Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stroke

2.1.1 Definisi Stroke

Stroke ialah masalah neurologis fokal dengan onset akut dari bagian vascular. Gangguan

pembuluh darah dan sirkulasi di otak biasanya terjadi akibat pecahnya pembuluh darah atau

sumbatan oleh gumpalan darah yang ada di otak. Stroke mempunyai tanda-tanda gejala yang muncul

selama 24 jam atau lebih yang bisa mengakibatkan kematian. Stroke dibagi menjadi dua yaitu stroke

iskemik dan hemoragik (WHO, 2016).

Stroke merupakan penyakit yang terjadi gangguan pada fungsional otak secara fokal

maupun global akut dengan tanda dan gejala sesuai dengan bagian otak yang terkena, yang

sebelumnya tanpa adanya peringatan, dan bisa sembuh dengan kecacatan akibat gangguan aliran

darah ke otak. Jadi stroke merupakan suatu penyakit yang serangannya secara mendadak yang teradi

di otak dan bisa mengakibatkan kerusakan secara sebagian atau keseluruhan pada otak karena terjadi

gangguan peredaran darah pada pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak. Hal ini berlangsung

lebih dari 24 jam.Stroke adalah cedera vaskular akut pada otak. Ini berarti bahwa stroke adalah suatu

cedera mendadak dan berat pada pembuluh darah otak. Cidera dapat disebabkan oleh sumbatan

dan penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. semua ini menyebabkan kurangnya pasokan

darah yang memadai. Stroke mungkin menampakkan gejala, mungkin juga tidak (stroke tanpa gejala

disebut juga silent stroke), tergantung pada tempat dan ukuran kerusakan (Benjamin & Blaha, 2017).

Stroke atau Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis

yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan penyakit yang

paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses pikir,

daya ingat dan bentuk kecacatan lainnya sebagai akibat gangguan fungsi otak (Bustami, 2015).

Stroke didefinisikan sebagai defisit (gangguan) fungsi sistem saraf yang terjadi mendadak dan

10
disebabkan oleh gangguan pembuluh darah di otak. Gangguan peredaran darah otak dapat berupa

tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Gangguan peredaran

darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan

oksigen dan zat makanan terjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan

memuculkan kematian sel saraf (neuron). gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke

(Bo, 2014).

2.1.2 Epidemiologi Stroke

Stroke adalah suatu penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung. Selain itu penyebab

peringkat kelima kematian di Amerikat Serikat dengan jumlah kematian pasien sebesar 12.000 per

tahun. Setiap tahun terdapat 15.000.000 orang yang menderita stroke dan mengalami kecacatan

permanen ataupun non permanen. Jumlah penderita stroke di Indonesia pada tahun 2013

diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7%) yang di diagnosis dengan gejala awal diperkirakan

sebanyak 2.137.41 orang (12,1%). Kemampuan ilmu tekhnologi kesehatan bisa menurunkan

tingkat kematian pasien stroke. Tetapi angka kejadian stroke cenderung tetap meningkat (Gofir,

2010).

2.1.3 Tanda dan Gejala Stroke

Serangan awal stroke pada umumnya berupa gangguan kesadaran. Tidak

sadar, bingung, sakit kepala, sulit konsentrasi. Gangguan kesadaran dapat muncul dalam bentuk

lain berupa perasaan ingin tidur, sulit mengingat, penglihatan kabur dan sebagainya. Pada beberapa

jam berikutnya gangguan kesadaran akan berlanjut yang menurunkan kekuatan otot dan

berkoordinasi dalam bentuk sulit berkonsentrasi dalam membaca atau mendengar percakapan

orang lain kemungkinan lain akan mendapat kesulitan dalam menyusun kata-kata atau melakukan

pekerjaan sehari-hari seperti berdiri, berjalan, atau mengambil atau memegang gelas, pensil, sendok

dan garbu. Apa yang akan dipegang akan terjatuh. Gangguan lain yang dialami oleh penderita

berupa ketidakmampuan mengontrol buang air kecil dan besar, kehilangan kemampuan untuk

11
merasakan, mengalami kesulitan untuk menelan, dan bernafas. Gejala awal lainnya termasuk

hilangnya kekerasan otot, seperti jari-jari dan tungkai yang terlukai, kaki menjadi kaku dan

kehilangan koordinasi gerakan (Bruce & Tanya, 2016).

Stroke bisa menjadi tambah buruk jika dalam beberapa jam sampai 1 atau 2 hari kemudian

akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati. Gejala dan tanda penderita stroke tergantung

pada daerah otak mana yang terkena. Otak mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan

manusia. Fungsi dari otak adalah sebagai pusat pemikir, pengatur, pengontrol, dan penggerak

aktivitas keseharian manusia. Pada otak terdapat pusat kesadaran, pusat pernapasan, pusat emosi,

pengatur suhu tubuh ataupun pusat keseimbangan. Setiap bagian otak memetakan dan mengatur

fungsi masing-masing. Secara umum belahan otak kanan mengatur tubuh bagian kiri. Sebaliknya,

belahan otak kiri mengatur tubuh bagian kanan. Dengan demikian, berdasarkan gejala yang muncul

dapat diperkirakan bagian otak mana yang mengalami gangguan atau kerusakan. Gejala atau tanda

stroke sering muncul secara tiba-tiba dan cepat. Stroke terjadi secara mendadak dan begitu cepat

sekali. Pada hal ini pasien stroke memerlukan bantuan dan cepat di bawa ke tempat layanan

kesehatan terdekat. Saat pasien mengalami stroke akan menunjukkan tanda dan gejala. Tanda dan

gejala yang biasanya terjadi pada pasien stroke, ialah sebagai berikut (Bruce & Tanya, 2016) :

a. Adanya serangan defisit neurolgis atau kelempuhan seperti hemipiresis (lumpuh sebelah

badan yang kanan atau kiri saja)

b. Badan terasa mati rasa secara sebagian, terasa kesemutan, dan terbakar.

c. Mulut atau lidah menceng jika diluruskan

d. Susah dalam berbicara atau bicaranya tidak jelas

e. Tidak mengerti maksud pembicaraan orang lain

f. Mengalami kesulitan melihat, menelan, mendengar, menulis, membaca dan berjalan.

g. Tingkat kepintaran melemah dan sering mengalami sakit kepala atau vertigo

h. Mengalami penurunan ingatan atau demensia

12
i. Penglihatan mengalami gangguan tetapi tidak ada nyeri, sebagian besar lapang pandang

tidak terlihat, dan penglihatan gelap atau ganda sementara (hemianpsia)

j. Pendengaran mengalami gangguan atau tuli pada sebagian telinga

k. Tingkat emsional tidak stabil, seperti mudah sedih dan senang

l. Kelopak mata susah untuk dibuka dan selalu ingin tidur

m. Tubuh bergerak dengan tidak terkoordinasikan atau kehilangan keseimbangan

n. Terkadang ditandai dengan transiet ischemic attack atau serangan stroke sementara.

o. Terjadi gangguan kesadaran mulai dari pingsan sampai koma

2.1.4 Penyebab Stroke

Ada beberapa penyebab yag bisa membuat pasien mengalami stroke, yaitu sebagai berikut

(Carolee, 2016) :

a. Trombosis Serebral

Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga

menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menyebabkan edema dan kongesti

disekitarnya.

b. Pendarahan

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk dalam perdarahan dalam ruang

subaraknoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karna

arterosklerosis dan hipertensi.

c. Hipoksia umum

Beberapa penyebab yang berhubung dengan hipoksia umum adalah hipertensi yang

parah, henti jantung paru, curah jantung yang turun akibat aritmia.

d. Hipoksia setempat

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah spasme arteri

serebral yang disertai dengan subarakhnoid dan vasokontriksi arteri otak disertai sakit

kepala migren.

13
2.1.5 Tahapan Stroke

Tahapan stroke mempunyai beberapa fase yang harus diperhatikan dalam memberikan

pengobatan dan pencegahan. Tahapan proses saat terjadi stroke sampai ke tahap kehidapan

sehari-hari, yaitu sebagai berikut (Sutrisno, 2012) :

a. Tahap akut terjadi dari angka waktu 4 sampai 7 hari. Tujuan pada fase ini ialah pasien

selama dari serangan stroke

b. Tahap stabilitasi, terjadi dalam angka waktu 2 sampai 4 minggu. Tujuan pada fase ini ialah

pasin stroke belajar kembali latihan motorik yang terganggu dan belajar untuk

menyesuaikan hal yang baru teradi pada dirinya dalam menghadapi keterbatasan yang

terjadi.

c. Tahap rehabilitasi, tindakan ini berguna untuk melanjutkan proses pemulihan untuk

mencapai perbaikan kemampuan fisik, mental, sosial, kemampuan bicara dan ekonomi.

d. Tahap Kehidupan Sehari-hari

Supaya pasien dapat terhindar dari serangan stroke akut lanjutan maka pasien harus

mengecek tekanan darah secara rutin, mengontrol kadar gula darah, berhenti merokok, diet

rendah lemak dan mengurangi penyebab terjadinya stress.

2.1.6 Klasifikasi Stroke

Berdasarkan gangguan patologis yang sudah terjadi, stroke dibagi menjadi dua macam,

yaitu sebagai berikut (Smith, 2014) :

a. Stroke non Hemoragik (Stroke Iskemik)

Stroke iskemik diakibatkan oleh adanya emboli dan trombosis sehingga menyebabkan

aliran darah menurun atau berhenti sama sekali pada bagian tertentu yang ada di otak.

