A. Latar Belakang
Stroke dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Umumnya sekitar
50% kasus stroke hemoragik akan berujung kematian, sedangkan stroke iskemik
hanya 20% yang berakibat kematian. Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah arteri ke otak sehingga terhalangnya suplai darah menuju otak.
Penyebab arteri pecah tersebut misalnya tekanan darah yang mendadak tinggi dan
atau oleh stress psikis berat (Junaidi, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu stroke hemoragik?
2. Asuhan keperawatan apa yang dibeikan pada pasien stroke hemoragik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu stroke hemoragik
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien stroke
hemoragik?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
berakibat fatal, terutama apabila perdarahannya luas (masif) (Junaidi,
2011).
b. Perdarahan ekstra serebral / perdarahan sub arachnoid (PSA)
Perdarahan sub arachnoid adalah masuknya darah ke ruang
subarachnoid baik dari tempat lain (perdarahan subarachnoid
sekunder) dan sumber perdarahan berasal dari rongga subarachnoid itu
sendiri (perdarahan subarachnoid primer) (Junaidi, 2011) Penyebab
yang paling sering dari PSA primer adalah robeknya aneurisma (51-
75%) dan sekitar 90% aneurisma penyebab PSA berupa aneurisma
sakuler congenital, angioma (6-20%), gangguan koagulasi
(iatronik/obat anti koagulan), kelainan hematologic (misalnya
trombositopenia leukemia, anemia aplastik), tumor, infeksi (missal
vaskulitis, sifilis, ensefalitis, herpes simpleks, mikosis, TBC), idiopatik
atau tidak diketahui (25%), serta trauma kepala (Junaidi, 2011)
Sebagian kasus PSA terjadi tanpa sebab dari luar tetapi sepertiga kasus
terkait dengan stress mental dan fisik. Kegiatan fisik yang menonjol
seperti : mengangkat beban, menekuk, batuk atau bersin yang terlalu
keras, mengejan dan hubungan intim (koitus) kadang bisa jadi
penyebab (Junaidi, 2011).
3. Penyebab Stroke Hemoragik
5
a. Faktor risiko medis
Faktor risiko medis yang memperparah stroke adalah:
1) Arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
2) Adanya riwayat stroke dalam keluarga (factor keturunan)
3) Migraine (sakit kepala sebelah)
b. Faktor risiko pelaku
Stroke sendiri bisa terjadi karena faktor risiko pelaku. Pelaku
menerapkan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Hal ini terlihat
pada :
1) Kebiasaan merokok
2) Mengosumsi minuman bersoda dan beralkhohol
3) Suka menyantap makanan siap saji (fast food/junkfood)
4) Kurangnya aktifitas gerak/olahrag
5) Suasana hati yang tidak nyaman, seperti sering marah tanpa alasan
yang jelas
c. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
1) Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Tekanan darah tinggi merupakan peluang terbesar terjadinya
stroke. Hipertensi mengakibatkan adanya gangguan aliran darah yang
mana diameter pembuluh darah akan mengecil sehingga darah yang
mengalir ke otak pun berkurang. Dengan pengurangan aliran darah ke
otak, maka otak kekurangan suplai oksigen dan glukosa, lamakelamaan
jaringan otak akan mati
2) Penyakit jantung
Penyakit jantung seperti koroner dan infark miokard (kematian otot
jantung) menjadi factor terbesar terjadinya stroke. Jantung merupakan
pusat aliran darah tubuh. Jika pusat pengaturan mengalami kerusakan,
maka aliran darah tubuh pun menjadi terganggu, termasuk aliran darah
menuju otak. Gangguan aliran darah itu dapat mematikan jaringan otak
secara mendadak ataupun bertahap.
3) Diabetes mellitus
6
Pembuluh darah pada penderita diabetes melltus umumnya lebih
kaku atau tidak lentur. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan atau
oenurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba sehingga dapat
menyebabkan kematian otak.
