GELOMBANG I
PERIODE 3 JULI 5 AGUSTUS 2017
OLEH :
PENDAHULUAN
dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya
aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa
adalah tanda tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
(atau global), dengan gejala gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih,
dapat menyebabkan kematian , tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler (1).
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang
utama di Indonesia, sebagian besar kejadian stroke tersebut adalah stroke non
hemoragik. Stroke penyebab kecacatan kronik yang paling tinggi pada kelompok
umur diatas 45 tahun. Jumlah total penderita stroke diindonesia diperkirakan 500.000
setiap tahun dan 2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia, sisanya cacat ringan atau
berat. Berdasarkan hasil riskesdas tahun 2013 pravelensi stroke berdasarkan jenis
kelamin lebih banyak laki laki (7,1 %) dibandingkan dengan perempuan (6,8 %)
(2).
Stroke dengan deficit neurologik yang terjadi tiba tiba dapat disebabkan oleh
iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh okulasi fokal
pembuluh otak yang mengalami oklusi. Munculnya tanda dan gejala fokal atau global
pada stroke disebabkan oleh penurunan aliran darah otak. Oklusi dapat berupa
2
thrombus, embolus, atau tromboembolus menyebabkan hipoksia sampai anoksia pada
salah satu daerah percabangan pembuluh darah diotak. Stroke hemoragik dapat
menimpa pasien yang berhubungan dengan terapi obat. Drug related problems dapat
terjadi pada pasien rawat inap. Drug related problems mempunyai implikasi
rumah sakit di Norwegia menyebutkan rata-rata ditemukan 2,6 DRPs pada setiap
pasien.
yang diterima pasien adalah yang terbaik dengan cara mengidentifikasi drugrelated
problems yang aktual terjadi maupun mencegah drug related problem syang potensial
terjadi. Hal ini sesuai dengan tujuan filosofis farmasi klinis yaitu : memaksimalkan
pasien.
Munculnya kejadian DRPs selain diperoleh dari hasil pengamatan dapat juga
hubungan yang signifikan antara adanya faktor resiko dengan munculnya kejadian
DRPs. Penelitian (Huri dan Ling, 2013; Zaman Huri dkk., 2014) menyatakan
3
berikut: usia lanjut, lama rawat inap lebih dari 6 hari, polydrug treatments, multiple
comorbidities.
Studi retrospektif drug related problems pada pasien stroke yang dilakukan
stroke rawat inap Hasilnya ditemukan 157 kejadian DRPs dari 61 pasien stroke yang
dirawat inap yang terdiri dari : drug needed sebanyak 6 kejadian (3,8%), wrong drug/
kejadian (23,0%), adverse drug reaction sebanyak 4 kejadian (2,5%), dan drug
hubungan bermakna terhadap timbulnya kejadian DRPs drug needed pada pasien
stroke dalam penelitian ini adalah faktor umur pasien (kelompok umur dibawah 60
tahun) \ sedangkan terhadap timbulnya kejadian DRPs wrong dose adalah faktor jenis
stroke.
atau pharmaceutical care dimana seorang apoteker bertanggung jawab langsung pada
terjadinya stroke berulang serta menjamin keselamatan pasien dan kualitas hidup
pasien.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
cepat, berupa defisit neurologis fokal dan global, yang berlangsung 24 jam atau
gangguan peredaraan darah otak non traumatik. Stroke dibagi menjadi 2 yaitu
darah otak yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian
otak yang mengalami oklusi. Munculnya tanda dan gejala fokal atau global pada
stroke disebabkan oleh penurunan aliran darah otak. Oklusi dapat berupa
pada salah satu daerah percabangan pembuluh darah di otak tersebut (1,5).
II.2 Epidemiologi
dan menyebabkan kematian (6). Angka kejadian stroke terus meningkat dengan
tajam. Saat ini stroke menduduki urutan ketiga penyakit mematikan didunia
setelah penyakit jantung dan kanker. Di Amerika serikat lebih dari 700.000
kasus terjadi tiap tahunnya, stroke dapat berupa iskemik (88%) dan hemoragik
(12%) (7).
