STROKE HEMORAGIK
B. Etiologi
Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke
hemoragik) disebabkan oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah.
Penyebabnya misalnya tekanan darah yang mendadak tinggi dan atau oleh
stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak tinggi juga
dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan tekanan lainnya,
seperti mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya.
Pembuluh darah pecah umumnya karena arteri tersebut berdinding tipis
berbentuk balon yang disebut aneurisma atau arteri yang lecet bekas plak
aterosklerotik (Junaidi, 2011).
Selain hal-hal yang disebutkan diatas, ada faktor-faktor lain yang
menyebabkan stroke (Arum, 2015) diantaranya :
1. Faktor risiko medis
Faktor risiko medis yang memperparah stroke adalah:
a. Arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
b. Adanya riwayat stroke dalam keluarga (faktor keturunan)
c. Migraine (sakit kepala sebelah)
C. Klasifikasi
1. Perdarahan intra serebral (PIS)
Perdarahan Intra Serebral diakibatkan oleh pecahnya pembuluh
darah intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan
kemudian masuk ke dalam jaringan otak (Junaidi, 2011).
Penyebab PIS biasanya karena hipertensi yang berlangsung lama
lalu terjadi kerusakan dinding pembuluh darah dan salah satunya adalah
terjadinya mikroaneurisma. Faktor pencetus lain adalah stress fisik,
emosi, peningkatan tekanan darah mendadak yang mengakibatkan
pecahnya pembuluh darah. Sekitar 60-70% PIS disebabkan oleh
hipertensi. Penyebab lainnya adalah deformitas pembuluh darah
bawaan, kelainan koagulasi. Bahkan, 70% kasus berakibat fatal,
terutama apabila perdarahannya luas (masif) (Junaidi, 2011).
2. Perdarahan ekstra serebral / perdarahan sub arachnoid (PSA)
Perdarahan sub arachnoid adalah masuknya darah ke ruang
subarachnoid baik dari tempat lain (perdarahan subarachnoid sekunder)
dan sumber perdarahan berasal dari rongga subarachnoid itu sendiri
(perdarahan subarachnoid primer) (Junaidi, 2011)
Penyebab yang paling sering dari PSA primer adalah robeknya
aneurisma (51-75%) dan sekitar 90% aneurisma penyebab PSA berupa
aneurisma sakuler congenital, angioma (6-20%), gangguan koagulasi
(iatronik/obat anti koagulan), kelainan hematologic (misalnya
trombositopenia, leukemia, anemia aplastik), tumor, infeksi (missal
vaskulitis, sifilis, ensefalitis, herpes simpleks, mikosis, TBC), idiopatik
atau tidak diketahui (25%), serta trauma kepala (Junaidi, 2011).
Sebagian kasus PSA terjadi tanpa sebab dari luar tetapi sepertiga
kasus terkait dengan stress mental dan fisik. Kegiatan fisik yang
menonjol seperti : mengangkat beban, menekuk, batuk atau bersin yang
terlalu keras, mengejan dan hubungan intim (koitus) kadang bisa jadi
penyebab (Junaidi, 2011).
D. Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan
oksigen. Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus
dan embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada gejalan yang dapat
menyebabkan nekrosisi mikroskopik neuron-neuron. Area nekrotik kemudian
disebur infark. Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia
mum (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena akibat
proses anemia dan kesukaranuntuk bernafas. Stroke karena embolus dapat
mengakibatkan akibat dari bekuan darah, udara, palque, ateroma fragmen
lemak. Jika etiologi stroke adalah hemorrhagi maka faktor pencetus adalah
hipertensi. Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadiruptur dan
dapat menyebabkan hemorrhagi (Wijaya & Putri, 2013).
Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia
dan infark sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah
serangan pertama sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan
tekanan intrakranial (TIK) dan kematian padaarea yang luas. Prognosisnya
tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat terkena (Wijaya
& Putri, 2013).
Bila terjadi kerusakan pada otak kiri, maka akan terjadi gangguan dalam
hal fungsi berbicara, berbahasa, dan matematika (Farida & Amalia, 2009).
Akibat penurunan CBF regional suatu daerah otak terisolasi dari jangkauan
aliran darah, yang mengangkut O2dan glukose yang sangat diperlukan untuk
metabolisme oksidatif serebral. Daerah yang terisolasi itu tidak berfungsi lagi
dan karena itu timbullah manifestasi defisit neurologik yang biasanya berupa
hemiparalisis, hemihipestesia, hemiparestesia yang bisa juga disertai defisit
fungsi luhur seperti afasia (Mardjono & Sidharta, 2014).
