Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.I YANG


MENGALAMI STROKE NON HEMORAGIK DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN KESIAPAN
MENINGKATKAN KOPING KELUARGA
DI KECAMATAN GRUJUGAN
KABUPATEN BONDOWOSO
TAHUN 2020

Oleh :
SITI HOERUL KORIMAH
NIM : 17037141017

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA DENGAN STROKE

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian

Stroke atau gangguan peredaran darah otak merupakan penyakit

neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat.

Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan

karena adanya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan

kapan saja (Muttaqin, 2012).

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif

cepat, berupa defisit neurolgis fokal, atau/dan global, yang berlangsung 24 jam

atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan

oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Clevo, 2012).

Stroke suatu sindroma yang mempunyai karakteristik suatu serangan yang

mendadak, nonkonvulsif yang disebabkan karena gangguan peredaran darah otak

non traumatik (Tarwoto, 2013).

2.1.2 Etiologi

1. Trombosis serebral

Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi

sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema

dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang

sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas

simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.

7
8

Tanda dan gejala neurologis sering kali memburuk pada 48 jam setelah trombosis

(Muttaqin, 2012).

Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan trombosis otak:

(Muttaqin, 2012).

a. Aterosklerosis;

b. Hiperkoagulasi pada polisitemia

c. Arteritis (radang pada arteri)

d. Emboli

2. Hemoragi

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam

ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat

terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak

menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat

mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang

berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak terekan sehingga

terjadi infark otak, edema, dan mungkin berhiasi otak (Muttaqin, 2012).

3. Hipoksia Umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:

a. Hipertensi yang parah

b. Henti jantung dan paru

c. Penurunan curah jantung

4. Hipoksia setempat

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:

a. Spasme arteri serebral


9

b. Vasokontriksi arteri

2.1.3 Klasifikasi

1. Stroke hemoragik

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid.

Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otal tertentu. Biasanya

kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat

istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun (Muttaqin, 2012).

2. Stroke non hemoragik

Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral. Biasanya terjadi

saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari, tidak terjadi

perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya

dapat timbul edema sekunder. Kesadarannya biasanya menurun (Muttaqin, 2012).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang

terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi, dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke

akut gejala klinis meliputi: (Tarwoto, 2013).

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) atau

hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak. Kelumpuhan terjadi

akibat adanya kerusakan pada area motorik di korteks bagian frontal,

kerusakan ini bersifat kontralateral artinya jika terjadi kerusakan pada

hemisfer kanan, maka kelumpuhan otot pada sebelah kiri. Pasien juga akan

kehilangan kontrol otot vulenter dan sensorik sehingga pasien tidak dapat

melakukan ekstensi maupun fleksi.


10

b. Gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan. Gangguan

sensabilitas terjadi karena kerusakan sistem saraf otonom dan gangguan

saraf sensorik.

c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma), terjadi

akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak atau

terjadinya gangguan metabolik otak akibat hipoksia.

d. Afasia (kesulitan dalam berbicara) adalah defisit kemampuan komunikasi

bicara, termasuk dalam membaca, menulis, dan memahami bahasa. Afasia

terjadi jika terdapat kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada

pada hemisfer kiri dan biasanya terjadi pada stroke dengan gangguan pada

arteri middle serebral kiri..

e. Disartria (bicara cadel atau pelo) adalah kesulitan bicara terutama dalam

artikulasi sehingga ucapannya menjadi tidak jelas. Namun demikian pasien

dapat memahami pembicaraan, menulis, mendengarkan maupun membaca.

Distria terjadi karena kerusakan nervus kranial sehingga terjadi kelemahan

otot bibir, lidah dan laring. Pasien juga terdapat kesulitan dalam

mengunyah dan menelan.

f. Gangguan penglihatan, diplopia. Pasien dapat kehilangan penglihatan atau

juga pandangan menjadi ganda, gangguan lapang pandang pada salah satu

sisi. Hal ini terjadi karena kerusakan pada lobus temporal atau parietal

yang dapat mengahambat serat saraf optik pada korteks oksipital.

Gangguan penglihatan juga dapat disebabkan karena kerusakan pada saraf

kranial III, IV, dan VI


11

g. Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus kranial

IX. Selama menelan lobus didorong oleh lidah dan glottis menutup

kemudian makanan masuk ke esofagus.

h. Inkontinensia baik bowel maupun bladder sering terjadi. Hal ini karena

terganggunya saraf yang mensarafi bladder dan bowel.

i. Vertigo, mual, muntah dan nyerui kepala terjadi karena peningkatan

tekanan intrakranial , edema serebri

2.1.5 Patofisiologi

Otak merupakan bagian tubuh yang sensitif oksigen dan glukosa karena

jaringan otak tidak dapat menyimpan kelebihan oksigen dan glukosa seperti

halnya pada otot. Meskipun berat otak sekitar 2 % suplai oksigen dan 70 %

glukosa. Jika aliran darah ke otak terhambat, maka akan terjadi iskemia dan

terjadi gangguan metabolisme otak yang kemudian terjadi gangguan perfusi

serebral. Area otak disekitar yang mengalami hipoperfusi disebut penumbra. Jika

aliran darah ke otak terganggu lebih dari 30 detik, pasien akan tidak sadar dan

terjadi kerusakan jaringan otak yang permanen jika aliran darah ke otak terganggu

lebih dari 4 menit. Untuk mempertahankan aliran darah ke otak, maka tubuh akan

melakukan dua mekanisme tubuh yaitu mekanisme anastomosis dan mekanisme

autoregulasi. Mekanisme anastomosis berhubungan dengan suplai darah ke otak

untuk pemenuhan kebutuhan oksigen dan glukosa. Sedangkan mekanisme

autoregulasi adalah bagaimana otak melakukan mekanisme/usaha sendiri dalam

menjaga keseimbangan. Misalnya jika terjadi hipoksemia otak maka pembuluh

darah otak akan mengalami vasodilatasi (Tarwoto, 2013).


12

Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola yang berdiameter 100-

400 mcmeter mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh darah

tersebut berupa hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisme tipe

Bouchard. Arteriol-arterioldan cabang-cabang lentikulostriata, cabang tembus

arterio talamus (talamo perforate arteries) dan cabang-cabang paramedian arteria

vertebro basilaris mengalami perubahan-perubahan degeneratif yang sama.

Kenaikan darah dalam jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi pecahnya

pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari. Jika pembuluh darah itu

pecah, maka perdarahan dapat berlanjut sampai dengan 6 jam dan jika volumenya

besarkan merusak struktur anatomi otak dan menimbulkan gejala klinik. Jika

perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat merusak

dan menyela diantara selaput akdon massa putih tanpa merusaknya. Pada keadaan

ini absorbsi darah akan diikuti oleh pulihnya fungsi-fungsi neurologi. Sedangkan

pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peninggian tekanan

intrakranial dan lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri

atau lewat foramen magnum. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang

otak, dan perdarahan batang otak sekunder atay ekstensi perdarahan ke batang

otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan

otak di nukleus kaudatus, talamus, dan pons. Selain kerusakan parenkim otak,

akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peninggian

tekanan intrakranial dan menyebabkan meurunnya tekanan perfusi otak serta

terganggunya drainase otak (Judha, 2011).


13

2.1.6 Penatalaksanaan

1. Demam

Demam dapat mengeksaserbasi cedera otak iskemik dan harus diobati

secara agresif dengan antipiretik (asetaminofen) atau kompres dingin, jika

diperlukan. Penyebab demam tersering adalah pneumonia aspirasi, lakukan kultur

darah dan urine kemudian berikan antibiotik intravena secara empiris

(sulbenisilin, sepalospori, dll) dan terapi akhir sesuai hasil kultur (Clevo, 2012).

2. Nutrisi

Pasien stroke memiliki risiko tinggi untuk aspirasi. Bila pasien sadar

penuh tes kemampuan menelan dapat dilakukan dengan memberikan satu sendok

air putih kepada pasien dengan posisi setengah duduk dan kepala fleksi ke depan

sampai dagu menyentuh dada, perhatikan pasien tersedak atau batuk dan apakah

suaranya berubah (negative). Bila tes menelan negative dan pasien dengan

kesadaran menurun, berikan makanan enteral melalui pipa nasoduodenal ukuran

kecil dalam 24 jam pertama setelah onset stroke (Clevo, 2012).

3. Hidrasi intravena

Hipovolemia sering ditemukan dan harus dikoreksi dengan kristaloid

isotonis. Cairan hipotonis (misalnya dektrosa 5% dalam air, larutan NaCL 0,45%)

dapat memperhebat edema serebri dan harus dihindari (Clevo, 2012).