5
Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000
penduduk penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker (8).
sebagian atau total. Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari serangan
Stroke iskemik (non hemoragik) biasa terjadi akibat suatu dan dua
lengkap. Defisit neurologi bisa timbul progresif dalam beberapa jam atau
2. Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteri karotis atau vetebralis atau
cabangnya oleh trombus atau embolisasi materi lain dari sumber proksimal,
seperti bifurkasio arteri kanotis atau jantung. Emboli dari bifurkasio karotis
trombus yang tumpang tindih atau pelepasan materi ateromatosa dari plak
kelompok faktor risiko yang ditentukan secara genetik atau berhubungan dengan
6
fungsi tubuh yang normal sehingga tidak dapat dimodifikasi. Yang termasuk
kelompok ini antara lain usia, jenis kelamin, ras, riwayat stroke dalam keluarga,
serta riwayat serangan transient ischemic attack atau stroke sebelumnya (11).
Kelompok faktor risiko yang dapat dimodifikasi merupakan akibat dari gaya
waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
7
b. Berdasarkan Kausal :
1. Stroke Trombotik
darah di otak.Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari
8
neuronal berasal dari metabolisme glukosa dan disimpan di otak dalam bentuk
glukosa atau glikogen untuk persediaan pemakaian selama 1 menit. Bila tidak
ada aliran darah lebih dari 30 detik gambaran EEG akan mendatar, bila lebih dari
2 menit aktifitas jaringan otak berhenti, bila lebih dari 5 menit maka kerusakan
jaringan otak dimulai, dan bila lebih dari 9 menit manusia dapat meninggal. Bila
aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa yang diperlukan
untuk pembentukan ATP akan menurun, akan terjadi penurunan Na+ K+ ATP-ase,
depolarisasi. Saat awal depolarisasi membran sel masih reversibel, tetapi bila
Keadaan ini terjadi segera apabila perfusi menurun dibawah ambang batas
kematian jaringan, yaitu bila aliran darah berkurang hingga dibawah 10 ml / 100
edema serebral yang ditandai pembengkakan sel, terutama jaringan glia, dan
vaskuler dan kemudian penurunan dari tekanan perfusi sehingga terjadi perluasan
9
II.6 Manifestasi Klinik
menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit. Adapun gejala Stroke non
1. Defisit motorik
tubuh.
b. Hemiplegia : paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
2. Kehilangan komunikasi: fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke
adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum.
reseptif.
10
c. Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya.
3. Defisit lapang pandang, yaitu kesulitan menilai jarak, tidak menyadari orang
dikenal sebagai Glascow Coma Scale (GCS) sesuai yang tertera pada tabel
II.1 (16)
11
Tabel II.1 Pemeriksaan Glascow Coma Scale (GCS)
12
II.7.2 Pemeriksaan Neurologi
nervus kranial, fungsi motorik dan sensorik, fungsi serebral, gait dan reflex
tendon profunda. Tengkorak dan tulang belakang pun harus diperiksa dan
lokasi dan luas lesi iskemik dan yang paling penting penyebab terjadinya
stroke.
13
Diagnosa penyakit stroke dapat dilakukan beberapa tes, yaitu (7) :
ketimbang CT scan.
14
tertentu. Pembesaran karotid dapat efektif dalam pengurangan resiko stroke
Bagi mereka yang sudah pernah terkena serangan stroke, gaya hidup
sehat haruslah jadi pilihan agar tidak kembali diserang stroke, seperti
berhenti merokok, diet rendah lemak atau kolesterol dan tinggi serat,
sampai kelebihan berat badan, berhenti minum alkohol dan atasi stress (5).
II.8.2 Farmakoterapi
15
Tabel II.2 Anjuran untuk Farmakoterapi Stroke Iskemia
16
antikoagulan dan antiplatelet seharusnya dihindarkan selama 24 jam dan
panjang.
yang gagal atau tidak dapat menerima terapi lain karena efek sampingnya
dianjurkan pada pasien dengan stroke iskemia dan riwayat terbaru infark
miokard atau kejadian koroner lain dan hanya dengan aspirin dosis sangat
sekunder pada pasien dengan fibrilasi atrial dan perkiraan embolisme dari
kardiak.
