STROKE INFARK
Oleh:
Preseptor:
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan Case Report Session dengan judul “Stroke Infark”
sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada preseptor dr. Syarif Indra, Sp.S
yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan Case Report
Session ini. Penulis menyadari bahwa Case Report Session ini masih jauh dari
kesempurnaan. Semoga Case Report Session ini dapat bermanfaat.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinik, diagnosis, tatalaksana dan prognosis dari stroke
iskemik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Stroke merupakan kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan
fungsi otak akut baik fokal maupun global yang mendadak, disebabkan oleh
berkurangnya atau hilangnya aliran darah pada parenkim otak, retina atau medula
spinalis, yang dapat disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh
darah, yang dibuktikan dengan pemeriksaan imaging dan/ atau patologi.1
2.2 Epidemiologi
Stroke merupakan penyakit kegawatdaruratan neurologi yang bersifat akut
dan salah satu penyebab kematian tertinggi di beberapa negara di dunia. Data di
Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke. Angka
kematian berdasarkan umur adalah sebesar 15,9% (umur 45-55 tahun) dan 26,8%
(umur 55-64 tahun) dan 23,5% (umur 65 tahun). Kejadian stroke sebesar
51,6/100.000 penduduk dan kecacatan 1,6% Penderita laki-laki lebih banyak dari
pada perempuan.2
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan stadium/ pertimbangan waktu3:
TIA (Transient Ischaemic Attack)
RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
Progressing Stroke atau Stroke in evolution
Completed Stroke
3
atau lebih TIA pada seseorang, dimana gejala bisa mirip ataupun berbeda-
beda tergantung area otak yang mengalami iskemia.
Stroke In Evolution
Perkembangan stroke perlahan-lahan sampai gejala yang semakin lama
semakin buruk, bisa progresif dalam beberapa jam hingga beberapa hari.
Complete Stroke
Gangguan neurologi menetap atau permanen. Stroke komplit dapat diawali
oleh TIA berulang.3
4
Tabel 1. Kondisi yang berhubungan dengan iskemia fokal serebri3
Ras
Ras Afrika-Amerika memiliki resiko stroke yang lebih tinggi, diikuti ras
Hispanik dan Kaukasia. Ras Afrika-Amerika memiliki resiko stroke hampir
dua kali lipat dari ras Kaukasia. Disparitas ini paling menonjol pada usia
dibawah 55 tahun. Ras Asia –Amerika memiliki resiko stroke iskemik yang
rendah namun dengan resiko strok hemoragik yang lebih tinggi.4
Genetik
Studi pada saudara kembar dan keluarga dengan stroke menunjukan
adanya resiko stroke.4
5
arteri atau jantung. Emboli yang paling sering ditemukan yang berasal dari
jantung adalah pada atrial fibrilasi, sinotrial disorder, acute myocardial
infarction, subakut bacterial endocarditis, cardiac tumor dan kelainan
katup.4
Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus bisa menyebabkan penebalan dari dinding
pembuluh darah otak. Penebalan dinding pembuluh darah otak akan
menyebabkan penyempitan diameter pembuluh darah sehingga
mengganggu kelancaran sirkulasi ke otak, dan menyebabkan infark pada
sel-sel otak.4
Dislipidemia
Hiperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol dan atau
trigliserida serum di atas batas normal. Kadar kolesterol total > 200
mbg/dl, LDL > 100 MG/DL, HDL < 40 ,mg/dl, dan trigliserida > 150
mg/dl akan membentuk plak di pembuluh darah baik di jantung maupun di
otak. AHA merekomendasikan target LDL < 100 mg/dL atau < 70 mg/dL
pada pasien dengan resiko vascular multiple.4
Obesitas
Terdapat hubungan BMI dengan kejadian stroke, namun hubungan
ini lebih terkait dengan komplikasi dari obesitas itu sendiri. Obesitas
sentral memiliki resiko tinggi stroke dan terkait dengan kondisi
protrombosis.4
Alkohol
Konsumi alcohol menyebabkan meningkatnya HDL, menurunnya
agregasi platelet, dan berkurangnya kadar fibrinogen. Konsumsi alcohol
meningkatkan resiko stroke iskemik dan hemoragik.4
Merokok
Merokok meningkatkan risiko terjadinya stroke hampir dua kali
lipat, dan perokok pasif berisiko terkena stroke 1,2 kali lebih besar.