Selain itu aliran darah ke otak yang terhambat juga mengakibatkan sel saraf dan sel di dalam

otak mengalami gangguan sebab suplai oksigen dan glukosa yang dibawa oleh darah

berkurang. Kadar oksigen dan glukosa yang menurun atau bahkan sampai berhenti

mengalir bisa menyebabkan neuron tidak berfungsi. Apabila gangguan aliran darah itu terus

14
terjadi sampai melewati batas toleransi sel, maka sel akan mati. Tetapi jika aliran darah bisa

diperbaiki dengan segera sehingga kerusakan neuron yang terjadi bisa sangat minimal.

Mekanisme penyebab stroke iskemik secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu

karena trombosis dan emboli. Trombosis ialah proses terjadinya pembukuan darah pada

jaringan. Apabila trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalir ke otak maka

saat terjadi pembekuan darah bisa menyumbat aliran darah yang akan mensuplai otak

sehingga terjadi stroke iskemik. Sedangkan apabila terdapat emobli itu merupakan benda

asing yang terlepas dan mengikuti aliran darah di otak. Emboli bisa berbentuk trombus

atau bekuan darah, udara dan yang lainnya. Saat emboli masuk ke dalam pembuluh darah

dan mengikuti aliran darah maka dapat menyebabkan aliran darah berhenti pada suatu

tempat dan tidak bisa dilewati oleh darah. Stroke yang disebabkan oleh emboli mempunyai

karakteristik tersendiri yaitu terjadi defisit neurolgis yang bisa langsung mencapai tingkat

maksimal sejak awal tanda dan gejala muncul. Hal tersebut yang biasanya menyebabkan

sumbatan aliran darah pada otak sehingga teradi stroke. Sebagian besar stroke iskemik

disebabkan oleh trombosis dan yang lainnya disebabkan oleh emboli. Berdasarkan

peralanan klinisnya, strke iskemik dibagi menadi empat macam, yaitu sebagai berikut :

a) Transient Ischemic Attack (TIA) merupakan serangan stroke yang terjadi hanya

sementara yang terjadi kurang dari 24 jam.

b) Reversible ischemic neurolagic deficit (RInD) ialah gejala neurologis yang menghilang

selama lebih dari 24 jam sampai dengan 21 hari.

c) Progressing stroke atau stroke in evolution adalah gangguan neurologis yang terjadi

secara bertahap mulai dari tingkat ringan sampai berat.

d) Completed stroke merupakan gangguan neurologis yang telah menetap dan tidak

berkembang kembali.

b. Stroke Hemoragik

15
Stroke hemoragik merupakan jenis stroke yang disebabkan oleh perdarahan intracranial

non traumati. Penyebab stroke hemoragik dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:

a) Perdarahan Intraserebral (PIS)

Perdarahan intraserebral disebabkan oleh pembuluh darah yang pecahnya pembuluh darah

di intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan selanjutnya masuk ke dalam

jaringan otak. Pada keadaan ini pasien stroke akan terjadi peningkatan tekanan intracranial

atau intraserebral, sehingga timbul tekanan pada pembuluh darah otak secara keseluruhan

yang dapat mengakibatkan aliran darah otak turun dan berakibat pada kematian sel saraf

maka terjadi gejala klinis gangguan neurologis. Perdarahan intraserebral terjadi akibat

penyakit hipertensi yang kronis sehingga akan timbul kerusakan pada dinding pembuluh

darah. Faktor pencetus yang lain ada stress fisik, emosi, tekanan darah yang naik mendadak

sehingga menyebabkan pembuluh darah pecah. Perdarahan intraserebral paling banyak

diakibatkan oleh penyakit hipertensi dan berdampak fatal bagi kesehatan pasien terutama

jika terjadi perdarahan yang luas.

b) Perdarahan Subarakhnoid (PSA)

Perdarahan subarakhnoid ialah suatu keadaan dimana masuknya darah ke dalam

subarakhniod baik dari tempat lain (subarakhnoid sekunder) atau dari subaraknoid sendiri

subarakhnoid primer. Perdarahan subarakhnoid terjadi secara spontan dan disebabkan saat

pasien mengalami peningkatan tekanan darah serta biasanya timbul ketika melakukan

aktivitas. Tanda dan gejala dari perdarahan subaraknoid, yaitu sebagai berikut :

1. Nyeri kepala yang hebat secara mendadak dan diawali dengan suatu perasaan

ringan atau ada sesuatu yang meletus pada kepala.

2. Kaku kuduk ialah gejala spesifik yang mencul setelah nyeri kepala.

3. Fungsi motorik dan tingkat kesadaran biasanya tidak mengalami gangguan.

4. Adanya cairan serebrospinal dengan warna merah yang artinya terjadi perdarahan

di otak dengan jumlah eritrsit dari 1000 / mm3

16
2.1.7 Patofisiologi Stroke

Mayoritas stroke disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan sebuah arteri atau

beberapa arteri yangmengarah ke otak atau embolus (kotoran) yang terlepas dari jaringan atau arteri

ekstrakrani (arteri yang berada diluar tengkorak) yang menyebabkan sumbatan di satu atau beberapa

arteri intrakranial (arteri yang ada didalam tengkorak). Menurut Bruce (2015), patofisiologi stroke

dibagi menjadi dua macam sesuai dengan klasifikasi stroke, yaitu sebagai berikut :

a. Stroke Iskemik

Stroke iskemik menyebabkan penyumbatan atau penyempitan yang disebakan oleh

arterosklerosis (mengerasnya arteri).Iskemik disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran

darah otak oleh thrombus atau embolus. trombus umumnya terjadi karena

berkembangnya arterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi

tersumbat, aliran darah kearea thrombus menjadi kurang, menyebabkan iskemia

kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli

disebabkan oleh embulus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis.

Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang

cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal. perdarahan otak dapat disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah oleh emboli.

b. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan kedalam jaringan (disebut hemoragia

intraserebrum atau hematomserebrum) atau kedalam ruang subarakhnoid, yaitu ruangsempit

antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak. perdarahan dari sebuah

arteri intrakranium biasanya disebabkan oleh aneurisma (arteri yang melebar) atau

pecah.Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau

ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intrakranial yang

seharusnya konstan. Adanya perubahan intrakranial yang tidak dikompensasi tubuh

akan meningkatkan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga

17
timbul kematian. disamping itu, darah yang mengalir kesubstansi otak atau ruang

subaracnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekan

pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga

terjadi nekrosis jaringan otak.

2.1.8 Komplikasi Stroke

Penyakit stroke juga mempunyai beberapa komplikasi penyakit yang lain apabila penyakit

stroke tidak segera untuk diobati, yaitu antara lain (Carolee, 2016) :

a. Neurologi, seperti edema otak, kejang, tekanan tinggi intrakranial, infark berdarah,

stroke iskemik berulang, delirium akut, depresi.

b. Paru-paru, seperti obstruksi jalan nafas, hipoventilasi, aspirasi, pneumonia.

c. Kardiovaskuler, seperti miokard infark, aritmia, dekompensasi kordis, hipertensi,

DVT (Deep Vena Thrombosis), emboli paru.

d. Nutrisi/pencernaan seperti : ulkus, perdarahan lambung, konstipasi, dehidrasi,

gangguan elektrolit, malnutrisi, hiperglikemia.

e. Traktus urinarius, seperti : inkontinesia, infeksi saluran kemih.

f. Ortope – kulit, seperti : dekubitus, kontraktur, nyeri sendi bahu, jatuh/ fraktur

menurut.

Selain itu, ada beberapa komplikasi stroke yang terjadi pada pasien stroke, yaitu sebagai

berikut (Fulvio, 2017) :

1. Dekubitus, jika pasien mengalami lumpuh harus latihan bergerak secara teratur. Bagian

yang biasanya yang mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki, dan tumit.

2. Bekuan darah, bekuan darah mudah terbentuk dalam kaki yang lumpuh. Selain juga

dapat menyebabkan penyimpanan cairan yang tidak nyaman maka pembengkakan

yang menganggu. Bekuan darah juga mengakibatkan embolisme paru-paru, yaitu suatu

bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru-paru.

18
3. Pneumonia, pasien stroke tidak akan bisa batuk atau menelan dengan sempurna,

menyebabkan cairan berkumpul di paru-paru.

4. Otot yang mengerut dan kekakuan sendi, jika otot betis mengerut. Terapi membantu

untuk membentuk otot tersebut dengan merancang program pembentukan otot.

5. Shock, stroke dapat menyebabkan kecemasan dan ketidakyakinan kepada semua

orang.

6. Nyeri pundak, otot-otot di sekitar pundak mengontrol sendi-sendi pundak dan dapat

rusak untuk mencegah kerusakan maka pasien melatih untuk membuat otot-otot

tersebut bekerja.