17
Joint National Committee (JNC 7) menganjurkan inhibitor ACE dan
diuretik untuk mengurangi tekanan darah pada pasien stroke atau TIA
stroke iskemia atau TIA ekivalen dengan resiko koroner dun menganjurkan
8. Kegunaan heparin tidak terfaksinasi dosis rendah dalam periode stroke akut
18
II.9 Farmakologi Obat Iskemik stroke (18)
1. Altheplase
infark miokard. Alteplase juga bisa digunakan pada pasien dengan stroke
iskemik akut.
gejala dalam dosis 0,9 mg / kg sampai dosis total maksimum 90 mg. Dosis
diberikan intravena lebih dari 60 menit dengan 10% darinya sebagai abolus
di menit pertama.
Kontra Indikasi Bila digunakan untuk kejang stroke iskemik akut stroke
Hipoglikemia, stroke berat stroke dalam 3 bulan terakhir dan konta indikasi
19
dan monitor tekanan darah (direkomendasikan antihipertensi jika sistolik di
2. Aspirin
terjadi karena aspirin mengasetilasi enzim tersebut. Aspirin dosis kecil hanya
sesegera mungkin di dalam 48 jam onset gejala pada pasien yang tidak
menerima trombolisis.
20
Efek samping dari aspirin yaitu meningkatkan resiko pendarahan,
interaksi obat bisa terjadi jika digunakan bersaman dengan obat obat yang
dengan hemofilia atau gangguan hemoragik, asam urat, gangguan ginjal atau
3. Dipyridamole
yang ditandai dan digunakan dalam stress testing pada pasien dengan
persiapan, sendiri atau dengan aspirin, dalam dosis 200 mg dua kali sehari.
termasuk mual, muntah, dan diare, sakit kepala, pusing, pingsan, hipotensi,
21
menyebabkan memburuknya gejala angina Dipyridamole harus digunakan
dengan hati-hati pada pasien dengan hipotensi, angina tidak stabil, stenosis
ini atau untuk mereka dengan aritmia, gangguan konduksi, asma, atau
4. Clopidogrel
22
miokard akut dan angina tidak stabil, dan pada stenting koroner .
diobati secara medis. Hal itu diberikan dalam dosis dari 75 mg sekali sehari;
pasien berusia di bawah 75 tahun Bisa diberi dosis pemuatan 300 mg.
harian.
Renal dan gangguan hati. Kehamilan dan menyusui. Reaksi obat yang
thrombocytopenic purpura.
23
5. Obat Antihipertensi Golongan ACEI
inaktif, yang terdapat pada darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar
ACE-I. Dosis pertama ACE-I harus diberikan pada malam hari karena
memberikan terapi dengan ACE-I fungsi ginjal dan kadar elektrolit pasien
harus dicek. Monitoring ini harus terus dilakukan selama terapi karena
24
golongan obat ini dapat mengganggu fungsi ginjal. ACE-I dapat
2 jam, Dalam pengobatan hipertensi dosis awal adalah 12,5 mg dua kali
sebaiknya diberikan pada waktu tidur. Dosis awal 6,25 mg dua kali sehari
Serikat dosis yang lebih tinggi sampai 150 mg tiga kali sehari telah
stabil secara klinis dengan gejala atau disfungsi ventrikel kiri tanpa gejala
dan mengurangi infark rekuren, dengan dosis 6,25 mg, meningkat selama
25
6. Valsartan
pasien dengan ventrikel kiri disfungsi setelah infark miokard, dan dalam
menjadi target untuk terapi obat. Fungsi reseptor AT2 masih belum begitu
jelas.
stenosis arteri ginjal bilateral dan pada stenosis arteri yang berat yang
sehari Hal ini dapat ditingkatkan, jika perlu, sampai 160 mg sekali sehari;
26
dosis maksimum adalah 320 mg sekali sehari. Dosis awal yang lebih rendah
40 mg sekali sehari dapat digunakan pada pasien lanjut usia lebih dari 75
tahun. Pada gagal jantung, valsartan diberikan dalam dosis awal 40 mg dua
dua kali sehari. Pada pasien yang pernah mengalami infark miokard,
valsartan Bisa dimulai sejak 12 jam setelah infark pada pasien yang stabil
secara klinis, dalam dosis awal 20 mg dua kali sehari; Dosis bisa berlipat
ganda pada interval selama beberapa minggu ke depan sampai 160 mg dua
kali sehari. Valsartan harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
27
HDL cholesterol dalam pengobatan hiperlipidemia simvastatin digunakan
Efek samping yang paling umum dari terapi dengan simvastatin dan
aktif lainnya telah terdeteksi dan sejumlah metabolit tidak aktif juga
CYP3A4 dan menjalani pass pertama yang luas metabolisme di hati, situs
utama tindakan.
