inj Furosemid 1
membaik amp/8 jam
 Tekanan  Berikan posisi heat up 30
darah derajat
diastolik  Hindari pemberian cairan 4
membaik hipotonik
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis monitol 100
cc/4 jam tap 100cc/hari
 Kolaborasi pemnberian
citicolin 250 mg tiap 12 jam

Gangguan Setelah dilakukan


mobilitas intervensi
fisik keperawatan selam
Senin berhubungan 1.identifikasi adanya nyeri atau
3x24 jam maka
/11/2023 dengan keluhan fisik lain nya
mobilitas fisik
neuronmusku 2.identvifikasi toleransi fisik
meningkaat dengan
lar ditandai melakukan pergerakan.
kriteria hasil:
dengan 3.monitor frekuensi jantng dan
1.pergerakan
mengeluh tekanan darah sebelum memulai
extermitas
Pasien ada mobilisasi
meningkat(5)
mengalami 4.monitor kondisi umum selama
2.kekuatan otot
keterbatasan melakukan mobilisasi
meningkat(5)
gerak, pasien 3.rentang gerak
mengalami (ROM) meningkat
kelemahan (5)
ekstremitas 4.kelemahan fisik
sebelah kiri, menurun
kekuatan otot
sebelah
kanan 5, kiri
2

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari Diagnosa Implementasi Evaluasi
/tanggal/jam keperawatan
Sabtu, Nyeri akut 1mengidentifikasi
10/2023jam lokasi,karasteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas S:pasien
08.30 nyeri mengatakan
2.mengidentifikasi skala nyeri masih Pasien
3mengidentifikasi respon nyeri non verbal mengatakan
4mengidentifikasi faktor yang memperberat maupun nyeri pada
memperingan nyeri tengkuk dan
5.memonitor efek samping penggunaaan analgetik kepala pasien
6.mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup

Teraupetik:
1.memberikan teknik non farmakologi untuk
mengurangi nyeri(mis: terapi musik,aroma terapi
2mengontrol lingungan yang memperberat atau
mempringan nyeri
3.memfasilitasi istirahat tidur.
4.mempertimbangkan jenis sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri

•memonitor tanda atau gejala peningkatan TIK


mis:tekanan darah meningkat,tekanan nadi
melebar,bradikardi,pola nafas,ireguler,kesadaran
Senin menurun
/13/2023 •memonitor MAP(mean arterial pressure)
08:30 Risiko •memoonitor status pernapasan
perfusi Teraupetik :
serebral tidak •meminimalkan stimulus dengan menyediakan
efektif b.d lingkungan yang tenang
hipertensi .memberikan
Inj Furosemid 1 amp/8 jam

•memberikan posisi heat up 30 derajat


•menghindari pemberian cairan 4 hipotonik
Kolaborasi S:pasien
•berkolaborasi pemberian diuretik osmosis monitol mengatakan
100 cc/4 jam tap 100cc/hari
•berkolaborasi pemnberian citicolin 250 mg tiap 12
jam

Kamis
15/2023
08:30 Gangguan
mobilitas
fisik
1.mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lain nya
2.mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan.
3.memonitor frekuensi jantng dan tekanan darah
sebelum memulai mobilisasi
4.memonitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi

Anda mungkin juga menyukai