Anda di halaman 1dari 10

Penyakit Stroke

Diajukan sebagai tugas kelompok mata kuliah Epidemiologi Tidak


Menular
Dosen pembimbing : Radian Ilmaskal, M.P.H

Nama Kelompok 1 :
1. Alda mai zalfira (2013201002)
2. Ana Kartika ( 2013201003)
3. Arkhan fadhlurrahman ( 2013201008)
4. Asri Jumiati (2013201010)
5. Fani syafitri (2013201023)
6. Nada aulia safira (2013201040)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Stroke masih menjadi salah satu masalah utama kesehatan, bukan hanya di Indonesia
namun di dunia. Penyakit stroke merupakan penyebab kematian kedua dan penyebab
disabilitas ketiga di dunia.
Stroke menurut World Health Organization adalah suatu keadaan dimana ditemukan
tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit neurologik fokal dan global, yang dapat
memberat dan berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Stroke terjadi apabila
pembuluh darah otak mengalami penyumbatan atau pecah yang mengakibatkan sebagian otak
tidak mendapatkan pasokan darah yang membawa oksigen yang diperlukan sehingga
mengalami kematian sel/jaringan (Kemenkes RI, 2019).
Prevalensi stroke menurut data World Stroke Organization menunjukkan bahwa
setiap tahunnya ada 13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat
penyakit stroke. Sekitar 70% penyakit stroke dan 87% kematian dan disabilitas akibat stroke
terjadi pada negara berpendapatan rendah dan menengah. Selama 15 tahun terakhir, rata-rata
stroke terjadi dan menyebabkan kematian lebih banyak pada negara berpendapatan rendah
dan menengah dibandingkan dengan negara berpendapatan tinggi.
Prevalensi stroke bervariasi di berbagai belahan dunia. Prevalensi stroke di Amerika
Serikat adalah sekitar 7 juta (3,0%), sedangkan di Cina prevalensi stroke 2 berkisar antara
(1,8%) (pedesaan) dan (9,4%) (perkotaan). Di seluruh dunia, Cina merupakan negara dengan
tingkat kematian cukup tinggi akibat stroke (19,9% dari seluruh kematian di Cina), bersama
dengan Afrika dan Amerika Utara (Mutiarasari, 2019). Di negara Indonesia sendiri
berdasarkan hasil Rikesdas tahun 2018 prevalensi penyakit stroke meningkat dibandingkan
tahun 2013 yaitu dari (7%) menjadi (10,9%).
Secara nasional, prevalensi stroke di Indonesia tahun 2018 berdasarkan diagnosis
dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar (10,9%) atau diperkirakan sebanyak
2.120.362 orang. Berdasarkan kelompok umur kejadian penyakit stroke terjadi lebih banyak
pada kelompok umur 55-64 tahun (33,3%) dan proporsi penderita stroke paling sedikit adalah
kelompok umur 15-24 tahun. Laki-laki dan perempuan memiliki proporsi kejadian stroke
yang hampir sama.
Sebagian besar penduduk yang terkena stroke memiliki pendidikan tamat SD
(29,5%). Prevalensi penyakit stroke yang tinggal di daerah perkotaan lebih besar yaitu
(63,9%) dibandingkan dengan yang tinggal di pedesaan sebesar (36,1%) (Kemenkes RI,
2018). Dan di provinsi Bali sendiri prevalensi terjadinya penyakit stroke yaitu sebesar
(10,7%) (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2018).
1 .2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelsan yang dijabarkan diatas,berikut rumusan masalah yang dapat


disimpulkan dari makalah :
1. Pengertian epidemiologi stroke
2. Jenis ,bentuk, klasifikasi epidemiologi stroke
3. Factor resiko epidemiologi stroke
4. Tanda dan gejala klinis epidemiologi stroke
5. Diaonosis epidemiologi stroke
6. Upaya pencegahan dan pengobatan epidemiologi stroke

1 . 3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah epidemiologi stroke
2. Untuk mengetahui jenis, bentuk,klasifikasi epidemiologi stroke
3. Untuk mengetahui factor penyebab terjadinya stroke
4. Untuk mengetahui mekanisme kausal , tanda dan gejala epidemiologi stroke
5. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan pengobatan eoidemiologi stroke
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian epidemiologi stroke


Who mendefenisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf
yang diakibatkan oleh pembuluh darah otak.
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau
berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke
hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga
sel-sel pada sebagian area otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian tubuh yang
dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik.