2.1.9 Prosedur Diagnostik Stroke

Diagnosa dini penting untuk penatalaksanaan stroke. Tujuan pemeriksaan penunjang

adalah untuk mencari penyebab, mencegah rekurensi, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang

dapat menyebabkan perburukan sistem saraf pusat (SSP). Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan

untuk pasien stroke, adalah sebagai berikut (Smith, 2014):

a. CT-Scan, untuk membedakan stroke iskemik dan perdarahan. CT Scan tidak

diperlukan oleh semua pasien, terutama jika diagnosis klinisnya sudah jelas.

b. EKG, untuk mengetahui penyakit jantung, misalnya Atrial Fibrilasi, MCI (Myocard

Infark).

c. Ultasoun adalah dopler ekstra maupun intrakranial yang dapat menentukan adanya

stenosis atau oklusi, keadaan kolateral atau rekanalisasi.

d. Pemeriksaan laboratorium

a) Pemeriksan darah rutin, meliputi darah perifer lengkap, hitung platelet, INR,

APTT, serum elektrolit, gula darah, CRP dan LED, fungsi ginjal dan hati.

b) Pemeriksan khusus sesuai indikasi meliputi : protein C, S, AT III, cardiopilin

antibodies, hemocystein, vasculitis-screening (ANA, LupusAC), CSF.

19
2.1.10 Penatalaksanaan Stroke

Pengobatan stroke akut menentukan kualitas hidup pasien dan bahkan mencegah

kematian. Sehingga motto pelaksanaan pasien stroke “time isbrain”. Oleh karna itu perawatan harus

dilakukan di unit stroke. Selain sudah diakui kelebihannya oleh organisasi stroke internasional,

perawatan di unit stroke dilakukan oleh multidisiplin yang terdiri dari dokter ahli saraf, perawat

khusus stroke, fisioterapi, terapi wicara, dan okupasi, serta ahli nutrisi. Prinsip manajemen stroke

akut adalah (Pamela, 2010) :

a. Diagnosis stroke yang cepat dan tepat

b. Mengurangi luasnya lesi otak

c. Mencegah dan mengobati komplikasi stroke

d. Mencegah serangan stroke ulang dan

e. Memaksimalkan kembali fungsi fungsi neurologik.

2.1.11 Faktor Resiko Stroke

Faktor resiko adalah suatu faktor atau kondisi tertentu yang membuat seseorang rentan

terhadap serangan stroke. Faktor resiko stroke umumnya dibagi menajadi 2 kelompok besar

sebagai berikut (Lauralee, 2012) :

a. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dirubah

a) Usia

Makin bertambah usia seseorang, makin meningkat resiko terkena stroke atau

serang ulang stroke. Penambahan usia menyebabkan penurunan fungsi sistem

pembuluh darah. Menurut Feigin (2015), setelah mencapai usia 50 tahun, setiap

penambahan usia tiga tahun resiko stroke meningkat sebesar 11-20%. Resiko tinggi

adalah usia lebih dari 65 tahun, tetapi hampir 25% dari semua stroke terjadi pada

usia kurang dari 65 tahun, dan 4% terjadi pada usia antara 15 dan 40 tahun.

b) Jenis Kelamin

20
Laki-laki lebih beresiko dibandingkan wanita, dengan perbandingan 1:3, kecuali

pada usia lanjut, resiko stroke pada laki-laki dan wanita hampir sama. Laki-laki

terkena stroke iskemik, sedangkan wanita lebih cenderung terkena stroke perdarah

subaraknoid. Stroke pada wanita di duga akibat pemakaian obat kontrasepsi oral.

Angka kematian stroke pada wanita dua kali lebih tinggi dari laki-laki.

c) Ras

Stroke, terutama stroke hemoragik lebih sering terjadi pada orang keturunan

Afrika, Asia, Afro-Karibia, Maori dan Kepalaun Pasifik dibandingkan keturunan

Eropa. Orang jepang dan Afrika-Amerika cenderung mengalami stroke perdarahan

intrakranial, sedangkan orang berkulit putih cenderung terkena stroke iskemik

akibatsumbatan ekstra kranial. Di Indonesia pada tahun 2007, stroke merupakan

penyebab kematian tertinggi yaitu 15,4% dan penyebab utama kecatatan pada

kelompok orang dewasa.

d) Riwayat Keluarga

Gen berperan besar dalam beberapa faktor resiko stroke seperti hipertensi,

penyakit jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah. Faktor genetis berperan

besar dalam perdarahan subaraknoid. Genetis menjadi penyebab pada 7% total

kasus sampai 20% pada orang yang berusia muda. Riwayat stroke dalam keluarga,

terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami stroke pada usia

kurang dari 60 tahun, akan meningkat resiko stroke.

b. Faktor Resiko Yang Dapat Di Rubah

a) Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor resiko yang banyak dialami penderita stroke.

Berdasarkan data, stroke yang disebabkan oleh hipertensi dirumah sakit mencapai

73,9 persen. Banyak pasien mempunyai tekanan darah sistolik 150-170 mmHg, dan

tekanan darah diastolik 90-100 mmHg. Padahal normalnya, sistolik 110-120 mmHg

21
dan diastolik 90-100 mmHg. Apabila tak segera diobati, persentase bakal terkena

penyakit jantung dan stroke berulang akan mencapai lebih dari 20%.Untuk

mengontrol tekanan darah tinggi pada pasien stroke, ada beberapa antipertensi

efektif untuk penderita stroke. Beberapa obat tersebut adalah perindropin dari

golongan ACE (Angiotension Coverting Enzyme) inhibitor. Obat tersebut terbukti tidak

hanya penurunkan tensi, tetapi juga mencegah kambuhnya stroke. Resiko stroke

lanjutan dan serangan jantung juga dikurangi menjadi 20-25 persen. Selain obat

obatan, pasien stroke yang mengindap hipertensi juga diminta untuk mengurangi

asupan makanan yang kadar garam tinggi karna garam berpotensi meningktakan

tekanan darah. Mengurangi kadar garam didalam darah hingga 100 mmol/hari.

Pengurangan ini bisa menurunkan tekanan darah 1-7 mmHg tekanan darah siastol.

b) Obesitas

Selain itu juga diubah kebiasaan makan. Makanan makanan yang berlemak, seperti

jeroan harus dihindari. Berat badan juga perlu dijaga agar tidak terlalu berlebihan.

Berat badan yang normal bisa diukur dari indeks masa tubuh (IMT). Ukurannya

berat badan dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat. Berat badan yang ideal adalah

indeks masa tubuhnya 18,5 hingga 24,9. Juga harus memerhatikan lingkar pinggang

maksimum 80 cm.

c) Diabetes

Diabetes mellitus dalah penyakit yang disebabkan pada gangguan produksi insulin

oleh pankreas. Ada dua macam jenis diabetes mellitus (Mirjana, 2016) :

1. Diabetes Tipe 1 adalah penyakit diabetes yang diakibatkan tidak

berfungsinya pankreas dalam memproduksi insulin. Insulin adalah hormon

yang menyeimbangkan kadar gula darah.

22
2. Diabetes Tipe 2 adalah penyakit yang diakibatkan terganggunya produksi

insulin. Penyakit ini lebih banyak disebabkan oleh pola hidup yang salah,

seperti stress, makan yang berkolesterol, kurang olahraga, dan lain lain.

Penderita diabetes bisa memicu stroke karna kadar gula darah yang tinggi bisa

merusak pembuluh darah. Darah jadi mengental dan tak mudah beku. Akibatnya,

jika ada luka, sluka sukar sembuh. Pembuluh darah juga bisa rusak, itu juga bisa

menimpa pembuluh darah otak. Pembuluh rusak, sehingga darah darah tak bisa

mengalir ke otak dengan baik. Penderita bisa terkena stroke berulang. Untuk itu

perlu dijaga kenormalan kadar gula darah. Kadar gula darah normal adalah 80-109

mg/dl.

d) Merokok

Merokok merupakan kebiasaan sekaligus gaya hidup yang berdampak buruk bagi

kesehatan. Apapun rokok yang beredar di pasaran semuanya mengandung 4000

racun dan 200 diantaranya sangat berbahaya. Asap rokok mengandung beberapa

zat berbahaya yang sering disebut oksidator. Zat oksidator ini menimbulkan

kerusakan pada dinding arteri. Dinding arteri yang rusak akibat asap rokok akan

menjadi lokasi penimbunan lemak, sel trombosit, kolestrol, dan terjadi

penebalanlapisan otot polos dinding arteri. Rokok menyebabkan berkurangnya

jumlah oksigen dalam darah yang menyebabkan stroke jantung bekerja lebih keras,

hal ini memudahkan terbentuknya gumapalan darah. Gumpalan ini akan

menghambat aliran darah ke otak sehingga menyebabkan stroke (National Stroke

Association, 2010). Selain itu rokok juga menyebabkan konsentrasi fibrinogen,

hemtokrit, menurunkan aktivitas, fibrinolitik dan aliran darah serebral,

vasokonstriksi, sehingga terjadi aterotrombolitik.

Bahkan perokok pasif (menghirup asap rokok secara tidak langsung) meningkatkan

kemungkinan terkena stroke hampir 80%. Mereka yang menghisap 20 atau lebih

23
batang rokok sehari memiliki resiko stroke dua kali lipat di bandingkan yang

merokok lebih sedikit.

e) Aktivitas fisik

Aktivitas fisik moderat yang teratur dapat mengurangi hingga separuh resiko stroke

dan memperkecil kematian dini akibat semua sebab sekitar 70%. Yang diperlukan

hanya lah olah raga tiga atau empat kali seminggu selama 30 menit. Orang yang

kurang aktivitas fisik (olah raga <3 kali per minggu) memliki 50% resiko terkena

stroke dibanding orang yang aktif. Aktivitas fisik dapat menurunkan berat badan

dan tekanan darah, gula darah, meningkatkan kadar kolesterol HDL dan

menurunkan kadar kolesterol LDL, memotivasi berhenti (Margaret, 2015).

f) Alkohol

Alkohol telah diindentifikasi sebagai faktor resiko stroke, namun mengkonsumsi

alkohol ternyata empunyai efek merugikan dan menguntungkan terhadap resiko

stroke. Meskipun mengkonsumsi alkohol dalam jumlah ringan (< 30 gram perhari

untuk pria dan <15 gram untuk wanita) (Pamela, 2010).