Nikotin dan karbondioksida yang terdapat pada rokok menyebabkan
kelainan pada dinding pembuluh darah.4
2.5 Patofisiologi
6
Mekanisme Infark
Aterotrombosis pembuluh darah besar
Proses ini diawali oleh adanya cedera endotel dan inflamasi yang
mengakibatkan terbentuk plak pada dinding pembuluh darah. Plak ini
berkembang semakin tebal dan sklerotik. Tempat tersering terjadinya plak
ini adalah pada percabangan arteri karotis, pangkal arteri vertebralis dan
arteri serebri media. Plak dapat pecah karena sarung fibrosa yang tipis
ataupun karena shear stress karena aliran darah yang tinggi, trombosit
kemudian akan melekat pada plak dan memicu kaskade pembekuan dan
terbentuklah trombus. Trombus dapat lepas menjadi emboli atau tetap pada
lokasi asal dan menyebabkan oklusi dalam pembuluh darah. Emboli yang
terlepas ini kemudian menyumbat aliran darah yang lebih distal dan
menyebabkan iskemia di daerah tersebut.5
Kardioemboli
Muncul sebagai akibat bekuan darah yang terbentuk di jantung
yang lepas dan terbawa ke sirkulasi dan menyumbat aliran darah arteri
serebral. Bekuan bisa akibat stasis aliran darah di jantung (oleh atrial
fibrilasi), infark miokard atau oleh perlengketan di katup prostetik.5
7
Gam
bar 1. Pembentukan plak aterosklerosis5
Jika iskemia yang terjadi luas, akan tampak daerah yang tidak homogeny
akibat perbedaan tingkat iskemia. Daerah ini terdiri dari 3 lapisan yaitu:
Ischemic Core
Lapisan inti yang mengalami iskemia, daerah ini lalu akan
mengalami nekrosis dalam hitungan menit hingga jam. Daerah ini sangat
8
pucat karena aliran darah yang paling rendah.Terjadi degenerasi
neuron.Kadar asam laktat daerah ini tinggi deng PO2 rendah.6
Ischemic Penumbra
Daerah disekitar ischaemic core.Aliran darah masih lebih tinggi
dari ischaemic core.Neuron didalamnya tidak mati namun tidak
berfungsi.Neuron mengalami edema jaringan.Daerah ini tampak pucat
namun masih bisa diselamatkan bila di reperfusi. Tujuan terapi stroke
adalah menyelamatkan daerah ini.6
Pada sekitar daerah iskemi timbul edem glia, akibat berlebihannya
H+ dari asidosis laktat.K+ dari neuron yang rusak diserap oleh sel glia
disertai rentensi air yang timbul dalam empat hari pertama sesudah stroke.
Dengan adanya sirkulasi kolateral maka sel-sel belum mati, tetapi
metabolisme oksidatif dan proses depolarisasi neuronal oleh pompa ion
akan berkurang. Edem ini menyebabkan daerah sekitar nekrosis
mengalami gangguan perfusi dan timbul iskemi ringan tetapi jaringan otak
masih hidup.Daerah ini adalah iskemik penumbra. Bila proses tersebut
berlangsung terus menerus akan terjadi kematian sel yang akut dapat
timbul melalui proses apoptosis.6
Luxury Perfusion
Daerah disekeliling ischaemic penumbra dengan aliran darah yang
sangat meningkat, berwarna kemerahan dan mengalami edema. Terjadi
dilatasi maksimal pembuluh darah dan aliran kolateral yang maksimal.6
9
Gangguan mental
Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh
Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air
Bisa terjadi kejang-kejang
b. Arteri Cerebri Media
Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan
Bila tidak dipangkal maka lengan lebih menonjol
Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh. Hilangnya kemampuan
dalam berbahasa (aphasia)
c. Arteri Karotis Interna
Buta mendadak (amaurosis fugax)
Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia).
Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis
kontralateral) dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan
d. Arteri Cerebri Posterior
Koma
Hemiparesis kontralateral
Ketidakmampuan membaca (aleksia)
Kelumpuhan saraf kranialis ketiga
e. Sistem Vertebrobasiler
Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstrimitas
Meningkatnya reflek tendon
Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh
Gejala – gejala serebelum seperti gemetar pada tangan ( tremor), kepala
berputar (vertigo)
Ketidakmampuan untuk menelan
Gangguan motorik pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga
pasien sulit berbicara (disartria)
Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara
lengkap (stupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya
ingat terhadap lingkungan (disorientasi)
10
Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda (diplopia), nistagmus,
ptosis,kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang
pada belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopsia homonim)
Gangguan pendengaran
Rasa kaku di wajah mulut dan lidah.7
2.7 Diagnosis
Kriteria diagnosis stroke iskemik adalah terdapat gejala defisit neurologis
global atau salah satu/ beberapa defisit neurologis fokal yang terjadi
mendadak dengan bukti gambaran pencitraan otak (CT-scan atau MRI otak).1
a. Penemuan Klinis
Anamnesis:
Terutama terjadi keluhan/ gejala defisit neurologis yang mendadak.
Tanpa trauma kepala dan adanya faktor risiko stroke.
Pemeriksaan Fisik:
Adanya defisit neurologis fokal, ditemukan faktor risiko seperti
hipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnnya.
b. Pemeriksaan tambahan
CT-scan sangat membantu membedakan dengan perdarahan terutama
pada fase akut.
Angiografi serebral untuk menggambarkan dengan jelas pembuluh
darah yang terganggu.
Pemeriksaan lain untuk menemukan faktor risiko: darah rutin ( Hb, Ht,
leuko, trombo, diff. count, bila perlu gambaran darah tepi), kimia
darah, elektrolit, doppler dan EKG.7
11
Tidak semua rumah sakit di Indonesia memiliki peralatan seperti CT-scan.
Tes diagnostik pengganti yang dapat digunakan adalah Algoritma Stroke Gadjah
Mada (ASGM) dan Siriraj Stroke Score (SSS).8
Rumus:
SSS = 2,5 (kesadaran) + 2 (muntah) + 2 (nyeri kepala) + 0,1 (tekanan darah
diastolik) – 3(atheroma) -12
12
angina Satu atau lebih 1
>1 diagnosis perdarahan serebral
<-1 diagnosis infark serebral
-1hingga 1 diagnosis meragukan
2.9 Komplikasi
Edema serebri dan peningkatan tekananan intrakranial, yang dapat
menyebabkan herniasi atau kompresi batang otak
Kejang
Transformasi hemoragik
Infeksi : pneumonia, ISK
Trombosis vena
Gangguan daily life activity7
2.10 Tatalaksana
Tatalaksana yang komprehensif dibutuhkan dalam penanganan kasus stroke
iskemik maupun stroke hemoragik. Pentalaksanaan ini sendiri dapat dibagi
menjadi dua yaitu tatalaksana umum dan tatalaksana khusus pada stroke iskemik
menurut guideline stroke tahun 2011 oleh PERDOSSI.1
13
- Pemasangan pipa orofaring pada pasien tidak sadar, pemberian
bantuan ventilasi pada pasien penurunan kesadaran atau disfungsi
bulbar dengan gangguan jalan nafas.
- Intubasi endotracheal (ETT) atau LMA pada pasien hipoksia (pO2 <
60 mmHg atau pCO2 > 50 mmHg) syok, atau pada pasien yang
berisiko untuk mengalami aspirasi. Pipa ETT tidak dianjurkan
terpasang lebih 2 minggu, jika lebih lakukan trakeostomi.
2. Stabilisasi hemodinamik
- Pemberian cairan kristaloid atau koloid intravena, dan hindari cairan
hipotonik seperti glukosa.
- Bila TDS dibawah 120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, berikan
vasopresor secara titrasi, seperti dopamine dosis sedang/tinggi,
norepeinferin atau epinefrin dengan target TDS berkisar 140 mmHg
- Pemantauan jantung harus dilakukan 24 jam pertama setelah awitan
serangan stroke.