4) Hiperkolesterlemia
Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kadar kolesterol dalam
darah berlebih. LDL yang berlebih akan mengakibatkan terbentuknya
plak pada pembuluh darah. Kondisi seperti ini lama-kelamaan akan
menganggu aliran darah, termasuk aliran darah ke otak.
5) Obesitas
Obesitas atau overweight (kegemukan) merupakan salah satu
faktor terjadinya stroke. Hal itu terkait dengan tingginya kadar
kolesterol dalam darah. Pada orang dengan obesitas, biasanya kadar
LDL (LowDensity Lipoprotein) lebih tinggi disbanding kadar HDL
(HighDensity Lipoprotein). Untuk standar Indonesia,seseorang
dikatakan obes jika indeks massa tubuhnya melebihi 25 kg/m.
sebenarnya ada dua jenis obesitas atau kegemukan yaitu obesitas
abdominal dan obesitas perifer. Obesitas abdominal ditandai dengan
lingkar pinggang lebih dari 102 cm bagi pria dan 88 cm bagi wanita
6) Merokok
Menurut berbagai penelitian diketahui bahwa orang-orang yang
merokok mempunyai kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi
dibanding orang-orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar
fibrinogen mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah
sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku. Karena pembuluh
darah menjadi sempit dan kaku, maka dapat menyebabkan gangguan
aliran darah.
d. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
1) Usia
Semakin bertambahnya usia, semakin besar resiko terjadinya
stroke. Hal ini terkait dengan degenerasi (penuaan) yang terjadi secara
7
alamiah. Pada orang-orang lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku
karena banyak penimbunan plak. Penimbunan plak yang berlebih akan
mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke tubuh, termasuk otak.
2) Jenis kelamin
Dibanding dengan perempuan, laki-laki cenderung beresiko lebih
besar mengalami stroke. Ini terkait bahwa laki-laki cenderung
merokok. Bahaya terbesar dari rokok adalah merusak lapisan
pembuluh darah pada tubuh.
3) Riwayat keluarga
Jika salah satu anggota keluarga menderita stroke, maka
kemungkinan dari keturunan keluarga tersebut dapat mengalami
stroke. Orang dengan riwayat stroke pada keluarga memiliki resiko
lebih besar untuk terkena stroke disbanding dengan orang yang tanpa
riwayat stroke pada keluarganya.
4) Perbedaan ras
Fakta terbaru menunjukkan bahwa stroke pada orang Afrika-
Karibia sekitar dua kali lebih tinggi daripada orang non-Karibia. Hal
ini dimungkinkan karena tekanan darah tinggi dan diabetes lebih sering
terjadi pada orang afrika-karibia daripada orang non-Afrika Karibia.
Hal ini dipengaruhi juga oleh factor genetic dan faktor lingkungan.
4. Patofisiologi Stroke Hemoragik
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensisitif oksigen dan glukosa
karena jaringan otak tidak dapat menyimpan kelebihan oksigen dan glukosa
seperti halnya pada otot. Meskipun berat otak sekitar 2% dari seluruh badan,
namun menggunakan sekitar 25% suplay oksigen dan 70%glukosa. Jika aliran
darah ke otak terhambat maka akan terjadi iskemia dan terjadi gangguan
metabolism otak yang kemudian terjadi gangguan perfusi serebral. Area otak
disekitar yang mengalami hipoperfusi disebut penumbra. Jika aliran darah ke otak
terganggu, lebih dari 30 detik pasien dapat mengalami tidak sadar dan dapat
terjadi kerusakan jaringan otak yang permanen jika aliran darah ke otak terganggu
8
lebih dari 4 menit. (Tarwoto, 2013) Untuk mempertahankan aliran darah ke otak
maka tubuh akan melakukan dua mekanisme tubuh yaitu mekanisme anastomis
dan mekanisme autoregulasi. Mekanisme anastomis berhubungan dengan suplai
darah ke otak untuk pemenuhan kebutuhan oksigen dan glukosa. Sedangkan