2.1.12 Dampak Stroke Bagi Pasien

Berdasarkan peneltian Katherine (2016) membagi dampak storke bagi pasien sebagai

berikut:

a. Dampak Fisik

Sebagian besar pasien stroke akan mengalami gejala yang sangat bervariasi, dapat

berupa gangguan mobilisasi atau gangguan motorik, gangguang penglihatan, gangguan

bicara, perubahan emosi, dan gejala lain sesuai lokasi otak yang mengalami infark atau

penyumbatan.Gejala ini dapat mempengaruh pada aspek fisik, psikologis serta sosial

mereka yang akan berdampak pada penurunan produktifitas dan kualitas hidup baik

secara permanen maupun sementara. Lebih lanjut, dampak fisik juga dapat muncul

seperti kelumpuhan parsial, gangguan komunikasi dan gangguan kognitif.Defisit yang

24
paling umum dialami pasien stroke yaitu melibatkan aksimotorik. Kelumpuhan fisik ini

dapat terjadi secara langsung dan biasanya pasien menyadari bahwa mereka tidak bisa

menggerakan lengan dan kaki pada satu sisi tubuh.

b. Dampak Psikologis

Dampak piskologis seperti kemaran, isolasi kelabilan emosi, depresi dan lain-lain.

c. Dampak Sosial

Sedangkan dampak sosial dari stroke penderita tidak dapat lagi bekerja kembali seperti

sediakala dan sosialisasinya juga dapat terhambat.

2.1.13 Pencegahan Stroke

Penyakit stroke dapat dicegah dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut (Katherine,

2017) :

1. Pengendalian Kadar Kolesterol dalam Darah.

Pengendalian kadar kolesterol terutama untuk penderita dislipidemia adalah dengan

diet dan obat penurun kadar lemak. Target kadar kolesterol LDL < 100mg/dl,

sedangkan bagi penderita dengan risiko stroke tinggi mencapai target kolesterol LDL

sebaiknya <70mg/dl. Namum ada beberapa makanan yang dapat membantu

menurunkan kadar kolesterol adalah beras merah, jagung, gandum, oat, dan kacang

kedelai.

2. Memperhatikan tekanan darah.

Bila tidak ada faktor risiko lain, maka tekanan darah harus benar-benar dikendalikan

tidak melebihi 140/90 mmHg. Sedangkan untuk penderita diabetes mellitus atau

penyakit ginjal krooni, target tekanan darah 130/80 mmHg. Lalu dilanjutkan terapi

antihipertensi yang diberikan oleh dokter dan lakukan pengukuran tekanan darah

secara mandiri dirumah.

3. Kendalikan gula darah.

25
Diabetes merupakan salah satu faktor risiko stroke sehingga pengendalian gula darah

perlu dilakukan.Pemeriksaan glukosa darah harus dipantau secara teratur.

4. Berhenti merokok.

Jika perokok maka segera menghentikan kebiasaan tersebut. Merokok dapat

meningkatkan risiko stroke dua kali lipat karena pembuluh darah mengeras dan

kemungkinan dapat mengakibatkan pembekuan darah. Selain berhenti menjadi

perokok aktif maka selain itu juga harus menghindari paparan asap rokok.

5. Kurangi konsumsi garam terlalu banyak.

Garam merupakan penyebab utama pada tekanan darah tinggi sehingga asupannya

harus dibatasi, tidak melebihi 6 gram per hari.Periksa kandungan garam di makanan

pada lebelnya, serta kurangi jumlah garam pada masakan sehari-hari.

6. Hentikan Terapi Hormon.

Pada umumnya, kebanyakan wanita mengonsumsi pil kb untuk mengendalikan

kelahiran.Terapi ini harus segera dihentikan. Mengganti kontrasepsi dengan yang non-

hormonal.Pergantian kontrasepsi tentunya setelah melakukan konsultasi dengan

dokter (Vera, 2016).

7. Melakukan olahraga secara rutin

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah orang yang memiliki ikatan resmi, seperti hubungan darah, adopsi,

perwakilan, ikatan sosial, adanya ikatan psikologi. Selain itu, keluarga merupakan sekelompok

orang dengan hubungan pernikahan, kelahiran, dan adopsi dengan tujuan menciptakan,

mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosinal, serta sosial

dari setiap anggota keluarga. Keluarga juga termasuk unit terkeil dari sekelompk masyarakat yang

26
terdiri dari kepala keluarga dan beberapa anggota keluarga yang bertempat tinggal dalam satu

rumah dan saling ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Kemenkes, 2018).

2.2.2 Ciri-Ciri Struktur Keluarga

Ada beberapa ciri-ciri struktur keluarga, yaitu sebagai berikut (Ali, 2015) :

a. Terorganisasi

Keluarga merupakan cerminan dalam suatu organisasi, dimana setiap anggota keluarga

mempunyai tugas dan manfaatnya masing-masing sehingga visi dan misi pada keluarga bisa

dicapai. Organisasi yang baik bisa dilihat dari ikatan antar anggota keluarga yang kuat dan

membentuk hubungan saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama.

b. Keterbatasan

Ketika keluarga akan mencapai tujuan maka masing-masing anggota keluarga mempunyai

tugas dan tanggung awab sendiri maka saat melakukan interaksi setiap anggta keluarga tidak

dapat semena-mena, tetapi memiliki keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab pada

setiap anggota keluarga.

c. Perbedaan dan Kekhususan

Terdapat tugas yang beraneka ragam pada keluarga memperlihatkan bahwa setiap anggota

keluarga memiliki peran dan fungsi yang berbeda.

2.2.3 Fungsi Keluarga

Keluarga mempunyai beberapa fungsi keluarga, terdapat lima fungsi dasar pada keluarga,

antara lain (Kemenkes, 2018) :

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga, yaitu sebagai dasar sumber

kekuatan keluarga. Fungsi afektif berfungsi untuk memenuhi kebutuhan psikososial.

Keberhasilan dalam melaksanakan fungsi afektif akan terlihat dari wajah gembira dan

senang dari keseluruhan anggota keluarga. Setiap anggota keluarga saling berusaha

27
untuk mempertahankan suasana yang positif dalam lingkungan rumah. Hal ini bisa

dipelajari dan dikembangkan saat melakukan interaksi sosial dan hubungan dalam

keluarga. Sehingga keluarga yang berhasil melakukan fungsi afektif bisa

mengembangkan konsep diri yang positif.

b. Fungsi Sosialisasi

Keluarga adalah tempat seseorang melakukan sosialisasi. Sosialisasi dimulai ketika

individu lahir dan berakhir saat individu meninggal. Pada setiap tahap perkembangan

individu dan keluarga diperoleh melalui interaksi sosial atau hubungan yang

diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan

perilaku melalui hubungan dalam satu keluarga, sehingga nanti setiap anggota keluarga

bisa mempunyai peran di dalam masyarakat.

c. Fungsi Reproduksi

Pada keluarga mempunyai fungsi untuk melanjutkan kelangsungan keturunan dan

menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi

Keluarga mempunyai fungsi untuk memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarganya,

seperti sandang, pangan, dan papan sehingga keluarga membutuhkan uang untuk

semua itu.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga mempunyai manfaat dalam merawat kesehatan keluarga seperti melakukan

pengkajian dan memeriksa tanda-tanda vital. Apabila di tinjau dari segi penilaian

masyarakat, keluarga adalah sistem dasar, dimana perilaku untuk menjadi sehat,

mengatur perawatan kesehatan, dan melaksanakan perawatan kesehatan.

28
2.2.4 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Selain mempunyai fungsi dalam memelihara kesehatan, keluarga juga memiliki tugas dalam

bidang kesehatan yang perlu untuk diketahui dan dilaksanakan, antara lain (Suprajitno, 2016) :

a. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga

Kesehatan adalah suatu kebutuhan yang penting pada keluarga dan tidak boleh untuk

diabaikan sebab kalau tidak ada kesehatan maka semuanya tidak akan ada artinya. Orang

tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan status kesehatan yang dialami

anggota keluarga. Perubahan kecil apapun yang dialami oleh anggota keluarga akan

menjadi perhatian keluarga atau orang tua.

b. Memutuskan Tindakan Kesehatan yang Tepat dan Baik untuk Keluarga

Keluarga bertugas untuk mencari bantuan yang tepat sesuai dengan keadaan kegawatan

kesehatan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang berwenang untuk

mengambil keputusan dalam menentukan tindakan yang diambil ketika ada anggta keluarga

yang sakit. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam perihal ekonomi bisa mememinta

bantuan kepada tetangga di dekat rumahnya supaya bisa mendapatkan bantuan dengan

segera.

c. Merawat Keluarga yang Mengalami Gangguan Kesehatan

Biasaya keluarga memilih tindakan yang tepat dan benar tetapi keluarga juga mempunyai

keterbatasan yang sudah diketahui oleh anggota keluarganya. Tetapi anggota keluarga yang

mempunyai masalah kesehatan harus mendapatkan tindakan lanjutan supaya masalah

kesehatan yang dialaminya tidak semakin parah. Perawatan bisa dilakukan di tempat

pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas karena keluarga hanya mampu melakukan

tindakan pertolongan pertama seperti itu.

d. Memodifikasi Lingkungan pada Keluarga untuk Memastikan bahwa Kesehatan Keluarga

Tetap Terjaga dan dalam Status yang Baik.