- Bila terdapat penyakit jantung segera atasi (konsul jantung).
3. Pengendalian peninggian tekanan intrakranial
- Pemantauan ketat pada kasus dengan risiko edema serebri dengan
memperhatikan perburukan gejala dan tanda neurologis pada hari-hari
pertama setelah serangan stroke.
- Sasaran TIK < 20 mmHg dan tekanan perfusi otak > 70 mmHg.
- Penatalaksanaan peningkatan TIK meliputi:
1. Meninggikan posisi kepala 20-30o.
2. Memposisikan pasien dnegan menghindari penekanan vena
jugular.
3. Menghindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik.
4. Menghindari hipertermia.
5. Menjaga normovolemia.
6. Pemberian Osmoterapi atas indikasi:
- Manitol 0.25 – 0.50 gr/KgBB selama 20 menit, diulangi
setiap 4 – 6 jamdengan target osmolaritas ≤ 310 mOSm/L.
14
- Jika perlu berikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/ Kg
BB IV.
7. Intubasi untuk menjaga normoventilasi (pCO2 35-45 mmHg).
Hiperventilasi mugkin diperlukan bila akan dilakukan tindakan
operatif.
8. Paralisis neuromuskular yang dikombinasikan dnegan sedasi untuk
mengurangi TIK dengan cara mengurangi naiknya tekanan
intratorakal dan tekanan vena akibat batuk.
9. Drainase ventrikular dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat
stroke iskemik serebelar.
10. Tindakan bedah dekompresif pada iskemik serebelar yang
menimbulkan efek masa.
4. Pengendalian kejang
a. Bila kejang beri diazepam IV bolus lambat 5 -20 mg dan diikuti oleh
fenitoin dosis bolus 15-20 mg/kg dengan kecepatan maksimum 50
mg/menit.
b. Obat kejang lain yang dapat diberikan adalah valproate, tpiramat, atau
levetirasetam, sesuai dengan klinis dan penyulit pasien.
c. Bila kejang belum teratasi rawat ICU.
5. Pengendalian suhu tubuh
a. Pasien stroke disertai febri harus diobati dengan antipiretik
(asetaminofen) dan diatasi penyebabnya.
b. Pada pasien denan berisiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur
(trakeal, darah dan urin) dan diberikan antibiotik. Jika memakai
kateter ventrikular, analisis cairan serebrosinal harus dilakukan untuk
mendeteksi meningitis.
6. Terapi cairan
15
a. Pemberian cairan isotonis NaCl 0.9%, ringer laktat, dan ringer asetat,
dengan tujuan menjaga euvolemia. CVP dipertahankan antara 5-12
mmHg.
b. Cairan yang hipotonik atau mengandung glukosa hindari, kecuali pada
keadaan hipoglikemia.
7. Nutrisi
a. Nutrisi enteral paling lambar harus segera diberikan dalam 48 jam,
nutrisi oral hanya boleh diberikan bila hasil tes fungsi menelan baik.
b. Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun makanan
diberikan melalui pipa nasogastrik.
c. Pada keadaan akut kebutuhan kalori 25-30kkal/kg/hari dengan
komposisi:
1) Karbohidrat 30-40 % dari total kalori.
2) Lemak 20-35% (pada gangguan nafas dapat lebih tinggi 35-
55%).
3) Protein 20-30% (pada keadaan stress kebutuhan protein 1.4 –
2.0 g/ KgBB/ hari (pada gangguan fungsi ginjal <0.8
g/KgBB/hari).
b. Tatalaksana khusus stroke iskemik
1. Trombolisis intravena
- rTPA (alteplase), dapat diberikan pada stroke iskemik akut, onset <
6 jam secara IV. Dengan mengikuti protokol kriteria inklusi dan
eksklusi. Dosis 0.6 – 0.9 mg/KgBB.1
2. Terapi endovaskular
- Trombektomi mekanik, pada stroke iskemik dengan oklusi karotis
interna, atau pembuluh darah intrakranial, onset < 8 jam.1
3. Manajemen hipertensi
- Tekanan darah meningkat pada 73.9% kasus stroke, biasanya
menurun dalam 24 jam.