mekanisme autoregulasi adalah bagaimana otak melakukan mekanisme/usaha
sendiri dalam menjaga keseimbangan. Misalnya jika terjadi hipoksemia otak maka
pembuluh darah otak akan mengalami vasodilatasi (Tarwoto, 2013)
a. Mekanisme anastomis
Otak diperdarahi melalui 2 arteri karotis dan 2 arteri vertebralis. Arteri
karotis terbagi manejadi karotis interna dan karotis eksterna. Karotis
interna memperdarahi langsung ke dalam otak dan bercabang kira-kira
setinggi kiasma optikum menjadi arteri serebri anterior dan media. Karotis
eksterna memperdarahi wajah, lidah dna faring, meningens. Arteri
vertebralis berasal dari arteri subclavia. Arteri vertebralis mencapai dasar
tengkorak melalui jalan tembus dari tulang yang dibentuk oleh prosesus
tranverse dari vertebra servikal mulai dari c6 sampai dengan c1. Masuk ke
ruang cranial melalui foramen magnum, dimana arteri-arteri vertebra
bergabung menjadi arteri basilar. Arteri basilar bercabang menjadi 2 arteri
serebral posterior yang memenuhi kebutuhan permukaan medial dan
inferior arteri baik bagian lateral lobus temporal dan occipital. Meskipun
arteri karotis interna dan vertebrabasilaris merupakan 2 sistem arteri yang
terpisah yang mengaliran darah ke otak, tapi ke duanya disatukan oleh
pembuluh dan anastomosis yang membentuk sirkulasi wilisi. Arteri serebri
posterior dihubungkan dengan arteri serebri media dan arteri serebri
anterior dihubungkan oleh arteri komunikan anterior sehingga terbentuk
lingkaran yang lengkap. Normalnya aliran darah dalam arteri komunikans
hanyalah sedikit. Arteri ini merupakan penyelamat bilamana terjadi
perubahan tekanan darah arteri yang dramatis.
b. Mekanisme autoregulasi
9
Oksigen dan glukosa adalah dua elemen yang penting untuk
metabolisme serebral yang dipenuhi oleh aliran darah secara terus-
menerus. Aliran darah serebral dipertahankan dengan kecepatan konstan
750ml/menit. Kecepatan serebral konstan ini dipertahankan oleh suatu
mekanisme homeostasis sistemik dan local dalam rangka mempertahankan
kebutuhan nutrisi dan darah secara adekuat. Terjadinya stroke sangat erat
hubungannya dengan perubahan aliran darah otak, baik karena
sumbatan/oklusi pembuluh darah otak maupun perdarahan pada otak
menimbulkan tidak adekuatnya suplai oksigen dan glukosa. Berkurangnya
oksigen atau meningkatnya karbondioksida merangsang pembuluh darah
untuk berdilatasi sebagai kompensasi tubuh untuk meningkatkan aliran
darah lebih banyak. Sebalikya keadaan vasodilatasi memberi efek pada
tekanan intracranial. Kekurangan oksigen dalam otak (hipoksia) akan
menimbulkan iskemia. Keadaan iskemia yang relative pendek/cepat dan
dapat pulih kembali disebut transient ischemic attacks (TIAs). Selama
periode anoxia (tidak ada oksigen) metabolism otak cepat terganggu. Sel
otak akan mati dan terjadi perubahan permanen antara 3-10 menit anoksia
10
5. Manifestasi Klinis Stroke Hemoragik
Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi
atau bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya
sirkulasi kolateral. Pada stroke hemoragik, gejala klinis meliputi:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau
hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak. Kelumpuhan
terjadi akibat adanya kerusakan pada area motorik di korteks
bagian frontal, kerusakan ini bersifat kontralateral artinya jika
terjadi kerusakan pada hemisfer kanan maka kelumpuhan otot pada
sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot vulenter dan
sensorik sehingga pasien tidak dapat melakukan ekstensi maupun
fleksi.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
Gangguan sensibilitas terjadi karena kerusakan system saraf
otonom dan gangguan saraf sensorik.