Apabila arteri serebri media tersumbat didekat percabangan kortikal
utamanya (pada cabang arteri) dapat menimbulkan afasia berat bila yang
terkena hemisfer serebri dominan bahasa (Mutaqin, 2011). Lesi (infark,
perdarahan, dan tumor) pada bagian posterior dari girus temporalis superior
(area wernicke) menyebabkan afasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan dan tertulis, kelainan ini dicurigai bila klien tidak
bisa memahami setiap perintah dan pertanyaan yang diajukan. Lesi pada
area fasikulus arkuatus yang menghubungkan area wernicke dengan area
broca mengakibatkan afasia konduktif, yaitu klien tidak dapat mengulangi
kalimat-kalimat dan sulit menyebutkan nama-nama benda tetapi dapat
mengikuti perintah. Lesi pada bagian posterior girus frontalis inferoior (broca)
disebut dengan afasia eksprektif, yaitu klien mampu mengerti terhadap apa
yang dia dengar tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat, bicaranya tidak
lancar (Mutaqin, 2011).
E. Pathway
Hipertensi
Hemoragik serebral
Hematoma serebral
Kompresi
Edema TIK ↑
Iskemik jaringan
Pada cerebelum Pada batang otak Pada serebrum
serebral
Defisit motorik Oblongata Kesadaran ↓ Refleks Risiko perfusi serebral Ggn. fungsi Ggn. pusat
tertekan batuk ↓ tidak efektif motorik bicara Penglihatan ↓
Gerakan inkoordinasi Peraba ↓
Metabolisme anaerob↑
Apatis - Kelemahan Ggn. bicara Pendengaran ↓
Pola napas koma Bersihan jalan anggota Pengecapan ↓
Ggn. mobilitas fisik tidak efektif nafas gerak
Asam laktat ↑ Disfasia,
Kematian Hemiplegi disartria
Defisit Tirah
baring lama Nyeri Akut Ggn. Defisit nutrisi
Perawatan Gg mobilitas
diri fisik komunikasi
Dekubitus
verbal
Tindakan
Ggn. integritas kulit operasi
Post Operasi
a. Nyeri akut
b. Risiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
No Diagnosa keperawatan SLKI SIKI
1. Risiko Perfusi Serebral Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan
Tidak Efektif (D.0017) (L.02014) Tekanan Intrakranial
Setelah dilakukan (I.06194)
tindakan keperawatan Observasi
selama 1 x 24 1. Identifikasi penyebab
diharapkan perfusi peningkatan TIK
serebral klien meningkat 2. Monitor tanda/gejala
dengan kriteria hasil : peningkatn TIK
1. Tingkat kesadaran 3. Monitor MAP
meningkat
4. Monitor CVP
2. Kognitif meningkat
3. Tekanan intra kranial 5. Monitor ICP
menurun 6. Monitor CPP
4. Gelisah menurun 7. Monitor status pernapasan
5. Kesadaran membaik 8. Monitor intake dan output
6. Tekanan darah sistolik cairan
membaik 9. Monitor cairan serebro-
7. Tekanan darah
spinalis
diastolik membaik
8. Reflek saraf membaik
Terapeutik
1. Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
2. Berikan posisi semi-fowler
3. Hindari manuver valsava
4. Cegah terjadinya kejang
5. Hindari penggunaan PEEP
6. Hindari pemberian cairan
IV hipotonik
7. Atur ventilator agar PaCO2
optimal
8. Pertahankan suhu tubuh
normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti konvulsan
2. Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis
2. Bersihan Jalan Napas Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
Tidak Efektif (D.0001) (L.01001) (I.01011)
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Monitor pola napas
selama 1 x 24 2. Monitor bunyi napas
diharapkan bersihan jalan
napas klien meningkat Terapeutik
dengan kriteria hasil : 1. Pertahankan kepatenan
1. Mengi menurun jalan napas dengan head
2. Wheezing menurun till dan chin lift
3. Dispnea menurun 2. Posisikan semi fowler atau
4. Sulit bicara menurun
fowler
5. Sianosis menurun
6. Frekuensi napas 3. Keluarkan sumbatan
membaik benda padat dengan
7. Pola napas membaik forcep McGill
4. Berikan oksigen, jika perlu
3. Pola Napas Tidak Pola Napas (L.01004) Pemantauan Respirasi
Efektif (D.0005) Setelah dilakukan (I.01014)
tindakan keperawatan Observasi
selama 1 x 24 1. Monitor frekuensi, irama,
diharapkan pola napas kedalaman dan upaya
klien membaik dengan napas
kriteria hasil : 2. Monitor pola napas
1. Dispnea menurun 3. Monitor adanya sumbatan
2. Penggunaan otot jalan napas
bantu napas menurun 4. Palpasi kesimetrisan
3. Pemanjangan fase ekspansi paru
ekspirasi menurun 5. Auskultasi bunyi napas
4. Frekuensi napas 6. Monitor saturasi oksigen
membaik 7. Monitor nilai AGD
5. Kedalaman napas
membaik Terapeutik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan
4. Gangguan Mobilitas Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi
Fisik (D.0054) Setelah dilakukan (I.05173)
tindakan keperawatan 1 x Observasi
24 jam diharapkan 1. Identifikasi adanya nyeri
mobilitas fisik dapat atau keluhan fisik lainnya