- Obat antihipertensi diberikan bila TD >220/120 mmHg.
- Tekanan darah diturunkan perlahan-lahan, sehingga tidak
menurunkan aliran darah otak.
16
- Nikardipin 5mg/jam IV.
- Atau ARB, ACEI, BB, diuretik.1
4. Manajemen gula darah
- Sesuai tatalaksana DM, menggunakan obat hipoglikemia oral dan
insulin.
5. Pemberian antiplatelet
- Pemberian aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24 sampai 48
jam setelah awitan stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik
akut.
- Aspirin tidak boleh digunakan tidak boleh digunakan sebagai
pengganti tindakan intervensi akut pada stroke, seperti pemberian
rTPA intravena.
- Pemberian klopidogrel saja atau kombinasi dengan aspirin, pada
stroke iskemik akut tidak dianjurkan, kecuali pada pasien indikasi
spesifik misalnya, angina pektoris tidak stabil, no Q wave MI atau
recent stenting.
- Pemberian antiplatelet intravena yang menghambat reseptor
glikoprotein IIb/IIIa tidak dianjurkan.
6. Pemberian neuroprotektor belum menunjukan hasil yang efektif,
sehingga sampai saat ini belum dianjurkan. Namun citicolin sampai saat
ini masih memberimanfaat pada stroke akut. Penggunaaan citicolin
pada stroke iskemik akut dengan dosis 2 x 1000 mg intravena 3 haridan
dilanjutkan dengan oral 2 x 1000 selama 3 minggu. Penelitian yang
dilakukan PERDOSSI menunjukan pemberian plasmin oral 3 x 500 mg
pada 66 pasien di 6 rumah sakit pendidikan di Indonesia memberi
manfaat.1
2.11 Prognosis
17
Prognosis setelah terjadinya stroke tergantung kepada umur, etiologi
stroke itu sendiri, derajat keparahan defisit neurologis dan tingkat ketergantungan,
dan beban komorbiditas. Pada penelitian kohort yang dilakukan di US terdapat
10.000 pasien yang dirawat dengan stroke iskemik, memiliki tingkat mortalitas
pada tahun pertama dan tahun keempat secara berturut-turut sebesar 24,5% dan
41.3 %, dan dengan tingkat kekambuhan sebesar 8.0 % dan 18.1 %.9
18
BAB III
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN:
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : IRT
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Cupak Gunuang Talang, Solok
MR : 01.13.23.24
Autoanamnesis:
Seorang pasien, Ny. E, perempuan, umur 50 tahun dirawat di bangsal
Neurologi RSUP Dr. M Djamil Padang pada hari rawatan ke-5 (13 Maret 2022)
dengan:
Keluhan Utama: Bicara pelo
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan bicara pelo 9 jam lalu SMRS yang terjadi secara
mendadak saat pasien sedang beraktivitas, pasien kesulitan melafalkan
huruf R dan L, keluhan tersebut disertai wajah mencong kearah kanan dan
lidah terasa kebas, keluhan disertai kelemahan anggota gerak bagian
kanan, gejala tersebut memberat dengan aktivitas sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
Keluhan tersebut tidak disertai kelemahan atau kebas disisi tubuh lainnya.
Nyeri kepala tidak ada.
Pandangan ganda tidak ada
Pusing berputar tidak ada.
Tuli mendadak tidak ada.
Muntah menyembur tidak ada.
Nyeri dada tidak ada.
Kejang saat onset tidak ada.
19
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat stroke sebelumnya disangkal.
Riwayat diabetes melitus disangkal.
Riwayat penyakit jantung disangkal.
Riwayat kolesterol tinggi disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat penyakit stroke tidak ada.
Riwayat penyakit hipertensi tidak ada
Riwayat penyakit diabetes melitus tidak ada.
Riwayat menderita penyakit jantung tidak ada.
Riwayat Pribadi dan Sosial:
Pasien seorang ibu rumah tangga dengan aktifitas sedang.
Pasien menopause 1 tahun lalu.
Riwayat KB suntik.
