Anda di halaman 1dari 22

ASKEP KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

PADA KLIEN Ny. H DENGAN DIAGNOSA Struke


DIRUANG ASOKA RSUD MASOHI

Di buat oleh :
Nama : Claudia pietersz
Nim : P07120321007
Tingkat : 2A

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MASOHI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASKEP KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I


PADA KLIEN Ny.H DENGAN DIAGNOSA Stuke
DIRUANG ASOKA RSUD MASOHI

DISUSUN OLEH :
NAMA : Claudia Pietersz
Nim : P07120321007

Mengesahkan

CI.Lahan CI.Institusi

(………………………….) (…………………………)
NIP NIP
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian Stroke Hemoragik
Stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak mengalami gangguan
sehingga mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan otak tidak terpenuhi
dengan baik. Stroke dapat juga diartikan sebagai kondisi otak yang mengalami
kerusakan karena aliran atau suplai darah ke otak terhambat oleh adanya sumbatan
(ischemic stroke) atau perdarahan (haemorrhagic stroke) (Arum, 2015). Ischemic stroke
(non hemoragik)/cerebro vaskuler accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak disebabkan karena adanya
thrombus atau emboli (Oktavianus, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah adanya tandatanda klinik
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain selain vaskular (Ode, 2012). Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan
stroke adalah gangguan fungsi otak karena penyumbatan, penyempitan atau pecahnya
pembuluh darah menuju otak. Hal ini menyebabkan pasokan darah dan oksigen menuju
ke otak menjadi berkurang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak
berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak.
Secara sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai
darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau perdarahan (stroke hemoragik)
(Junaidi, 2011). Mulanya stroke ini dikenal dengan nama apoplexy, kata ini berasal dari
bahasa Yunani yag berarti “memukul jatuh” atau to strike down. Dalam
perkembangannya lalu dipakai istilah CVA atau cerebrovascular accident yang berarti
suatu kecelakaan pada pembuluh darah dan otak.

2. Etiologi
Etiologi Stroke Hemoragik Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan
(stroke hemoragik) disebabkan oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah.
Penyebabnya misalnya tekanan darah yang mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis
berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak tinggi juga dapat disebabkan oleh
trauma kepala atau peningkatan tekanan lainnya, seperti mengedan, batuk keras,
mengangkat beban, dan sebagainya. Pembuluh darah pecah umumnya karena arteri
tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang disebut aneurisma atau arteri yang lecet
bekas plak aterosklerotik (Junaidi, 2011). Selain hal-hal yang disebutkan diatas, ada
faktor-faktor lain yang menyebabkan stroke (Arum, 2015) diantaranya :

