PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus
ditangani secara cepat dan tepat.Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
timbul mendadak yang disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak
dan biasa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke merupakan penyakit
yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak,
gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan
yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak.
Stroke dapat berdampak pada berbagai fungsi tubuh, diantaranya
adalah defisit motorik berupa hemiparese.Stroke merupakan masalah
kesehatan utama di masyarakat.Kondisi abnormal pembuluh darah otak, yang
dikarakteristikkan oleh adanya pendarahan di dalam otak atau pembentukan
embolus atau trombus yang menyumbat arteri, mengakibatkan iskemik
jaringan otak yang pada kondisi normal diperdarahi oleh pembuluh darah
tersebut (Astrid, dkk, 2011).
Stroke apabila tidak segera ditangani maka dapat mengakibatkan
kematian sel-sel otak, biasanya dalam hitungan menit dan dapat mengaktifkan
kematian.Hal ini bisa terjadi karena kekurangan darah atau kekurangan perfusi
suatu jaringan di sebabkan kurangnya atau tidak adanya suplai darah maka
keadaan ini disebut iskemia.Jika yang terkena sebagian dari otak disebut
iskemia fokal dan apanila seluruh otak yang terkena disebut iskemia
global.Akibat dari iskemia adalah kekurangan atau defisiensi dari fungsi
neuron otak, yang disebut deficit neurologis. Yang dapat menyebebkan
hipoksia, jika terjadi hipoksia terlalu lama maka sel-sel saraf (neuron) yang
terkena tidak mampu lagi melaksanakan fungsi metabolism yang penting
dengan baik sehingga mengakibatkan pembentukan energy dan regenerasi sel
akan terhenti dan sel akan mati yang disebut nekrosis. Lama-kelamaan
akanmenjadi sekumpulan sel atau neuron yang mati semakin luas yang disebut
infark (Junaidi, 2011).
Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
sebesar 7 per seribu penduduk dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau
gejala sebesar 12,1 per seribu penduduk. Prevalensi Stroke berdasarkan
diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8 per seribu penduduk), diikuti
DI Yogyakarta (10,3 per seribu penduduk), Bangka Belitung dan DKI Jakarta
(masing-masing 9,7 per seribu penduduk). Prevalensi Stroke berdasarkan
terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9 per
seribu penduduk), di Yogyakarta (16,9 per seribu penduduk), Sulawesi
Tengah (16,6 per seribu penduduk), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per seribu
penduduk. Kasus stroke di provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 12,3 per
seribu penduduk
Kasus yang dijumpai oleh penulis di RS Hermina Solo menunjukan
bahwa pasien stroke mengalami kelemahan anggota gerak, aktifitas latiahan
tergantung total, pasien bedrest total di atas tempat tidur.
Berdasarkan uraian diatas dan melihat pentingnya peran perawat maka
penulis merasa tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai bagaimana
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke di instalasi gawat
darurat RS Hermina Solo, dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang penulis tuangkan dalam bentuk makalah.
B. Tujuan Penelitian
A. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien Stroke Non
Hemoragik.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Stroke Non Hemoragik
b. Mengetahui etiologi Stroke Non Hemoragik
c. Mengetahui tanda dan gejala Stroke Non Hemoragik
d. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien Stroke Non
Hemoragik
e. Mengetahui komplikasi pada pasien Stroke Non Hemoragik
f. Mengetahui patofisiologi Stroke Non Hemoragik
g. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien Stroke Non Hemoragik
h. Mengetahui pengkajian keperawatan pada kasus Stroke Non
Hemoragik
i. Mengetahui diagnosa yang muncul pada pasien Stroke Non
Hemoragik
j. Mengetahui rencana tindakan keperawatan pada pasien Stroke Non
Hemoragik
k. Mampu mengimplementasikan tindakan keperawatan pada pasien
Stroke Non Hemoragik
l. Mengetahui dan mampu melakukan evaluasi keperawatan pada
pasien Stroke Non Hemoragik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Stroke merupakan gangguan peredaran darah otak yang
menyebabkan deficit neuroligis mendadak sebagai akibat iskemia atau
hemoragi sirkulasi saraf otak (Sudoyo Aru, NANDA2015).
Stroke merupakan hilangnya fungsi otak diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak, biasanya akumulasi penyakit
serebrovaskulear selama beberapa tahun (Ariani, 2012).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia
akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi
perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Muttaqin, 2008).