29
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal untuk melakukan

pengbatan kepada keluarga yang sakit.

2.3 Konsep Caregiver

2.3.1 Definisi Caregiver

Caregiver ialah orang yang memberikan perawatan secara langsung kepada anak, dewasa dan

lansia yang mengalami penyakit kronis. Caregiver sebagai individu yang memberikan bantuan

kesehatan, sosial, ekonomi, dan sumber daya lingkungan kepada individu yang mengalami

ketergantungan fisik secara sebagian atau sepenuhnya yang disebabkan penyakit yang sedang di

derita oleh individu tersebut (Annisa, 2015). Caregiver merupakan individu yang memberikan

pertolongan kepada seseorang yang tidak mampu karena menderita suatu penyakit.Caregiver sebagai

pemberi dukungan terhadap kebutuhan fisik maupun psikologis untuk merawat anggota keluarga

yang sedang sakit (Afriyenti, 2016).

Definisi caregiver dalam Merriam-Webster Dictionary (2012) adalah orang yang memberikan

perawatan langsung pada anak atau orang dewasa yang menderita penyakit kronis. Allender &

Spradley (2010) menyatakan caregiver sebagai seseorang yang memberikan bantuan medis, sosial,

ekonomi, atau sumber daya lingkungan kepada seseorang individu yang mengalami ketergantungan

baik sebagian atau sepenuhnya karena kondisi sakit yang dihadapi individu tersebut. Definisi

caregiver dari literatur bahasa Indonesia, dikemukakan oleh Arif (2016) sebagai:

“.. seseorang yang bertugas untuk membantu orang-orang yang ada hambatan untuk

melakukan kegiatan fisik sehari-hari baik yang bersifat kegiatan harian personal (personal activity daily

living) seperti makan, minum, berjalan, atau kegiatan harian yang bersifat instrumental (instrumental

daily personal dengan caregiver (Tantono, 2006).

2.3.2 Jenis-Jenis Caregiver

Caregiver dibagi menjadi dua jenis, yaitu caregiver formal dan caregiver informal. Caregiver

formal terdiri dari tenaga profesinal atau paraprofesinal yang memberikan perawatan dengan

30
adanya pembiayaan atau dibayar, seperti perawat, asisten perawat dan personal care worker. Maka

kesimpulannya caregiver formal adalah seserang yang profesinal dan sukarelawan dalam memberikan

perawatan di rumah, komunitas dan institusi. Sedangkan caregiver informal ialah individu yang

memberikan perawatan tanpa menerima bayaran dan mempunyai hubungan dalam merawat

anggota keluarga, teman, dan tetangga. Selain itu caregiver informal juga menyediakan waktu banyak

atau sebagian untuk membantu dan tinggal bersama dengan seseorang yang membutuhkan

perawatan. Dengan demikian caregiver keluarga merupakan bagian dari informal caregiver (Barbosa &

Figueiredo, 2015). Family caregiver atau caregiver keluarga menurut Bevans & Strenberg (2012) adalah

pasangan, anak dewasa, teman yang memiliki hubungan pribadi dengan pasien, dan memberikan

berbagai bantuan yang tidak dibayar untuk orang dewasa yang lebih tua dengan kondisi kronis atau

lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa caregiver adalah seseorang yang bersedia dan

bertanggung jawab dalam merawat serta memberikan dukungan secara fisik, sosial, emosional pada

penderitastroke hingga pulih atau bahkan hingga akhir hayatnya (Capetuzi, 2014).

2.3.3 Tugas dan Fungsi Caregiver

Caregiver berfungsi untuk mempersiapkan makanan, membawa pasien ke tempat pelayanan

kesehatan, dan memberikan dukungan emosional, kasih sayang dan perhatian (Caqueo, 2014).

Selain itu caregiver juga berfungsi untuk membantu pasien dalam memilih keputusan terkait dengan

pengobatan dan kehidupan pasien apabila pasien sudah tidak bisa melakukan segala aktivitas atau

harus dirawat dengan bantuan sepenuhnya total care). Keluarga sebagai caregiver berguna sebagai

penasihat yang sangat di butuhkan oleh pasien. Caregiver mempunyai beberapa tugas dan fungsi,

yaitu sebagai berikut (Darwin, et al, 2013) :

a. Dukungan Medis (medical support)

Caregiver memiliki tugas untuk membuat jadwal, membantu dalam pengobatan, monitor

efek samping dari obat, manajemen luka, memonitor rekam medis dan petunjuk medis.

b. Pengaturan Jaminan dan Keuangan (insurance and financial management)

31
Caregiver bertugas dalam memilih asuransi yang tepat, membantu menyiapkan obat, dan

menabung uang untuk proses pengobatan.

c. Manajemen Rumah Tangga (husehold management)

Caregiver juga bertugas dalam memanejemen nutrisi, keamanan, kntrol infeksi, dan

memberikan dukungan fisik emosional dan spiritual.

2.3.4 Peran Caregiver

Peran dari caregiver adalah menyediakan makanan, membawa pasien ke dokter, dan

memberikan dukungan emosional, kasih sayang dan perhatian (Dilworth, et al, 2016). Caregiver juga

membantu pasien dalam mengambil keputusan apabila berkaitan dengan pengobatan dan

terkadang kehidupan pasiennya apabila pasien dalam bantuan total (Total Care). Keluarga sebagai

caregiver merupakan penasihat yang sangat penting dan diperlukan oleh pasien (Erwina, 2016).

Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Garmand, (2012) tentang tugas-tugas yang dilakukan

caregiver di United Kingdom, antara lain termasuk:

a. Bantuan dalam perawatan diri yang terdiri dari dressing, bathing, toileting.

b. Bantuan dalam mobilitas seperti: berjalan, naik atau turun dari tempat tidur

c. Melakukan tugas keperawata seperti: memberikan obat dan mengganti balutan luka.

d. Memberikan dukunganemosional

e. Menjadipendamping

f. Melakukan tugas-tugas rumah tangga seperti: memasak, belanja, pekerjaan kebersihan

rumah,dan

g. Bantuan dalam masalah keuangan dan pekerjaankantor.

Menurut Friedman (2014), dalam penelitiannya menarik perhatian terhadap fakta tugas

caregiver pada lansia. Tugas yang dilakukan caregiver tidak hanya terbatas kepada pekerjaan rumah

tangga, akan tetapi dibagi ke dalam 4kategori, sebagai berikut:

a. Physical Care/Perawatan fisik, yaitu: memberi makan, mengganti pakaian, memotong kuku,

32
membersihkan kamar, danlain-lain.

b. Social Care/ Kepedulian sosial, antara lain: mengunjungi tempat hiburan, menjadi supir,

bertindak sebagai sumber informasi dari seluruh dunia di luar perawatan dirumah.

c. Emotional Care, yaitu menunjukkan kepedulian, cinta dan kasih sayang kepada pasien yang

tidak selalu ditunjukkan ataupun dikatakan namun ditunjukkan melalui tugas-tugas lain

yangdikerjakan.

d. Quality care, yaitu: memantau tingkat perawatan, standar pengobatan, dan indikasi

kesehatan, serta berurusan dengan masalah yang timbul.

2.3.5 Manfaat menjadi Caregiver

Manfaat menjadi caregiver untuk pasien stroke, adalah sebagai berikut (Gilbar, 2012):

a. Menjalin hubungan dengan pasien yang lebih dekat

b. Membantu masalah ekonomi

c. Prespektif yang lebih luas terkait keadaan stress

d. Meningkatkan pemahaman tentang pasien yang harus dirawat

e. Meningkatkan perasaan berguna bagi keluarga dan kelayakan diri.

2.3.6 Keluarga sebagai Caregiver

Caregiver keluarga (family caregiver) ialah seserang yang memberikan perawatan tanpa

diberikah upah uang atau sebagai asisten dari anggota keluarga yang sedang sakit stroke. Caregiver

keluarga juga bertugas dalam melakukan perawatan kepada anggota keluarga yang dalam keadaan

lemah, lansia dan mempunyai keterbatasan fisik dan psikologis. Caregiver keluarga dalam melakukan

perawatan paliatif diartikan sebagai seseorang yang mempunyai hubungan darah atau pasangan

yang ikut serta dalam merawat pasien dan biasanya mempersipkan fisik, praktik, emosi dan juga

dukungan (Given, et al, 2013).

Jika ada anggota keluarga yang sakit maka anggota keluarga yang lain mengambil peran

sebagai pemberi asuhan atau caregiver. Peran caregiver keluarga ialah membantu memberikan

perawatan pada anggota keluarga yang sedang sakit. Caregiver keluarga memiliki fungsi untuk
33
menjaga keseimbangan dan keharmonisan hubungan keluarga. Caregiver keluarga mempunyai tugas

untuk mengambil tugas rumah tangga, membantu merawat secara pribadi, melakukan tugas fisik

yang kompleks dan tugas merawat seperti berobat ke tenaga medis dan memberikan dukungan.