a. Faktor Resiko Medis


Faktor risiko medis yang memperparah stroke adalah:
1. Arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
2. Adanya riwayat stroke dalam keluarga (factor keturunan)
3. Migraine (sakit kepala sebelah)
b. Faktor Resiko Pelaku
Stroke sendiri bisa terjadi karena faktor risiko pelaku. Pelaku menerapkan gaya
hidup dan pola makan yang tidak sehat. Hal ini terlihat pada :
1. Kebiasaan merokok
2. Mengosumsi minuman bersoda dan beralkohol
3. Suka menyantap makanan siap saji (fast food/junkfood)
4. Kurangnya aktifitas gerak/olahraga
5. Suasana hati yang tidak nyaman, seperti sering marah tanpa alasan yang
jelas
c. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
1. Hipertensi (tekanan darah tinggi) Tekanan darah tinggi merupakan peluang
terbesar terjadinya stroke. Hipertensi mengakibatkan adanya gangguan
aliran darah yang mana diameter pembuluh darah akan mengecil sehingga
darah yang mengalir ke otak pun berkurang. Dengan pengurangan aliran
darah ke otak, maka otak kekurangan suplai oksigen dan glukosa, lama
kelamaan jaringan otak akan mati.
2. Penyakit Jantung Penyakit jantung seperti koroner dan infark miokard
(kematian otot jantung) menjadi factor terbesar terjadinya stroke. Jantung
merupakan pusat aliran darah tubuh. Jika pusat pengaturan mengalami
kerusakan, maka aliran darah tubuh pun menjadi terganggu, termasuk aliran
darah menuju otak. Gangguan aliran darah itu dapat mematikan jaringan otak
secara mendadak ataupun bertahap.
3. Diabetes Melitus Pembuluh darah pada penderita diabetes melitus umumnya
lebih kaku atau tidak lentur. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan atau
penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba sehingga dapat
menyebabkan kematian otak
4. Hiperkolesterlemia Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kadar
kolesterol dalam darah berlebih. LDL yang berlebih akan mengakibatkan
terbentuknya plak pada pembuluh darah. Kondisi seperti ini lamakelamaan
akan menganggu aliran darah, termasuk aliran darah ke otak.
5. Obesitas Obesitas atau overweight (kegemukan) merupakan salah satu
faktor terjadinya stroke. Hal itu terkait dengan tingginya kadar kolesterol
dalam darah. Pada orang dengan obesitas, biasanya kadar LDL (Low-
Density Lipoprotein) lebih tinggi dibanding kadar HDL (High-Density
Lipoprotein). Untuk standar Indonesia, seseorang dikatakan obesitas jika
indeks massa tubuhnya melebihi 25 kg/m. sebenarnya ada dua jenis obesitas
atau kegemukan yaitu obesitas abdominal dan obesitas perifer. Obesitas
abdominal ditandai dengan lingkar pinggang lebih dari 102 cm bagi pria dan
88 cm bagi wanita
6. Merokok Menurut berbagai penelitian diketahui bahwa orang-orang yang
merokok mempunyai kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibanding
orang-orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen
mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh
darah menjadi sempit dan kaku. Karena pembuluh darah menjadi sempit dan
kaku, maka dapat menyebabkan gangguan aliran darah.
d. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
1. Usia Semakin bertambahnya usia, semakin besar resiko terjadinya stroke.
Hal ini terkait dengan degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah.
Pada orang-orang lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku karena banyak
penimbunan plak. Penimbunan plak yang berlebih akan mengakibatkan
berkurangnya aliran darah ke tubuh, termasuk otak.
2. Jenis Kelamin Dibanding dengan perempuan, laki-laki cenderung beresiko
lebih besar mengalami stroke. Ini terkait bahwa laki-laki cenderung merokok.
Bahaya terbesar dari rokok adalah merusak lapisan pembuluh darah pada
tubuh.
3. Riwayat Keluarga Jika salah satu anggota keluarga menderita stroke, maka
kemungkinan dari keturunan keluarga tersebut dapat mengalami stroke.
Orang dengan riwayat stroke pada keluarga memiliki resiko lebih besar untuk
terkena stroke disbanding dengan orang yang tanpa riwayat stroke pada
keluarganya.
4. Perbedaan Ras Fakta terbaru menunjukkan bahwa stroke pada orang
AfrikaKaribia sekitar dua kali lebih tinggi daripada orang non-Karibia. Hal ini
dimungkinkan karena tekanan darah tinggi dan diabetes lebih sering terjadi
pada orang afrika-karibia daripada orang nonAfrika Karibia. Hal ini
dipengaruhi juga oleh factor genetic dan faktor lingkungan.