Jadi dapat disimpulkan bahwa stroke adalah suatu penyakit
defisit neurologis akut yang diakibatkan oleh berkurangnya atau
berhentinya suplai oksigen ke otak baik karena embolus maupun
thrombus yang mengakibatkan kematian jaringan dapat menyebabkan
kelumpuhan maupun kematian bagi penderitanya. Sedangkan stroke
dibagi menjadi dua yaitu stroke hemoragik dan non hemoragik. Yang
membedakan yaitu stroke hemoragik adalah stroke yang ditandai
dengan adanya perdarahan intra serebral sedangkan stroke non
hemoragik tidak terjadi perdarahan.
2. Etiologi
Etiologi Stroke menurut Taufan Nugrohodkk (2012) adalah :
a) Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan odem dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya
terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini
dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan
gejala neurologis sering kali memburuk pada 48 jam setelah
trombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan
trombosis otak :
1) Ateroklerosis
2) Hiperkoagulasi pada polisitemia
3) Arterisis (radang pada arteri)
4) Emboli
b) Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk
perdarahan dalam ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak
sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan
hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan
otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan
otak tertekan, sehingga infark otak, odema dan mungkin herniasi
otak.
c) Hipoksia umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia
umum adalah :
1) Hipertensi yang parah
2) Henti jantung-paru
3) Curah jantung turun akibat aritmia
d) Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia
setempat adalah :
1) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid
2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren
4. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Taufan Nugroho (2016) ada dua pemeriksaan
penunjang yaitu pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan laboratorium
yang dapat dilakukan pada klien dengan stroke non hemoragik:
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara
spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan
untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau
malformasi vaskular.
2) Lumbal pungsi
Pada pemeriksaan lumbal pungsi untuk pemeriksaan
diagnostic diperiksa kimia sitologi, mikrobiologi, dan virology.
Di samping itu dilihat pula tetesan cairan serebrospinal saat
keluar baik kecepatan, warna dan tekanan, yang
menggambarkan proses terjadinya di intraspinal. Tekanan yang
meningkatkan dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukan adanya hemoragik pada subarachnoid atau
perdarahan pada intracranial. Pada stroke non hemoragik akan
ditemukantekanan normal dari cairan serebrospinal jernih.
3) CT scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak
edema, posisi henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau
iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
4) MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan
gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas
terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik.
5) USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena
(masalah sistem karotis).
6) EEG
Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang
timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga
menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
b. Pemeriksaan Laboraturium
1) Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai
pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-
hari pertama.
2) Pemeriksaan darah rutin.
3) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam
serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
4) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah
itu sendiri.
5. Komplikasi
Menurut Taufan Nugroho (2016) komplikasi yang sering terjadi
pada pasien stroke yaitu:
a. Dekubitus merupakan tidur yang terlalu lama karena kelumpuh
dapat mengakibatkan luka/lecet pada bagian yang menjadi tumpuan
saat berbaring, seperti pinggul, sendi kaki, pantat dan tumit. Luka
dekubitus jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi.
b. Bekuan darah merupakan bekuan darah yang mudah terjadi pada
kaki yang lumpuh dan penumpukan cairan.
c. Kekuatan otot melemah merupakan terbaring lama akan
menimbulkan kekauan pada otot atau sendi. Penekanan saraf
peroneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu dapat terjadi
kompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral.
d. Osteopenia dan osteoporosis, hal ini dapat dilihat dari
berkurangnya densitas mineral pada tulang. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh imobilisasi dan kurangnya paparan terhadap sinar
matahari.
e. Depresi dan efek psikologis dikarenakan kepribadian penderita atau
karena umur sudah tua. 25% menderita depresi mayor pada fase
akut dan 31% menderita depresi pada 3 bulan paska stroke s dan
keadaan ini lebih sering pada hemiparesis kiri.
f. Inkontinensia dan konstipasi pada umumnya penyebab adalah
imobilitas, kekurangan cairan dan intake makanan serta pemberian
obat.
g. Spastisitas dan kontraktur pada umumnya sesuai pola hemiplegi
dan nyeri bahu pada bagian di sisi yang lemah. Kontraktur dan
nyeri bahu (shoulder hand syndrome) terjadi pada 27% pasien
stroke.
6. Patofisiologi & Pathways
Stroke adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infak bergantung pada factor-faktor seperti lokasi dan
besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap
area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.Suplai darah ke
otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan local
(thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung)
(Muhammad Irfan, 2012).