4. Glukosa

Hiperglikemia dan hipoglikemia dapat menimbulkan iskemia. Walaupun

relevansi klinis dari efek ini pada manusia belum jelas, tetapi para ahli sepakat

bahwa hiperglikemia (kadar glukosa darah sewaktu >200mg/dl) harus dicegah.


14

Skala luncur (sliding scale) setiap 6 jam selama 3-5 hari sejak onset stroke (Clevo,

2012).

5. Perawatan paru

Fisioterapi dada setiap 4 jam harus dilakukan untuk mencegah atelektasis

paru pada pasien yang tidak bergerak (Clevo, 2012).

6. Aktivitas

Pasien dengan stroke harus diimobilisasi dan harus dilakukan fisioterapi

sedini mungkin bila kondisi klinis neurologis dan hemodinamik stabil. Untuk

fisioterapi pasif pada pasien yang belum bergerak, perubahan posisi badan dan

ekstremitas setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus. Latihan gerakan sendi

anggota badan secara pasif 4 kali sehari untuk mencegah kontraktur. Splin tumit

untuk mempertahankan kaki dalam posisi dorsofleksi dan dapat juga mencegah

pemendekan tendon achiles. Posisi kepala 30 derajat dari bidang horizontal untuk

menjamin aliran darah yang adekuat ke otak dan aliran balik vena ke jantung,

kecuali pada pasien hipotensi (posisi datar), pasien dengan muntah-muntah

(dekubitus lateral kiri), pasien dengan gangguan jalan nafas (posisi kepala

ekstensi). Bila kondisi memungkinkan, maka pasien harus diimobilisasi aktif ke

posisi tegak, duduk dan pindah ke kursi sesuai toleransi hemodinamik dan

neurologis (Clevo, 2012).

7. Neurorestorasi dini

Stimulasi sensorik, kognitif, memori, bahasa, emosi serta otak yang

terganggu. Depresi dan amnesia juga harus dikenali dan diobati sedini mungkin

(Clevo, 2012).
15

8. Perawatan vesika

Kateter urin menetap (kateter foley), sebaiknya hanya dipakai ketika ada

pertimbangan khusus (kesadaran menurun, demensia, afasia global). Pada pasien

yang sadar dengan gangguan berkemih, kateterisasi intermiten secara steril setiap

6 jam lebih disukai untuk mencegah kemungkinan infeksi, pembentukan batu, dan

gangguan sfingter vesika terutama pada pasien laki-laki yang mengalami retensi

urin atau pasien wanita dengan inkontinensia atau retensi urine. Latihan vesika

harus dilakukan bila pasien sudah sadar (Clevo, 2012).

2.1.7 Komplikasi

1. Fase akut

a. Hipoksia serebral dan menurunnya aliran darah otak.

Pada area otak yang infark atau terjadi kerusakan karena

perdarahan maka terjadi gangguan perfusi jaringan akibat terhambatnya

aliran darah otak. Tidak adekuatnya aliran darah dan oksigen

mengakibatkan hipoksia jaringan otak. Fungsi dari otak akan sangat

terganggu pada derajat kerusakan dan lokasinya. Aliran darah ke otak

sangat terganggu pada tekanan darah, fungsi jantung atau kardiak output,

keutuhan pembuluh darah. Sehingga pada pasien dengan stroke

keadekuatan aliran darah sangat dibutuhkan untuk menjamin perfusi

jaringan yang baik untuk menghindari terjadinya hipoksia serebral

(Tarwoto, 2013).

b. Edema serebri

Merupakan respon fisiologis terhadap adanya trauma jaringan.

Edema terjadi jika pada area yang mengalami hipoksia atau iskemik maka
16

tubuh akan meningkatkan aliran darah pada lokasi tersebut dengan cara

vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatkan tekanan sehingga cairan

interstesial akan berpindah ke ekstraseluler sehingga terjadi edema

jaringan otak (Tarwoto, 2013).

c. Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK)

Bertambahnya massa pada otak seperti adanya perdarahan atau

edema otak akan meningkatkan tekanan intrakranial yang ditandai adanya

defisit neurologi seperti adanya gangguan motorik, sensorik, nyeri kepala,

gangguan kesadaran. Peningkatan tekanan intrakranial yang tinggi dapat

mengakibatkan herniasi serebral yang dapat mengancam kehidupan

(Tarwoto, 2013).

d. Aspirasi

Pasien stroke dengan gangguan kesadaran atau koma sangat rentang

terhadap adanya aspirasi karena tidak adanya reflex batuk dan menelan

(Tarwoto, 2013).

2. Komplikasi pada masa pemulihan atau lanjut (Tarwoto, 2013).

a. Komplikasi yang sering terjadi pada masa lanjut atau pemulihan biasanya

terjadi akibat immobilisasi seperti pneumonia, dekubitus, kontraktur,

trombosis vena dalam, atropi, inkontinensia urin dan bowel.

b. Kejang, terjadi akibat kerusakan atau gangguan pada aktivitas listrik otak

c. Nyeri kepala kronis seperti migrain, nyeri kepala tension, nyeri kepala

cluster.

d. Malnutrisi, karena intake yang adekuat.


17

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Radiologi (Tarwoto, 2013)

a. Computerized Tomografi Scaning (CT Scan): Mengetahui area infark,

edema, hematoma, struktur dan sistem ventrikel otak.

b. Magnetic Resonance Imaging (MRI): Menunjukkan daerah yang

mengalami infark, hemoragik, malformasi arteriovena.

c. Elektro Encephalografi (EEG): Mengidentifikasi masalah didasarkan pada

gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

d. Angiografi Serebral: Membantu menentukan penyebab stroke secara

spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri, adanya titik okulasi atau

ruptur.

e. Sinar X Tengkorak : Mengetahui adanya klasifikasi karotis interna pada

trombosis seebral.

f. Pungsi Lumbal: Menunjukkan adanya tekanan normal, jika tekanan

meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan hemoragik

subarachnoid atau perdarahan intrakranial. Kontraindikasi pada

peningkatan tekanan intrakranial.

g. Elektro Kardiogram: Mengetahui adanya kelainan jantung yang juga

menjadi faktor penyebab stoke.

2. Laboratorium (Tarwoto, 2013)

a. Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, leukosit, trombosit, eritrosit

b. Pemeriksaan gula darah sewaktu

c. Kolesterol, lipid

d. Asam urat
18

e. Elektrolit

f. Masa pembekuan dan masa perdarahan

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Pengertian Keluarga

Keluarga berasal dari bahasa Sanskerta (kula dan warga) kulawarga yang

berarti anggota kelompok kerabat (Padila, 2012).

Keluarga adalah sebuah sistem sosial kecil yang terbuka yang terdiri atas

suatu rangkaian bagian yang sangat saling bergantung dan dipengaruhi baik oleh

struktur internal maupun lingkungan eksternalnya (Friedman, 2010).

Keluarga merupakan sasaran keperawatan komunitas selain individu,

kelompok, dan masyarakat (Candra Widyanto, 2014).

2.2.2 Ciri-Ciri Keluarga

Sebagai sebuah kelompok, peran dalam setiap anggota keluarga tidak bisa

disepelekan, berikut ciri-ciri keluarga dalam tiga bagian (Candra Widyanto,

2014).

a. Terorganisasi

Setiap anggota keluarga telah memahami fungsi dan peran masing-

masing, sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Mereka memiliki

hubungan yang baik, sehingga terbentuklah keluarga ideal dimana seluruh

keluarga bisa hidup nyaman dan mendukung satu sama lain.

b. Negoisasi

Setiap orang memiliki keterbatasannya masing-masing. Orang

tidak bisa melakukan berbagai peran sekaligus. Oleh sebab itu, di dalam
19

keluarga masing-masing anggota sebaiknya tidak menggunakan peran

anggota lain, kecuali sudah disepakati bersama. Meski demikian,

terkadang masih saja terjadi kecemburuan. Artinya, dibutuhkan negoisasi

yang terus-menerus, karena persoalan dalam rumah tangga akan terus

berkembang sesuai dengan perkembangan sosial masing-masing

anggotanya. Kesepakatn sebelumnya pun dapat diubah-ubah sesuai

kebutuhan.

c. Perbedaan dan Kekhususan

Terkadang dibutuhkan perlakuan khusus terhadap anggota keluarga

karena belum bisa menjalankan peran dan tugasnya. Misalnya seorang

anak yang memang belum menyadari bagaimana perannya, maka ia harus

diperlakukan secara berbeda dan khusus. Demikian pula jika salah satu

anggota keluarganya sedang sakit, maka ciri ini perlu dijalankan.

2.2.3 Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai

macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan social maka tipe keluarga

berkembang mengikutinya agar mengupayakan peran serta keluarga dalam

meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe

keluarga. Dalam sosiologi keluarga berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai

tipe keluarga tradisional dan non tradisional atau bentuk normative atau non

normatif (Padila, 2012).