3. Patofisiologis
4. Manifestasi klinis
Manifestasi Klinis Stroke Hemoragik Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke
tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan
adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke hemoragik, gejala klinis meliputi:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau hemiplegia
(paralisis) yang timbul secara mendadak. Kelumpuhan terjadi akibat adanya
kerusakan pada area motorik di korteks bagian frontal, kerusakan ini bersifat
kontralateral artinya jika terjadi kerusakan pada hemisfer kanan maka kelumpuhan
otot pada sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot vulenter dan
sensorik sehingga pasien tidak dapat melakukan ekstensi maupun fleksi.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan Gangguan sensibilitas
terjadi karena kerusakan system saraf otonom dan gangguan saraf sensorik.
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), terjadi akibat
perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak atau terjadinya
gangguan metabolik otak akibat hipoksia
d. Afasia (kesulitan dalam bicara) Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi bicara,
termasuk dalam membaca, menulis dan memahami bahasa. Afasia terjadi jika
terdapat kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada pada hemisfer kiri
middle sebelah kiri. Afasia dibagi menjadi 3 yaitu afasia motorik,sensorik dan afasia
global. Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika area pada area Broca, yang terletak
pada lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien dapat memahami lawan bicara
tetapi pasien tidak dapat mengungkapkan dan kesulitan dalam mengungkapkan
bicara. Afasia sensorik terjadi karena kerusakan pada area Wernicke, yang terletak
pada lobus temporal. Pada afasia sensori pasien tidak dapat menerima stimulasi
pendengaran tetapi pasien mampu mengungkapkan pembicaraan. Sehingga respon
pembicaraan pasien tidak nyambung atau koheren. Pada afasia global pasien dapat
merespon pembicaraan baik menerima maupun mengungkapkan pembicaraan.
e. Disatria (bicara cedel atau pelo) Merupakan kesulitan bicara terutama dalam
artikulasi sehingga ucapannya menjadi tidak jelas. Namun demikian, pasien
dapatmemahami pembicaraan, menulis, mendengarkan maupun membaca. Disartria
terjadi karena kerusakan nervus cranial sehingga terjadi kelemahan dari otot bibir,
lidah dan laring. Pasien juga terdapat kesulitan dalam mengunyah dan menelan.
f. Gangguan penglihatan, diplopia Pasien dapat kehilangan penglihatan atau juga
pandangan menjadi ganda, gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini
terjadi karena kerusakan pada lobus temporal atau parietal yang dapat menghambat
serat saraf optik pada korteks oksipital. Gangguan penglihatan juga dapat
disebabkan karena kerusakan pada saraf cranial III, IV dan VI.
g. Disfagia Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus cranial IX.
Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis menutup kemudian makanan
masuk ke esophagus h. Inkontinensia Inkontinensia baik bowel maupun badder
sering terjadi karena terganggunya saraf yang mensarafi bladder dan bowel. i.
Vertigo, mual, muntah, nyeri kepala, terjadi karena peningkatan tekanan intrakranial,
edema serebri.

5. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan Penunjang Adapun pemeriksaan penunjang pada Stroke Hemoragik
menurut Muttaqin, (2008) yaitu:
a. Angiografi Serebral: Menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri
b. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT): Untuk mendeteksi luas
dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur
stroke( sebelum nampak oleh pemindaian CT-Scan)
c. CT Scan: Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara
pasti
d. MRI : Menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan besar
terjadinya perdarahan otak hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan
infrak akibat dari hemoragik
e. EEG: Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya implus listrik dalam jaringan otak
f. Pemeriksaan Laboratorium : Darah rutin, gula darah, urin rutin, cairan serebrospinal,
AGD, biokimia darah, elektrolit.

6. Penatalaksaan
Penatalaksanaan Adapun penatalaksanaan medis menurut Muttaqin (2008) yaitu:
a. Penatalaksanaan Medis
1. Menurunkan kerusakan iskemik serebral Tindakan awal difokuskan untuk
menyelamatkan sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan oksigen,
glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol atau memperbaiki
disritmia serta tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK Dengan meninggikan kepala 15-
30 derajat menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian
dexamethason.
3. Pengobatan
a. Anti Koagulan : Heparin untuk menurunkan kecenderungan perdarahan pada
fase akut
b. Obat Anti Trombotik : Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik atau embolik
c. Diuretika : Untuk menurunkan edema serebral
4. Pembedahan Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran
darah otak.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Posisi kepala dan badan 15-30 derajat. Posisi miring apabila muntah dan boleh
mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat.
3. Tanda-tanda vital usahakan stabil
4. Bedrest
5. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
6. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang berlebih