Selain itu caregiver juga mempunyai fungsi untuk merawat anggota keluarga yang sakit dimulai dari

memberikan makan, membawa ke pelayanan kesehatan, dan memberikan dukungan emosional,

kasih sayang serta perhatian. Caregiver keluarga juga membantu untuk pengambilan keputusan

terkait penyakit yang sedang di derita oleh anggota keluarganya. Kemudian caregiver keluarga juga

bisa sebagai penasehat yang penting untuk anggota keluarganya yang sedang sakit (Grant, et al,,

2013).

Caregiver keluarga memberikan perawatan informal mencakup empat dimensi, antara lain

perawatan langsung (membantu perawatan luka dan manajemen obat), perawatan emosional

(memberikan dukungan sosial), perawatan medis (melakukan negosiasi dengan orang lain dan

tenaga medis untuk kepentingan pasien), pengaturan finansial (mengatur keuangan termasuk

pengeluran dan pendapatan) (Harvey, 2013).

2.3.7 Kebutuhan Caregiver

Caregiver ialah seserang yang memberikan perawatan kesehatan pada anak, dewasa, lansia

yang terjadi masalah kemampuan fisik atau psikologis yang sudah kronis. Tetapi sebagai serang

caregiver juga mebutuhkan kebutuhan yang berguna untuk menghindari terjadinya dampak yang

terkait dengan permasalahan fisik dan psikologis pada caregiver. Caregiver membutuhkan

pelatihan untuk keterampilan dalam merawat pasien stroke dan memperoleh pendidikan kesehatan

tentang penyakit yang di derita oleh pasien. Caregiver juga membutuhkan maajemen stress emosi,

stress, fisik dan waktu untuk dirinya relaksasi seperti liburan. Mayoritas caregiver membutuhkan

informasi banyak terkait dengan pelayanan pendukung support services) (Jusup, 2013).

34
2.3.8 Tipe-Tipe Caregiver Keluarga

Ada beberapa macam tipe-tipe caregiver keluarga, antara lain sebagai berikut (Setiawati,

2018) :

a. Caregiver Primer

Caregiver primer adalah caregiver paling utama yang mempunyai tingkat tanggung jawab

tinggi terkai dengan perawatan dan termasuk seserang yang melakukan tugas besar

dalam merawat pasien sakit. Caregiver primer merawat anggota keluarganya yang sakit

secara mandiri atau dengan keluarga yang lain.

b. Caregiver Sekunder

Caregiver sekunder ialah seseorang yang bertugas dalam merawat anggota keluarganya

yang sakit dengan tingkatan yang sama dengan caregiver primer tetapi mempunyai

tingkat tanggung jawab yang berbeda. Oleh karena itu, caregiver sekunder tidak

mempunyai kewajiban untuk pengambilan keputusan terkait dengan perawatan pasien.

Caregiver sekunder memberikan perawatannya dibantu oleh caregiver primer.

c. Caregiver Tersier

Caregiver tersier adalah seserang yang mempunyai sedikit tanggung jawab atau bahkan

tidak memiliki tanggung jawab sama sekali dalam pengambilan keputusan terkait

perawatan pasien. Tugas yang dilakukan caregiver tersier, seperti belanja, berkebun dan

membayar tagihan. Caregiver tersier ini bisa memberikan perawatan jika caregiver

keluarga yang lain tidak ada.

Kehadiran caregiver sekunder bisa mengurangi beban pada caregiver primer. Sebuah penelitian

yang dilakukan oleh Barbosa & Figueired (2015) didaptkan hasil bahwa antara caregiver primer dan

caregiver sekunder ditemukan bahwa caregiversekunder mempunyai beban dan tingkat stres yang lebih

rendah dibandingkan dengan caregiver primer.

35
2.3.9 Dampak menjadi Caregiver Pasien Stroke

Merawat pasien stroke mempunyai dampak positif dan negatif tersendiri. Dampak positif

yang dialami oleh caregiver keluarga dalam merawat pasien stroke ialah mendapatkan penghargaan,

kesadaran dan kepuasan. Sedangkan dampak negatif yang dirasakan oleh caregiver keluarga dalam

merawat pasien stroke yaitu mengalami kelelahan, gangguan tidur, tekanan darah tinggi dan daya

tahan tubuh menurun (Rafiyah, 2017).

Keluarga yang menjadi caregiver akan mengalami kontak sosial yang kurang, bersosialisasi

dengan teman, tidak ada waktu untuk diri sendiri, meningkatkan kemungkinan untuk menyerah

tekait tanggung awab, meningkatkan risiko terjadi depresi, meningkatkan perasaan marah,

kelelahan, dan kesehatan fisik melemah (Pottie, et al, 2014).

Memberikan prawatan pada lansia yang stroke bisa menyebabkan stress dan berdampak

negatif pada kesehatan fisik serta psikologis. Caregiver yang memberikan perawatan langsung

kepada pasien stroke mempunyai beberapa dampak positif pada caregiver, termasuk meningkatkan

kesehatan psikologis, meningkatkan kedekatan dengan pasien, dan merasa puas yang berhubungan

dengan pemenuhan kewajiban sebagai caregiver. Selain itu caregiver yang memberikan perawatan

akan merasa lebih baik terkait diri mereka karena mereka merasa diperlukan, memberikan

perawatan menjadikan caregiver belajar kemampuan dalam merawat yang lebih baik dan

memperkuat hubungan caregiver dengan pasien (Pottie, et al, 2014).

2.4 Beban Caregiver (Caregiver Burden)

2.4.1 Pengertian Beban Caregiver (Caregiver Burden)

Beban caregiver(caregiver burden) ialah respon multidimensi terhadap penilaian negatif dan

perasaan stress yang disebabkan oleh merawat anggota keluarganya yang sedang sakit dalam respon

fisik, psikologis, sosial, keuangan, dan fungsi (John, 2016). Menurut Barbosa & Figueired (2015),

beban caregiver merupakan penilaian negatif dari peran sebagai caregiver pada aspek fisik, psikolgis

dan sosial.

36
Beban caregiver merupakan suatu keadaan psikolgis yang timbul dari kombinasi tekanan

fisik, emosi dan sosial, seperti keterbatasan dalam hal keuangan yang timbul karena pengobatan

anggota keluarganya yang sakit. Distres yang dirasakan oleh caregiver disebabkan oleh pemberian

perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit. Keadaan ini tidak sama dengan depresi, cemas

dan respon emosi lain (Paul, 2012). bebancaregiver adalah distres yang dirasakan caregiver sebagai

akibat dari pemberian perawatan. Distres ini berbeda dengan depresi, cemas dan respon emosi lain

(Grant et al., 2013). Suku Indian mempersepsikan beban caregiver sebagai tekanan peran,

ketidakmampuan untuk menunjukan peran yang efektif. Mereka juga percaya bahawa permintaan

perawatan pasien sebagai pengharapan yang tidak bisa ditolak (Capetuzi, 2014).

Beban caregiver dibagi atas dua yaitu beban subjektif dan beban objektif. Beban subjektif

caregiver adalah respon psikologis yang di alami caregiver sebagai akibat perannya dalam merawat

pasien. Sedangkan beban objektif caregiver yaitu masalah praktis yang di alami oleh caregiver, seperti

masalah keuangan, gangguan pada kesehatan fisik, masalah dalam pekerjaan,dan aktivitas sosial

(Sukmarini, 2018). Caregiver harus memberikan sejumlah waktu energi dan uang. Tugas ini

dirasakan tidak menyenangkan, menyebabkan stress psikologis dan melelahkan secara fisik. Beban

psikologis yang dirasakan oleh caregiver antara lain rasa malu, marah, tegang, tertekan, lelah dan

tidak pasti. Faktor terakhir berhubungan dengan perasaan bersalah seperti seharusnya dapat

melakukan lebih banyak, tidak dapat merawat dengan baik dan sebagainya (Rafiyah, 2017).

Perawatan yang dilakukan caregiver tergantung pada level ketidakmampuan pasien (progress

penyakit). Menurut Honea (2018), menjabarkan beban caregiver dengan penyakit kronis secara rinci,

antara lain ketergantungan ekonomi pasien, gangguan rutinitas harian, manajemen perilaku,

permintaan waktu dan energi, interaksi yang membingungkan atau memalukan dengan penyedia

layanan kesehatan, biaya pengobatan dan perawatan, penyimpangan kebutuhan anggota keluarga

lain, gangguan bersosialisasi, ketidakmampuan menemukan setting perawatan yang memuaskan.

Penelitian yang dilakukan Joanna (2014), menemukan dampak caregiving pada caregiver dengan

pasien paliatif di Australia, yaitu:

37
a. Pendapatan sering tidak cukup karena biaya yang dikeluarkan selama perawatan.

b. Dampak kesehatan yang umum pada caregiver, akan tetapi caregiver sering mengabaikannya atau

mengurangi pentingnya menjaga kesehatan.

c. Gangguan tidur menyebabkan kelelahan caregiver.

d. Berkurangnya kegiatan sosial dan aktivitas fisik caregiver sehingga mengakibatkan isolasi sosial.

e. Perawatan pada pasien dengan paliative care secara emosional menuntut caregiver sehingga

mengalami rasa bersalah, kecemasan, kemarahan, frustasi, takut, depresi, kehilangan kendali,

dan perasaan tidakmampu.

