MEDIK REFERAT
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES
MARET 2022
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
REFERAT
STROKE
Disusun Oleh:
Richard Gilbert Bandi, S.Ked
Marency Feranty Robe, S.Ked
Ayu Merisca Fanggidae, S.Ked
Pembimbing:
Perdarahan intra serebral terhitung sekitar 10 – 15% dari seluruh stroke dan
memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi dari infark cerebral. Literatur lain menyatakan
8 – 18% dari stroke keseluruhan yang bersifat hemoragik. Namun, pengkajian
retrospektif terbaru menemukan bahwa 40,9% dari 757 kasus stroke adalah stroke
hemoragik. Namun pendapat menyatakan bahwa peningkatan presentase mungkin
dikarenakan peningkatan kualitas pemeriksaan seperti ketersediaan CT scan, ataupun
peningkatan penggunaan terapeutik agen platelet dan warfarin yang dapat
menyebabkan perdarahan. 2 Stroke adalah penyebab kematian dan disabilitas utama
dengan kombinasi seluruh tipe stroke secara keseluruhan, stroke menempati urutan
ketiga penyebab utama kematian dan urutan pertama penyebab utama disabilitas.
Morbiditas yang lebih parah dan mortalitas yang lebih tinggi terdapat pada stroke
hemoragik dibandingkan stroke iskemik. Hanya 20% pasien yang mendapatkan
kembali kemandirian fungsionalnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
1. Stroke Non Hemoragik Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi
suatu perdarahan yang ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota
gerak atau hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia
(kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke
embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).
2. Stroke Hemoragik Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai
dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang
terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi 6 cepat, gejala fokal
berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk.
2.1.2 Epidemiologi
Berdasarkan data World Stroke Organization didapatkan bahwa setiap
tahunnya ada 13,7 juta kasus baru stroke dan sekitar 5,5 juta kematian akibat stroke di
seluruh dunia serta > 80% kasus stroke di seluruh dunia disebabkan oleh stroke non
hemoragik4. Data di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan
peningkatan kasus stroke. Insiden stroke di Indonesia sebesar 51,6 per 100.000
penduduk dan angka kecacatan mencapai 1,6% untuk yang menetap dan 4,3% yang
mengalami perburukan, serta didapatkan pula stroke non-hemoragik (62,8%) lebih
sering terjadi dibandingkan dengan stroke hemoragik (37,2%). Stroke non-hemoragik
didapatkan lebih banyak terjadi pada perempuan (1,93 kali) daripada laki-laki (1,66
kali)7.
2.1.4 Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke paling sering disebabkan oleh emboli
ekstrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat
diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses yang
mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik
yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri10.
1. Emboli
Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain) merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Sumber embolisasi dapat terletak di arteria karotis atau
vertebralis akan tetapi juga dapat terjadi di jantung dan sistem vaskuler sistemik11.
a) Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada :
Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan bagian kanan dengan
bagian kiri atrium atau ventrikel,
Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan
gangguan pada katup mitralis,
Fibralisi atrium,
Infark kordis akut,
Embolus yang berasal dari vena pulmonalis,
b) Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai:
Emboli septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis.
Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru.
Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit “caisson”).
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right-
sided circulation (emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik
adalah trombi valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan, trombi
mural (seperti infark miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif)
dan atrial miksoma. Sebanyak 2-3% stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard
dan 85% di antaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya infark miokard10.
2. Trombosis
Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher). Stroke
terjadi saat trombus menutup pembuluh darah, menghentikan aliran darah ke jaringan
otak dan menyebabkan kongesti dan radang. Stroke trombotik dapat dibagi menjadi
stroke pada pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh
darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya
trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada
daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan
terjadinya turbulensi aliran darah sehingga meningkatkan resiko pembentukan
trombus aterosklerosis (ulserasi plak), dan perlengketan platelet. Penyebab lain
terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel, displasia fibromuskular
dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan migren.
Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan
terjadinya stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik, arteritis)10.
2.1.3 Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya stroke terbagi menjadi 2 yaitu : faktor yang tidak
dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi.
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi terdiri dari :8
1) Umur
Semakin bertambahnya umur maka semakin besar peluang seseorang untuk
terkena serangan stroke, dimana umur digolongan sebagai faktor resiko yang paling
penting bagi semua jenis stroke.
2) Jenis Kelamin
Terdapat perbedaan insidens stroke non-hemoragik pada pria dan wanita,
insidens stroke pada wanita (1,93 kali) lebih tinggi daripada pria (1,66) serta
perempuan memiliki resiko kematian 2,68 kali lebih besar dari pada penderita pria.
3) Suku/Ras
Orang asia memiliki kecenderungan terkena stroke lebih besar daripada orang
eropa, hal tersebut ada kaitannya dengan lingkungan hidup, pola makan dan sosial
ekonomi yang mana salah satu contohnya makanan asia lebih banyak mengandung
minyak (yang telah dipakai berulang-ulang) daripada makanan orang eropa, sehingga
resiko terkena stroke lebih besar.
4) Keturunan/Keluarga
Bilamana kedua orang tua pernah mengalami stroke maka kemungkinan
keturunannya terkena stroke semakin besar. Riwayat keluarga adanya serangan stroke
atau penyakit pembuluh darah iskemik, sering pula didapat terjadi pada penderita
stroke yang muda. Berbagai faktor penyebab termasuk prediposisi genetik
aterosklerosis yang menyebabkan terjadinya stroke iskemik.
Faktor resiko yang dapat dimodifikasi terdiri dari :9
1) Hipertensi
Hipertensi meningkatkan resiko stroke 2-4 kali lipat tanpa tergantung pada
faktor resiko lainnya. Hipertensi kronis dan tidak terkendali akan memacu kekakuan
dinding pembuluh darah kecil yang dikenal dengan mikroangiopati. Hipertensi juga
akan memacu munculnya timbunan plat pada pembuluh darah besar. Timbunan plak
akan menyempitkan lumen atau diameter pembuluh darah. Plak yang tidak stabil akan
mudah ruptur atau pecah dan terlepas. Plak yang terlepas akan meningkatkan resiko
tersumbatnya pembuluh darah yang lebih kecil. Bila ini terjadi maka timbulnya gejala
stroke. Hipertensi mempercepat pengerasan dinding pembuluh darah arteri dan
mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otot polos sehingga mempercepat
proses aterosklerosis. Hipertensi berperanan dalam proses aterosklerosis melalui efek
penekanan pada sel endotel atau lapisan dalam dinding arteri yang berakibat
pembentukan plak pembuluh darah semakin cepat.
2) Diabetes Mellitus
Individu dengan diabetes memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami
stroke dibandingkan dengan individu tanpa diabetes. Hal ini disebabkan karena
diabetes berperan untuk mengurangi kemampuan tubuh untuk mencegah gumpalan
darah beku sehingga resiko terjadi stroke iskemik tidak dapat dipungkiri.
3) Kelainan Jantung
Penderita dengan kelainan jantung beresiko tinggi terhadap terjadinya stroke
bila dibandingkan dengan yang tidak mempunyai kelainan jantung. Penyakit jantung
hipertensi dengan hipertrofil ventrikel kiri yang terlihat pada EKG, sangat terkait
dengan kenaikan resiko baik stroke iskemik maupun pendarahan.
4) Merokok
Merokok meningkatkan resiko terkena stroke dua sampai empat kali.
Merokok memberikan konstribusi terbentuknya plak pada arteri. Asap rokok
mengandung beberapa zat berbahaya yang sering disebut zat oksidator. Zat oksidator
ini menimbulkan kerusakan dinding arteri dan menjadi tempat penimbunan lemak, sel
trombosit, kolesterol, penyempitan dan pergeseran arteri diseluruh tubuh termasuk
otak, jantung dan tungkai, sehingga merokok dapat memicu terjadinya aterosklerosis,
mengurangi aliran darah, dan menyebabkan darah menggumpal sehingga beresiko
terkena stroke.