Mekanisme stroke non hemoragik terjadi karena adanya oklusi
atau sumbatan ke pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke
otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Keadaan tersebut
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.
80% stroke adalah stroke iskemik. Penyumbatan dapat terjadi karena
penumpukan timbunan lemak yang mengandung kolesterol (plak)
dalam pembuluh darah besar atau pembuluh darah sedang (arteri
serebri) atau pembuluh darah kecil.
Plak menyebabkan dinding dalam arteri menebal dan kasar
sehingga aliran darah tidak lancar, mirip aliran air yang terhalang oleh
batu. Darah kental akan tertahan dan menggumpal (trombosis),
sehingga aliran menjadi semakin lambat. Akibatnya otak akan
mengalami kekurangan pasokan oksigen. Jika kelambatan pasokan ini
berlarut, sel-sel jaringan otak akan mati. Tidak heran ketika bangun
tidur, korban stroke akan merasa sebelah badannya kesemutan. Jika
berlanjut akan mneyebabkan kelumpuhan (Muttaqin, 2008).
Pathways
Perdarahan otak
Penyumbatan pembuluh Penyumbatan pembuluh
darah otak darah otak oleh bekuan
Perembesan darah ke dalam
darah, lemak, dan udara
kulit otak
Sumbatan
Hambatan Penekanan jaringan otak
Kekurangan oksigen di
jaringan otak Sumbatan, penimbunan
cairan punggung ke otak
Stroke (cerebrovascular
Penimbunan cairan jaringan accident)
sekitar
Defisit neurologis
Kehilangan kontrol Kemampuan batuk menurun, Disfungsi bahasa dan Infark cerebral
kurang mobilitas fisik komunikasi
Kekuatan otot hilang
Gg perfusi
Resiko bersihan jalan Disartria difasia/afasia,
jaringan tidak
Hambatan mobilitas nafas tidak efektif apraksia
fisik efektif
Gangguan
komunikasi verbal Dapat menyebabkan
koma
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan perdarahan
intraserebral, oklusi otak, vaso spasme dan oedem otak.
b. Resiko tinggi ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan akumulasi secret, kemampuan batuk menurun, penurunan
mobilitas fisik sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran..
c. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi ke otak.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau
hemiplagia, kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas.
3. Intervensi Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan perdarahan
intraserebral, oklusi otak, vaso spasme dan oedem otak.
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
perfusi jaringan tercapai secara optimal.
Kriteria hasil:
klien tidak gelisah
tidak ada keluhan nyeri kepala
mual dan kejang
GCS 15
pupil isokor
refleks cahaya positif
TTV normal
Intervensi:
Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab peningkatan
TIK dan akibatnya
Rasional: keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan
Baringkan klien (bed rest) total dengan posisi tidur telentang tanpa
bantal
Rasional: monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS
Monitor tanda-tanda vital
Rasional: untuk mengetahui keadaan umum klien
Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk, anjurkan klien menarik
nafas apabila bergerak atau berbalik dari tempat tidur
Rasional: aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan intracranial,
intraabdoment dan dapat melindungi diri diri dari valsava
Ajarkan klien untuk mengindari batuk dan mengejan berlebihan
Rasional: Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan
intrakranial dan potensial terjadi perdarahan ulang
Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
Rasional: rangsangan aktivitas dapat meningkatkan tekanan
intracranial
Kolaborasi: pemberian terapi sesuai intruksi dokter, seperti steroid,
aminofel, antibiotika
Rasional: tujuan yang di berikan menurunkan premeabilitas kapiler,
menurunkan edema serebri, menurunkan metabolik sel dan kejang.
2) Resiko tinggi ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
akumulasi secret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik
sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran.
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien
mampu meningkatkan dan memepertahankan keefektifan jalan nafas agar
tetap bersih dan mencegah aspirasi.