2.4.2 Jenis –Jenis Beban Caregiver (Caregiver Burden)

Beban caregiver keluarga dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut (Hsu, et al, 2015):

a. Beban Objektif Caregiver

Beban objektif caregiver merupakan beban yang bisa muncul dari keseluruhan keadaan atau

aktivitas yang berhubungan dengan peran sebagai caregiver, seperti melaksanakan tugas

perawatan harian termasuk mengantarkan pasien ke dokter untuk mengntrol status

kesehatannya dan mengatur pola hidup yang menyebabkan sakit. Ada beberapa masalah

yang biasanya terjadi pada caregiver keluarga, antara lain sebagai berikut :

a) Masalah Keuangan

Permasalahan dalam aspek keuangan yang dialami oleh caregiver, contohnya hambatan atau

kehilangan kesempatan untuk bekerja, sumber dana yang kurang dan beban baiya untuk

mengobati pasien.

b) Gangguan pada Kesehatan Fisik

Caregiver keluarga stroke lebih mempentingkan klien dibandingkan dirinya sendiri. Sehingga

caregiver keluarga mempunyai permasalahan kesehatan, seperti kelelahan dan gangguan tidur

yang bisa memperburuk fungsi fisik pada caregiver.

c) Masalah dalam Pekerjaan

38
Caregiver keluarga yang merawat pasien stroke harus mengubah pola hidupnya untuk

mengakomodasi permintaan pasien seperti membatasi waktu luang untuk kumpul bersama

teman dan keluarga yang lainnya.

b. Beban Subjektif Caregiver

Beban subjektif caregiver keluarga adalah respon psikologi yang dialami karena perannya

dalam merawat klien stroke. Beban subjektif juga termasuk reaksi emosional karena

perannya sebagai caregiver, seperti mempunyai rasa kwatir, ansietas, tertekan, frustasi, rasa

bersalah, marah dan perubahan emosional lainnya. Beban subjektif yang dialami caregiver

yang berhubungan langsung dengan beban objektif yang terjadi.

2.4.3 Dimensi Caregiver Burden

Terdapat lima dimensi dalam pengukuran caregiver burden, yaitu (Seng, et al, 2015) :

a. Dampak pada kesejahteraan

Aspek ini menggambarkan dampak yang dialami oleh para caregiver dari merawat pasien

stroke mencakup perasaan kelelahan, frustasi, depresi, dan berdampak juga pada kesehatan

secara umum.

b. Hubungan pernikahan

Aspek ini mencerminkan kemampuan merawat pasien stroke untuk memberikan perhatian

dan kasih sayang yang memadai kepada anggota keluarga lainnya dan untuk memuaskan

kebutuhan emosional pasangannya.

c. Penghargaan atas perawatan

Aspek ini menggambarkan kepuasan caregiver dalam menerima apresiasi dan pengakuan atas

perilaku pengasuhan yang dijalankannya dari teman dan anggota keluarga lainnya,serta

kebanggaan karena masih bisa merawat keluarga lainnyadengan baik.

d. Dampak hubungan sosial

39
Aspek ini mencerminkan mengenai gangguan terhadaphubungan caregiver dengan keluarga

maupun relasi sosial lainnya yang diterima sebagai dampak dari kehadiran merawat pasien

stroke.

e. Kerugian yang diterima

Aspek ini mewakili seluruh rasa gangguan yang parah,seperti perilaku mengganggu atau

yang tidak dapat diprediksi secara tiba-tiba dari merawat pasien stroke sehingga membuat

caregiver tidakdapat mengontrol atau melakukan pekerjaan lainnya.

Berbeda dengan aspek caregiver burden yang dikemukakan oleh Seng, et al (2015), Zarit (2010)

menyatakan bahwa caregiver burden terdiri dari dua aspek, yaitu sebagai berikut :

a. Tekanan pribadi

Tekanan pribadi merupakan representasi dari distresspsikologis yang dialami individu yang

menjadi caregiver.

b. Tekanan peran

Tekanan peran merupakan dampak dari pengasuhan yangdirasakan oleh caregiver secara

umum dalam kehidupannya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa aspek dari caregiver burden adalah dampak pada kesejahteraan, hubungan pernikahan,

penghargaan atas perawatan, dampak hubungan sosial, dan kerugian yang diterima. Peneliti

menggunakan aspek ini karena subjek yang akan diteliti sama dengan alat ukur yang

menggunakan dasar teori ini.

2.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Caregiver Pasien Stroke

Ada dua faktor yang mempengaruhi beban caregiver pada pasien stroke, yaitu sebagai berikut

(Henrikson & Arestedt, 2013) :

a. Faktor Caregiver

a) Usia

40
Caregiver keluarga yang mempunyai usia lebih tua akan memiliki tingkat stres yang

lebih tinggi dalam merawat pasien stroke sehingga beban caregiver semakin

meningkat karena dukungan keluarga yang kurang. Selain itu caregiver yang memiliki

usia lebih muda akan menerima tekanan yang lebih besar juga.

b) Jenis Kelamin

Jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap beban caregiver. Caregiver yang

berjenis kelamin perempuan mempunyai tingkat beban yang lebih tinggi

dibandingkan caregiver yang berjenis kelamin laki-laki. Selain itu caregiver yang

berjenis kelamin perempuan mempunyai tingkat depresi lebih tinggi dan kepuasan

hidup dengan tingkat yang lebih rendah.

c) Ras

Ras kaukasid mempunyai tingkat beban caregiver yang lebih tinggi dibandingkan

dengan ras yang lainnya.

d) Tingkat Pendidikan

Caregiver yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah akan mengalami

tingkat stress yang tinggi pula.

e) Pendapatan

Pendapatan dan status keuangan mempunyai hubungan dengan beban caregiver.

Caregiver yang memiliki pendapatan kurang akan mengalami permasalahan ekonomi

yang tinggi. Sehingga caregiver mempunyai tingkat beban financial yang lebih berat.

f) Status Pekerjaan

Caregiver yang mempunyai pekerjaan yang sibuk mengakibatkan caregiver harus

membagi waktu antara pekerjaan dengan kewajiban dalam merawat pasien.

Caregiver yang bertugas untuk bekerja dan merawat pasien dalam aktivitas sehari-

hati memiliki beban cargiver yang lebih tinggi.

g) Status Kesehatan

41
Status kesehatan memiliki dampak pada persepsi terkait dengan beban caregiver.

Caregiver yang mempunyai tingkat kesehatan yang buruk akan mengalami beban

caregiver yang lebih tinggi dan juga mengalami permasalahan fisik, religius, dan

finansial yang lebih tinggi pula.

h) Status Perkawinan

Status perkawinan dan komunikasi sesama keluarga bisa mempengaruhi

ketegangan. Selain itu status pernikahan antara caregiver dengan pasangannya

berhubungan dengan beban caregiver juga.

b. Faktor Pasien

a) Usia Pasien

Usia pasien yang semakin tua dengan penyakit stroke akan menambah tekanan dan

beban pada caregiver. Penambahan usia pasien bisa mengakibatkan kemunduran

psikologis maka pasien membutuhkan tingkat pengasuhan yang lebih tinggi.

b) Kondisi Stroke

Saat status kesehatan pasien menurun dengan gejala tambahan yang semakin parah,

kehilangan fungsi fisik, membutuhkan perawatan yang lebih banyak dan tingkat

stress caregiver semakin tinggi. Diagnosis penyakit stroke berhubungan dengan

tingkat beban caregiver yang semakin tinggi.

c) Lama Masa Rawat Inap

Waktu perawatan pasien di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan memiliki

pengaruh pada tingkat stres caregiver. Caregiver bisa mengalami stress lebih tinggi

apabila merawat pasien stroke lebih dari dua tahun.

2.4.5 Kuisioner untuk Mengukur Tingkat Caregiver Burden

Kuisioner yang digunakan pada peneltian ini adalah the zarit burden interview (ZBI). Kuisioner

ini bisa digunakan untuk menilai beban caregiver yang mearawat pasien stroke dengan gangguan

mental dan fisik. Terdapat 22 pertanyaan yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu tekanan pribadi

42
(personal strain) dan tekanan peran(role strain) (Seng, et al, 2010). Kuisioner zarit burden interview ini

digunakan untuk menilai beban perawatan. Kuisioner zarit burden interview sudah ada dengan versi

bahasa Indonesia yang sudah diterjmahkan oleh Rahmat (2012). Kuisioner ini dibagi beberapa

aspek pertanyaan yang berfokus pada beban fisik atau kesehatan caregiver (4 item pertanyaan),

beban emosional atau psikologi (5 item pertanyaan), beban ekonomi (1 item pertanyaan), beban

sosial (5 item pertanyaan) dan hubungan antara pasien dav keluarga (7 item pertanyaan) (Seng, e

al, 2010). Penilaian dalam kuesioner ini menggunakan skala likert. Skala likert merupakan skala yang

dapat dipergunakan untuk mengukur kuesioner dalam penelitian ini. Ada dua bentuk skala likert

yaitu positif dan negatif, jika positif diberikan skor dari 4, 3, 2, 1 dan 0 tetapi sebaliknya jika negatif

diberikan skor dari 0, 1, 2, 3, dan 4 (Budiman & Riyanto, 2013).