5) Aktifitas Fisik (olahraga)
Aktifitas ini dilakukan lebih dari 3 hari dalam seminggu dan lebih dari 4 jam
seminggu. Aktifitas dipengaruhi dari kegiatan yang dilakukan baik didalam ruangan
maupun di luar ruangan, seseorang kurang aktif secara fisik (yang olahraganya
kurang dari tiga kali atau kurang per minggu 30 menit) memiliki hampir 50% resiko
terkena stroke dibanding mereka yang aktif.
6) Kepatuhan Kontrol
Penderita stroke harus sering memeriksakan dirinya ke dokter atau rumah
sakit. Selain kontrol ke dokter penderita stroke harus mengontrol kolesterol, penderita
stroke juga harus mengontrol gula darahnya sehingga resiko serangan stroke yang
berikutnya dapat berkurang.
7) Obesitas
Terdapat saling keterkaitan antara obesitas dengan resiko peningkatan
hipertensi penyakit jantung, stroke, diabetes mellitus dan merupakan beban penting
pada kesehatan jantung dan pembuluh darah. Obesitas dapat meningkatkan kejadian
stroke terutama bila disertai dengan dislipedemia dan hipertensi melalui proses
aterosklerosis. Obesitas juga dapat menyebabkan terjadinya stroke lewat efek snoring
atau mendengkur dan tiba-tiba henti napas karena terhentinya suplai oksigen secara
mendadak di otak. Obesitas juga membuat seseorang cenderung mempunyai tekanan
darah tinggi, meningkatkan resiko terjadinya diabetes juga meningkatkan produk
sampingan metabolisme yang berlebihan yaitu oksidan atau radikal bebas.
8) Minum Alkohol
Minum alkohol secara teratur lebih dari 30 gram per hari (pria) atau 15 gram
per hari (wanita), mabuk-mabukan (minum lebih dari 75 % gram dalam 24 jam) dan
alkoholisme dapat meningkatkan tekanan darah sehingga dapat meningkatkan resiko
stroke.
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik
a. Stroke Iskemik
yaitu penderita dengan gangguan neurologik fokal yang mendadak karena obstruksi
atau penyempitan pembuluh darah arteri otak dan menunjukkan gambaran infark
(penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau
sebesar 83% mengalami stroke jenis ini. Penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur
pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria
karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari
ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam
lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah,
berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke
pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita yang baru
lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah
menuju ke otak.
Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan
menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah yang
i. TIA
setempat pada otak atau iskemi retina yang terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam,
tanpa adanya infark, serta meningkatkan resiko terjadinya stroke di masa depan.
ii. RIND
v. Silent stroke
b. Stroke Hemorragik
Pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah
FAKTOR RESIKO
1. Hipertensi
Kenaikan tekanan darah 10 mmHg saja dapat meningkatkan resiko terkena stroke
sebanyak 30%. Hipertensi berperanan penting untuk terjadinya infark dan perdarah-
arterioskleosis sehingga mudah terjadi oklusi atau emboli pada/dari pembuluh darah
terjadi infark lakuner dan mikroaneurisma.Hal ini dapat menjadi penyebab utama
terjadinya stroke.
2. Penyakit Jantung
Pada penyelidikan di luar negeri terbukti bahwa gangguan fungsi jantung secara
tekanan darah.
- Atrial fibrilasi
- Aritmia
- Kelainan EKG
3. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan faktor resiko untuk terjadinya infark otak, sedangkan
arteriosklerosis, biasa dijumpai arteriosklerosis lebih berat, lebih tersebar dan mulai
lebih dini.