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau
koma), terjadi akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian
menekan batang otak atau terjadinya gangguan metabolik otak
akibat hipoksia
d. Afasia (kesulitan dalam bicara) Afasia adalah defisit kemampuan
komunikasi bicara, termasuk dalam membaca, menulis dan
memahami bahasa. Afasia terjadi jika terdapat kerusakan pada area
pusat bicara primer yang berada pada hemisfer kiri dan biasanya
terjadi pada stroke dengan gangguan pada arteri middle sebelah
kiri. Afasia dibagi menjadi 3 yaitu afasia motorik, sensorik dan
afasia global. Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika area pada
area Broca, yang terletak pada lobus frontal otak. Pada afasia jenis
ini pasien dapat memahami lawan bicara tetapi pasien tidak dapat
mengungkapkan dan kesulitan dalam mengungkapkan bicara.
Afasia sensorik terjadi karena kerusakan pada area Wernicke,
yang terletak pada lobus temporal. Pada afasia sensori pasien tidak
11
dapat menerima stimulasi pendengaran tetapi pasien mampu
mengungkapkan pembicaraan. Sehingga respon pembicaraan
pasien tidak nyambung atau koheren. Pada afasia global pasien
dapat merespon pembicaraan baik menerima maupun
mengungkapkan pembicaraan.
e. Disatria (bicara cedel atau pelo) Merupakan kesulitan bicara
terutama dalam artikulasi sehingga ucapannya menjadi tidak jelas.
Namun demikian, pasien dapatmemahami pembicaraan, menulis,
mendengarkan maupun membaca. Disartria terjadi karena
kerusakan nervus cranial sehingga terjadi kelemahan dari otot
bibir, lidah dan laring. Pasien juga terdapat kesulitan dalam
mengunyah dan menelan.
f. Gangguan penglihatan, diplopia Pasien dapat kehilangan
penglihatan atau juga pandangan menjadi ganda, gangguan lapang
pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi karena kerusakan pada
lobus temporal atau parietal yang dapat menghambat serat saraf
optik pada korteks oksipital. Gangguan penglihatan juga dapat
disebabkan karena kerusakan pada saraf cranial III, IV dan VI.
12
6. Respon tubuh terhadap perubahan fisiologis
a. Fase akut
2) Edema serebri
13
4) Aspirasi Pasien stroke dengan gangguan kesadaran atau koma
sangat rentan terhadap adanya aspirasi karena tidak adanya reflek
batuk dan menelan
14
7. Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto (2013), penatalaksanaan stroke terbagi atas :
a. Penatalaksanaan umum
1) Pada fase akut
15
g) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan
cegah resiko injuri
2) Fase rehabilitasi
3) Pembedahan
4) Terapi obat-obatan
16
c) Antikolvusan : fenitoin
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Tarwoto (2018) pemeriksaan diagnostik pada pasien
stroke hemoragik terbagi dua yaitu:
17
a. Radiologi
1) Computerized Tomografi Scaning (CT Scan): mengetahui
area infark, edema, hematoma, struktur dan sistem ventrikel
otak.
2) Magnetic Resonance Imaging (MRI): Menunjukkan daerah
yang mengalami infark, hemoragik, malformasi arteriovena
3) Electro Encephalografi (EEG): Mengidentifikasi masalah
didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
.4) Angiografi serebral : Membantu menentukan penyebab
stroke secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri,
adanya titik oklusi atau rupture.
5) Sinar x tengkorak: Mengetahui adanya kalsifikasi karotis
interna pada thrombosis cerebral.
6) Pungsi Lumbal: Menunjukkan adanya tekanan normal, jika
tekanan meningkat dan cairan mengandung darah
menunjukkan hemoragik subaracnoid atau perdarahan
intracranial. Kontraindikasi pada peningkatan tekanan
intrakranial.