28
Simvastatin diberikan secara oral dan dosis berkisar antara 5 sampai 80
pada pasien yang membutuhkan penurunan kolesterol yang besar atau yang
mg sekali sehari di malam hari, atau 80 mg per hari 3 dibagi dosis 20 mg, 20
29
BAB III
STUDI KASUS
Umur : 57 Tahun
No.RM : 26.xx.xx
yang lalu
30
III.3 Data Klinik
TekananDarah 120/80 150 160 160 140 180 160 150 140 170 160 120
1
(mmHg) mmHg /100 /100 /90 /100 /100 /90 /100 /100 /120 /70 /80
Pernapasan 16-
2 22 20 20 22 24 24 22 22 22 20 20
(X/Menit) 20/Menit
DenyutNadi 60-
3 72 84 80 80 84 84 82 80 80 80 80
(X/Menit) 80/Menit
36,6-
4 SuhuBadan (C) 35,6 36,6 36 36,2 36,5 36,5 36 36 36 36 26
37,2C
5 Nyeri Kepala - - - - - - --
6 Mual - - - - - - -
7 Pusing - - - - - - - - -
8 Sulit Tidur - - - - - - - -
9 Batuk - - - - - - - - - - - -
10 Muntah - - - - - - - -
11 BAB - - - - - - -
12 BAK - - - - - - - - - - - -
12 Lemas - -
38
III.4 Data Laboratorium
Hasil pemeriksaan
Data lab (Juli 2017)
No. Nilairujukan 9/7
1 WBC (10/UL) 4-10 x 103/L 13,3 x 103/L
2 RBC (106/UL) 4-5 x 106/L 4,5 x 106/L
3 HGB (g/dL) 12-16 g/dL 13,7 g/dL
4 HCT (%) 36-48 % 39,4 %
5 MCV (fL) 84-96 fL 87,8 fL
6 MCH (pg) 28-34 pg 30,5 pg
7 MCHC (g/dL) 32-36 g/dL 34,8 g/dL
8 PLT (10/UL) 150-450 x 103/L 329 x 103/L
9 LYM% 20-40 % 10,9 %
10 MXD% 3-10 % 3.8 %
11 NEUT% 45-77 % 85,3 %
12 LYM# 0.8-4# 1,4#
13 MXD# 2-7,7# 0,5#
14 NEUT# 2-7,7# 11,4#
15 MPV (fL) 9-13 fL 8,7 fL
16 PDW (fL) 9-17 fL 11,1 fL
17 P-LCR (fL) 13-43 fL 16,0 fL
18 RDW-SD 37-50 43,5
39
III.5 Data Penunjang
Pemeriksaan:
1. Tampak lesi hiperdens (68 HU) bentuk relatif bulat kesan berasal
batas normal
kesan baik
40
III.6 Profil Pengobatan
Berdasarkan atas hasil pemeriksaan terhadap pasien tersebut, maka dilakukan intervensi pengobatan, seperti
padatabel III.3
Berdasarkan analisis rasionalisasi pengobatan,maka dilakukan assessment dan plan yang dapat dilihat
selengkapnya pada tabel III.5.
Tabel III.5 Assesment and Plan
Problem Medik Terapi DRPs Rekomendasi Monitoring
O: Infus Futrolit - Pemilihan Infus - Sebaiknya dilakukan pemeriksaan - Kadar Elektrolit
Tidak ada data - Kontraindikasi laboratorium kadar elektrolit
lab kadar sebelumnya untuk menentukan
larutan infus yang cocok
Elektrolit
digunakan pada pasein NHS
- Infus Futrolit dikontraindikasikan
pada pasien hipertensi
O: Pletaal - Efek Samping - Disarankan untuk melakukan - Monitoring
Tidak ada data Clopidogrel - Waktu pemberian pemeriksaan PT, APTT, untuk ESO (gastric
PT, APTT mengontrol penggunaan antiplatelet bleeding)
melihat efek samping dari - Nilai PT, APTT
penggunaan obat ini yaitu
pendarahan
S: Ranitidin - Ada obat tidak ada - Sebaiknya menghentikan - Monitoring
Tidak ada data indikasi pemberian ranitidin injeksi karena ESO
nyeri ulu hati tidak ada data menunjukkan terjadi
nyeri ulu hati 17.