Infark otak terjadi 2,5 kali lebih banyak pada penderita DM pria dan 4 kali lebih
banyak pada penderita wanita, dibandingkan dengan yang tidak menderita DM pada
4. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terkena stroke empat kali lipat, hal ini berlaku untuk
semua jenis rokok (sigaret, cerutu atau pipa) dan untuk semua tipe stroke terutama
5. Riwayat keluarga.
Kelainan keturunan sangat jarang meninggalkan stroke secara langsung, tetapi gen
sangat berperan besar pada beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi,
penyakit jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke dalam
keluarga terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah menderita stroke pada
usia 65 tahun.
6. Obat-obatan yang dapat menimbulkan addiksi (heroin, kokain, amfetamin) dan
8. Beberapa penyakit infeksi, misalnya lues, SLE, herpes zooster, juga dapat
Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang menekan
dinding arteri sampai pecah. Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah :
Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya
dapat pecah.
Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti
besar.
Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).
PATOFISIOLOGI
adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan
kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis
serebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia
atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteria
besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan berserabut , sedangkan sel – sel
ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen
pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk
pada percabangan atau tempat – tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan
mempunyai resiko dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut : arteria
karotis interna, vertebralis bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan
membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka
sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan
Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap
tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna
bagian yang sempit.. tempat yang paling sering terserang embolus sereberi
darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan yang
terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini mengiritasi jaringan
Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi.
Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah akhirnya akan larut
dan mengecil. Dipandang dari sudut histologis otak yang terletak di sekitar
GEJALA KLINIS
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan
kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi
bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya
(tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang
mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul
Kesulitan menelan.
Kehilangan keseimbangan.
motorik.
Kejang.
DIAGNOSIS
Stroke adalah suatu keadaan emergensi medis. Setiap orang yang diduga mengalami
stroke seharusnya segera dibawa ke fasilitas medis untuk evaluasi dan terapi.
Pertama-tama, dokter akan menanyakan riwayat medis pasien jika terdapat tanda-
tanda bahaya sebelumnya dan melakukan pemeriksaan fisik. Jika seseorang telah
diperiksa seorang dokter tertentu, akan menjadi ideal jika dokter tersebut ikut
tubuh tidaklah sinyal kejadian stroke. Terdapat banyak kemungkinan lain yang
mungkin bertanggung jawab untuk gejala ini. Kondisi lain yang dapat serupa stroke
meliputi:
Tumor otak
Abses otak
Pada evaluasi stroke akut, banyak hal akan terjadi pada waktu yang sama. Pada saat
dokter mencari informasi riwayat pasien dan melakukan pemeriksaan fisik, perawat
akan mulai memonitor tanda-tanda vital pasien, melakukan tes darah dan melakukan
Bagian dari pemeriksaan fisik yang menjadi standar adalah penggunaan skala stroke.
Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragis atau non hemoragis.
neurologis, algoritma dan penilaian dengan skor stroke, dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Bila sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah berikutnya
adalah menetapkan stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragis atau
Ketepatan diagnostik dengan sistim skor ini 91.3% untuk stroke hemoragik,
87.5%
Terdapat batasan waktu yang sempit untuk menghalangi suatu stroke akut dengan
obat untuk memperbaiki suplai darah yang hilang pada bagian otak. Pasien
memerlukan evaluasi yang sesuai dan stabilisasi sebelum obat penghancur bekuan
4. Pemeriksaan Penunjang
penyebab seorang terduga stroke, suatu pemeriksaan sinar x khusus yang disebut CT
scan otak sering dilakukan. Suatu CT scan digunakan untuk mencari perdarahan atau
massa di dalam otak, situasi yang sangat berbeda dengan stroke yang memerlukan
jenis patologi
lokasi lesi
ukuran lesi
magnetik untuk membuat gambaran otak. Gambar yang dihasilkan MRI jauh lebih
detail jika dibandingkan dengan CT scan, tetapi ini bukanlah pemeriksaan garis depan
untuk stroke. jika CT scan dapat selesai dalam beberapa menit, MRI perlu waktu
lebih dari satu jam. MRI dapat dilakukan kemudian selama perawatan pasien jika
detail yang lebih baik diperlukan untuk pembuatan keputusan medis lebih lanjut.