7) Electro kardiogram: Mengetahui adanya kelainan jantung
yang juga menjadi faktor penyebab stroke.26
b. Laboratorium
3) Kolesterol, lipid
4) Asam urat
5) Elektrolit
18
6) Masa pembekuan dan masa perdarahan
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi menurut Haryono & Utami (2019)
antara lain:
a. Pneumonia
Pasien hemoragik stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan
sempurna, hal ini menyebabkan cairan terkumpul di paruparu dan
selanjutnya menimbulkan pneumonia.
b. Gagal napasDalam keadaan tidak sadar, harus tetap dim pertahankan
jalan napas, karena salah satu gejala dari stroke yaitu penurunan
kesadaran yang dapat mengakibatkan obstruksi jalan napas karena
lidah mungkin rileks dan menyumbat orofaring sehingga terjadi gagal
napas.
c. Peningkatan TIKPeningkatan Tekanan Intrakranial (TIK)
bertambahnya massa pada otak seperti adanya perdarahan atau edema
otak akan meningkatkan tekana intrakranial yang ditandai adanya
defisit neurologi seperti adanya gangguan motorik, sensorik, nyeri
29kepala, dan gangguan kesadaran. Peningkatan tekanan intrakranial
yang tinggi dapat mengakibatkan herniasi serebral. Aspirasi pasien
stroke hemoragik dengan gangguan kesadaran atau koma sangat rentan
terhadap aspirasi karena tidak ada refleks batuk dan menelan.
d. Kejang, terjadi akibat kerusakan atau gangguan pada aktivitas listrik
otak.
e. Edema cerebriEdema cerebri merupakan respon fisiologis terhadap
adanya trauma jaringan. Edema terjadi jika pada area mengalami
hipoksia atau iske mik maka tubuh akan meningkatkan aliran darah
pada lokasi tersebut dengan cara vasodilatasi pembuluh darah dan
meningkatkan tekanan sehingga cairan interstresial akan berpindah ke
ekstraseluler sehingga terjadi edema jaringan otak
19
f. Penurunan kesadaran
g. Dekubitus Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah
pinggul,pantat, sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak di rawat
dengan baik maka akan terjadi ulkus dekubitus dan infeksi.
h. Atrofi dan kekakuan sendi (kontraktur)Hal ini disebabkan karena
kurang gerak dan immobilisasi.
i. Malnutrisi, karena intake tidak adekuat.
20
BAB III
PENGKAJIAN
A. Pengkajian keperawatan
1. Data umum
a. Identitas klien
Nama pasien : Tn. R
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal/jam MRS : 11 Mei 2023/ jam 19.05
Tanggal/jam pngkajian : 11 Mei 2023/ jam 19.06
Diagnosa medis : hemoragik stroke
b. Pengkajian
a) Kesadaran umum: Pasien tampak lemah, tampak tidak sadar,
tampak sesak napas, dan masuk ke IGD menggunakan brankar.
b) Triase:
Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4
Prioritas 5
Alasan (kondisi pada saat masuk):
Pasien mengalami penurunan kesadaran GCS 8 dan defisit
neurologis akut (hemiparesis).
c) Penanganan yang telah dilakukan di pre-hospital
Tidak ada Neck collar Bidai Oksisgen Infus
RJP lainnya
d) Keluhan utama: Penurunan kesadaran
Riwanyat keluhan utama:
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pasien mengeluh
tegang pada leher, disertai nyeri kepala hebat, sesak napas,
21
gelisah, lemas, disertai muntah ±2 kali, dan penurunan nafsu
makan. Lalu ± 7 jam yang lalu pasien mulai mengalami
penurunan kesadaran sehingga keluarga memutuskan untuk
membawa pasien ke IGD RS Bhayangkara.
e) Riwayat penyakit dahulu:
keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi sejak ± 5 tahun yang lalu, diabetes ± 3 tahun yang 50
lalu dan tuberculosis 2 tahun yang lalu, tetapi pasien tidak
pernah mengkonsumsi obat-obat hipertensi dan diabetes.