2.4.6 Dukungan dan Kebutuhan Caregiver

Dukungan yang diberikan oleh caregiver adalah penting untuk membantu kesembuhan

pasien baik dari segi fisik, psikososial, dan spiritual. Tujuan dari rencana pendidikan kesehatan juga

berbeda antara pasien dan caregiver. Caregiver mungkin membutuhkan bantuan dalam mempelajari

perawatan fisik dan teknik penggunaan alat bantu perawatan., menemukan sumber home care,

menempatkan peralatan, menata lingkungan rumah untuk mengakomodasi kesembuhan pasien.

Pasien dan caregiver mungkin memiliki kebutuhan akan pengajaran yang berbeda. Pemberian

rencana pengajaran yang sukses disarankan untuk melihat dari kebutuhan pasien dan kebutuhan

caregiver yang merawat pasien (Garmand, 2012).

Menurut Yedidia dan Tiedemann, (2018) berdasarkan tugas caregiver, menyimpulkan

kebutuhan caregiver,yaitu kebutuhan akan informasi tentang pelayanan yang tersedia, manajemen

stress dan strategi koping, masalah keuangan dan asuransi, masalah komunikasi dengan

professional kesehatan, informasi tentang penyakit, menggunakan bantuan yang kompeten,

bantuan tentang tugas-tugas perawatan, bantuan berkomunikasi dengan pasien, nasihat hukum,

informasi tentang obat, bantuan mengatasi masalah akhir kehidupan, panduan memindahkan

43
pasien ke fasilitas yang mendukung, bantuan berurusan dengan keluarga. Kebutuhan-kebutuhan

caregiver tersebut hendaknya dapat dikaji oleh perawat agar beban yang dirasakan caregiver

dapat berkurang. WGBH (Western Great Blue Hill) Educational Foundation (2018) menyatakan bahwa

dalam memenuhi kebutuhannya dan mencapai tujuan caring, caregiver diharapkan memiliki keahlian,

yaitu sebagai berikut :

a. Berkomunikasi

Mengekspresikan kebutuhan dan perasaan serta mampu mendengar kebutuhan dan

perasaan orang lain merupakan keterampilan penting dalam menangani penderita. Saat

perasaan pasien dan caregiver mampu diutarakan, hal tersebut dapat mendukung satu

sama lain, dan mengurangi stres yang diikuti oleh kemarahan atau kesedihan. Dengan

melepaskan masalah, perawatan pasien dapat ditata sedemikian rupa sehingga

pengobatan dapat lebih efektif.

b. Menemukan informasi

Kebutuhan akan informasi sangat diperlukan untuk membuat keputusan, memecahkan

masalah, dan mencari pertolongan. Dengan mencari informasi, caregiver akan lebih

mampu memahami penyakit dan pengobatan, seperti halnya dengan menentukan

sumber dan dukungan caring.

c. Membuat keputusan

Individu dengan stroke dapat mengalami masalah dalam kemampuan kognitif dan

pengambilan keputusan. Dengan adanya caregiver, penderita akan dibantu dalam

pengambilan keputusan terutama menghadapi masalah sosial dan keuangan.

d. Memecahkan masalah

Masalah yang dilalui oleh penderita setelah terdiagnosa membuat penderita dapat

merasa terpuruk sehingga dibutuhkan caregiver untuk bersama-sama memecahkan

masalah yang dialami oleh penderita.

44
e. Bernegosiasi

Dengan adanya persetujuan kerja bagi masing-masing orang, akan mengurangi

ketegangan peran caregiver.

f. Memberanikan diri

Menghilangkan keraguan untuk mencari bantuan apa saja untukcaregiver sendiri dan

pasien.

Menurut Walker (2017), beban yang dirasakan caregiver, dapat dibagi atas dua hal, yaitu:

a. Respon emosi caregiver

Distres pada caregiver biasanya diperlihatkan sebagai depresi atau beban caregiver.

Depresi caregiver adalah gangguan mood yang dihasilkan dari stress penyedia layanan

keperawatan, yang dimanifestasikan oleh perasaan kesendirian, isolasi, ketakutan dan

merasa mudah diganggu. Menemukan masalah kesehatan mental yang timbul secara

langsung terhadap caregiver dalam proses perawatan pasien. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa caregiver yang memberikan perawatan kepada pasien atau keluarga

lebih dari 20 jam atau lebih per minggu adalah dua kali lipat berisiko mengalami tekanan

psikologis dan efek ini lebih besar pada caregiver wanita. Penelitian yang dilakukan

Kelliat (2015) di Selandia Baru pada caregiver pasien stroke,menemukan terdapat

kelelahan emosional dikaitkan dengan gejala kelelahan, depersonalisasi, dan penurunan

prestasi pribadi. Cameron et al (2016), menemukan sebesar 44% dari 94 orang caregiver

berkebangsaan Kanada pada pasien stroke beresiko terkena depresi klinis.

b. Kesehatan fisik caregiver

Pengalaman caregiver akan kondisi yang menghasilkan stres kronik yang kemudian

menimbulkan respon dengan melepas glukokortikoid dan katekolamin sebagai hasil

progres penyakit dan pengobatan yang lama, dimana dapat berdampak negatif pada

sistem imunitas caregiver dan mempengaruhi kesehatannya. Hasil survey yang dilakukan

45
oleh Vitaliano, et al (2014) menemukan dampak kesehatan fisik bagi caregiver pada

lansia dengan stroke. Pada penelitian tersebut, caregiver melaporkan mengalami

gangguan kesehatan fisik dan membutuhkan pengobatan yang lebih sering

dibandingkan bukan caregiver. Sebesar 23% terjadi peningkatan hormon stres pada

caregiver. Hasil lain menunjukkan bahwa caregiver menghasilkan produksi antibodi yang

rendah, tingginya gangguan tidur dan kurang adekuatnya diet. Sebagian besar caregiver

adalah wanita. Menurut Montgomery, Rowse, & Kosloski (2017), wanita diketahui

memiliki waktu istirahat dan latihan yang kurang dibandingkan pria. Sehingga terjadi

perubahan kardiovaskuler seperti tekanan darah meningkat. Kurangnya waktu untuk

merawat diri sendiri karena permintaan rawatan yang berkesinambungan dapat

berdampak negative pada kesehatan caregiver.

2.4.7 Intervensi Keperawatan untuk Beban Caregiver

Caregiver yang memiliki beban terlalu tinggi maka akan berdampak pada status

kesehatannya, sehingga diperlukan intervensi untuk mengurangi beban yang dialami oleh caregiver,

yaitu sebagai berikut (Applebaum, 2018) :

a. Dukungan

Intervensi keperawatan yang bisa dilakukan ialah memberikan dukungan pada caregiver

yang berguna untuk melakukan diskusi terkait dengan anggota keluarganya dengan

tenaga kesehatan. Intervensi dukungan ini berfokus dalam membangun hubungan dan

mendiskusikan bersama keluarga terkait kesulitan, keberhasilan dan perasaan selama

merawat pasien. Pemberian dukungan pada caregiver merupakan intervensi yang efektif

untuk mengurangi beban caregiver, intervensi dukungan yang bisa diberikan kepada

caregiver diberikan, yaitu sebagai berikut :

a) Keluarga boleh saling memberikan dukungan sesama keluarga yang sedang

merawat pasien stroke.

46
b) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk berbagi tentang perasaannya

dalam beban untuk merawat pasien.

c) Mengidentifikasi cara untuk memasukkan ide-ide ke dalam intervensi keperawatan.

b. Psikoterapi dan Pendekatan Kognitif

Intervensi psikoterapi dan pendekatan kognitif ialah cara yang mengembangkan

hubungan antara caregiver dan tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan membantu

melakukan identifikasi terhadap strategi untuk memanajemen stres. Intervensi yang

diberikan pada caregiver untuk mengembangkan skil self monitoring, yaitu dengan cara

sebagai berikut :

a) Mengalihkan pikiran negatif atau perasaan yang membuat perilaku caregiver

mempersulit diri sendiri.

b) Memakai cara yang bisa membantu caregiver untuk mengembangkan kemampuan

dalam menyelesaikan masalah.

c) Caregiver berfokus pada manajemen waktu, bekerja, dan manajemen emosional.

d) Menganjurkan caregiver untuk terlibat dalam kegiatan yang menyenangkan dan hal

yang positif.

c. Pijatan dan Sentuhan Menyembuhkan (massage and healing touch)

Terapi pijat dan sentuhan menyembuhkan sangat bermanfaat untuk caregiver yang

merawat pasien stroke di tempat pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan

memberitahukan bahwa terapi ini tidak bisa mengurangi beban perawatan yang dialami

oleh caregiver tetapi bisa menurunkan tingkat depresi dan kecemasan pada caregiver yang

menerima terapi pijat.

d. Istirahat

Intervesi istirahat ini dilakukan untuk memberikan waktu kepada caregiver yang bebas

dari perawatan keluarganya yang sedang sakit, contohnya aktivitas sehari-hari,

memberikan pengawasan dan menambah kemampuan dalam merawat pasien. Tidak

47
melakukan kegiatan tersebut selama beberapa waktu bisa mengurangi ketegangan dan

merawat pasien stroke.

e. Multikompenen

Terapi multikomponen merupakan terapi kombinasi yang didalamnya terdiri terapi

dukungan, psikoterapi, edukasi dan istirahat. Intervensi multikompnen itu paling

efektif untuk mengatasi ketegangan dan beban yang dialami oleh caregiver sebab terdapat

beberapa terapi yang dijadikan satu menjadi suatu intervensi.

48

Anda mungkin juga menyukai