Orang dengan peralatan medis tertentu (seperti, pacemaker) atau metal lain di dalam
tubuhnya, tidak dapat dijadikan subyek pada daerah magneti kuat suatu MRI.
Metode lain teknologi MRI: suatu MRI scan dapat juga digunakan untuk
secara spesifik melihat pembuluh darah secara non invasif (tanpa menggunakan pipa
atau injeksi), suatu prosedur yang disebut MRA (magnetic resonance angiogram).
Metode MRI lain disebut dengan diffusion weighted imaging (DWI) ditawarkan di
beberapa pusat kesehatan. Teknik ini dapat mendeteksi area abnormal beberapa menit
setelah aliran darah ke bagian otak yang berhenti, dimana MRI konvensional tidak
dapat mendeteksi stroke sampai lebih dari 6 jam dari saat terjadinya stroke, dan CT
scan kadang-kadang tidak dapat mendeteksi sampai 12-24 jam. Sekali lagi, ini
yang disuntikkan ke dalam vena di lengan, gambaran pembuluh darah di otak dapat
abnormalitas aliran darah otak lainnya dapat dievaluasi dengan peningkatan teknologi
Conventional angiogram: suatu angiogram adalah tes lain yang kadang-
kadang digunakan untuk melihat pembuluh darah. Suatu pipa kateter panjang
memberikan gambaran anatomi pembuluh darah yang paling detail, tetapi ini juga
merupakan prosedur yang invasif dan digunakan hanya jika benar-benar diperlukan.
diketahui dengan pasti. Prosedur ini juga kadang-kadang dilakukan untuk evaluasi
yang akurat kondisi arteri carotis ketika pembedahan untuk membuka sumbatan
Carotid Doppler ultrasound: adalah suatu metode non-invasif (tanpa injeksi
penyempitan dan penurunan aliran darah pada arteri carotis (arteri utama di leher
Tes jantung: tes tertentu untuk mengevaluasi fungsi jantung sering dilakukan
pada pasien stroke untuk mencari sumber emboli. Echocardiogram adalah tes dengan
elektrodanya tetap menempel pada dada selama 24 jam atau lebih lama untuk
Tes darah: tes darah seperti sedimentation rate dan C-reactive protein yang
dilakukan untuk mencari tanda peradangan yang dapat memberi petunjuk adanya
arteri yang mengalami peradangan. Protein darah tertentu yang dapat meningkatkan
peluang terjadinya stroke karena pengentalan darah juga diukur. Tes ini dilakukan
untuk mengidentifikasi penyebab stroke yang dapat diterapi atau untuk membantu
mencegah perlukaan lebih lanjut. Tes darah screening mencari infeksi potensial,
dipertimbangkan.
mati, dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tak mengganggu/mengancam
fungsi otak. Tindakan dan obat yang diberikan haruslah menjamin perfusi darah ke
otak tetap cukup, tidak justru berkurang. Sehingga perlu dipelihara fungsi optimal
dari respirasi, jantung, tekanan darah darah dipertahankan pada tingkat optimal,
kontrol kadar gula darah (kadar gula darah yang tinggi tidak diturunkan dengan
derastis), bila gawat balans cairan, elektrolit, dan asam basa harus terus dipantau.