Lanjutan Tabel III.5 Assesment and Plan Pasien
Problem Medik Terapi DRPs Rekomendasi Monitoring
O: Neurobion - Ada obat tidak - Sebaiknya tidak diberikan - Kadar
Tidak ada data ada indikasi neurobion melihat efek samping homosistein
kadar - Efek samping yang terjadi (neuropati perifer)4. - ESO (neuropati
- Disarankan untuk melakukan
homosistein perifer)
pemeriksaan kadar homosistein
untuk mengetahui terjadi
kekurangan vit B6, B12, dan
asam folat.
Micardis - Ada obat tidak - Pada pasien stroke iskemik - Tekanan darah
S:
Anti Hipertensi Perdifine ada indikasi antihipertensi yang sebaiknya
(normal pada diberikan adalah golongan ACEI,
diuretik atau valsartan
pasien yang - Sebaiknya antihipertensi diberikan
mengalami satu saja untuk mengontrol
NHS) tekanan darah pasien
S: Diazepam dan - Ada obat tidak - Sebaiknya tidak usah diberikan - SGPT
Suhu badan racikan PDNA ada indikasi racikan PDNA karena suhu tubuh - Efek samping
(Normal) (Paracetamol, - Efek samping normal serta menghindari efek obat
samping obat diazepam dan
Nyeri Diazepam, Na. obat
amitriptilin (penurunan fungsi
Gelisah Diklofenak, motorik)17,22
Amitriptilin)
Plasminex - Ada obat tidak - Sebaiknya tidak diberikan obat - ESO
ada indikasi plasminex melihat efek samping (Hipotensi)
obat yang terjadi yaitu hipotensi
(18)
Nama Pasien : Tn. S Alamat : BTN Tassokkoe, Kel salo, Kec watang sawito
1. Infus Futrolit
a. Komposisi
b. Indikasi
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit pada pre-operasi, sat operasi dan
c. Kontra indikasi
renjatan/syok
d. Efek samping
jika digunakan sesuai anjuran, efek samping tidak akan terjadi. Reaksi
dapat terjadi karena teknik pemberian dari futrolit seperti respon febris
thrombosis atau flebitis vena pada bagian yang di injeksi, ekstravasasi, dan
hivervolemia.
e. Perhatian
Periksa dan perhatikan fungsi ginjal dalam keadaan baik, hati hati
gagal jantung kongestif, gagal ginjal yang parah, dan pada status klinik
f. interaksi Obat
g. Dosis
a. Komposisi
b. Indikasi
d. Aturan pakai
pemberian injeksi citicolin 1-2 kali sehari dengan dosis 100-300 mg.
e. Kontra Indikasi
3. Ranitidin (17,18,22)
a. Komposisi
b. Indikasi
gejala-gejala asam lambung. Dilihat dari kondisi pasien tidak adanya data
c. Interaksi Obat
dengan antasida
d. Dosis
e. Kontra indikasi
f. Efek samping
4. Pletaal (17)
a. Komposisi
Cilostazol 50 mg
b. Indikasi
Terapi gejal gejala iskemik pada oklusi arteri kronik termasuk ulserasi,
c. Kontra indikasi
nadi. DM atau gangguan toleransi glukosa, gangguan hati dan ginjal bera,
e. Efek samping
f. Interaksi obat
g. Dosis
a. Komposisi
b. Indikasi
angioneurotik herediter.
c. Kontra indikasi
d. Perhatian
edema herediter
e. Efek samping
f. Interaksi obat
Inj : penisilin
g. Dosis
a. Komposisi
b. Indikasi
c. Obat
d. Dosis
e. Aturan pakai
Tidak rasional, meskipun aturan pakai tiap 24 jam sudah tepat tetapi tidak
f. Penderita
g. Cara pemberian
secara oral dan intravena, tetapi tidak sesuai dengan kondisi pasien.
h. Lama pemberian
a. Komposisi
b. Indikasi
darah di arteri.