20

1. Keluarga tradisional

a. Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya keluarga

yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan orang tua

campuran atau orang tua tiri.

b. Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak, atau tidak ada

anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya keluarga dengan karier

tunggal atau karier keduanya.

c. Keluarga dengan orang tua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi dari

perceraian.

d. Bujangan dewasa sendirian.

e. Keluarga besar, terdiri keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan.

f. Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua anak-

anaknya sudah berpisah.

2. Keluarga non tradisional

a. Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah, biasanya ibu dan anak.

b. Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah, didasarkan pada hukum

tertentu.

c. Pasangan kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah.

d. Keluarga gay atau lesbian, orang-orang berjenis kelamin yang sama hidup

bersama sebagai pasangan yang menikah.

e. Keluarga komuni, keluarga yang terdiri lebih dari pasangan monogami

dengan anak-anak secara bersama menggunakan fasilitas, sumber yang

sama.
21

Gambaran tentang bentuk atau tipe keluarga tersebut menggambarkan

banyaknya bentuk struktur yang meonjol dalam keluarga. Implikasi bagi

keperawatan bahwa tidak ada bentuk keluarga yang benar atau salah, layak atau

tidak layak, melainkan keluarga harus dipahami dalam konteksnya, tipe tersebut

hanya sebuah referensi bagi penataan kehidupan keluarga dan berbagai kerangka

kelompok kerja primer dengan memperhatikan setiap upaya keperawatan

dilandasi pemahaman dan keunikan dari setiap keluarga (Padila, 2012).

2.2.4 Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan

fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,

diantaranya adalah: (Padila, 2012).

1. Patrilineal

Adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara

sederhana dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ayah.

2. Matrilineal

Adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sederhana

dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ibu.

3. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

istri.
22

4. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami.

5. Keluarga Kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,

dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya

hubungan dengan suami atau istri.

2.2.5 Fungsi Keluarga

Friedman (1998) dalam Padila (2012) mengidentifikasikan lima fungsi

dasar keluarga, yakni:

1. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak

melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga mengembangkan konsep

diri yang positif , rasa di miliki dan memiliki, rasa berarti serta merupakan

sumber kasih sayang. Reinforcement dan support dipelajari dan

dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.

Komponen yang perlu di penuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi

afektif adalah:

a. Saling mengasuh, cinta, kasih, kehangatan, saling menerima dan

mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih sayang dan

dukungan, maka kemampuannya untuk memberi akan meningkat

sehingga tercipta hubungan yang hangat dan mendukung. Hubungan


23

yang baik dalam keluarga tersebut akan menjadi dasar dalam

membina hubungan dengan orang lain di luar keluarga.

b. Saling menghargai, dengan mempertahankan ilkim yang positif

dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun anak di akui

dan di hargai keberadaan dan haknya.

c. Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejenak pasangan sepakat

hidup baru. Kemudian di kembangkan dan di sesuaikan dengan

berbagai aspek kehidupan dan keinginan yang tidak dapat dicapai

sendiri, misalnya mempunyai anak. Hubungan selanjutnya akan

dikembangkan menjadi hubungan orang tua anak dan antar anak

melalui proses identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti ikatan

kasih sayang, oleh karena itu perlu diciptakan proees identifikasi yang

positif dimana anak meniru perilaku orang tua melalui hubungan

interaksi mereka. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang

menentukan kebahagiaan keluarga. Sering penceraian, kenalan anak

atau masalah keluarga lainnya timbul akibat fungsi afektif keluarga

yang tidak terpenuhi.

2. Fungsi sosialisasi

Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk

berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain di luar rumah.

3. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga


24

berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain

banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan

sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orang tua (single parents).

4. Fungsi Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,

pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi

ini sulit dipenuhi oleh keluarga di bawah garis kemiskinan (gakin atau pra

keluarga sejahtera). Perawat berkontribusi untuk mencari sumber-sumber

di masyarakat yang dapat digunakan keluarga meningkatkan status

kesehatan mereka.

5. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi lain kesehatan adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain

keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga

berfungsi melakukan asuhan keperawatan terhadap anggotanya baik untuk

mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit.

Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang mengalami

gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga

profesional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi status kesehatan

individu dan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan

kesehatan terhadap anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga

yang dilaksanakan.
25

2.2.6 Tugas Keluarga

Menurut Padila (2012) pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas

pokok sebagai berikut:

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya

masing-masing

4. Sosialisasi antar anggota keluarga

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga

6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya

2.2.7 Peran Keluarga

Adapun peran masing-masing anggota keluarga dapat dideskripsikan

sebagai berikut: (Bakri, 2014)

1. Peranan Ayah

Dalam tradisi masyarakat kita, ayah memiliki peran yang sangat

penting dan strategis dalam keluarga. Posisinya sering menjadi rujukan

anggota keluarga dalam menentukan perilaku dan arah hidup keluarga. Hal

ini sangat wajar karena ayah memiliki peran sebagai pemimpin/kepala

keluarga pencari nafkah, pelindung, pemberi rasa aman, sebagai anggota

dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya.
26

2. Ibu

Peran ibu tidak kalah penting dengan ayah. Dalam masyarakat kita,

ibu cenderung menjadi teman dan pendidik pertama bagi anak. Selain

mengurus wilayah domestik keluarga, ibu juga berperan sebagai salah satu

anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya. Bahkan ibu dapat pula berperan sebagai

pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

3. Anak

Dalam posisi ini, anak menjadi objek sekaligus subjek. Anak yang

dibentuk oleh keluarga pada saat bersamaan juga memiliki peranan

tersendiri. Dalam tradisi masyarakat kita, anak melaksanakan peranan

psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental,

dan spiritual.

2.2.8 Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada

sistem keluarga yang mencakup perubahan pola interaksi dan hubungan antar

anggotanya di sepanjang waktu. Perkembangan keluarga tersebut dibagi menjadi

beberapa tahap berikut tugas perkembangan yang harus dicapai dalam setiap tahap

perkembangannya. Adapun tahap perkembangan keluarga adalah: (Candra

Widyanto, 2014)

1. Keluarga Baru Nikah

Tahap ini dimulai saat masing-masing individu baik laki-laki dan

perempuan membentuk keluarga melalui pernikahan yang sah dan


27

meninggalkan keluarganya masing-masing. Tugas perkembangan utama

pada tahap ini, yaitu:

a. Membina hubungan intim yang memuaskan

b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial

c. Mendiskusikan rencana memiliki anak

2. Keluarga dengan anak baru lahir (Child bearing)

Tahap ini dimulai dari kehamilan sampai dengan kelahiran anak

pertama dan berlanjut sampai anak berusia 30 bulan. Tugas perkembangan

(utama) pada tahap ini, yaitu:

a. Mempersiapkan menjadi orang tua

b. Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi

keluarga, hubungan seksual dan kegiatan keluarga

c. Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya

3. Keluarga dengan anak usia prasekolah

Tahap ini dimulai sejak saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan

berakhir saa anak pertama berusia 5 tahun. Tugas perkembangan pada

tahap ini yaitu:

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga misalnya tempat tinggal,

privasi dan rasa aman

b. Membantu anak untuk bersosialisasi

c. Beradaptasi dengan adanya anak yang baru lahir, sementara

kebutuhan anak yang lain atau yang lebih tua juga harus dapat

terpenuhi
28

d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam ataupun di luar

keluarga

e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak

f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

g. Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi tumbuh

kembang anak

4. Keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah usia 6 tahun dan

berakhir pada usia 12 tahun. Tugas perkembangan utama pada tahap ini

yaitu:

a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah,

dan lingkungan lebih luas

b. Mempertahankan keintiman pasangan

c. Memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat, termasuk biaya

kehidupan dan kesehatan anggota keluarga

5. Keluarga dengan anak remaja

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir

6 sampai 7 tahun kemudian. Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu:

a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab

mengingat remaja adalah seorang dewasa muda yang mulai memiliki

otonomi

b. Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga

c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua untuk

menghindari terjadinya perdebatan, kecurigaan, dan pemusuhan


29

d. Mempersipakan perubahan sistem peran dan peraturan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarganya

6. Keluarga dengan melepas anak sebagai dewasa

Tahap ini dimulai saat anak pertama meninggalkan rumah dan

berakhir saat anak terakhir meninggalkan rumah. Tugas perkembangan

pada tahap ini yaitu:

a. Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga

besar

b. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat

c. Mempertahankan keintiman pasangan

d. Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan rumah tangga

7. Keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan

rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.

Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu:

a. Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan

b. Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-

anaknya dan teman sebaya

c. Meningkatkan keakraban pasangan

8. Keluarga lanjut usia

Tahap ini dimulai saat salah seorang pensiun, berlanjut salah satu

pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Tugas perkembangan

pada tahap ini yaitu:


30

a. Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling

menyenangkan pasangannya

b. Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi seperti kehilangan

pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga

c. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat

d. Melakukan life review masa lalu

2.2.9 Stress dan Koping Keluarga

Keluarga secara terus menerus dihadapkan pada perubahan. Stimulus

untuk perubahan ini datang dari luar dan dalam. Supaya dapat berlangsung hidup

dan terus berkembang, maka strategi dan proses koping keluarga sangat penting

bagi keluarga dalam menghadapi tuntutan yang ada (Padila, 2012).

1. Sumber stressor keluarga (stimulus)

Stressor merupakan agen-agen pencetus atau penyebab stress.

Dalam keluarga stressor biasanya berkaitan dengan kejadian-kejadian

dalam hidup yang cukup serius dan dapat menimbulkan perubahan dalam

sistem keluarga, dapat berupa kejadian atau pengalaman antar pribadi

(dalam atau luar keluarga). Sedangkan stress adalah keadaan tegang akibat

stressor atau oleh tuntutan yang belum tertangani. Stress dalam keluarga

sulit diukur. Adaptasi adalah proses penyesuaian terhadap perubahan,

adaptasi bisa positif bisa negatif yang dapat meningkatkan atau

menurunkan keadaan kesehatan keluarga.

2. Koping Keluarga

Koping keluarga menunjukkan analisa kelompok keluarga (analisa

interaksi). Koping keluarga didefinisikan sebagai respon positif yang


31

digunakan untuk memecahkan masalah (mengendali stress). Berkembang

dan berubah sesuai tuntutan/stressor yang dialami. Sumber koping

keluarga sendiri dan eksternal yaitu dari luar keluarga.

3. Sumber dasar stress keluarga

Begitu banyak perubahan dan stressor yang dihadapi oleh keluarga

dari waktu ke waktu. Minuchin melihat sumber dasar stress dari empat

sumber yaitu kontak penuh stress dari anggota keluarga dengan kekuatan

diluar keluarga, stressor tradisional seperti lahirnya bayi, tumbuh remaja,

perkawinan single parent, masuknya kakek/nenek, keluarnya anak dewasa

muda dan hilangnya pasangan, serta stressor tradisional.


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Tabel 4.1 Identitas Keluarga


NamaPuskesmas Puskesmas Grujugan No. Register -

Nama Perawat Siti Hoerul Korimah Tanggal Pengkajian 24 Agustus 2020

1. DATA KELUARGA

Tabel 4.2 Data Keluarga


Nama Kepala Tn.I Bahasa sehari-hari Madura
keluarga
Alamat Rumah & Dadapan & Yankes terdekat, jarak Puskesmas
telepon 085254478788 Grujugan, jarak 1
km
Pekerjaan Wiraswasta Alat transportasi Sepeda motor
Agama & Suku Islam & Madura Status kelas sosial Menengah
kebawah

2. DATA ANGGOTA KELUARGA

Tabel 4.3 Data Anggota Keluarga


No Nama Hub Usia JK Suku Pendidikan Pekerjaan Status Gizi TTV Status
Dgn Terakhir Saat Ini (TB, BB, (TD, N, Imunisasi
KK BMI) S, P) Dasar
1 Tn. I KK 33 L Mdr SLTA Wiraswa TB: 175 220/1 Tidak
sta BB: 45 00; terkaji
22x/
mnt;
36,5;
105x/
mnt
2 Ny. S Istri 31 P Mdr SLTP IRT TB: 170 110/8 Tidak
BB: 55 0; terkaji
22x/
mnt;3
6,5;
90x/
mnit
3 Nn. F Ana 8 th P Mdr SD Pelajar TB: 135 36,5; Lengka
k BB: 40 90x/ p
mnit

Tabel 4.4 Data Anggota Keluarga Lanjutan


Alat Bantu/ Status Kesehatan Riwayat Penyakit/
No Nama
Protesa Saat ini Alergi

60
61

1. Tn. I Tidak ada alat Stroke Non Hemoragik Mempunyai riwayat


bantu hipertensi dan tidak ada
alergi
2. Ny. S Tidak ada alat Sehat Tidak ada riwayat alergi
bantu
3. Nn. F Tidak ada alat Sehat Tidak ada riwayaat alergi
bantu

3. GENOGRAM

33 tahun

Gambar 4.1 Genogram


Keterangan :

= Perempuan

= Laki-Laki

= Pasien dengan Umur

= Garis keturunan

= Garis serumah

4. DENAH RUMAH
62

DAPUR

KAMAR MANDI U

KAMAR TIDUR

RUANG TV
KAMAR TIDUR

RUANG TAMU

TERAS

Gambar 4.2 Denah rumah

5. DATA PENUNJANG KELUARGA

Tabel 4.5 Data penunjang keluarga


Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga
Kondisi Rumah : Jika ada ibu nifas, Persalinan ditolong oleh
Permanen tenaga kesehatan :
Rumah keluarga Tn. I tersebut menggunakan Tidak ada ibu nifas
tembok yang permanen
Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif :
Tidakada bayi
Ventilasi :
Cukup Jika ada balita, Menimbang balita tiap
Terdapat jendela serta kaca kaca yang cukup bulan:
besar di ruang tamu Tidak ada balita

PencahayaanRumah : Menggunakan air bersih untuk makan &


Baik minum:
Pencahayaan rumah keluarga Tn. I tersebut Ya
kondisinya baik, karena sinar matahari dapat Keluarga mengatakan air yang digunakan
langsung masuk kedalam rumah melalui untuk makan dan minum menggunakan air
jendela di ruang tamunya sumur yang dimasak terlebih dahulu

Saluran Buang Limbah : Menggunakan air bersih untuk kebersihan


Baik diri:
Keluarga mengatakan saluran pembuangan Ya
limbah menggunakan septic tank Keluarga mengatakan menggunakna bersih
untuk kebersihan dirinya sehari-hari karena
Sumber Air Bersih : langsung didapat dari sumur cincin terbuka
Sehat
Keluarga mengatakan Sumber air bersih yang Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :
di gunakan adalah air yang sehat karena Ya
langsung didapat dari sumur cincin terbuka Keluarga mengatakan mencuci tangan
63

menggunakan air bersih dan sabun


Jamban Memenuhi Syarat :
ya Melakukan pembuangan sampah pada
Keluarga mengatakan jamban yang digunakan tempatnya :
ialah WC jongkok Ya
Keluarga mengatakan membuang sampah
Tempat Sampah: di tempatnya dibuktikan dengan ketika
Ya keluarga membuang sampah dijadikan satu
Keluarga mengatakan mempunyai tempat lalu di buang pada tempat sampah
sampah terbuka untuk sehari-harinya
Menjaga lingkungan rumah tampak bersih
Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah Ya
Anggota Keluarga (8m2/orang) Lingkungan dan rumah klien tampak bersih
Ya 20x5 meter dibuktikan dengan keluarga selalu menyapu
halaman ketika pagi dan sore hari

Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari :


Ya
Keluarga mengatakan selalu mengkonsumsi
lauk dan pauk berupa sayuran dan ikan
ketika makan

Menggunakan jamban sehat :


Ya
Klien mengatakan jika BAB di WC
jongkok

Memberantas jentik di rumah sekali


seminggu :
Iya
Keluarga mengatakan selalu memberantas
jentik kamar mandinya seminggu sekali
yaitu setiap hari minggu

Makan buah dan sayur setiap hari :


Ya
Keluarga mengatakan klien mengkonsumsi
sayuran setiap hari akan tetapi klien tidak
mengonsumsi buah setiap hari

Melakukan aktivitas fisik setiap


hari :
Ya
Keluarga mengatakan klien melakukan
aktivitas fisik setiap hari berupa olahraga di
belakang rumahnya untuk melataih otot
tangan dan kaki agar tidak kaku

Tidak merokok di dalam rumah :


Ya
Keluarga mengatakan klien tidak merokok
baik di dalam atau di luar rumah

Penggunaan alkohol dan zat adiktif:


Tidak
Keluarga mengatakan klien tidak
mengonsumsi alkohol maupun zat adiktif
sama sekali
64

6. KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN PEMELIHARAAN

KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA

Tabel 4.6 Kemampuan Keluarga Melakukan Pemeliharaan Kesehatan Anggota


Keluarga
1. Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit:
 Ada,
Keluarga mengatakan ada perhatian kepada anggota keluarganya yang sakit, khususnya
Tn. I karena klien baru saat ini menderita penyakit stroke

2. Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
 Ya,
Keluarga mengatakan hanya mengetahui bahwa klien mengalami penyakit stokre, namun
tidak mengetahui tentang masalah kesehatan lain yang di alami oleh Tn.I

3. Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya:
 Tidak,
Keluarga mengatakan tidak mengetahui penyebab masalah kesehatan yang di alami oleh
anggota keluarganya khususnya Tn.I

4. Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota
dalam keluarganya :
 Tidak,
Keluarga mengatakan tidak mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang di alami
oleh anggota keluarganya, khususnya Tn.I

5. Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya bila tidak diobati/dirawat :
 Tidak,
Keluarga mengatakan tidak mengetahui akibat masalah kesehatan yang di alami oleh
anggota keluarganya jika tidak di obati/dirawat, khususnya Tn. I

6. Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya:
 Tenaga kesehatan,
Keluarga mengatakan dapat menggali informasi tentang masalah kesehatan dari perawat
terdekat

7. Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang daialami anggota keluarganya


 Perlu berobat ke fasilitas yankes,
Keluarga mengatakan jika salah satu anggotanya ada yang sakit, keluarga langsung
membawa anggota keluarganya ke fasilitas kesehatan terdekat agar cepat ditangani

8. Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota


keluarganya secara aktif
 Ya,
Keluarga mengatakan melakukan upaya peningkatan kesehatan dengan mendatangkan
alternatif ke rumah untuk mengobati tangan dan kaki klien yang kaku setiap minggu sekali

9. Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami


anggota keluarganya
 Ya
65

Keluarga mengatakan mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami


oleh klien saat ini yaitu dengan meberikan terapi obat dengan benar sesuai anjuran dokter

10. Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah
kesehatan yang dialaminya:
 Tidak
Keluarga mengatakan tidak mengetahui cara merawat klien dengan masalah kesehatannya
saat ini

11. Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya
 Ya
Keluarga mengatakan saat ini membantu klien dalam menghindari makanan yang menjadi
pantangan selama sakit, dan keluarga memberikan makanan yang dianjurkan selama klien
sakit

12. Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung
kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
 Ya
Keluarga mengatkan klien menggunakan halaman belakang rumah untuk dijadikan tempat
olahraga klien setiap pagi dan sore hari

13. Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber dimasyarakat untuk
mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya
 Ya,
Keluarga mengatakan mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat dengan
cara memeriksakan kesehatan klien saat sakit ke ponkesdes terdekat

7. KEMANDIRIAN KELUARGA

1. Keluarga mandiri tingkat pertama (KM-1)

Kriteria :

a. Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana

keperawatan

2. Keluarga mandiri tingkat dua (KM-2)

Kriteria :

a. Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana

keperawatan,
66

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar,

melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.

3. Keluarga mandiri tingkat tiga (KM-3)

Kriteria :

a. Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana

keperawatan

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar,

melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan

d. Memanfaat fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, melakukan

perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan, melaksanakan tindakan

pencegahan secara aktif.

4. Keluarga mandiri tingkat empat (KM-4)

Kriteria :

a. Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana

keperawatan

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar

d. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan

e. Memanfaat fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif

f. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan

g. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif

h. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif.

Tabel 4.7 Kemandirian Keluarga Melakukan Pemeliharaan Kesehatan Anggota


Keluarga
67

KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1
3. Menyatakan masalah kesehatan secara s.d 5
benar Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran s.d 6
5. Melaksanakan perawatan sederhana Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1
sesuai anjuran s.d 7
6. Melaksanakan tindakan pencegahan
secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara
aktif
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II

Kemandirian III Kemandirian IV

Contoh : Centang (kemandirian I) apabila keluarga memenuhi kreteria 1&2.

8. PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT

Tabel 4.8 Pengkajian Individu Yang Sakit


Nama individu yang sakit : Tn.I Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragik
Sumber dana kesehatan : Rujukan Dokter/Rumah sakit :
Keadaan umum Sirkulasi/cairan Perkemihan Pernapasan

Kesadaran: Bunyi jantung: Pola BAK: 6x/hr, Vol Irama: reguler


Composmentis S1,S2 tunggal 1400ml/hr
GCS : 4,5,3
TTV Asites: Tidak ada Alat bantu:
TD: 120/80 asites Tidak ada alat bantu
RR:22x/mnt
S:36,5 C Akral: hangat Gunakan obat :
N: 85x/mnit Ya
Tanda perdarahan:
Tidak ada perdarahan Kemampuan BAK
dan BAB:
Tanda anemia: Tidak Mandiri
ada anemia, ditandai
dengan lidah bersih, Alat bantu:
akral hangat Tidak

Pencernaan Muskuloskeletal Neurosensori

Nafsu makan : Kekuatan otot: Fungsi Penglihatan:


Baik Normal
2 5
68

Bising usus : Kulit:


15x/menit 4 5 Normal

Diet khusus: Ekstrmitas atas :


Tidak ada diet khusus Kelumpuhan pada
tangan kanan
Kebiasaan makan-
minum: Ektremitas bawah:
Mandiri Kelumpuhan pada
kaki kanan
Alergi Tidur istirahat: 6-8 jam/hari
makanan/minuman: Berdiri: mandiri Waktu tidur: 21:00-004:00 WIB
Tidak ada alergi Bantuan obat: Tidak ada
Berjalan :
Alat bantu: Mandiri dengan kaki
Tidak mengggunakan digeser
alat bantu
Alat bantu :
Tidak ada

Mental Komunikasi dan Kebersihan Diri Perawatan diri


Budaya sehari-hari
Cemas: Interaksi dengan Klien melakukan
Tidak ada kecemasan keluarga: kebersihan diri secara Mandi:
yang terlihatpada Baik mandiri. Mandiri
klien dan keluarga
selama diberikan Berkomunikasi : Berpakaian:
perawatan Lancar Mandiri

Kegiatan sosial Menyisir rambut:


sehari-hari: Mandiri
Klien tidak
melakukan kegiatan
sosial yang ada
dilingkungannya
Keterangan tambahan terkait individu:
1. Keluarga dan klien mengatakan tidak mengetahui tentang kosep penyakitnya saat ini,
karena klien baru pertama kali mengalami penyakit stroke
2. Klien mengatakan untuk meningkatkan hubungan sosialnya dengan orang-orang
sekitar yang mengalami kondisi yang sama dengan klien saat ini
3. Keluarga dan klien mengatakan bersedia untuk meningkatkan pengetahuannya
tentang penyakit stroke yang dialami oleh Tn. I saat ini
4. Keluarga mengatakan akan membantu klien dalam meningkatkan gaya hidup sehat
sehari-hari untuk klien
Kesiapan Meningkatkan Koping Keluarga

Mengetahui :
Nama koordinator Tanggal/24 Agustus 2020
Puskesmas Tanda tangan

Dian Ayu Kartika. S.Kep., Ns. Siti Hoerul Korimah


69

4.1.3 ANALISA DATA

Tabel 4.9 Analisa Data


No Tanggal Data Etiologi Diagnosa
Keperawatan
1. 25-08-2020 Data Subjektif: Ketidakmamp Kesiapan
- Keluarga dan klien mengatakan uan keluarga Meningkatkan
tidak mengetahui tentang kosep dalam Koping
penyakitnya saat ini, karena mengenal Keluarga
klien baru pertama kali masalah
mengalami penyakit stroke kesehatan
- Klien mengatakan untuk
meningkatkan hubungan
sosialnya dengan orang-orang
sekitar yang mengalami kondisi
yang sama dengan klien saat ini
- Keluarga dan klien mengatakan
bersedia untuk meningkatkan
pengetahuannya tentang
penyakit stroke yang dialami
oleh Tn. I saat ini
- Keluarga mengatakan akan
membantu klien dalam
meningkatkan gaya hidup sehat
sehari-hari untuk kesehatan
klien

Data Objektif:
- Keluarga dan klien tampak
bingung ketika ditanya tentang
konsep penyakit stroke
- Keluarga dan klien terlihat rasa
ingin tahu untuk meningkatkan
gaya hidup sehat

4.1.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tabel 4.10 Diagnosa keperawatan


No Tanggal Diagnosa Paraf
1. 25 September 2020 Kesiapan Meningkatkan Koping
Keluarga
70