7. Komplikasi
Komplikasi Adapun kompilasi Stroke Hemoragik menurut Sudoyo, (2009) yaitu:
a. Hipoksi Serebral Diminimalkan dengan memberikan oksigenasi darah adekuat di
otak
b. Penurunan aliran darah serebral Tergantung pada tekanan darah curah jantung, dan
integritas pembuluh darah.
c. Embolisme Serebral Dapat terjadi setelah infrak miokard atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung prostetik.
d. Distritmia Dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian
trombus lokal.

B. Konsep keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : ny. Halima
Umur : 49 thn
Jenis kelamian : perempuan
Alamat : lesane
Agama : islam
Status : menikah
Pekerjaan : PNS
b. Keluhan utama : kelemahan pada anggota tubuh sebelah kiri
c. Riwayat penyakit dahulu : pasien mengatakan tidak mempunyai penykit
dahulu
d. Riwayat penyakit sekarang : pasien kesulitan dalam bergerak di
akibatkan anggota tubuh sebelah kiri tidak bisa bergerak dan kesulitan
dalam berbicara
e. Riwayat Kesehatan keluarga : keluarga pasien tidak mempunyai penyakit
yang sama
2. Diagnosis keperawatan
Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskuler dan kelemahan anggota gerak

Defenisi Penyebab Gejala dan tanda Gejala dan tanda


mayor minor
Keterbatasan 1. Kerusakan Subjektif : Subjektif :
dalam intergritas struktur 1. Mengeluh 1. Nyeri saat
Gerakan fisik tulang sulit bergerak
dari satu atau 2. Perubahan menggerak 2. Enggan
lebih motabolisme an melakukan
ekstermitas 3. Ketidakbugaran ekstermitas pergerakan
secara mandiri fisik 3. Merasa
4. Penurunan kendali Objektif : cemas saat
otot 1. Kekuatan bergerak
5. Penurunan massa otot
otot menurun Objektif :
6. Penurunana 2. Rentang 1. Sendi kaku
kekuatan otot gerak 2. Gerakan
7. Keterlabatan ( ROM ) tidak
perkembangan menurun terkoordina
8. Kekakuan sendi si
9. Kontraktur 3. Gerakan
10. Malnutrisi terbatas
11. Gangguan 4. Fisik lemah
maskuloskeletal
12. Gangguan
neuromuscular
13. Indeks massa
tubuh di atas
persentil ke-75
sesuai usia
14. Efek agen
farmakologis
15. Program
pembatasan gerak
16. Nyeri
17. Kurang terpapar
informasi tentang
kegiatan fisik
18. Kecemasan
19. Gangguan kognitif
20. Keengganan
melakukan gerak
21. Gangguan
sensoripersepsi

3. Perencanaan
Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskuler dan kelemahan anggota gerak

Hasil yang di harapkan ( luaran Intervensi ( intervensi utama SIKI )


utama SLKI )
Mobilitas fisik Dukungan mobilitas

Defenisi : kemampuan dalam Defenisi : menfasilitasi pasien untuk


Gerakan fisik dari satu atau lebih meningkatkan aktivitas pergerakan fisik
ekstermitas secara mandiri
Tindakan :
Kriteria hasil : Observasi
- Gerakan terbatas ( skala 4 ) - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
- Kelemahan fisik ( skala 4 ) fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik
- Fasiltas aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu ( mis. Pagar tempat tidur )
- Fasilitas melakukan pergerakan,jika
perlu
- Libatkan keluarga untuk mebantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang di
lakukan ( mis. Duduk di tempat tidur,
duduk di sisi tempat tidur,pindah dari
tempat tudur ke kursi roda )

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.Ukuran intervensi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan,
tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan
untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari (Potter & Perry,
2005).