Kriteria hasil:
bunyi nafas terdengar bersih
ronkhi tidak terdengar
trakeal tube bebas sumbatan
menunjukan batuk efektif
tidak ada penumpukan secret di jalan nafas
frekuensi pernafasan 16-20x/menit
Intervensi:
Kaji keadaan jalan nafas
Rasional: obstruksi munkin dapat di sebabkan oleh akumulasi secret
Lakukan pengisapan lendir jika di perlukan
Rasional: pengisapan lendir dapay memebebaskan jalan nafas dan
tidak terus menerus di lakukan dan durasinya dapat di kurangi untuk
mencegah hipoksia
Ajarkan klien batuk efektif
Rasional: batuk efektif dapat mengeluarkan secret dari jalan nafas
Lakukan postural drainage perkusi/penepukan
Rasional: mengatur ventilasi segmen paru-paru dan pengeluaran secret
Kolaborasi: pemberian oksigen 100%
Rasional: denagn pemberiaan oksigen dapat membantu pernafasan dan
membuat hiperventilasi mencegah terjadinya atelaktasisi dan
mengurangi terjadinya hipoksia
3) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke
otak.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien mampu untuk berkomunikasi.
Kriteria hasil:
Klien mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat
Dapat mengekspresikan perasaan secara verbal maupun non verbal
Intervensi:
Libatkan keluarga untuk membantu penyampaian informasi dari atau
ke pasien
Gunakan kata-kata sederhana dalam berkomunikasi dengan pasien
Dengarkan setiap ucapan pasien dengan penuh perhatian
Kolaborasi dengan dokter untuk terapi wicara
A. Pengkajian
Tanggal masuk/Jam : 13 Juli 2020 / Jam 18.30
Tanggal pengkajian/Jam : 13 Juli 2020 / Jam 18.31
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn. S
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Jagalan, Surakarta.
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
Diagnose medis : Stroke Non Haemoragik
Nama DPJP : dr. R Sp.S
Di antar oleh : Keluarga
a. Resume
Pasien mengeluh lemas dibagian tangan dan kaki kiri sejak 1 hari SMRS,
kaki tangan kaku, pasien juga mengeluh pusing. Alergi terhadap obat dan
makanan disangkal.Pasien mengatakan pernah dirawat di RS 3 tahun yang
lalu dengan keluhan yang sama, setelah dirawat pasien kemudian tidak
pernah kontrol, pasien tidak pernah dioperasi.
b. Riwayat penyakit masa lalu
Pasien mengatakan pernah dirawat di RS 3 tahun yang lalu dengan keluhan
yang sama, setelah dirawat pasien kemudian tidak pernah kontrol, pasien
tidak pernah dioperasi. Diketahui pasien memiliki riwayat hipertensi dan
tidak rutin minum obat.
c. Riwayat penyakit keluarga
Dalam susuan keluarga diketahui tidak ada riwayat dari keluarga pasien
yang menderita penyakit stroke, hipertensi, gula, astma, dan jantung.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien dibawa ke RS Hermina Solo oleh keluarga karena mengalami
kelemahan ekstermitas bagian kiri. Pasien tiba di IGD pada tanggal 13 Juli
2020. Pasien mengatakan bagian tangan dan kaki kiri sulit digerakkan,
lemas, tidak bisa diangkat, pasien tidak mampu berpindah dari kursi ke
tempat tidur, mobilisasi dibantu oleh keluarga, pasien juga tampak pucat,
sulit bicara. Keadaan umum lemah, keasadaran composmentis GCS E4M65
dengan kelemahan pada ekstermitas bagian tubuh sebelah kiri, pasien
tampak kesuliatan bicara. TTV pasien tekanan darah 152/92mmHg, Suhu
37°C, Nadi 98 kali/menit, Respirasi 22 kali/menit, pasien terpasang infuse
Asering 500cc 20tpm.
e. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
Bentuk mesocephal, simetris, rambut hitam, tidak ada bekas luka
maupun bekas jahitan, tidak ada oedem dan perdarahan.
2) Mata
Mata kanan dan kiri simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis,
kedua pupil miosis, reflek pupil +/+, reflek cahaya +/+
3) Telinga
Kedua telinga, kanan dan kiri simetris, tidak ada jejas, tidak ada bekas
luka, tidak ada serumen.
4) Hidung
Sektum hidung lurus, tidak ada massa, tidak ada pembesaran polip,
tidak ada pernafasan cuping hidung.
5) Mulut
Bibir pucat, tampak kotor, tidak ada gigi yang tanggal, tidak ada
stomatitis, mukosa bibir kering.
6) Leher
Leher lurus, tidak ada bekas luka, perdarahan dan bekas jahitan, tidak
ada pembesaran tiroid, tidak ada pembesaran limfe.