4.1.5 SKORING/ PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tabel 4.11 Prioritas Diagnosa Keperawatan


KRITERIA NILAI BOBOT SKORING PEMBENARAN
Sifat masalah Sifat masalah diagnosa
a. Aktual: 3 keperawatan di atas
b. Resiko: 2 merupakan resiko, karena
c. Potensial: 1 akibat dari ketidakmampuan
1 2/3 x 1 = 2/3 koping keluarga akan
dirasakan diwaktu yang akan
datang tidak hanya oleh
individu, melainkan seluruh
anggota keluarga
Kemungkinan Dalam keluarga Tn.I ini
masalah dapat cenderung lebih mudah
diubah : dalam keriteria
a. Mudah: 2 kemungkinan diubah, karena
b. Sebagian: 1 2 2/2 x 2 = 2 anggota keluarga yang
c. Tidak dapat 0 lainnya mampu dalam
memahami arahan yang
diberika oleh perawat
kepada keluarga dan klien.
Potensial masalah Potensial masalah dapat
untuk dicegah : dicegah dari masalah diatas
a. Tinggi 3 yaitu tinggi, karena keluarga
b. Cukup 2 1 3/3 x 1 = 1 memiliki pola komunikasi
c. Rendah 1 yang baik, memudahkan
untuk menyampaikan segala
informasi yang baik antar
anggotanya
Menonjolnya Menonjolnya masalah
masalah : keperawatan ini tidak di
a. Masalah 2 rasakan oleh seluruh
berat, harus keluarga, melainka hanya
segera dirasakan oleh salah satu
ditangani 1 0/2 x 2 = 0 anggota yang mengalami
b. Ada masalah 1 masalah kesehatan
tetapi tidak
perlu
ditangani
c. Masalah tidak 0
dirasakan
Hasil 3 2/3
72

4.1.6 INTERVENSI KEPERAWATAN

Tabel 4.12 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Keperawatan TUM TUK Kriteria Standar
Kesiapan Setelah diberikan Kriteria Hasil: Respon verbal 1. Keluarga mampu 1. Dukungan Pengasuhan (Caregiver
meningkatkan asuhan 1. Koping Keluarga: melaksanakan peran support):
koping keluaga keperawatan a. Memungkinkan anggota keluarga a. Mengakaji tingkat pengetahuan
selama 7 kali fleksibilitas peran 2. Keluarga mampu pengasuh,
kunjungan anggota (5) mengolah masalah yang b. Menyediakan informasi
diharapkan b. Mengelola masalah terjadi dalam keluarga mengenai pasien sesuai dengan
keluarga dan klien keluarga (5) 3. Keluarga mampu apa yang menjadi keinginan
mampu mengenal c. Melibatkan anggota melibatkan anggota pasien,
masalah kesehatan keluarga dalam keluarga dalam masalah c. Monitor interaksi keluarga
yang dilami oleh pengambilan yang dialami keluarga dalam permasalahan berkaitan
klien keputusan (5) 4. Keluarga mampu dengan pasien,
d. Mengungkapkan mengungkapkan d. Mengajarkan pengasuh
perasaan dan emosi perasaan dan emosi mengenai pemberian terapi bagi
secara terbuka secara terbuka diantara pasien sesuai dengan keinginan
diantara anggota anggota keluarga pasien,
keluarga (5) 5. Keluarga mampu e. Mengajarkan pengasuh
e. Menggunakan menggunakan strategi mengenai cara meningkatkan
strategi pengurangan yang berpusat pada rasa aman bagi pasien,
stres yang berpusat keluarga yang f. Mengajarkan pada pengasuh
pada keluarga (5) mengalami masalah mengenai cara untuk menjaga
f. Menggunakan sistem 6. Keluarga mampu kesehatan fisik dan mental,
dukungan keluarga menggunakan sistem g. Memberikan informasi kepada
yang tersedia (5) dukungan keluarga yang pengasuh mengenai dukungan
g. Menggunakan tersedia pelayanan kesehatan dan
sumber daya 7. Keluarga mampu pelayanan kesehatan komunitas
masyarakat yang menggunakan pelayanan yang bisa diakses,
tersedia (5) kesehatan yang ada h. Mengajarkan kepada pengasuh
8. Keluarga mampu strategi untuk dapat
2. Perilaku Promosi menggunakan perilaku mengoptimalkan akses
Kesehatan yang dapat menghindari pelayanan kesehatan dan
a. Menggunakan dari risiko pelayanan kesehatan komunitas,
perilaku yang 9. Keluarga mampu 2. Peningkatan Koping:
menghindari risiko memonitor perilakunya a. Gunakan pendekatan yang
73

(5) secara mandiri tenang dan memberikan


b. Memonitor perilaku 10. Keluarga mampu jaminan,
personal terkait melakukan aktivitas dan b. Sediakan informasi aktual
dengan risiko (5) istirahat secara mandiri mengenai diagnosis,
c. Keseimbangan 11. Keluarga mampu penanganan, dan prognosis,
aktivitas dan istirahat menggunakan teknik c. Dukung aktivitas-aktivitas
(5) mengurangi stres untuk sosial dan komunitas (agar bisa
d. Menggunakan dalam mengalami dilakukan),
teknik-teknik masalah yang dialami d. Dukung keterlibatan keluarga
pengurangan stres 12. Keluarga mampu dengan cara yang tepat,
yang efektif (5) meningkatkan perilaku e. Bantu pasien untuk
e. Melakukan perilaku kesehatan mengidentifikasi strategi-
kesehatan yang rutin 13. Keluarga mampu strategi positif untuk mengatasi
(5) menggunakan sumber- keterbatasan dan mengelola
f. Menggunakan sumber yankes untuk kebutuhan gaya hidup meupun
sumber-sumber meningkatkan kesehatan perubahan peran,
finansial untuk 14. Keluarga mampu f. Instruksikan pasien untuk
meningkatkan menggunakan dukungan menggunakan teknik relaksasi
kesehatan (5) sosial untuk sesuai dengan kebutuhan,
g. Menggunakan meningkatkan kesehatan g. Dukung pasien untuk
dukungan sosial 15. Keluarga mampu mengevaluasi perilakunya
untuk meningkatkan mendapatkan sendiri.
kesehatan (5) pemeriksaan secara rutin 3. Dukungan keluarga:
h. Mendapatkan 16. Keluarga mampu a. Yakinkan keluarga bahwa
skrining kesehatan menghindari penyakit pasien sedang diberikan
yang yang menular dan perawatan yang terbaik,
direkomendasikan membahayakan b. Tingkatkan hubungan saling
(5) percaya dengan keluarga,
i. Memperoleh c. Terima nilai yang dianut
pemeriksaan rutin (5) keluarga dengan sikap yang
j. Menghindari paparan tidak menghakimi,
penyakit menular (5) d. Identifiksasi sifat dukungan
spiritual bagi keluarga,
e. Hargai dan dukung mekanisme
koping adaptif yang digunakan
keluarga,
f. Berikan informasi bagi keluarga
terkait perkembangan pasien
dengan sering sesuai kehendak
74

pasien,
g. Beritahu keluarga mengenai
rencana medis dan keperawatan,
h. Berikan pengetahuan yang
dibutuhkan bagi keluarga untuk
membantu mereka membuat
keputusan terkait pasien,
i. Dukung pengambilan
keputusan dalam merencanakan
perawatan perawatan jangka
panjang bagi pasien yang bisa
mempengaruhi struktur dan
keuangan keluarga,
j. Rujuk pada ahli terapi keluarga,
jika diperlukan,
k. Beritahu anggota keluarga
bagaimana cara menghubungi
perawat.
75

4.1.7 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tabel 4.13 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari Ke-1


Senin, 24 Agustus 2020
Diagnosa Kunjungan Ke-1
keperawatan

Implementasi Evaluasi

Kesiapan 09.45 1. Meningkatkan hubungan saling percaya 11.10 S:


meningkatkan koping antara peneliti/perawat dengan keluarga. a. Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang cara merawat
keluarga R: Keluarga mengerti dan menandatangani secara mandiri tentang kondisi klien saat ini
lembar informed consend b. Keluarga dan klien mengatakan menyetujui lembar informed
consent yang dibuat oleh peneliti.
10.00 2. Menggunakan pendekatan yang tenang c. Keluarga dan klien masih belum bisa menjelaskan tentang
terhadap klien. cara perawatan dialami oleh anggota keluarganya.
R: Klien terbuka dengan setiap pertanyaan
yang diajukan kepadanya O:
a. Keluarga terlihat bingung saat ditanya tentang cara perawatan
10. 15 3. Mendukung keterlibatan keluarga selama yang tepat untuk klien.
pemberian asuhan keperawatan. b. Keluarga dan klien menerima kehadiran perawat/peneliti.
R: Keluarga mengatakan bersedia c. Keluarga dan klien menyetujui kontrak waktu yang ditetapkan
mendampingi klien selama perawatan oleh peneliti.
d. Klien terlihat tidak melakukan gaya hidup sehat dengan tidak
10.20 4. Mengidentifikasi sifat dukungan spiritual bagi menggerakkan anggotanya yang lumpuh.
keluarga. e. Keluarga ikut serta mendampingi klien selama kunjungan
R: Keluarga mengatakan ibadah shalat wajib penelitian
dilakukan di rumah dengan berjama’ah
bersama keluarga A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
10.25 5. Mendukung mekanisme koping adaptif yang
digunakan oleh keluarga.
R: Keluarga mengatakan memeriksakan
kondisi klien kepada tenaga kesehatan dan
klien mengkonsumsi obat secara rutin yang
diberikan oleh dokter namun keluarga tidak
mengetahui tentang cara merawat secara
mandiri tentang kondisi klien saat ini
76