meningkat dengan kriteria 2. Identifikasi toleransi fisik
hasil : melakukan pergerakan
1. Pergerakan 3. Monitor frekuensi jantung
ekstremitas meningkat dan tekanan darah
2. Kekuatan otot sebelum memulai
meningkat mobilisasi
3. Rentang gerak (ROM) 4. Monitor kondisi umum
meningkat selama melakukan
4. Nyeri menurun mobilisasi
5. Kecemasan menurun
6. Kaku sendi menurun Terapeutik
7. Gerakan terbatas 1. Fasilitasi aktivitas
menurun mobilisasi dengan alat
8. Kelemahan fisik bantu/fasilitasi melakukan
menurun pergerakan
2. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pasien
dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
5. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1 x 1. Identifikasi lokasi,
24 jam tingkat nyeri dapat karakteristrik, durasi,
menurun dengan kriteria frekuensi, kualiats dan
hasil : intensitas nyeri
1. Kemampuan 2. Identitas skala nyeri
menuntaskan aktivitas 3. Identifikasi faktor yang
meningkat memperberat nyeri
2. Keluhan nyeri menurun
3. Meringis menurun Terapeutik
4. Gelisah menurun 1. Berikan tehnik non
5. Kesulitan tidur farmakologis dalam
menurun menangani nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan strategi
mengurangi nyeri
2. Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
6. Gangguan Komunikasi Komunikasi Verbal Promosi Komunikasi: Defisit
Verbal (D.0119) (L.13118) Bicara (I.13492)
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1 x 1. Monitor kecepatan,
24 jam komunikasi verbal tekanan, kuantitas, volume
dapat meningkat dengan dan diksi bicara
kriteria hasil : 2. Monitor proses kognitif,
1. Kemampuan anatomis, dan fisiologis
berbicara meningkat yang berkiatan dengan
2. Kesesuaian ekspresi bicara
wajah meningkat 3. Monitor frustasi, marah,
3. Kontak mata depresi
meningkat 4. Identifikasi perilaku
4. Afasia menurun emosional dan fisik
5. Pelo menurun sebagai bentuk
komunikasi
Terapeutik
1. Gunakan metode
komunikasi alternatif
2. Sesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan
3. Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bantuan
4. Ulangi apa yang
disampaikan pasien
5. Berikan dukungan
psikologis
Edukasi
1. Anjurkan berbicara
perlahan
2. Ajarkan pasien dan
keluarga proses kognitif,
anatomis dan fisiologis
yang berhubungan dengan
kemampuan bicara
Kolaborasi
Rujuk ke ahli patologi bicara
atau terapis
7. Defisit Nutrisi (D.0019) Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi
Setelah dilakukan (I.03119)
tindakan keperawatan 1 x Observasi
24 jam diharapkan status 1. Identifikasi status nutrisi
nutrisi dapat membaik 2. Identifikasi makanan yang
dengan kriteria hasil : disukasi
1. Porsi makan yang 3. Monitor asupan makanan
dihabiskan meningkat
2. Berat badan membaik Terapeutik
3. Nafsu makan 1. Lakukan oral hygiene
membaik sebelum makan
4. Membrane mukosa 2. Sajikan makanan secara
membaik
menarik dengan suhu yang
sesuai
3. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
4. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan
8. Defisit Perawatan Diri Perawatan Diri (L.11103) Dukungan Perawatan Diri
(D.0109)
Setelah dilakukan Mandi (I.11348)
intervensi keperawatan Observasi
dalam 1 x 8 jam 1. Identifikasi kebiasaan
diharapkan perawatan diri aktivitas perawatan diri
meningkat dengan kriteria sesuai usia
hasil : 2. Identifikasi jenisbantuan
1. Kemampuan mandi yang dibutuhkan
secara mandiri 3. Monitor kebersihan tubuh
meningkat (rambut, mulut, kulit kuku)
2. Kemampuan
mengenakan pakaian Terapeutik
secara mandiri 1. Sediakan peralatan mandi
meningkat 2. Sediakan lingkungan yang
3. Kemampuan makan aman dan nyaman
secara mandiri 3. Fasilitasi menggosok gigi
meningkat 4. Fasilitasi mandi
4. Kemampuan ke toilet 5. Pertahankan kebiasaan
secara mandiri kebersihan diri
meningkat 6. Berikan bantuan sesuai
5. Mempertahankan tingkat kemandirian
kebersihan diri
meningkat Edukasi
1. Jelaskan manfaat mandi
dan dampak tidak mandi
terhadap kesehatan
2. Ajarkan kepada keluarga
cara memandikan pasien
Post Operasi
DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1. Keluhan nyeri
dari skala 3 Terapeutik
Kolaborasi
Kolaboratif pemberian
analgetik sesuai order
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami & Menghindari Hipertensi Jantung dan
AHA/ASA. (2007). Guidelines for The Early Management of Adult with Ischemic
Stroke.
Arum, S.P. 2015. Stroke kenali, cegah dan obati. Yogyakarta: EGC
PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
EGC.
Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Gangguan Sistem Persarafan.