Pengobatan yang cepat dan tepat diharapkan dapat menekan mortalitas dan
darah ke otak secepat mungkin dan melindungi neuron dengan memotong kaskade
iskemik. Pengelolaan pasien stroke akut pada dasarnya dapat di bagi dalam :
- Breathing
- Blood
- Brain
- Bladder
- Bowel
• Stroke iskemik
• Proteksi neuronal/sitoproteksi
• Stroke Hemoragik
• Pengelolaan konservatif
• Pengelolaan operatif
1.a Breathing : Jalan nafas harus terbuka lega, hisap lendir dan slem untuk
mencegah kekurang oksigen dengan segala akibat buruknya. Dijaga agar oksigenasi
dan ventilasi baik, agar tidak terjadi aspirasi (gigi palsu dibuka).Intubasi pada pasien
dengan GCS < 8. Pada kira-kira 10% penderita pneumonia (radang paru) merupakan
1.b. Blood : Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh segera diturunkan, karena
dapat memperburuk keadaan, kecuali pada tekanan darah sistolik > 220 mmHg dan
atau diastolik > 120 mmHg (stroke iskemik), sistolik > 180 mmHg dan atau diastolik
Kadar gula darah (GD) yang terlalu tinggi terbukti memperburuk outcome pasien
stroke, pemberian insulin reguler dengan skala luncur dengan dosis GD > 150 – 200
mg/dL 2 unit, tiap kenaikan 50 mg/dL dinaikkan dosis 2 unit insulin sampai dengan
1.c. Brain : Bila didapatkan kenaikan tekanan intra kranial dengan tanda nyeri
kepala, muntah proyektil dan bradikardi relatif harus di berantas, obat yang biasa
dipakai adalah manitol 20% 1 - 1,5 gr/kgBB dilanjutkan dengan 6 x 100 cc (0,5 gr/Kg
BB), dalam 15 – 20 menit dengan pemantauan osmolalitas antara 300 – 320 mOsm,
Bila terjadi kejang beri antikonvulsan diazepam i.v karena akan memperburuk perfusi
1.d . Bladder : Hindari infeksi saluran kemih bila terjadi retensio urine sebaiknya
dipasang kateter intermitten. Bila terjadi inkontinensia urine, pada laki laki pasang
1.e . Bowel : Kebutuhan cairan dan kalori perlu diperhatikan, hindari obstipasi,
Jaga supaya defekasi teratur, pasang NGT bila didapatkan kesulitan menelan
otak
ideal, obat trombolisis yang sudah di setujui oleh FDA adalah rt-PA (recombinan
diberikan bolus & sisanya infus kontinyu dalam 60 menit). Sayangnya bahwa
pengobatan dengan obat ini mempunyai persyaratan pemberian haruslah kurang dari
3 jam, sehingga hanya pasien yang masuk rumah sakit dengan onset awal dan dapat
penyelesaian pemeriksaan darah, CT Scan kepala dan inform consent yang cepat saja
Cara lain memperbaiki aliran darah antara lain dengan memperbaiki hemorheologi
lain yang juga memperbaiki sirkulasi adalah naftidrofuril dengan memperbaiki aliran
darah melalui unsur seluler darah dosis 600 mg/hari selama 10 hari iv dilanjutkan oral
300 mg/hari.
Untuk menghindari terjadinya trombus lebih lanjut terdapat dua kelas pengobatan
emboli otak seperti pasien dengan kelainan jantung fibrilasi atrium non valvular,
thrombus mural dalam ventrikel kiri, infark miokard baru & katup jantung buatan.
Obat yang dapat diberikan adalah heparin dengan dosis awal 1.000 u/jam cek APTT 6
jam kemudian sampai dicapai 1,5 – 2,5 kali kontrol hari ke 3 diganti anti koagulan
oral, Heparin berat molekul rendah (LWMH) dosis 2 x 0,4 cc subkutan monitor
trombosit hari ke 1 & 3 (jika jumlah < 100.000 tidak diberikan), Warfarin dengan
dosis hari I = 8 mg, hari II = 6 mg, hari III penyesuaian dosis dengan melihat INR
pasien.