7) Thorax
a) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS ke 4 midclavicula
sinistra
Perkusi : Bunyi jantung Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung I & II reguler, tidak ada suara
tambahan.
b) Paru
Inspeksi : Paru-paru kanan dan kiri simetris, tidak terdapat
retraksi interkosta, tidak terdapat penggunaan otot bantu
pernafasan, respirasi 22 kali per menit.
8) Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus 8 kali per menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak ada nyeritekan, tidak terdapat distensi abdomen.
9) Ekstremitas
Terdapat kelemahan anggota gerak kiri, tangan dan kaki kiri lemah,
tampak sulit digerakkan, mobilisasi pasien dibantu keluarga, tidak
terdapat bekas luka di ekstremitas kanan maupun kiri, kekuatan otot
kanan 4/4 kiri 3/3
10) Genetalia
Normal, tidak terdapat pembengkakan kelenjar prostat.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 13 Juli 2020
5. Penatalaksanaan
Oksigen binassal canulle 3 lpm
Inf. Assering 60cc/jam
Aspilet 80 mg
Elevasi kepala 30 derajat
Inj. Citicolin 500 mg (IV)
Inj. Omeprazole 1x40 mg (IV)
Inj. Mecobalamin 5000 iu (IV)
Pasang folley cateter
Konsul dokter spesialis syaraf
6. Analisa data
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan perdarahan
intraserebral, oklusi otak, vaso spasme dan oedem otak
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau
hemiplagia, kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke
otak
4. Resiko tinggi ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
kemampuan batuk menurun, mual
C. Perencanaan Keperawatan
Br. J
3. Kolaborasi 3. Terpasang infuse assering
dengan dokter 60 cc/jam, inj. Citicolin
untuk 500 mg, Inj. NB 5000 iu,
pemasangan Inj. OMZ 40 mg, Aspilet
infus dan 80 mg (PO)
pemberian obat
antihipertensi
Br. J
4. Memasang 4. Terpasang folley kateter
folley kateter no.16 balon 25 CC
Br. J
5. Mendampingi Hasil CT-SCAN kepala non
pasien kontras kesan: Infark pada
melakukan CT lobus frontal kanan
scan kepala, Tak tampak perdarahan
laboratorium maupun SOL intracranial.
Hasil pemeriksaan
laboratorium : Hb ; 16.00
g/dl, Ht ; 44 %, Leukosit
7.600/mm3, Trombosit ;
259.000/mm3, GDS; 123
mg/dl, Kreatinin 0,83 mg/dl,
Ureum ; 29 mg/dl,
Br. J
Cholesterol total ; 296 mg/dl
6. Melakukan EKG
Hasil EKG Normo Synus
Br. J
Rhytm
7. Melibatkan
Keluarga terlibat
keluarga untuk
menciptakan
lingkungan yang
nyaman dengan
hanya 1 orang
yang
mendampingi
pasien
E. Evaluasi Keperawatan
Dalam pembahasan ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan yang
telah di berikan pada Tn. S usia 54 th dengan kasus stroke non hemoragik di RS
Hermina Solo. Lingkup kasus ini sesuai dengan pendekatan proses keperawatan
yang dilaksanakan pada tanggal13 Juli 2020.
A. Pengkajian
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan respon
manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan perencanaan secara pasti untuk
menjaga status kesehatan.
Dalam kemunculan diagnosa secara teori terdapat 6 diagnosa yaitu:
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan perdarahan
intraserebral, oklusi otak, vaso spasme dan oedem otak.
b. Resiko tinggi ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
akumulasi secret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik
sekunder, dan perubahan tingkat kesadaran..
c. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke
otak.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau hemiplagia,
kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas
A. Kesimpulan
Secara garis besar stroke terbagi menjadi dua yaitu stroke iskemik dan
stroke hemoragik. Penyebab utama dari stroke adalah aterosklerosis,
embolisme, hipertensi yang menimbulkan perdarahan intra cerebri dan
ruptur aneurisma seluler.
B. Saran
Saran untuk perawat IGD adalah:
1. Lebih memperluas lagi pengetahuan mengenai stroke hemoragik.
2. Mempertahankan kinerja dan kualitas dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang telah di
tentukan.
3. Lebih meningkatkan kerjasama dan komunikasi baik dengan perawat
lain maupun dengan tim kesehatan lainnya.
Saran untuk rumah sakit adalah lebih meningkatkan mutu dalam
pelayanan, sehinggga kualitas rumah sakit dalam menangani kasus stroke
lebih baik.