5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan
merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan

C. Daftar Pustaka

Setyopranoto,I.( 2011 ). Struke : gejala dan penatalaksanaan,continuing : medical


education
Tarwoto ( 2013 ) keperawatan medical bedah.jakarta : cv sagung seto
Suyono,slamet. 2015.buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi 4. Jakarta : departemen
ilmu penyakit dalam FKUI
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Tanggal MRS : 27 oktober 2022 Jam Masuk : 20.00 wit
Tanggal pengkajian : 7 november 2022 jam pengkajian : 15.00 wit
No. Registrasi : 096040 Diagnosa medis : struk
I. IDENTITAS
A. Identitas Klien
1. Nama Pasien : Ny. Halimah
2. Umur : 49 th
3. Suku/bangsa : maluku/Indonesia
4. Agama : islam
5. Pendidikan : sarjana
6. Pekerjaan : PNS
7. Alamat : lesane
B. Identitas Penanggung Jawab
1. Nama : Tn. Qamaruddin
2. Umur : 47 th
3. Suku/bangsa : maluku/Indonesia
4. Agama : islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : swasta
7. Alamat : lesane
8. Hubungan Keluarga : suami
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan utama : kelemahan pada anggota tubuh bagian kiri
2. Keluhan saat pengkajian : pasien kesulitan berbicara dan tangan kiri tidak bisa begerak
3. Sifat keluhan (PQRST)-- → untuk keluhan nyeri
P : Provokatif (Pencetus) : proses penyakit
Q : Quality (kualitas) : tertusuk-tusuk
R : Regio (Daerah/lokasi) : pinggang
S : Scale (skala) : 4 sedang
T : Time (Interval waktu) : 1-2 menit
4. Keadaan yang memperberat / memperingan keluhan utama : memperberat Ketika
pasien banyak bergerak di karenakan bagian tubuh sebelah kiri tidak dapat berfungsi
5. Keluhan yang menyertai : tidak ada
B. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Penyakit Kronis/menular/Pembedahan : tidak
2. Pernah dirawat inap di RS / Puskemas : pernah di rawat RS sebelumnya
3. Riwayat Penyakit Keturunan : Tidak
4. Riwayat Alergi : tidak
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Apakah di dalam keluarga ada riwayat penyakit menular / keturunan / kronis : ya
( hipertensi )
2. Apakah ada riwayat alergi dalam keluarga : tidak