10.30 6. Mengontrak waktu untuk kunjungan


penelitian selanjutnya.
R: Keluarga dan klien menyetujui kontrak
waktu yang dibuat oleh perawat/peneliti.
77

Tabel 4.14 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari Ke-2


Rabu, 26 Agustus 2020
Diagnosa Kunjungan ke-2
keperawatan

Implementasi Evaluasi

Kesiapan 09.00 1. Meningkatkan hubungan saling percaya antara 09.55 S:


meningkatkan peneliti/perawat dengan keluarga a. Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang
koping keluarga R: Keluarga dan klien menerima kedatangan pengertian stroke yang dialami oleh Tn.I
peneliti/perawat. b. Klien menyetujui kontrak waktu yang di buat oleh peneliti
c. Keluarga dan klien mampu menggunakan fasilitas
09.10 2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital klien kesehatan yang ada untuk memeriksakan kondisi klien
dan keluarga saat ini
R: TD: 220/100; N: 115x/mnt; S: 36,5; RR:
22x/mnt O:
a. Keluarga terlihat bingung saat ditanya tentang konsep
09.15 3. Memonitor interkasi keluarga yang berhubungan penyakit stroke.
kondisi klien saat ini. b. Keluarga dan klien menerima kedatangan
R: Interaksi pada keluarga Tn.I terlihat baik dan peneliti/perawat.
mereka terlihat terbuka dengan kondisinya saat c. Keluarga terlihat mendukung tentang peningkatakn
ini kesehatan yang akan dilakukan klien.
d. Keluarga terlihat mendukung perawatan kesehatan yang
09.20 4. Memberitahu keluarga mengenai rencana dilakukan oleh perawat/peneliti dengan selalu
keperawatan yang akan dilakukan mendampingi klien selama perawatan
R: Klien dan keluarga mengatakan akan e. Interaksi pada keluarga Tn.I terlihat baik dan mereka
menerima semua tindakan keperawatan yang terlihat terbuka dengan kondisinya saat ini
akan dilakukan f. TTV:
TD: 220/100; N: 115x/mnt; S: 36,5; RR: 22x/mnt
09.27 5. Meyakinkan keluarga bahwa klien sedang
diberikan perawatan yang terbaik untuk A: Masalah belum teratasi
kesehatannya P: Lanjutkan intervensi
R: Keluarga dan klien bersedia menjadi
responden selama penelitian ini dilakukan

09.30 6. Mengkaji tingkat pengetahuan pengasuh


R: Keluarga mengatakan tidak mengetahui
tentang pengertian stroke yang dialami oleh Tn.I
78

09.35 7. Mengakaji kemampuan klien dalam


menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
R: Keluarga dan klien mampu menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada untuk memeriksakan
kondisi klien saat ini

09.40 8. Mengontrak waktu untuk kunjungan penelitian


selanjutnya
R: Keluarga dan klien menyetujui kontrak waktu
yang dibuat oleh perawat/peneliti.
79

Tabel 4.15 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari Ke 3


Kamis, 27 Agustus 2020
Diagnosa Kunjungan Ke 3
keperawatan

Implementasi Evaluasi

Kesiapan 11.00 1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital klien 12.05 S:


meningkatkan R: TD:180/100, N: 110x/menit S: 36.7 C, 20x/mnit a. Keluarga mengatakan mengerti tentang pengertian,
koping keluarga tanda gejala penyakit stroke yang dialami klien saat
11.05 2. Mengkaji tingkat pengetahuan pengasuh ini.
R: Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang b. Keluarga dan klien terlihat menyimak informasi
konsep penyakit stroke yang dialami oleh Tn.I dengan seksama penjelasan yang diberikan oleh
perawat/peneliti tentang penyakit stroke
11.07 3. Menyediakan informasi mengenai klien sesuai dengan c. Keluarga menyetujui kontrak waktu yang di buat
apa yang menjadi keinginan klien berupa media leaflet oleh peneliti.
R: Klien dan keluarga terlihat membantu menyebarkan d. Keluarga dan klien mengatakan akan melakukan
leaflet kepada anggota keluarga yang lain. pencegahan penyakit sesuai materi yang disampaikan

11.15 4. Menyediakan informasi aktual mengenai definisi, O:


diagnosis, faktor risiko, penanganan, dan prognosis a. Klien tampak menanyakan tentang hal apa saja yang
berupa media leaflet dapat dilakukan agar tekanan darahnya menurun
R: Klien dan keluarga terlihat semangat untuk b. Keluarga dan klien terlihat mulai tidak
membaca leafet yang diberikan. mengkonsumsi makanan dilarang selama klien sakit
c. TTV:
11.20 5. Memberikan pengetahuan dengan cara penyuluhan TD:200/100, N: 110x/menit S: 36.7 C, RR:
tentang konsep penyakit yang dibutuhkan bagi 20x/mnit
keluarga dan klien untuk membantu mereka membuat
keputusan terkait klien. A: Masalah belum teratasi
R: Klien dan keluarga terlihat menyimak informasi P: Lanjutkan Intervensi
dengan seksama penjelasan yang diberikan oleh
perawat/penelit tentang penyakit stroke.

11.25 6. Memberikan informasi bagi keluarga terkait


perkembangan klien selama perawatan
R:Keluarga terlihat kooperatif saat diberikan informasi
terkait perkembangan klien

11.35 7. Mengontrak waktu untuk kunjungan penelitian


80

selanjutnya.
R: Keluarga dan klien menyetujui kontrak waktu yang
dibuat oleh perawat/peneliti
81

Tabel 4.16 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari Ke 4


Diagnosa Senin, 31 Agustus 2020
keperawatan Kunjungan ke 4

Implementasi Evaluasi

Kesiapan 09.30 1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital klien 10.20 S:


meningkatkan R: TD:180/100, N: 110x/menit S: 36.7 C, 20x/mnit a. Keluarga sudah mulai mengerti dan memahami
koping keluarga tentang konsep penyakit stroke.
09.35 2. Mengkaji ulang tingkat pengetahuan pengasuh b. Keluarga menyetujui kontrak waktu yang di sepakati
R: Keluarga mengatakan mengerti tentang pengertian oleh peneliti
dan tanda gejala penyakit stroke yang dialami klien c. Keluarga mengatakan membantu klien untuk bisa
saat ini. melakukan peregangan otot pada ekstremitas atas
klien.
09.40 3. Memberikan pengetahuan ulang tentang konsep
penyakit yang dibutuhkan bagi keluarga dan klien O:
untuk membantu mereka membuat keputusan terkait a. Keluarga mampu mengulang penjelasan tentang
klien. pengeertian dan tanda gejala pada penyakit stroke.
R: Klien dan keluarga terlihat menyimak informasi b. Klien dan keluarga terlihat mengikuti arahan disetiap
dengan rasa penuh ingin tahu tentang tentang penyakit gerakan yang diberikan oleh perawat/peneliti.
stroke. c. Klien dan keluarga terlihat menyimak informasi
dengan rasa penuh ingin tahu tentang tentang
09.48 4. Mengajarkan pada pengasuh mengenai cara untuk penyakit stroke.
menjaga kesehatan fisik dan mental dengan membantu d. Klien terlihat memiliki bola mini milik pribadi yang
klien melakukan peregangan ekstremitas atas dijadikan sebagai latihan gerak pada tangannya
menggunakan remasan kertas yang disediakan oleh sehari-hari.
perawat. e. TTV
R: Klien dan keluarga mengatakan akan melakukan TD: 180/100, N: 110x/menit S: 36.7 C, RR:
peningkatan gaya hidup sehat setelah diberikan 20x/mnit
penyuluhan
A: Masalah teratasi sebagian
10.00 5. Memberikan informasi bagi keluarga terkait P: Lanjutkan intervensi
perkembangan klien selama perawatan
R:Keluarga terlihat kooperatif saat diberikan informasi
terkait perkembangan klien