c. Interaksi Obat
d. Dosis
Dosis yang biasa digunakan sebagai terapi adalah 75 mg, dan tidak perlu
e. Kontra Indikasi
8. Perdipin (17)
a. Komposisi
Nicardipine HCl
b. Indikasi
c. Kontra indikasi
d. Perhatian
Penghentian terapi secara tiba tiba, gangguan fungsi hati atau ginjal,
e. Efek samping
fungsi hati, ikterus, takikardi, palpitasi, rasa panas dan kemrahan pada
g. Dosis
secara infuse iv drip sampai tekanan darah yang diinginkan tercapat dan
darurat 0,5-6 mcg/kg BB/mnt secara infus IV drip dengan kecepatan rata
9. Parasetamol (17,18,22)
a. Komposisi
b. Indikasi
dikatakan demam bila suhu rektal >38,00C, suhu oral >37,80C, ataupun
suhu aksila >37,20C, dan demam tinggi bila suhu tubuh >40,50C.
c. Interaksi Obat
d. Dosis
Dosis untuk orang dewasa lebih dari 50 kg, 1 gr setiap 4-6 jam,
maksimal 4 g sehari
e. Kontra Indikasi
aktif
f. Efek Samping
a. Komposisi
c. Interaksi obat
jantung.
kerusakan ginjal.
saluran cerna.
d. Dosis
Oral dibutuhkan dosis 75-150 mg sehari dalam dosis 2-3 dosis terbagi
e. Perhatian
Pemberian obat ini dapat menimbulkan efek samping pada saraf seperti
terjadi gangguan pada saluran cerna bagian atas (20%) tukak lambung,
a. Komposisi
b. Indikasi
obat ini diindikasikan untuk orang depresi yang disertai gangguan cemas
c. Interaksi Obat
d. Dosis
Dosis yang digunakan untuk orang yang telah lanjut usia adalah 10-25
mg.
e. Efek samping
a. Komposisi
kejang.
c. Interaksi Obat
metabolisme diazepam.
d. Dosis
e. Kontra Indikasi
sebagai terapi tunggal pada depresi atau ansietas yang disertai depresi.
f. Efek samping
Efek pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa malas, vertigo,
badan, mulut kering, salivasi, sekresi bronkial atau rasa pahit pada
mulut.
a. Komposisi
Telmisartan
b. Indikasi
Hipertensi esensial
c. Kontra indikasi
Obstruksi sal empedu, gangguan fungsi hati atau ginjal berat, intoleransi
d. Perhatian
e. Efek samping
mialgia, ISK.
f. Interaksi obat
g. Dosis
14. Vitamin K 24
a. Indikasi
antikoagulan.
b. Efek Samping
c. Interaksi Obat
d. Dosis
a. Komposisi
Donepezil HCl
b. Indikasi
c. Perhatian
sedang menerima terapi obat AINS, riwayat asma & penyakit obstruksi
d. Efek samping
Diare, kram otot, lelah, mual, muntah, insomnia, sakit kepala, anoreksia,
e. Interaksi Obat
seperti betanekol.
f. Kontra indikasi
g. Dosis
Dewasa dan lanjut usia penyakit Alzheimer ringan sampai sedang awal
PEMBAHASAN
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat,
berupa defisit neurologis fokal dan global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
peredaraan darah otak non traumatik. Stroke dibagi menjadi 2 yaitu stroke non
Stroke non hemoragik (iskemik) disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh darah
otak yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak yang
mengalami oklusi. Munculnya tanda dan gejala fokal atau global pada stroke
disebabkan oleh penurunan aliran darah otak. Oklusi dapat berupa trombus, embolus,
atau tromboembolus, menyebabkan hipoksia sampai anoksia pada salah satu daerah
dengan diagnosis Non hemoragik stroke. Pasien tersebut masuk rumah sakit pada
tanggal 9 juli 2017 dengan keluhan utama keluhan nyeri kepala disertai lemah
separuh badan, terutama pada tangan dan kaki kiri mual (+), muntah (+) 2x dirasakan
infus futrolit pada pasien, kami anggap kurang tepat atau irasional dikarenakan tidak
adanya data klinik kadar elektrolit pasien untuk menentukan larutan infus yang cocok
digunakan pada pasien Non hemoragik stroke dan infus futrolit dikontraindikasikan
Pemberian terapi untuk nyeri ulu hati akibat stress disini adalah ranitidin
injeksi dengan dosis 50mg/2mL pada tanggal 9 juli 2017. Pemberian terapi dikatakan
tidak rasional karena ranitidin diindikasikan pada pasien yang mengalami tukak
lambung. Adapun data klinis menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami nyeri ulu
hati (18).
