TINJAUAN PUSTAKA
fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak,
dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa
jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang
terganggu.
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan
tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24
jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke
hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai
bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau
diketahui bahwa angka kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia yang kemudian
diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand
(Dinata et al., 2013). Hasil Riskesdas Kemenkes RI, 2013 terjadi peningkatan
prevalensi stroke dari tahun 2007 hingga 2013 yaitu 8,3 per mil menjadi 12,1 per
mil. Prevalensi tertinggi terjadi di daerah Sulawesi Utara (10,8 per mil ),
Yogyakarta (10,3 per mil), Bangka Belitung (9,7 per mil), dan DKI Jakarta (9,7 per
Jawa Tengah mendapatkan data bahwa kasus tertinggi stroke terdapat di Kota
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg (Wilson LM, 1995). Tekanan
darah diukur dengan sphygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80%
dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat, duduk nyaman
dengan tegak atau pasien terlentang. Klasifikasi hipertensi pada orang dewasa
jantung, penyakit jantung coroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang
berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung
yang dapat berakibat kecacatan hingga kematian. Hipertensi atau yang disebut the
silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko paling berpengaruh penyebab
umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).
tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau
sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat
sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum
obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar
Prevalensi ini meningkat pada umur 60 tahun keatas. Di seluruh dunia ada sekitar
satu miliar orang menderita hipertensi dan lebih dari 7,1 juta mengalami kematian
menular ini justru meningkat. Hal ini akibat pengaruh urbanisasi, perubahan gaya
hidup, dan bertambahnya umur harapan hidup. Angka kejadian stroke di perkotaan
di Indonesia diperkirakan 5 kali lebih besar dari pada angka kejadian penyakit
Tulang tempurung kepala tersusun dari tulang dahi, tulang kepala belakang,
tulang ubun – ubun, tulang baji, tulang tapis, dan tulang pelipis. Di bagian bawah
menjadi tempat keluar masuknya pembuuh darah saraf serta darah yang kemudian
menuju ke sumsum tulang belakang. Tulang muka terdapat pada bagian depan
kepala. Tulang – tulag muka membentuk rongga mata untuk melindungi mata,
membentuk rongga hidung serta langit –langit, dan memberi bentuk wajah. Tulang
muka terdiri dari tulang rahang atas, tulang rahang bawah, tulang pipih, tulang air
Otak besar terdiri dari dua belahan yang disebut hemisferium serebri. Kedua
hemisferum (kanan dan kiri) saling dipisahkan oleh fisura longitudnalis serebri.
Falks serebri, suatu perluasan duramater (lapisan pembungkus otak besar) nampak
menonjol ke dalam fisura longitudinal serebri. Terdiri dari dua belahan otak,
dihubungkan oleh corpus collosum. Ujung anterior corpus collosum disbut genu
Bagian atas cerebellum ditutupi oleh durameter yang disebut sebagai tentorium
Cerebellum dihubungkan dengan batang otak melalui pedunkulus yang terdiri atas 3
batang otak.
glukosa dan oksigen. Empat arteri yang memberikan aliran darah ke otak adalah
arteri karotis interna kiri, arteri karotis interna kanan, arteri vertebralis kiri, arteri
otak. Keempat arteri tersebut bertemu pada suatu persimpangan yang biasa disebut
lingkaran willis. Darah kembali ke jantung melalui vena jugularis interna. (Tim
Taylor, 2013).
Gambar 1. Lingkaran willis. Sumber : Medscape, circle of willis anatomy
a. Stroke Iskemik
ditangani akan segera berakhir dengan kematian di bagian otak. Stroke ini
sering diakibatkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis arteri otak atau
suatu emboli dari pembuluh darah di luar otak yang tersangkut di arteri otak.
Jenis stroke ini merupakan jenis stroke yang paling sering menyerang
b. Stroke Hemoragik
subarachnoid, ruang di antara lapisan dalam (Pia meter) dan lapisan tengah
jenis stroke yang lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan pada
2. Perdarahan Intraserebral
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma,
dimana 70% kasus PIS terjadi di kapsula interna, 20% terjadi di fosa
posterior (batang otak dan serebelum) dan 10% di hemisfer (di luar kapsula
3. Perdarahan Subdural
Penimbunan darah antara dura dan arachnoid di dalam ruang suddura
merupakan akibat dari trauma kepala tetapi dapat juga berhubungan dengan
(Sastradirjo, 1980).
atau kurang asupan garam, dan juga dalam menanggapi rangsangan dari sistem
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya
(Corwin,2001)
kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam pembuluh darah. Perubahan pada
pembuluh darah besar seperti arteri carotis dan arteri vertebrobasilaris berupa
terjadi akibat kemampuan aorta proksimal untuk mengubah aliran pulsatil yang
dihasilkan oleh ejeksi ventrikel kiri menjadi aliran yang relatif stabil untuk
dialirkan ke mikrosirkulasi terganggu, hal ini terkait dengan kondisi aorta yang
kaku pada lanjut usia. Oleh karena itu, menyebabkan tekanan pulsasi yang lebih
tinggi. Setelah dipompa keluar jantung, laju aliran (flow rate) bergantung pada
dengan F adalah laju aliran darah, ∆P adalah gradient tekanan, dan R adalah
tiga faktor: (1) viskositas darah, (2) panjang pembuluh, (3) jari- jari pembuluh
(Sherwood, 2001).