PEMERIKSAAN FISIK
I. Umum
Keadaan Umum : Sakit sedang mudah dicabut
Nadi : 90x/menit
Irama : Reguler, kuat angkat
Kesadaran : CMC, GCS Pernafasan : 20x/menit, abdomi-
E4M6V5 notorakal, reguler
Keadaan Gizi : Overweight Tekanan Darah : 140/85mmHg
Tinggi Badan : 155 cm Suhu : 36,5oC
Berat Badan : 60 kg Turgor Kulit : Baik
IMT : 24,9 Kulit dan Kuku : Pucat tidak ada,
Rambut : Hitam, tidak sianosis tidak ada
Kepala : Normosefal.
Mata : Konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada.
Leher : JVP 5-2 cmH2O.
Trakea tidak deviasi.
20
Bruit carotis (-)
21
555 4+4+4+
N. II (Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Visus 6/6 Visus 6/6
Lapangan pandang Tidak menyempit Tidak menyempit
Melihat warna Tidak buta warna Tidak buta warna
Funduskopi C/D=0,3-0,4 C/D=0,3-0,4
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Ortho Ortho
Ptosis (-) (-)
Gerakan bulbus Normal Normal
Strabismus (-) (-)
22
Nistagmus (-) (-)
Ekso / endopthalmus (-) (-)
Pupil
Bentuk Bulat, ditengah, tepi Bulat, ditengah, tepi
reguler reguler
Refleks cahaya (+)/(+) (+)/(+)
Refleks akomodasi (+) (+)
Refleks konvergensi (+) (+)
N. IV (Trokhlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah (-) (-)
Sikap bulbus (-) (-)
Diplopia (-) (-)
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral (-) (-)
Sikap bulbus (-) (-)
Diplopia (-) (-)
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut Normal Normal
Menggerakkan rahang Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Sensorik
Divisi oftalmika
23
Refleks kornea (+) (+)
Sensibilitas Normal Normal
Divisi maksila
Refleks masseter (-) (-)
Sensibilitas Normal Normal
Divisi mandibula
Sensibilitas Normal Normal
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Asimetris
Sekresi air mata Normal Normal
Fisura palpebra Normal Normal
Menggerakkan dahi Normal Normal
Menutup mata Normal Normal
Mencibir / bersiul Deviasi ke kanan
Memperihatkan gigi Deviasi ke kanan
Sensasi lidah 2/3 Kebas
Hiperakusis (-) (-)
Plika nasolabialis Plika nasolabialis kanan lebih mendatar
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berisik Normal Normal
Detik arloji Normal Normal
Rinne test Normal Normal
Weber test Normal Normal
Swabach test Normal Normal
Memanjang
Memendek
Nistagmus (-) (-)
24
Pendular
Vertikal
Siklikal
Pengaruh posisi kepala (-) (-)
Refleks okuloauditorik (-) (-)
N. IX (Glossopharingeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 Normal Normal
belakang
Refleks muntah /gag (+) (+)
reflex
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris
Uvula Simetris
Menelan Normal
Artikulasi Jelas
Suara Jelas
Nadi 90x/ menit
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Normal
Menoleh ke kiri Normal
Mengangkat bahu ke kanan Normal
Mengangkat bahu ke kiri Normal
25
N. XII (Hipoglosus)
Fasikulasi (-)
Atrofi (-)
26
C. Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan (+) (+) (+) (+)
Kekuatan 444 + + +
555 444
+ + +
555
F. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil Normal
Sensibilitas nyeri Normal
Sensibilitas termis Normal
Sensibilitas sendi dan posisi Normal
Sensibilitas getar Normal
Sensibilitas kortikal Normal
Stereognosis Normal
Pengenalan titik Normal
Pengenalan rabaan Normal
G. Sistem Refleks
1. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (++) (++) Biseps (++) (++)
Bersin (++) Triseps (++) (++)
Laring (++) APR (++) (++)
Masseter (++) KPR (++) (++)
Dinding perut Bulbokavernosus Tidak diperiksa
Atas (++) Kremaster Tidak diperiksa
Tengah (++) Sfingter Tidak diperiksa
Bawah (++)
Patologis
Lengan: Tungkai:
27
Hoffman - Tromner (-) (-) Babinski (-) (-)
Chaddoks (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schuffner (-) (-)
Klonus paha (-) (-)
Klonus kaki (-) (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Skor Siriraj
= (2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x diastol) -
(3 x faktor risiko atheroma) – 12
= (2,5 x 0) + ( 2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 85) – (3x0) – 12 = -3,5
Skor Siriraj <1 = stroke iskemik, >1 = perdarahan intraserebral, 0 =
meragukan.