Pasien hanya mengkonsumsi obat tuberculosis yaitu
Rifampicin tuntas.
f) Survey primer
1) Airway dan control cervikal
Fraktur servikal
Ya
Tidak
Data lainnya:
2) Breathing
Frekuensi : 14 x/menit
Saturasi oksingen : 80 %
Napas Spontan
Apnea
Orthopnea
Sesak
Tanda distress pernapasan: Suara tambahan
22
Retraksi dada/interkosta Wheezing
☑ Penggunaan otot bantu napas Rhonci
Cuping hidung Rales
Lainnya
Irama pernapasan
Teratur Perkusi
☑Tidak teratur ☑ Sonor
☑ Dalam Pekak
Dangkal Redup
Lokasi
Pengembangan dada
☑ Simetris Krepitasi
Tidak simetris ya
☑ Tidak
Suara napas
☑ Vesikuler Distensi vena jugularis
Broncho-vesikuler Ya
Bronkhial ☑ Tidak
Luka/Fraktur
Ya, sebutkan
☑ Tidak
23
Data lainnya: keluarga pasien mengatakan pasien sesak sejak ± 7
jam yang lalu, keluhan sesak dialami memberat sejak ± 2 jam
yang lalu, terutama saat pasien setelah meminum kopi dan
merokok.
3) Circulation
Tekanan darah : 157/54 mmHg Suhu : 36,9°c
Nadi : 57x/menit Kulit dan
ekstremitas Frekuensi : 14x/menit
Hangat
Tidak teraba ☑ Dingin
Kuat Sianosis
☑ Lemah ☑ Pucat
Teratur CRT>2 detik
Tidak teratur Edema
Lainnya :
Bibir
Lembab
☑ Kering
Nyeri dada
☑ Tidak
Ya (Jelaskan PQRST) Data lainnya:
24
4) Disability
Tingkat kesadaran GCS Refleks
Kualitatif : Sopor ☑ Positif
Kuantitatif : M: 4 Negatif
V: 2
E: 2 Test babinsky
∑: 8 ☑ Positif
Negatif
Pupil
☑ Isokor Kaku kuduk
Anisokor ☑ Ya
Midriasis Tidak
6) Foley chateter
☑ Terpasang, Output: 200 cc/jam
Warna: Kuning pekat Lainnya:
Tidak Terpasang
7) Gastric tube
Terpasang, Output: cc/jam
Warna:
Lainnya:
25
☑ Tidak terpasang
8) Heart Monitor
☑ Terpasang, Gambaran: Sinus Bradikardi (Frekuensi: 57
x/menit)
Lainnya :
Tidak terpasang
g) Survey sekunder (dilakukan jika survey primer telah stabil):
Riwayat Kesehatan SAMPLE
1) Symptomp: Tegang pada leher, nyeri kepala hebat, sesak
napas, gelisah, disertai muntah ±2 kali, lemas dan nafsu
makan menurun.
2) Alergi: Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki
alergi terhadap makanan atau obat-obatan.
3) Medikasi: Keluarga pasien mengatakan tidak ada obat yang
dikomsumsi oleh pasien sebelumnya, kecuali 2 tahun lalu
mengkonsumsi rifampicin selama 6 bulan
4) Past medical history: Keluarga mengatakan pasien memiliki
riwanyat hipertensi ± 5 tahun yang lalu, diabetes ± 3 tahun
yang lalu dan tuberculosis sejak 2 tahun yang lalu.
5) Last oral intake: Keluarga mengatakan pasien terakhir kali
minum kopi 2 gelas ± 7 jam yang lalu.
6) Events: Keluarga pasien mengatakan awalnya pasien
mengalami tengang pada leher, nyeri kepala hebat, sesak
napas, gelisah, disertai muntah ±2 kali, lemas dan nafsu
makan menurun, setelah minum kopi dan merokok.