Saat melewati arkus aorta, kecepatan aliran darah menjadi terlalu besar,
sehingga aliran darah menjadi turbulen. Jika darah mengalir dengan resistensi
yang lebih besar maka akan timbul aliran eddy yang sangat memperbesar
seluruh gesekan aliran dalam aorta ascenden (Guyton dan Hall, 2007). Hal
lebih rentan atau mudah terkena stroke, faktor resiko stroke dibagi menjadi 2 antara
lain :
1. Usia
Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun dan akan
meningkat dua kali. Empat puluh persen berumur 65 tahun dan hampir 13%
2. Jenis Kelamin
pada wanita. Akan tetapi, karena usia harapan hidup wanita lebih tinggi daripada
laki-laki, maka tidak jarang pada studi-studi tentang stroke didapatkan pasien
wanita lebih banyak. Menurut SKRT 1995, prevalensi penyakit stroke pada laki-
laki sebesar 0,2% dan pada perempuan sebesar 0,1%. Prevalensi stroke di 3 wilayah
Jakarta didapatkan bahwa prevalensi stroke pada laki-laki sebesar 7,1% dan
Riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang mengalami stroke pada usia
muda maka yang bersangkutan berisiko tinggi terkena stroke. Faktor keturunan
adalah suatu faktor yang cenderung akan dialami seseorang bila dalam keluarganya
mengalami penyakit tersebut. Peranan faktor keturunan ini jika ada, biasanya sudah
menunjukkan tanda dan gejalanya sejak orang tersebut masih bayi atau masa anak-
Orang kulit hitam, Hispanik Amerika, Cina, dan Jepang memiliki insiden
stroke yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih (Wahjoepramono,
2005). Di Indonesia sendiri, suku Batak dan Padang lebih rentan terserang stroke
dibandingkan dengan suku Jawa. Hal ini disebabkan oleh pola dan jenis makanan
a. Hipertensi
Tekanan darah terdiri dari dua komponen yaitu sistolik dan diastolik.
Apabila tekanan darah sistolik melebihi 160 mmHg dan/atau tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg maka tekanan darah yang demikian harus benar benar
pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak pecah maka timbullah
perdarahan otak, dan apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke
otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian (Harsono, 2011).
efek penekanan pada sel endotel/lapisan dalam dinding arteri yang berakibat
Makin lanjut usia seseorang maka kemungkinan untuk munculnya hipertensi makin
tingginya kadar kolesterol dalam darah merupakan faktor risiko untuk terjadinya
stroke. Hal ini disebabkan oleh kolesterol darah yang ikut berperan dalam
terjadinya aterosklerosis. Oleh karena itu, jika kadar kolesterol dalam darah
meningkat, maka risiko untuk aterosklerosis meningkat juga. Kolesterol tidak larut
dalam cairan darah, sehingga untuk proses transportasinya ke seluruh tubuh perlu
1993).
c. Diabetes militus
darah yang berlangsung secara progresif. Pada orang yang menderita Diabetes
Mellitus risiko untuk terkena stroke 1,5-3 kali lebih besar (risiko relatif) (Nurzakiah,
2000).
d. Merokok
risiko terjadinya stroke. Orang yang memiliki kebiasaan merokok cenderung lebih
berisiko untuk terkena penyakit jantung dan stroke dibandingkan orang yang tidak
e. Riwayat stroke
Bila seseorang telah mengalami stroke, hal ini akan meningkatkan terjadinya
a. Anamnesis
Gejala-gejala klinis stroke yang sering ditanyakan adalah apakah serangan
terjadi mendadak atau sudah beberapa jam yang lalu, apakah terjadi kelumpuhan
anggota gerak, apakah kesemutan di muka atau salah satu sisi anggota gerak,
penurunan kesadaran. Pasien dengan riwayat hipertensi perlu ditanyakan lama dan
bertnya hipertensi, usianya, gejala sistem syaraf (sakit kepala, ansietas), gejala
sistem kardiovaskular (adanya payah jantung, oedem paru dan nyeri dada).
b. Pemeriksaan fisik
(pemeriksaan tingkat kesadaran, tekanan darah, suhu, denyut nadi, anemia, paru dan
pemeriksaan neurologis adalah palpasi dan auskultasi arteri karotis yang dekat
dengan permukaan, mencari dan mendengar bruit cranial atau servical, mengukur
tekanan darah dengan posisi berbaring dan duduk, mengukur tekanan arteri
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan Radiologi
tentang lokasi, ukuran infark, perdarahan dan apakah perdarahan menyebar keruang
intra ventrikuler. CT scan juga dapat membantu untuk perencanaan operasi. Foto
thorax juga biasa dilakukan untuk mengetahui apakah ada riwayat hipertensi atau
tidak pada pasien stroke dengan melihat gambaran aterosklerosis, elongasi aorta
atau kardiomegali.
2.11 Kardiomegali
arteri koroner, defek jantung kongenital dengan gagal jantung ataupun beberapa
keadaan lain seperti tumor janutung, anemia berat, kelainan endokrin, malnutrisi,
distrofi muskular dan gagal jantung akibat penyakit paru. (Ismail, 2009)
teapi juga disebabkan factor non hemodinamik seperti : usia, kelamin, ras, obesitas,
aktivitas fisik. Pada hipertensi curah jantung akan meningkat. Peningkatan curah
perifer. Dengan lamnya hipertensi, maka akan trjadi perubahan structural pembuluh
darah yang menyebabkan tahanan perifer meninggi secara persisten dan akhirnya
Hipertensi Stroke
Foto Thorax :
(+) apabila ada salah satu Lesi pada CT Scan Kepala
dari : (+)/(-) :
Variabel Dependen
Variabel Independen
Gambaran ct scan kepala negatif /
Gambaran Foto thorax negatif / positif
positif
2.10 Hipotesis
Ho : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara gambaran foto thorax kasus