L P L P
o

P P L P P

III. PENGKAJIAN POLA AKTIVITAS / ADL


1. Pola Nutrisi dan cairan
a. Kebiasaan
 Jenis makanan pokok : nasi
 Jenis menu yang disajikan : nasi + Lauk + Sayur + Buah
 Frekuensi makan : 3 kali sehari
 Nafsu makan : Baik
 Jumlah porsi yang di makan : 5 sendok, ½ porsi
 Jenis minuman yang di sukai : Air putih
 Jumlah yang diminum : 2 Gelas sehari
 Makan pantangannya : tidak ada
b. Perubahan : ada ( saat di rawat di RS pasien hanya makan bubur tidak lagi
makan nasi )
c. Diet saat ini : tidak ada
d. Berat badan : sebelum dirawat 55 kg/ sesudah dirawat 53 kg
2. Pola Eliminasi Alvi / BAB
a. Kebiasaan
 Frekuensi : 1 kali sehari
 Konsistensi : lunak
 Warna : kuning
 Bau : tidak ada bau
b. Perubahan : ada ( saat di rawat di RS pasien mengeluh belum BAB selama 2
hari )
3. Pola Eliminasi Urin
a. Kebiasaan
 Frekuensi : 3-4 kali sehari
 Produksi Urin : 1000 ml sehari
 Warna : kuning
 Bau : berbau khas
b. Perubahan : ada ( saat di rawat RS pasien mengatakan bahwa saat BAK warna
urine sudah bercampur dengan darah dan produksi urine 500 ml sehari )
4. Pola Istirahat dan Tidur
a. Kebiasaan
 Tidur malam : jam 9 , bangun jam 6
 Tidur siang : jam 3 , bangun jam 5
 Lamanya tidur : 5 jam sehari
 Ritual tidur : tidak ada
 Ada keluhan lain : tidak
b. Perubahan :tidak
5. Pola personal Higiene
a. Kebiasaan
 Mandi : 2 kali sehari, pakai sabun
 Sikat gigi : 2 kali sehari, pakai pasta gigi
 Mencuci rambut : 1 kali seminggu , pakai sampo
 Ganti pakaian dalam : 2 kali sehari, tiap kali mandi
 Kuku tangan dan kaki : Pendek, bersih
 Ada keluhan lain : tidak
b. Perubahan : ada ( saat di rawat RS pasien tidak lagi mandi dan hanya tidur di
tempat tidur )
6. Pola Latihan dan Olahraga
a. Kebiasaan
 Olah raga Ringan : jalan santai
 Ada keluhan lain : tidak
b. Perubahan : ( pasien tidak lagi melakukan kegiatan olaraga karna pasien hanya
berbaring di tempat tidur )
IV. PEMERIKSAAN FISIK (body Sistem)
1) Sistem Pernafasan (B 1 : breathing)
a. Keluhan : -
b. Inspeksi
 Bentuk dada : normal
 Jenis pernapasan : Abdomen
 Frekuensi Pernapasa : 20 kali / menit
 Irama Pernapasan : Teratur
 Pengembangan dada : sesuai irama pernapasan
c. Palpasi
 Kelaian / benjolan : tidak
 Nyeri tekan : Tidak
 Taktil Fremitus : sama antara paru kiri dan kanan / penurunan
d. Perkusi
e. Auskultasi
 Bunyi napas : Vesikuler
 Bunyi napas tambahan : -
2) Sistem Cardiovaskuler (B2 : Bleeding)
a. Keluhan : - Tensi : 160/80 mmHg, nadi 84 X/menit, suhu : 36,70C
b. Inspeksi
 Ictus cordis : Tampak jelas
 Konjungtiva : merah muda
 Sclera mata : -
c. Palpasi
 Ictus cordis teraba pada ICS 4 – 5
d. Perkusi
 Pekak pada daerha jantung
 Menentukan batas-batas jantung
e. Austulkasi
 Suara Jantung : Normal (S1 dan S2 tunggal)
 Suara jantung tambahan : tidak ada
3) Sistem Persyarafan (B 3 : Brain)
a. Keluhan : pasien mengeluh keram atau terasa sakit jika terlalu lama berada pada
salah satu posisi
b. Kesadaran : apatis
c. GCS : E: 4, V: 1, M: 6, jumlah 9
d. Inspkesi
 Bentuk kepala : oval
 Pupil : isokor terhadap cahaya
 Kaku kuduk : Tidak
 Kelumpuhan : Ya,pada anggota tubuh sebelah kiri tetapi bersifat
sementara
 Persepsori sensori : tidak (penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecapan, dan perabaan )
4) Sistem Perkemihan (B4 : Bladder)
a. Keluhan : menetes inkontenensia retensi Terpasang kateter Nyeri pinggang
Hematuria
b. Inpeksi
 Distensi kandung kemih :Tidak
 Terpasang kateter : Ya
c. Palpasi
 Distensi kandung kemih : Tidak
 Nyeri tekan : Tidak
d. Intake cairan sehari : Ya Tidak
5) Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
a. Keluhan : nyeri menelan
b. Inspeksi
 Bibir : normal
 Gusi : Warna normal
 Gigi : karies gigi
 Lidah : Kebersihannya,tidak pecah-pecah,tidak kotor
 Tonsil : kemerahan / peradangan
 Abdomen : bentuk simestris , abdomen normal
c. Auskultasi
 Bising usus : -
d. Palpasi
 tidak nyeri tekan
 tidak
e. Perkusi -
6) Sistem Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
a. Inspeksi
 Pergerakan sendi : terbatas alasannya, kelemahan pada anggota tubuh
sebelah kiri
 Ekstremitas : atas dan bawah sebelah kiri mengalami kelumpuhan
 Tulang Belakang : normal
 Kulit : normal
b. Palpasi
 Akral : normal
 Turgor : normal
c. Perkusi
 Reflex Spesifik : -
7) Sistem Endokrin
a. Keluhan
 Polidipsi / polifagi / poliuri : -
 Kelemahan / tremor / sering berkeringat : -
 Penurunan libido : -
b. Inspeksi
 Klien gemetar / tremor : -
 Mudah berkeringat : -
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Persepsi klien terhadap penyakitnya: Cobaan tuhan
2. Ekspresi klien terhadap penyakitnya : Murung/diam
3. Reaksi saat interaksi : tidak kooperatif
4. Gangguan konsep diri Ya, citra diri,harga dirinya rendah akibat struke
VI. PENGKAJIAN SPIRITUAL
1. Kebiasaan beribadah sebelum sakit
 Shalat lima waktu : Tekun
 Kegiatan keagamaan lain : Aktif
2. Perubahan Saat ini : pasien tidak lagi menjalankan ibadahnya di akibatkan struke
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium

Hari/tgl/bln/thn Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


3 november Darah :
2022  Hemoglobin  13,3 Gr%  11,5-16,5 13,5-
 Leukosit  11.800/mm3 18
 Eritrosit  4,63 jt/mm3  4.000-10.000
 Hematokrit  37,8 %  3,8-5,8 4,5-6,5
 Trombosit  244.000/mm3  37-49% 40-54%
 W.  3  150.000-400.000
pendarahaan  4  Durk ( 1-31 )
 W . pembekuan  Capillary tube
 Hitung jenis  3,3% ( 3-51 )
- Monosit  10,9%  4-10
- Limposit  85,8%  17-48
- Granulosit  81,7 Fl  43-76
 MCV  28,7 Pg
 MCH  35,1 g/dl
 MCHC
4 november Urine :
2022  Warna  kuning  Kuning
 Kejernihan  keruh  Jernih
 pH  7
 leukosit  +2/positif 2  Negative
 nitrit  -/negative  Negative
 protein  +1/positif 1  Negative
 glukosa  Negative  Negative
 keton  Negative  Negative
 urbilinongen  Negative  Negative
 bilirubin  Negative  Negative
 blood  + 3/ positif 3  Negative
 sedimen
- leukosit  7-10/lpb  0-5
- eritrosit  3-6/lpb  0-3
- epitel  1-2/lpb  0-82
- cristal  Negative  0-1
- hyling  Negative  0-1
- lain-lain  Negative
2. USG

VIII. Pengobatan dan perawatan


1. Pengobatan

Hari/tgl/bln/thn Nama obat Dosis Rute


Senin,7 November Piracetam 1200 mg IV
2022 Citicolin 500mg IV
Ranitidine 1 AMP IV
Epsonal 100 Oral
Gabasan 100mg Oral
As.traneksamat 1 Oral
Methylprednisolon 2mg Oral
Ibuprofen 400mg Drif IV
Alprazolam 1mg Oral
Selasa,8 Piracetam 1200 mg IV
November 2022 Citicolin 500mg IV
Omeprazole 40mg IV
Aspilet 80mg Oral
Rabu,9 November Piracetam 1200 mg IV
2022 Citicolin 500mg IV
Ranitidine 1 AMP IV
Epsonal 100 Oral
Gabasan 100mg Oral
As.traneksamat 1 Oral
Methylprednisolon 2mg Oral
Ibuprofen 400mg Drif IV
Alprazolam 1mg Oral

Pemeriksa/mahasiswa
IX. Klasifikasi data

Data subjektif Data objektif


- Pasien mengatakan kelemahan Keluhan lemah
pada anggota gerak kiri TD : 130/80mmhg
- Kesulitan untuk berbicara N : 84x/menit
S : 36,7⁰C
R : 20x/menit
Spo2 : 98