Pasien dengan paresis berat yang berbaring lama yang berrisiko terjadi trombosis
vena dalam dan emboli paru untuk prevensi diberikan heparin 2 x 5.000 unit sub
Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan antara lain aspirin dosis 80 –
Sangat menarik untuk mengamati obat-obatan pada kelompok ini karena diharapkan
dapat dengan memotong kaskade iskemik sehingga dapat mencegah kerusakan lebih
jam.
o Statin, diklinik digunakan untuk anti lipid, mempunyai sifat
oksidan.
bermakna.
6 x 1 gr untuk mencegah lisisnya bekuan darah yamg sudah terbentuk oleh tissue
o Bed rest total selama 3 minggu dengan suasana yang tenang, pada
1. Usia
2. Tingkat kesadaran
neurologiknya menurun
koma
3. Topis lesi
Bila TIK meninggi disertai tanda tanda herniasi (klinis menurun) operasi
• Perdarahan putamen
Bila hematoma lebih dari 3 cm tak dioperasi, kecuali kesadaran atau defisit
neurologiknya memburuk
• Perdarahan talamus
• Perdarahan serebelum
Bila hematom kecil tapi disertai tanda tanda penekanan batang otak operasi
operasi
menurun ada tanda tanda penekanan batang otak maka ---------- operasi
5. Waktu yang tepat untuk pembedahan
timbulnya edema otak , bila tak memungkinkan sebaiknya ditunda sampai 5 – 15 hari
kemudian.
Indikasi pembedahan pasien PSA adalah pasien dengan grade Hunt & Hest
Scale 1 sampai 3, waktu pembedahan dapat segera (< 72 jam) atau lambat (setelah 14
hari). Pembedahan pasien PSA dengan Hunt &Hest Scale 4 – 5 menunjukkan angka
Setelah fase akut berlalu, sasaran pengobatan dititik beratkan tindakan rehabilitasi
Terapi Preventif
Tujuannya, untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan baru stroke, dengan
Berolahraga teratur
Rehabilitasi
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada usia di atas 45 tahun, maka yang
paling penting pada masa ini ialah upaya membatasi sejauh mungkin kecacatan
penderita, fisik dan mental, dengan fisioterapi, “terapi wicara”, dan psikoterapi. Jika
seorang pasien tidak lagi menderita sakit akut setelah suatu stroke, staf perawatan
sering dilakukan di rumah sakit rehabilitasi atau area khusus di rumah sakit umum.
Proses rehabilitasi dapat meliputi beberapa atau semua hal di bawah ini:
orang yang mereka cintai di rumah dan tantangan yang akan mereka hadapi.
Hari 1-3 (di sisi tempat tidur) Kurangi penekanan pada daerah yang
Komunikasi, menelan
Ketika seorang pasien stroke telah siap untuk pulang ke rumah, seorang perawat
sebaiknya datang ke rumah selama periode waktu tertentu sampai keluarga terbiasa
dengan merawat pasien dan prosedur untuk memberikan bermacam obat. Terapi fisik
Pada akhirnya pasien biasa ditinggalkan di rumah dengan satu atau lebih orang yang
pasien stroke di rumah dapat sangat mudah atau sangat tidak mungkin. Pada
waktunya, ini akan menjadi jelas bahwa pasien harus ditempatkan pada fasilitas
perawatan yang terlatih karena perawatan yang sesuai tidak dapat diberikan di rumah
1. Bed exercise
2. Latihan duduk
3. Latihan berdiri
4. Latihan mobilisasi
5. Latihan ADL (activity daily living)
7. Latihan mobilisasi
9. Latihan berpakaian
KOMPLIKASI
Komplikasi pada stroke sering terjadi dan menyebabkan gejala klinik stroke menjadi
semakin memburuk. Tanda-tanda komplikasi harus dikenali sejak dini sehingga dapat
dicegah agar tidak semakin buruk dan dapat menentukan terapi yang sesuai. 1
kematian.
2. Abnormalitas jantung: Kelaianan jantung dapat menjadi penyebab,
3. Kejang: kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke
4. Nyeri kepala
lebih pada 5% pasien dan sebagian besar terjadi pada pasien yang
2. Emboli paru: Cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali pada
ini.