Stroke adalah kondisi gawat darurat yang perlu ditangani secepatnya, karena sel otak
dapat mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan penanganan yang cepat dan tepat dapat
meminimalkan tingkat kerusakan otak dan mencegah kemungkinan munculnya komplikasi.

2.2 Jenis,bentuk/klasifikasi

Berdasarkan kondisinya, stroke terbagi atas dua jenis, yaitu:


1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik adalah kondisi yang terjadi ketika aliran darah ke otak tersumbat
atau menyempit karena pembekuan darah. Hampir Sebagian besar pasien atas sebesar
83% mengalami stroke jenis ini.

Stroke iskemik terbagi menjadi 3 yaitu:


 Stroke trombotik, yaitu proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan.
 Stroke embolik, yaitu tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
 Hypoperfusion sistemik ,yaitu berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh
karena adanya gangguan denyut jantung.

2. Stroke Hemoragik
Berbeda dengan stroke iskemik, stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah
di bagian otak mengalami kebocoran atau pecah.

Biasanya kebocoran ini disebabkan karena pembuluh darah sudah dalam kondisi
rentan sehingga tidak dapat mengalirkan darah ke otak lagi. Hampir 70% kasus stroke
hemoragnik terjadi pada penderita hipertensi.

Stroke hemoragik bisa menyebabkan seseorang mengalami koma, bahkan


kematian jika perdarahan tersebut tidak segera dihentikan. Perdarahan hemoragik terdiri dari
dua jenis, yaitu pendarahan intraseberal dan subarachnoid.
2.3 Faktor resiko stroke
Faktor resiko penyakit stroke disebabkan oleh :
1. Hipertensi
2. Penyakit jantung
3. Diabetes melitus
4. Hiperlipidemia (peninggian kadar lipid dalam darah)
5. Riwayat stroke dalam keluarga
6. Aterosklerosis
7. Migrain

Faktor resiko perilaku, yaitu :


1. Usia lanjut
2. Obesitas
3. Merokok (pasif/aktif)
4. Alkohol
5. Narkoba
6. Kontrasepsi oral
7. Jenis kelamin (pria)
8. Makanan tidak sehat
9. Kurang olah raga

2.4 Tanda atau gejala klinis

Beberapa gejala dan tanda stroke yaitu: Mual dan muntah. Sakit kepala hebat yang


datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan pusing berputar (vertigo). Penurunan
kesadaran.
gejala stroke sumbatan, dikenal dengan singkatan segera ke rs  yaitu senyum tidak
simetris, gerakan tangan dan kaki menjadi lemah, dan bicara menjadi pelo/sulit bicara/bicara
tidak nyambung/ tidak mengerti kata-kata.

gejala lainnya yaitu kebas/baal-baal sesisi tubuh, rabun/gangguan penglihatan,


sempoyongan/vertigo/pusing berputar/gerakan sulit dikoordinasi, gangguan menelan,
gangguan daya ingat. gejala segera ke rs terjadi pada satu sisi tubuh dan secara mendadak.

Tiap bagian otak mengendalikan bagian tubuh yang berbeda-beda, sehingga gejala stroke
tergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya. Itulah mengapa gejala atau
tanda stroke bisa bervariasi pada tiap pengidap. Namun, umumnya stroke muncul secara tiba-tiba.
Ada tiga gejala utama stroke yang mudah untuk dikenali, yaitu:

 Salah satu sisi wajah akan terlihat menurun dan tidak mampu tersenyum karena mulut
atau mata terkulai.

 Tidak mampu mengangkat salah satu lengannya karena terasa lemas atau mati rasa.
Tidak hanya lengan, tungkai yang satu sisi dengan lengan tersebut juga mengalami
kelemahan.

 Ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama sekali meskipun
penderita terlihat sadar.

Beberapa gejala dan tanda stroke lainnya, yaitu:


 Mual dan muntah.

 Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan pusing
berputar (vertigo).

 Penurunan kesadaran.