suplemen vitamin kami anggap kurang tepat atau tidak rasional karena merujuk dari
indikasi obat tersebut yaitu terapi defisiensi vitamin B1,B6, B12 misalnya beri-beri,
neuritis perifer dan neuralgia serta untuk pengobatan penyakit karena kekurangan
vitamin B1, B6, dan B12 seperti polyneuritis dan tidak ada data penunjuang seperti
homosistein yang menunjunkan bawa pasien mengalami defisiensi vitamin B1, B6,
B12 serta dapat menimbulkan efek neuropati perifer dalam pemakaian jangka
panjang (17).
tidak perlu diberikan karena data lab pasien tidak menunjukkan adanya kekurangan
Pemberian obat untuk mengatasi keluhan gelisah dan susah tidur pasien yaitu
orang tua, juga mungkin mengalami penurunan pemikiran, penilaian, dan koordinasi
Pemberian obat anti hipertensi yaitu perdifin dan micardis menurut kami
kurang tepat atau irasional sebaiknya untuk pasien iskemik stroke diberikan
antihipertensi satu saja karena tekanan darah pasien harus dikontrol tidak boleh
terlalu rendah. Antihipertensi pada pasien stroke sebaiknya diberikan obat golongan
Pemberian citicolin injeksi pada tanggal 9 sampai 18 juli sudah tepat karena
membrane sel di otak. Citicolin juga berperan meningkatakan aliran darah otak,
sudah tepat tapi waktu pemberiannya tidak rasional dimana data menunjukkan
clopidogrel hanya di berikan pada tanggal 10 juli 2017, sebaiknya diberikan pada
awal pasien masuk untuk riwayat aterosklerosis oleh stroke iskemik dan untuk
(21).
Pemberian obat pada pasien Tn. R masih ada yang kurang tepat atau tidak
rasional berdasarkan pemberian obat yang tidak perlu dan tidak sesuai indikasi pada
dan ariceft
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
2. Pemberian obat pada pasien Tn. R masih ada yang kurang tepat atau tidak
rasional berdasarkan pemberian obat yang tidak perlu dan tidak sesuai
V.2 Saran
dan dibutuhkan apoteker klinik diruangan yang memiliki kemampuan bekerja dan
5. Sudoyo, W.A. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing. Jakarta.
2009.
10. Holistic Health Solution. Stroke di Usia Muda. Grasindo. Jakarta.2011. Hal. 9-10
11. Stroke Non Hemoragik Gejala, Diagnosa & Terapi Stroke Iskemik
JEVUSKA.html. diakses pada 22 agustus 2017
15. Reynolds, James E.F. 1996, Martindale The Extra Pharmacopoeia Twenty-
Eight Edition. Royal Pharmaceutical Society, London. English. 1996of applied
science and education. Vg.Il (67-75)
17. BIP. 2014. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 14 2014/2015. PT.
Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
18. Sweetman, S. C., 2009. Martindale: The Complete Drug Reference. 36th ed.
Pharmaceutical Practice, London
19. Marie, A. C. B., Terry, L. S., Barbara, G. W., Patrick, M. M., Jill, M. K. dan
Joseph, T. D., 2016. Pharmacoterapy Principles & Practice. Mc Graw Hill
Education, New York.
21. Koda, K. M. A., Lloyd, Y. Y., Brian, K. A., Robin, L.C., B. Joseph, G., Wayne,
A. K. & Bradley, R.W., 2009. Applied Therapeutics The Clinical Use of Drugs.
Ninth Ed. Philadelphia: Wolters Kluwer.
22. McEvoy, GK. AHFS Drug Information. Amer Soc of Health System. 2005
23. Okthavia, S. W., 2014. Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Terhadap
Tingkat Self Esteem Pada Penderita Pasca Stroke. Jurnal Psikologi Pendidikan
dan Perkembangan, 3(2).
24. Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference 36th Edition.
Pharmaceutical Press. United Kingdom
25. Anonim, 2012. Highlights of prescribing information for ARICEPT tablets and
ARICEPT orally disentegrating tablet.