Algoritma Gadjah Mada
Penurunan kesadaran (-), nyeri Kepala (-), refleks Babinsky (-)
28
Skor Hasanuddin
Sistol <200, Diastol <110 :1
Waktu serangan : 6,5
Sakit kepala tidak ada :0
Kesadaran menurun beberapa menit s/d 1 jam setelah onset :0
Muntah proyektil tidak ada :0
Jumlah skor Hasanuddin : 7,5
Skor Hasanuddin <15 : bukan stroke hemoragik.
LABORATORIUM
Darah rutin dan kimia darah 10-3-2022:
Hb : 13,3 gr/dL
Ht : 40 %
Leukosit : 9.830/mm3
Trombosit : 322.000/mm3
PT : 10,1 detik
APTT : 23 detik
Ureum : 19 mg/dL
29
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Rontgen Thorak :
Bronkopneumonia bilateral, Kardiomegali tanpa bendungan paru
30
Brain CT-Scan tanpa kontras : Gambaran infark
DIAGNOSIS
Diagnosis Banding :-
31
TERAPI
Balance cairan
Amlodipin 1x5 mg
CPG 1x70 mg
Aspirin 1x100mg
Sukralfat 3x10cc
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ed bonam
Quo ad sanam : Dubia ed bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ed bonam
FOLLOW UP
Minggu, 13 Maret 2022
S/ - pasien sadar, kontak adekuat
- batuk (-), demam (-)
- bicara pelo masih ada
- lidah kebas
O/ Keadaan umum sakit sedang, kesadaran CMC, tekanan darah 140/85 mmHg,
nadi 78x/menit, reguler, napas 20x/menit, suhu 36,7° Celcius.
Status internikus: paru: suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-.
Jantung: bunyi jantung reguler, bising -, gallop -.
Status neurologikus:
32
GCS E4M6V5.
TRM (-), peningkatan TIK (-).
Pupil isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+.
Ekstremitas: motorik: normal
RF ++/++/++/++ RP -/-/-/-
O/ Keadaan umum sakit sedang, kesadaran CMC, tekanan darah 110/90 mmHg,
nadi 72x/menit, reguler, napas 18x/menit, suhu 36,7° Celcius.
Status internikus: paru: suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-.
Jantung: bunyi jantung reguler, bising -, gallop -.
Status neurologikus:
GCS E4M6V5.
TRM (-), peningkatan TIK (-).
33
Pupil isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+.
Ekstremitas: motorik: normal
RF ++/++/++/++ RP -/-/-/-
34
BAB IV
DISKUSI
35
Pasien tidak mengalami muntah proyektil dan sakit kepala saat onset tidak
diketahui, hal ini penting digali untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan TIK
seperti pada stroke hemoragik. Untuk membedakan apakah stroke iskemik atau
hemoragik tanpa modalitas penunjang CT-scan, dapat dilakukan dengan
menggunakan skor Siriraj, skor Gadjah Mada, dan skor Hasanuddin. Namun
setelah dilakukan Brain CT Scan didapatkan gambaran infark di area hemisfer
sinistra.
36
yang merupakan neurotransmitter untuk fungsi kognitif. lalu diberikan dual
antiplatelet clopidogrel dan aspirin untuk mencegah terbentuknya trombus pada
pembuluh darah yang dapat menyebabkan iskemia jaringan otak, serta diberikan
obat ranitidine 2 x 50 mg dan sucralfate 3 x 10 cc untuk meningkatkan faktor
defensif lambung akibat pemakaian obat aspirin. dan terakhir diberikan obat
atorvastatin 1x 40mg sebagai plaque stabilizer.
37
BAB V
KESIMPULAN
38
DAFTAR PUSTAKA
39