10.05 6. Mengontrak waktu untuk kunjungan penelitian


selanjutnya.
82

R: Keluarga dan klien menyetujui kontrak waktu yang


dibuat oleh perawat/peneliti
83

Tabel 4.17 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari Ke 5


Selasa, 01 September 2020
Diagnosa Kunjungan Ke 5
keperawatan

Implementasi Evaluasi

Kesiapan 10.15 1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital 11.40 S:


meningkatkan R: 160/90 mmhg, N: 87x/mnit a. Keluarga mengatakan sudah mulai memahami dan
koping keluarga S: 36.5 C, RR: 24x/mnit mengerti tentang konsep penyakit stroke
b. Keluarga menyetujui kontrak waktu yang di sepakati
10.20 2. Mengkaji ulang tingkat pengetahuan pengasuh dan oleh peneliti
keluarga. c. Keluarga mengatakan klien selalu melakukan
R: Keluarga mengatakan mulai mengerti dan gerakan peregangan otot pada ekstremitas atas
memahami tentang penyakit stroke yang dialami klien dengan menggunakan remasan kertas
saat ini
O:
10.23 3. Membantu klien untuk mengidentifikasi strategi positif a. Keluarga terlihat mampu mengulang penjelasan
untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola tentang konsep penyakit stroke saat ditanyakan
kebutuhan gaya hidup maupun perubahan peran b. Keluarga menerima kehadiran petugas
R: Klien mengatakan selama ini dibantu oleh keluarga kesehatan/peneliti.
saat melakukan aktivitas c. Keluarga terlihat mengikuti arahan disetiap gerakan
yang diberikan oleh perawat/peneliti.
10.27 4. Instuksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi d. Klien terlihat mengulang gerakan senam yang
sesuai dengan kebutuhan diajarkan oleh perawat/peneliti
R: Klien terlihat mengikuti instruksi yang dianjurkan e. TTV:
TD: 160/90 mmhg, N: 87x/mnit, S: 36.5 C, RR:
10.30 5. Mengajarkan pengasuh mengenai cara meningkatkan 24x/mnit
rasa aman bagi klien
R: Keluarga mengatakan memahami cara A: Masalah teratasi sebagian
meningkatkan rasa aman bagi klien P: Lanjutkan intervensi

10.40 6. Mengajarkan pengasuh mengenai pemberian terapi


bagi klien sesuai dengan keinginan klien dengan cara
melakukan peregangan pada ekstremitas yang
mengalami kelumpuhan serta mengajarkan senam pada
klien pasca stroke
R: Klien terlihat mampu melakukan gerakan
peregangan otot secara berulang-ulang serta klien
84

terlihat mengikuti gerakan senam yang diajarkan oleh


perawat/peneliti

10.55 7. Menginstruksikan kepada klien untuk dapat


mengevaluasi perilakunya secara mandiri
R: Klien mengatakan akan mengevaluasi perilakunya
secara mandiri

11.00 8. Memberikan informasi bagi keluarga terkait


perkembangan klien selama perawatan
R:Keluarga terlihat kooperatif saat diberikan informasi
terkait perkembangan klien

11.05 9. Mengontrak waktu untuk kunjungan penelitian


selanjutnya.
R: Keluarga dan klien menyetujui kontrak waktu yang
dibuat oleh perawat/penelit
85

Tabel 4.18 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari Ke 6


Jum’at, 04 September 2020
Diagnosa Kunjungan Ke 6
keperawatan

Implementasi Evaluasi

Kesiapan 10.15 1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital 11.05 S:


meningkatkan R: 180/90 mmhg, N: 98x/mnit a. Keluarga mengatakan mulai memahami dan
koping keluarga S: 36.5 C, RR: 24x/mnit melakukan perawatan serta peningkatan gaya hidup
sehat kepada klien.
10.20 2. Mengkaji ulang tingkat pengetahuan pengasuh tentang b. Keluarga mengatakan klien mampu membantu klien
cara perawatan klien dalam melakukan perawatan pasca stroke
R: Keluarga mengatakan mulai memahami dan
melakukan perawatan serta peningkatan gaya hidup O:
sehat kepada klien. a. Keluarga terlihat mampu mengulang penjelasan
tentang cara perawatan pada klien.
10.23 3. Mendukung klien untuk dapat melakukan aktivitas- b. Klien terlihat kooperatif selama perawatan dilakukan
aktivitas sosial dan komunitas c. Klien terlihat tidak bingung lagi saat ditanya tentang
R: Klien mengatakan saat ini masih belum bisa untuk konsep penyakit yang dialaminya
bergabung dengan warga-warga dalam melakukan d. TTV:
aktivitas-aktivitas yang memerlukan energi ekstra TD: R: 180/90 mmhg, N: 98x/mnit, S: 36.5 C, RR:
24x/mnit
10.27 4. Dukung pengambilan keputusan dalam merencanakan
perawatan jangka panjang bgai klien yang bisa A: Masalah teratasi sebagian
mempengaruhi struktur dan keuangan keluarga P: Lanjutkan intervensi
R: Keluarga mengatakan salama ini keluarga masih
mau berusaha untuk melakukan perawatan dirumah
saja dengan cara meningkatkan gaya hidup sehat untuk
kondisi klien saat ini

10.30 5. Memberikan informasi bagi keluarga terkait


perkembangan klien selama perawatan
R:Keluarga terlihat kooperatif saat diberikan informasi
terkait perkembangan klien

10.40 6. Mengontrak waktu untuk kunjungan penelitian


selanjutnya.
R: Keluarga dan klien menyetujui kontrak waktu yang
86

dibuat oleh perawat/penelit


87

Tabel 4.19 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari Ke 7


Senin, 07 September 2020
Diagnosa Kunjungan Ke 7
keperawatan

Implementasi Evaluasi

Kesiapan 09.15 1. Mendukung keterlibatan keluarga selama perawatan 10.20 S:


meningkatkan dilakukan a. Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang konsep
koping keluarga R: Keluarga mengatakan selalu mendampingi klien penyakit stroke termasuk cara pencegahan dan
selama perawatan khususnya untuk meningkatkan gaya perawatan pada klien yang mengalami stroke
hidup sehat pada klien. b. Keluarga mengetahui cara perawatan anggota
keluarganya yang sakit.
09.20 2. Membantu klien untuk mengidentifikasi strategi positif c. Keluarga mengatakan selalu mendampingi klien
untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola kebutuhan selama perawatan khususnya untuk meningkatkan
gaya hidup maupun perubahan peran gaya hidup sehat pada klien
R: Klien mengatakan selama ini dibantu oleh keluarga d. Keluarga menyetujui kontrak waktu yang di sepakati
saat melakukan aktivitas oleh peneliti
e. Klien mengatakan selama ini dibantu oleh keluarga
09.25 3. Menanyakan ulang tingkat pengetahuan pengasuh dan saat melakukan aktivitas
keluarga. f. Klien mengatakan sudah mulai mengubah
R: Keluarga mengatakan mengerti dan memahami perilakunya menjadi perilaku sehat seperti selalu
tentang konsep penyakit stroke termasuk cara melakukan gerakan pada ekstremitas yang
pencegahan dan perawatan pada klien yang mengalami mengalami kelumpuhan
stroke
O:
09.30 4. Mengajarkan pengasuh mengenai cara meningkatkan a. Keluarga terlihat menerima kehadiran petugas
rasa aman bagi klien kesehatan/peneliti.
R: Keluarga terlihat mendukung perawatan yang b. Keluarga mampu mengulang penjelasan tentang
dilakukan salah satunya ialah menggunakan masker konsep penyakit stroke saat ini
kepada klien selama dilakukan perawatan c. Keluarga terlihat mampu melakukan gerakan yang
diberikan oleh perawat/peneliti sebelumnya
09.35 5. Mengajarkan pengasuh mengenai pemberian terapi bagi d. Keluarga terlihat mendukung perawatan yang
klien sesuai dengan keinginan klien dengan cara dilakukan salah satunya ialah menggunakan masker
melakukan peregangan pada ekstremitas yang kepada klien selama dilakukan perawatan
mengalami kelumpuhan serta mengajarkan senam pada e. Keluarga mampu menggunakan perilaku yang dapat
klien pasca stroke menghindari dari risiko
R: Keluarga terlihat mampu melakukan gerakan yang f. TTV:
diberikan oleh perawat/peneliti sebelumnya g. TD: R: 180/100 mmhg, N: 98x/mnit S: 36.5 C, RR:
88

22x/mnt
09.40 6. Menginstruksikan kepada klien untuk dapat
mengevaluasi perilakunya secara mandiri A: Masalah teratasi
R: Klien mengatakan sudah mulai mengubah P: Intervensi dihentikan
perilakunya menjadi perilaku sehat seperti selalu
melakukan gerakan pada ekstremitas yang mengalami
kelumpuhan

09.55 7. Memberikan informasi bagi keluarga terkait


perkembangan klien selama perawatan
R:Keluarga terlihat kooperatif saat diberikan informasi
terkait perkembangan klien

10.00 8. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital klien


R: TD: R: 180/100 mmhg, N: 98x/mnit S: 36.5 C, RR:
22x/mnit

Anda mungkin juga menyukai