4. Stroke rekuren
5. Abnormalitas jantung
1. Stroke rekuren
2. Abnormalitas jantung
4. Depresi
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna
asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini penting agar
penderita tidak mengalami kecacatan. Kalaupun ada gejala sisa seperti jalannya
pincang atau berbicaranya pelo, namun gejala sisa ini masih bisa disembuhkan.
Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72 jam
setelah terjadinya serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu dilakukan adalah
secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien stabil. Tiap pasien
CONTOH KASUS
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama: Kelemahan tubuh sebelah kanan, terjatuh.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien laki-laki 54 tahun datang dengan keluhan kelemahan tubuh sebelah kiri sejak 1
hari SMRS. Keluhan dirasakan secara mendadak saat pasien setelah mandi dan pasien
jatuh. Setelah jatuh pasien masih bisa berdiri dan bicara mulai pelo. Keluhan tidak
disertai dengan penurunan kesadaran. Keluhan lain seperti muntah, nyeri kepala,
kejang disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien memiliki riwayat Hipertensi yang tidak terkontrol
puskesmas.
Tanda Vital
Tekanan darah
Kiri : 150/90 mmHg
Kanan : 150/80 mmHg
Nadi
Kiri : 92x/menit, regular
Kanan : 90x/menit, regular
Pernapasan
Frekuensi : 21x/menit
Jenis : Thorakoabdominal
Pola : Normal
Suhu Aksila : 36,8 oC
Saturasi Oksigen : 96%
Status General
Kepala :
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-).
Hidung:.Normonasi, deviasi septum (-), sekret (-/-), pernapasan cuping
...............hidung (-/-), darah (-/-), nyeri tekan (-/-)
Telinga: Normotia, serumen (-/-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-/-), sianosis (-)
Leher :
Arteri karotis komunis kanan : bruit (-)
Arteri karotis komunis kiri : bruit (-)
Thoraks :
Paru : Vaskuler (+), rhonki(-), wheezing (-)
Jantung : Bunyi jantung I dan II reguler, gallop (-) murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : Perut cembung (-)
Perkusi : Timpani di 4 kuadran abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-), organomegali (-)
Auskultasi : Bunyi usus (+) normal
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Genitalia : Tidak dievaluasi
Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Status neurologis:
GCS : E4V5M6
Meningeal sign : kaku kuduk (sde), brudzinski 1-4 (sde) tanda kernig (sde)
N.I : tde
N.II : tde
N.III, IV, VI : pupil bulat, letak sentral, 3mm/3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+), refleks
N.VII : sensorik (tde) | motorik : mengerutkan dahi (simetris) meringis (sisi kiri
tertinggal) mengembungkan pipi (sisi kiri tertinggal) lipatan naso labial dan sudut
N.VIII : dbn
N.IX,X : sensorik (tde) | disfagia (-) | disfonia (-) | kesimetrisan faring dan uvula
N.XII : posisi lidah saat istirahat (sde) | posisi lidah saat dijulurkan (asimetris ke kiri)
Pemeriksaan motorik :
Refleks fisiologis
Bicep +2/+1
Tricep +2/+1
Patella +2/+1
Achilles +2/+1
Refleks patologis :
Hoffman-tromner : -/-
Babinsky : -/-
Chaddock : -/-
Schuffer : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Gonda : -/-
Bing : -/-
Rosolimo : -/-
KESIMPULAN
gangguan fungsi otak fokal atau global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama
24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler. Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu dan kematian
nomor dua di dunia. Rehabilitasi medik pada pasien stroke terdiri dari fase awal dan
fase lanjutan. Fase awal terdiri dari proper bed positioning ,latihan lingkup gerak
sendi, stimulasi elektrikal dan begitu penderita sadar dimulai penanganan masalah
emosiona. Pada fase lanjutan terdiri dari fisioterapi, terapi okupasi, terapi bicara,