 Sulit menelan (disfagia), sehingga mengakibatkan tersedak.

 Gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.

 Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda.

2.5 Diagnosis epidemiologi stroke

Untuk mendiagnosis stroke, dokter akan melakukan tanya jawab dengan anggota
keluarga pasien mengenai awal munculnya gejala, riwayat kesehatan pasien dan keluarga,
serta obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Pada
pemeriksaan fisik ini dokter akan memeriksa tekanan darah, detak jantung, dan bunyi
abnormal di pembuluh darah leher dengan menggunakan stetoskop. Dokter juga akan
memeriksa beberapa hal, seperti:

 Kemampuan koordinasi dan keseimbangan tubuh


 Tingkat kewaspadaan
 Kelemahan atau mati rasa pada wajah, lengan, dan tungkai
 Gangguan berbicara atau penglihatan

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan merekomendasikan pasien agar menjalani


pemeriksaan penunjang, seperti:
1. Tes darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar gula darah, infeksi dalam darah,
dan kecepatan pembekuan darah. Tes darah juga dapat dilakukan untuk memeriksa
keseimbangan elektrolit dalam darah.
2. CT scan
Melalui CT scan, dokter dapat melihat kondisi otak secara detail. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda perdarahan, tumor, stroke, atau kondisi lainnya.
2.MRI
Pemeriksaan MRI bertujuan untuk menghasilkan gambaran detail dari otak pasien.
MRI dapat mendeteksi jaringan otak yang mengalami kerusakan akibat stroke iskemik atau
perdarahan otak.
3.Elektrokardiografi
Elektrokardiografi (EKG) dilakukan untuk mengetahui aktivitas listrik pada jantung.
Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat mendeteksi adanya gangguan irama jantung
atau penyakit jantung koroner yang mungkin menyertai stroke.

6.USG doppler karotis


Pemeriksaan USG doppler menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan
gambar detail aliran darah dalam pembuluh arteri karotis di leher. Tujuan tes ini untuk
memeriksa adanya penumpukan lemak (plak) dan kondisi aliran darah di dalam arteri karotis.
7.Ekokardiografi
Ekokardiografi dilakukan untuk mendeteksi penurunan fungsi pompa jantung dan
sumber gumpalan di dalam jantung. Gumpalan tersebut dapat bergerak dari pembuluh darah
jantung ke pembuluh darah otak sehingga menyebabkan stroke.

2.6 Upaya pencegahan dan pengobatan epidemologi stroke

a. Pencegahan stroke

1. Menjaga pola makan

Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dapat membantu menurunkan risiko


terkena stroke. Salah satunya adalah memperbanyak konsumsi sayuran, seperti brokoli, kubis,
dan bayam. Selain itu, hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan makanan cepat
saji.
2. Berolahraga secara teratur
Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan sistem peredaran darah bekerja
lebih baik. Olahraga juga dapat menjaga kadar kolesterol, berat badan, dan tekanan darah
pada tingkat yang normal. Oleh sebab itu, Anda dianjurkan untuk rutin berolahraga minimal
30 menit per hari.
3. Berhenti merokok
Risiko stroke meningkat dua kali lipat jika seseorang merokok, karena rokok dapat
mempersempit pembuluh darah dan membuat darah mudah menggumpal. Berhenti
merokok berarti juga mengurangi risiko berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit
paru-paru dan jantung.
4. Menghindari konsumsi minuman beralkohol
Minuman beralkohol mengandung kalori tinggi. Jika dikonsumsi secara berlebihan,
minuman ini dapat menimbulkan berbagai penyakit pemicu stroke, seperti diabetes,
hipertensi, dan bahkan menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur.
5. Menghindari penggunaan NAPZA
Beberapa jenis NAPZA, seperti kokain dan methamphetamine, dapat menyebabkan
penyempitan arteri dan mengurangi aliran darah sehingga menyebabkan stroke. Oleh sebab
itu, untuk menurunkan risiko terkena stroke, hindari penyalahgunaan obat-obatan tersebut.
6. Beristirahat dan tidur yang cukup
Tidur malam minimal 7–8 jam dan istirahat di siang hari dapat membantu organ
tubuh bekerja dengan normal dan menjaga kesehatan jantung. Jika jantung sehat, risiko
terkena penyakit, seperti serangan jantung dan stroke, juga akan menurun.