X. Analisa data

Data Masalah
Data subjektif : Penurunan kekuatan otot
- Pasien mengatakan kelemahan
pada anggota gerak kiri
- Kesulitan untuk berbicara

Data objektif :
Keluhan lemah
TD : 130/80mmhg
N : 84x/menit
S : 36,7⁰C
R : 20x/menit
Spo2 : 98

XI. Diagnosa keperawatan

No Diagnose keperawatan ( SDKI ) Ditemukan Dipecahkan


masalah masalah
Tgl Paraf Tgl paraf
1. Gangguan mobilitas fisik b/d
gangguan neuromuskuler dan
kelemahan anggota gerak

XII. Rencana keperawatan


Ruang perawatan : asoka no. rekam medis : 096040
Nama : ny. Halima diagnose medis : struke

Hari/tgl/bln/thn Diagnose kep Tujuan ( SLKI ) Intervensi Paraf


( SDKI ) ( SIKI )
Senin,7 Gangguan Gerakan Dukungan
November 2022 mobilitas fisik terbatas ( skala mobilitas
b/d gangguan 4)
neuromuskuler Defenisi :
dan kelemahan Kelemahan fisik menfasilitasi
anggota gerak ( skala 4 ) pasien untuk
meningkatkan
aktivitas
pergerakan fisik

Tindakan :

Observasi

-Identifikasi
adanya nyeri
atau keluhan
fisik lainnya

-Identifikasi
toleransi fisik
melakukan
pergerakan

-Monitor
frekuensi
jantung dan
tekanan darah
sebelum
memulai
mobilisasi

-Monitor kondisi
umum selama
melakukan
mobilisasi

Terapeutik

-Fasiltas
aktivitas
mobilisasi
dengan alat
bantu ( mis.
Pagar tempat
tidur )

-Fasilitas
melakukan
pergerakan,jika
perlu

-Libatkan
keluarga untuk
mebantu pasien
dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi

-Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi

-Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini

-Ajarkan
mobilisasi
sederhana yang
di lakukan ( mis.
Duduk di tempat
tidur, duduk di
sisi tempat
tidur,pindah dari
tempat tudur ke
kursi roda )

XIII. Implementasi keperawatan


Ruangan perawatan : asoka no. rekam medis : 096040
Nama : ny. Halima diagnosis medis : struke

Hari/tgl/jam No.DX Implementasi Nama/TTD


Senin,7 november 1 Mengatur posisi miring kanan atau
2022,14.00 kiri setiap 2 jam

Melakukan perwatan kateter


Selasa,8 november 1 Mengatur posisi miring kanan atau
2022,12.00 kiri setiap 2 jam

XIV. evaluasi keperawatan

Hari/tgl/jam Diagnosis Evaluasi ( SOAP Nama/TTD


keperawatan )
Senin,7 Gangguan S : Keluhan
November 2022, mobilitas fisik b/d kelemahan pada
10.21 gangguan anggota gerak
neuromuskuler kiri,nyeri
dan kelemahan pinggang,BAK
anggota gerak bercampur
darah
O : pasien
mengeluh lemah
TTV :
TD :
160/80mmhg
N : 84x/menit
S : 36,70C
R : 20x/menit
SPO2 : 98
A: Hemiparise
simistra
P : lanjutkan
intervensi
Selasa,8 Gangguan S : Keluhan
November 2022, mobilitas fisik b/d kelemahan pada
gangguan anggota gerak
neuromuskuler kiri,nyeri
dan kelemahan pinggang,BAK
anggota gerak bercampur
darah
O : : pasien
mengeluh lemah
TTV :
TD :
130/80mmhg
N : 84x/menit
S : 37,10C
R : 20x/menit
SPO2 : 98
A: Hemiparise
simistra
P : lanjutkan
intervensi

Anda mungkin juga menyukai