Tanda-tanda vital:
TD : 140/61mmHg
FP : 17 x/menit Nadi : 54 x/menit
Suhu : 36,8°c Saturasi: 94%
Pengkajian psikososial: Tidak dapat dikaji karena pasien
mengalami penurunan kesadaran
Tidak ada masalah Merasa
bersalah
Cemas Merasa
putus asa
Panik Perilaku
agresif
26
Marah
Mencederai diri
sulit berkonsentrasi
Mencederai orang lain
Tengang
Keinginan bunuh diri
Takut Lainnya
Merasa sedih
29
3. Ranitidine 50 mg / 8 jam/ IV
4. Ketorolac 30 mg / 8 jam / IV
5. Monitol 125 cc / 8 jam / IV
30
IDENTIFIKASI MASALAH
B. Diagnosa keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
1 Penurunan kapasitas intrakarnial b/d edema serebral(stroke
hemorogik) ditandai dengan penurunan kesadaran, mengeluh tegang
pada leher disertai nyeri kepala hebat
C. Rencana Keperawatan
36
DAFTAR OBAT
a. Asam Tanexamat
5. Mekanisme kerja dan fungsi obat : asam tranexamat adalah obat golongan
Anti-fibrinolitik yang digunakan untuk membantu menghentikan perdarahan
pada sejulah kondisi, misalnya mimisan, cedera, perdarahan akibat menstruasi
berlebihan, dan perdarahan pada penderita angio-edema turunan.
b. Citicoline
5. Mekanisme kerja dan fungsi obat: mekanisme kerja dari citicolin yaitu
memperbaaiki membrane sel saraf melalui peningkatan sintesis
phosphatidycoline, kemudian memperbaiki neuron kolinergik, yang rusak
37
melalui potensial dari produksi asektikolin, lalu mengurangi penumpukan
asam lemak bebas pada kerusakan sphingomyelin setelah suatu keadaan
ischemia. Citicoline digunakan untuk mengobati penyakit alzheimer dan jenis
dimensia lainnya, luka dikepala, stroke, penyakit parkinson serta glaucoma.
Selain itu fungsi obat citicolin adalah untuk meningkatkan metabolisme
glukosa di otak serta meningkatkan jumlah oksingen ke otak.
8. Efek samping obat: sakit kepala, diare, nyeri dada, kostipasi, mual, dan
muntah.
c. Ranitidine
38
6. Alasan pemberian obat pada pasien yang bersangkutan : ranitidine diberikan
untuk mengurangi indikasi peningkatan asam lambung pada pasien yang
mengalami penurunan kesadaran.
8. Efek samping obat : efek samping yang mungkin terjadi seperti sakit
kepala, diare, mual, nyeri perut, dan rasa tidak nyaman pada perut.
d. Ketorolac
39
8. Efek samping obat : nyeri perut, mual dan muntah, tekanan darah
meningkat, diare, sakit kepala, rasa terbakar atau nyeri pada lokasi injeksi.
e. Monitol
5. Cara pemberian obat: monitol adalah cairan infus yang digunkan untuk
mengurangi tekanan dalam otak (tekanan intrakranial) tekanan dalam bola
mata (tekanan intraokular) dan pembengkakan otot (cerebral edema).
Mekanisme kerja monitol untuk menurunkan tekanan intrakranial adalah
dengan cara meningkatkan osmolalitas plasma sehingga aliran cairan dari
jaringan menuju ke dalam plasma meningkat, terjadi penurunan viskositas
darah. Penurunan viskositas darah mengakibatkan penurunan tahanan dalam
pembuluh darah otak hal ini menyebabkan aliran darah ke otak meningkat,
diikuti dengan vaonkontriksi dari pembuluh darah otak dan terjadi penurunan
tekanan intrakranial.
8. Efek samping obat: efek samping yang mungkin dapat timbul seperti
demam, pusing, mual, muntah dan sakit kepala.
41
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator. Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI). Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria (SLKI). Persatuan Perawat Indonesia.
44