7. Mengelola stres
Selain menjaga kesehatan fisik, cara mencegah stroke juga bisa dilakukan
dengan mengelola stres. Untuk mengelola stres, ada beragam cara yang bisa dilakukan,
misalnya mendengarkan musik dan membangun hobi baru guna mengalihkan diri dari pikiran
negatif.
8. Menjalani perawatan medis untuk kondisi yang diderita
Orang yang menderita penyakit, seperti hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes,
penyakit tiroid, dan penyakit jantung, disarankan untuk menjalani pemeriksaan rutin dan
mengonsumsi obat-obatan yang telah diresepkan oleh dokter. Hal tersebut bisa membantu
menurunkan risiko terkena stroke.

b. upaya pengobatan stroke


Metode pengobatan stroke akan disesuaikan dengan jenis stroke dan keparahan
kondisi yang dialami pasien, seperti dijelaskan berikut ini:
 Pengobatan Stroke Iskemik
Penanganan stroke iskemik bertujuan untuk mengembalikan kondisi aliran darah ke
otak agar normal kembali. Beberapa metode penanganan yang bisa dilakukan yaitu:

 Suntikan rtPA (recombinant tissue plasminogen activator)

diberikan melalui infus. Tujuan pemberian suntikan ini adalah untuk mengembalikan
kondisi aliran darah menuju otak. Suntikan rtPA dapat diberikan oleh dokter dalam
waktu 3–4,5 jam setelah gejala pertama muncul.

 Obat antiplatelet
Antiplatelet atau obat pengencer darah, seperti aspirin, dapat diberikan untuk
mencegah pembekuan darah.

 Obat antikoagulan
Obat antikoagulan, seperti heparin, biasanya diberikan kepada penderita stroke
dengan gangguan irama jantung. Sama seperti obat antiplatelet, antikoagulan juga
berfungsi untuk mencegah pembekuan darah.

 Obat antihipertensi
Obat antihipertensi diberikan untuk mengendalikan tekanan darah. Jenis obat
antihipertensi tersebut adalah ACE inhibitor, alpha-blocker dan beta-blocker, diuretik
thiazide, atau obat antagonis kalsium.
 Statin
Dokter akan memberikan obat golongan statin, seperti atorvastatin, untuk
menurunkan kadar kolesterol yang tinggi.

 Operasi endarterektomi karotis


Operasi endarterektomi karotis diperlukan untuk mencegah stroke iskemik berulang.
Melalui prosedur ini, tumpukan lemak yang menghambat arteri karotis di leher pasien
akan dibuang. Perlu diketahui, operasi ini tidak dianjurkan untuk pasien yang
memiliki riwayat penyakit jantung.
 Angioplasti
Selain endarterektomi karotis, arteri karotis juga dapat dilebarkan dengan teknik
angioplasti. Angioplasti dilakukan dengan cara memasukkan kateter melalui
pembuluh darah di pangkal paha untuk selanjutnya diarahkan ke arteri karotis.

 Pengobatan Stroke Hemoragik

Pada kasus stroke hemoragik, pengobatan bertujuan untuk mengurangi tekanan pada otak dan
mengontrol perdarahan. Penanganan yang dapat diberikan untuk penderita stroke hemoragik
di antaranya:

 Obat-obatan
Pasien dapat diberikan obat untuk mengurangi tekanan di otak, menurunkan tekanan
darah, dan mencegah kejang. Jika pasien mengonsumsi obat pengencer darah, dokter
akan memberikan transfusi faktor pembekuan atau obat-obatan untuk melawan efek
obat pengencer darah tersebut.
 Operasi
Selain dengan obat, stroke hemoragik juga bisa ditangani dengan operasi. Operasi
dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak dan memperbaiki pembuluh darah
yang pecah, jika memungkinkan.Pengobatan TIA

 Pengobatan TIA
bertujuan untuk mencegah stroke dengan mengendalikan faktor risiko yang dapat
memicu timbulnya stroke. Tergantung pada penyebabnya, dokter dapat memberikan
obat untuk mencegah penggumpalan darah atau melakukan prosedur angioplasti.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai