Anda di halaman 1dari 61

Pemeriksaan Serologis REFERAT

TORCH, Infeksi Virus Dengue,


dan Malaria
Oleh
Karynina Danti Putri 2040312137
Alifio Maret 2040312151
Alwis Asidiq 2040312152
Nafa Quita 2140312004
Sasqia Trizolla 2040312129
Residen Pembimbing
dr. Sylvetri Lestari

Preseptor
Dr. dr. Rinang Mariko, Sp. A(K)
01

Pendahuluan
BAB 1 PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
• Toxoplasma gondii, virus Rubella, Human Cytomegalovirus
(HCMV), dan virus Herpes Simplex (HSV), yang disebut TORCH
adalah agen yang paling umum terlibat dalam infeksi kongenital.

• Infeksi TORCH merupakan penyebab mortalitas fetal dan


neonatal yang signifikan dan merupakan kontributor penting
pada morbiditas anak-anak baik itu di negara berpenghasilan
rendah maupun menengah.
LATAR BELAKANG
• Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
paling banyak menginfeksi sekitar 2,5 miliar orang tinggal di
area endemi.

• Infeksi dengue merupakan infeksi dengan salah satu dari empat


serotipe virus dengue yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas vaskular, trombositopenia, dan manifestasi
hemoragik, dengan angka kematian yang tidak diobati melebihi
10%.
LATAR BELAKANG
• Malaria juga berisiko terjadi pada wanita hamil dan anak di
bawah umur lima tahun.

• Berdasarkan WHO (2013), antara tahun 2000 dan 2012 angka


kematian akibat malaria sebesar 45% pada semua kelompok
umur dan 51% pada anak dibawah lima tahun.
LATAR BELAKANG
• Pemeriksaan fisik yang cermat, pemeriksaan serologis penting
dilakukan karena dapat mengindikasikan diagnosis spesifik.

• Pemeriksaan serologis dengan metode berbasis immunoassay


otomatis adalah pemeriksaan yang paling sering digunakan
untuk pengujian karena efektif dengan spesifisitas yang tinggi
terhadap pengikatan antara antigen dan antibodi.
Pendahuluan

Batasan Metode
01 Masalah 03 Penulisan
membahas mengenai menggunakan metode penulisan
pemeriksaan serologis TORCH, tinjauan kepustakaan yang merujuk
infeksi virus dengue dan kepada berbagai literatur.
malaria.
Tujuan
02 Penulisan
memahami dan menambah
pengetahuan mengenai
pemeriksaan serologis TORCH,
infeksi virus dengue dan malaria.
02

Tinjauan
Pustaka
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
01
Pemeriksaan
Serologis
Toxoplasmosis
Toxoplasma
Toxoplasmosis
gondii

Titer dari anti- Pemeriksaan


IgM , IgG, dan IgA serologis
Profil serologic toksoplasma
Interpretasi hasil pemeriksaan serologi
toksoplasma
IgM IgM Interpretasi
Negatif Negatif Tidak terdapat bukti serologi infeksi Toxoplasma
Kemungkinan infeksi akut atau IgM positif palsu

Negatif Ekuivokal Ambil sampel baru untuk pemeriksaan IgG dan IgM,
Jika hasil sampel kedua sama, pasien mungkin tidak
terinfeksi toksoplasma

Negatif Positif Kemungkinan infeksi akut atau IgM positif palsu


Ambil sampel baru untuk pemeriksaan IgG dan IgM
Jika hasil sampel kedua sama, pasien mungkin positif
Palsu
Interpretasi hasil pemeriksaan serologi
toksoplasma
IgM IgM Interpretasi
Ekuivokal Negatif Indeterminate : ambil spesimen baru untuk pemeriksaan
atau lakukan pemeriksaan ulang pada spesimen yang
sama dengan metoda pemeriksaan yang berbeda
Ekuivokal Ekuivokal Indeterminate : ambil spesimen baru untuk pemeriksaan
IgG dan IgM ulang

Ekuivokal Positif Kemungkinan infeksi akut Toxoplasma.


Ambil sampel baru untuk pemeriksaan IgG dan IgM.
Jika hasil sama atau IgG menjadi positif, kedua sampel
dikirim ke laboratorium rujukan untuk pemeriksaan
lebih
lanjut
Interpretasi hasil pemeriksaan serologi
toksoplasma

IgM IgM Interpretasi


Positif Negatif Terinfeksi Toxoplasma >1 tahun

Positif Ekuivokal Terinfeksi Toxoplasma >1 tahun Atau reaksi IgM positif
palsu Ambil sampel baru untuk pemeriksaan IgM
Jika hasil sama, kedua sampel dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut
Positif Positif Kemungkinan infeksi baru dalam 1 tahun terakhir atau
reaksi IgM positif palsu. Kirim sampel ke laboratorium
rujukan Toxoplasma untuk pemeriksaan lebih lanjut
Kondisi- kondisi yang perlu dilakukan
pemeriksaan serologi identifikasi infeksi
toksoplasma

01 Wanita sebelum hamil

02 Saat hamil atau kehamilan dini

03 Neonatus
Pemeriksaan Serologis Toxoplasmosis

Mars is actually a very Uji fluoresens antibodi indirek


01 cold placeTes pewarnaan Sabin- 04
(test IFA)
Feldman (dye test)

02 Uji hemaglutinasi indirek (tes IHA) 05 IgM ELISA (Double sandwich


enzyme immusorbant assay)

03 Uji komplemen fiksasi (complemen


fixation test)
Tes pewarnaan Sabin-Feldman (dye
test)

Prinsip :
Neutralisasi , organisme
hidup akan dilisis oleh
Hasil :
komplemen dan IgG
positif atau telah terpapar T. gondii
menunjukkan hasil pemeriksaan
tidak berwarna biru, sedangkan
negatif berwarna biru
Uji komplemen fiksasi (complemen
fixation test)

Prinsip :
Positif :
Ag + serum (Ab) + Complement > Ag-Ab-C+ Sensitisasi eritrosit > tidak
lisis
Negatif :
Ag +Serum + Complement > Ag + Complement + Sensitisasi eritrosit > C-
Sensitisasi eritrosit> lisis
Uji hemaglutinasi indirek (tes IHA)

Prinsip :
Positif :
Ag larutan + eritrosit +Ab serum > Ab –Ag-eritrosit>aglutinasi
Negatif :
tidak terbentuk aglutinasi, yaitu
Ag larutan + eritrosit>Ag-eritrosit+serum >Ag-eritrosit(tidak ada
aglutinasi)
Complement Fixation Test
Uji fluoresens antibodi indirek (test
IFA)

Prinsip :
Positif :
Takizoit + antibody terhadap toksoplasma +FITC – labelled
antihuman IgG > berfluorescen
Hasil pemeriksaan dengan metode IFA14

IFA Positif IFA Negatif


IgM ELISA (Double sandwich enzyme
immusorbant assay)

Prinsip
IgM ELISA : AHIgM + IgM > AHIgM-IgM+Ag-E > AHIgM-IgM-Ag-
E+substrat berkromogen > produk berwarna
02

Pemeriksaan
Serologis Rubella
Pemeriksaan Serologis Rubella

Terdapat gejala klinis


01 Mendiagnosis infeksi
virus rubella kongenita 04 yang berat  Pem.
ELISA
dan pascanatal
Menentukan status
02 imunologik terhadap 05 Pengukuran kadar IgG dan
ELISA  membedakan
rubella
infeksi primer dan re-infeksi

Pemeriksaan terhadap
03 wanita hamil yang pernah
bersentuhan dengan
penderita rubella
5 Tujuan Pemeriksaan Serologis
Rubella
Mengetahui
derajat
Mendiagnosis Ibu hamil dengan imunitas
rubella riwayat ruam seseorang
kongenital “ rubellaform “ pasca vaksinasi

Membantu Memantai ibu


mendiagnosis hamil yang
rubella akut pada dicurigai
penderita yang terinfeksi
dicurigai rubella
Tabel Penafsiran hasil IgM dan IgG
ELISA untuk rubella
IgM IgG Penafsiran
- - Tak ada perlindungan; perlu dipantau lebih lanjut
+ ≤15 IU/ml Infeksi akut dini (<1 minggu)
+ ≥15 IU/ml Baru mengalami infeksi

(1–12 minggu)
- + Imun, tidak perlu pemantauan lebih lanjut
03

Pemeriksaan
Serologis CMV
Pemeriksaan serologis CMV

Terdapat 2 metode :
1. Pemeriksaan Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) IgM
2. Pemeriksaan Antigenemia pp65
Pemeriksaan Enzyme-linked immunosorbent
assay (ELISA) IgM

Deteksi antibodi IgM digunakan sebagai penanda infeksi akut


atau rekurens karena dapat bertahan selama beberapa
bulan setelah infeksi dan dapat positif oleh karena reaktivasi
infeksi CMV.
Terdeteksinya antibodi IgM dalam usia 2-3 minggu
pascanatal menandakan adanya infeksi kongenital CMV

Bila IgM positif, maka diagnosis harus dikonfirmasi dengan


kultur virus atau pemeriksaan PCR.
Pemeriksaan Enzyme-linked immunosorbent
assay (ELISA) IgM

Bila bayi mengalami infeksi CMV kongenital, antibodi IgG CMV akan
memberikan hasil positif dengan titer yang semakin meninggi sampai
bayi berusia 4-9 bulan
Konfirmasi diagnosis pada bayi dan anak diperlukan antibodi IgM CMV
dan peningkatan titer antibodi IgG sebanyak 4x.
Pemeriksaan peningkatan titer ini dilakukan secara serial tiap 2-3
minggu

Tes antibodi IgG dipakai untuk mendeteksi infeksi yang telah terjadi
sebelumnya atau di masa lalu.
Pemeriksaan Enzyme-linked immunosorbent
assay (ELISA) IgM

Membedakan infeksi baru dan lama dengan menetapkan IgG avidity.


Aviditas rendah = infeksi baru (dalam 3 bulan sebelumnya), sedangkan
aviditas tinggi = infeksi >6 bulan sebelumnya.

pemeriksaan IgG avidity dapat dipakai untuk mempertimbangkan perlu


pemberian terapi atau tidak
Penetapan IgG avidity dilakukan bersamaan dengan penetapan IgG,
karena interpretasi hasil IgG avidity tidak dapat dilakukan dengan baik
bila kadar IgG <6 aU/ml atau >400 aU/ml.
Gambar 2.4 Sintesis Antibodi IgM, IgG, dan avidity IgG pada
respon infeksi CMV
Pemeriksaan Antigenemia pp65

mengetahui virus CMV secara kuantitatif dalam darah berdasarkan


antibodi monoklonal yang mendeteksi antigen pp65 yaitu protein
akhir yang diekspresikan leukosit pada fase replikasi CMV awal.
Antigen ini diukur berdasarkan jumlah inti leukosit yang positif
dengan uji imunofluoresens untuk matriks fosfoprotein pp65 CMV
dari 2x105 leukosit darah tepi dalam preparat sitospin.
Uji ini tidak hanya memberikan hasil secara kualitatif tapi juga
secara kuantitatif, dimana berhubungan dengan viremia dan beratnya
gejala klinis penderita
Pemeriksaan Antigenemia pp65

Kelemahan uji antigenemia :


- Bergantung pada tenaga ahli untuk melakukan pemeriksaan dan
menginterpretasikan hasil
- Sampel harus diproses dengan cepat (dalam waktu 6 jam); makin lama
pemeriksaan yang dilakukan akan mengurangi sensitifitas uji.
- Pasien dengan neutropenia dapat menunjukkan hasil negatif palsu
karena tergantung pada jumlah leukosit polimorfonuklear yang cukup.

Sensitifitas dan spesitifitas uji antigenemia CMV sebesar 64% dan 81%
berdasarkan studi yang dilakukan oleh Greanya et al.
Pemeriksaan serologi untuk menegakkan
diagnosis infeksi CMV maternal

- Perubahan serokonversi menjadi positif


- IgG +, IgM +, aviditas rendah
IgM + : kadar IgM >300 U/ml, diikuti dengan peningkatan kadar IgG
CMV dalam 2-3 minggu sejak onset gejala, dilanjutkan dengan
pemeriksaan aviditas IgG
04

Pemeriksaan
Serologis HSV
Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan serologi yang paling akurat bila diberikan 12-16 minggu setelah
terpapar virus

Indikasi
• Orang yang memiliki gejala berulang tapi tidak ada kultur virus negatif
• Konfirmasi infeksi pada orang yang memiliki gejala yang terlihat herpes
genital
• Menentukan jika pasangan seseorang didiagnosa menderita herpes genital
• Orang-orang yang memiliki banyak pasangan seks dan yang perlu di uji untuk
berbagai jenis PMS (Penyakit Menular Seksual)
Pemeriksaan Serologis HSV

02
01 03
HerpeSelect-1
ELISA dan
Western Blot POCkit-HSV-2
Sensitivitas dan HerpeSelect-2 Sensivisitas POCkit-HSV-2
spesifisitas tes ini cukup ELISA berkisar antara 93% - 96%
tinggi dengan sensitivitas Sensivisitas dan dan spesifisitas dari 95% -
>99% dan spesifisiktas spesifisitas HerpeSelect-1 98%.
>99% ELISA adalah 96% dan 95%.
Sensivisitas dan
spesifisitas HerpeSelect-2
ELISA adalah 100% dan 96%.
HerpeSelect Immunoblot

Diagnology’s point-of-
care HSV-2 serology
05
Pemeriksaan
Serologis Infeksi
Virus Dengue
Pemeriksaan Serologis Dengue
Metode pemeriksaan pemeriksaan dengue yang digunakan yaitu :
1. Isolasi Virus Dalam Kultur
2. Deteksi Virus RNA Melalui Reverse Transcription-PCR
3. Antibodi Spesifik IgM/IgG
4. Haemagglutination - Inhibition Test
5. Non-struktural Protein 1 (NS1)
1. Isolasi Virus
Gold standar biasanya kombinasi dari metode ini. Isolasi virus harganya
sangat mahal, dan hanya terdapat di laboratorium yang memiliki
infrastruktur untuk kultur sel dan koloni nyamuk, cara pemeriksaannya
yaitu serum sampel dikultur di dalam koloni sel nyamuk kemudian
diinkubasi pada suhu 33 o C selama 10-14 hari, virus dapat di deteksi
dengan menggunakan imunofluoresce
2. PCR
Pemeriksaan polymerase chain reaction
(PCR) digunakan un tuk me n de te ks i
jumlah molekul RNA dengue, diantara
jutaan molekul RNA lainnya.
Pemeriksaan ini sangat mahal dan jarang
dianjurkan oleh dokter dan dikerjakan
petugas labor.
3. Antibodi Spesifik IgG/IgM
Ada beberapa pemeriksaan antibodi spesifik IgG/IgM yaitu :
1. In-house IgM capture (MAC) ELISA
2. PanBio Duo IgM and IgG Rapid Cassete
3. PanBio Duo IgM and IgG Capture ELISA
4. Accusen Dengue Virus Rapid Strip Test
5. United Dengue IgG and IgM Combo Rapid Test.

Ke- 5 test ini dilakukan dengan metode yang cepat dengan waktu antara
30 sampai 45 menit, namun semuanya memiliki kelemahan, yaitu tidak
bisa mendeteksi infeksi yang terjadi pada fase akut (1-3 hari) pada
infeksi primer.
4. Haemagglutination - inhibition ( HI Test
• Kelebihan : HI Test merupakan tes sederhana, sensitif, dan mempunyai
keuntungan penggunaan reagen yang dipersiapkan secara lokal.
• Kerugian : serum sampel harus diberikan aseton, atau kaolin untuk
memindahkan non-spesific inhibitor of haemagglutinatio, HI test tidak
membedakan isotipe imunoglobulin, dan identifikasi respon antibodi primer
berada pada level yang rendah atau tidak terdeteksi pada fase akut sebelum
hari ke-5.
• Cara Kerja : HI test didasarkan pada kemampuan antibodi dengue virus untuk
menghambat aglutinasi. Penggunaan optimal HI test memerlukan sepasang
serum, dimana serumnya diambil saat akut, yaitu pada waktu pasien datang ke
rumah sakit dan saat konfalesence yaitu 2-3 minggu dari saat sakit.
5. Non-struktural Protein (NS1)
• Belakangan ini, deteksi antigen virus dengue non struktural protein 1 (NS1)
berguna untuk mendeteksi infeksi virus dengue.
• Kelebihan : Pemeriksaan ini juga dengan menggunakan serum dan plasma
sampel. Hasil pemeriksaan NS1 bisa dibaca antara 15-30 menit, hasilnya bisa
positif atau negatif. Dan sangat baim apabila dilakukan pemeriksaan pada fase
akut saat infeksi primer maupun sekunder.
• Kekurangan : tidak sensitif apabila dilakukan saat sudah demam >hari ke 4
• Pemeriksaan NS1 dapat dikombinasikan dengan pemeriksaan IgM/IgG
Pemeriksaan Paling Umum pada Dengue
• Dari pemeriksaan serologi yang paling umum dikerjakan, yaitu pemeriksaan
IgG dan IgM (onset >hari ke 4) dikombinasikan dengan NS1 (onset akut).
• pasien yang menunjukkan antibodi IgM yang positif menunjukkan bahwa
pasien terkena infeksi virus dengue untuk yang pertama kali atau infeksi
primer. Sedangkan pasien yang menunjukkan antibodi IgG positif menunjukkan
bahwa pasien terkena infeksi sekunder yaitu infeksi untuk yang kedua kalinya
oleh virus yang sama dari serotipe yang berbeda. Pada infeksi sekunder
antibodi IgM bisa positif, tetapi tidak selalu. Pasien yang menunjukkan antibodi
IgM dan IgG yang keduanya negatif menunjukkan bahwa pasien tidak terkena
infeksi virus dengue, tetapi disebabkan oleh infeksi yang lain, meskipun
trombosit turun atau mengalami hemokonsentrasi
Kurva
Pemeriksaan
• Infeksi primer dan infeksi sekunder
Dengue serta pemeriksaan antibodi
yang spesifik untuk diagnosis
Dengue berdasarkan onset.
06

Pemeriksaan
Serologis Malaria
Diagnosis malaria

Non
Mikroskopis
Mikroskopis

Antigen Parasit
Kit Rapid
Antibodi Antiplasmodial Atau
Manual Test Produksi Metabolik Parasit
Rapid manual test

01 Histidine Rich Protein II ( HRP-II)

02 Parasite Lactate Dehydrogenese (pLDH)


01 Histidine Rich Protein II ( HRP-II)

HRP-II water-
1. Para-Sight-F
soluble protein
2. ICT
dihasilkan oleh
(Immunochromatographi
tropozoit dan gametosit
c test)
muda P.falciparum.
Para-Sight-F

Sensitivitas 81,25%
dan Spesifisitas 90%.

Gambaran hasil positif dan negatif pada


Paracheck
ICT (Immunochromatographic test)

Spesifik PS HRP-II antigen &


antibodi spesifik P.falciparum
dan antigen P.vivax.

Positif berbentuk garis warna merah muda


Negatif tidak terjadi pembentukangaris
berwarnamerah mudapada garis tes
02 Parasite Lactate Dehydrogenese (pLDH)

Antigen pLDH
dijumpai dan
disekresi oleh
eritrosit yang telah
terinfeksi oleh
parasit.

Gambaran hasil positif P.vivax,- P.Falciparum dan hasil negatif


pada optiMAL
03

Penutup
BAB 3 PENUTUP
PENUTUP
• Infeksi pada kehamilan adalah penyebab utama terhadap
morbiditas dan mortalitas ibu dan janin di seluruh dunia. Status
serologis maternal, usia kehamilan pada saat infeksi diperoleh
dan status imunologis ibu dan janinnya semua mempengaruhi
luaran dari bayi yang dilahirkan.

• TORCH adalah akronim untuk sekelompok infeksi kongenital


yang dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan dan
kematian pada neonatus.
PENUTUP
• Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat dijumpai di hampir setiap
belahan dunia teristimewa di Negara tropik dan subtropik.
Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue sering terjadi ketika terdapat
peningkatan intensitas curah hujan yang menyebabkan
peningkatan aktivitas vektor dengue.

• Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di


Indonesia karena masih endemis di sebagian besar wilayah
Indonesia.
PENUTUP
• Kelompok infeksi ini merupakan ancaman utama terjadinya
infeksi kongenital yang pada akhirnya dapat menyebabkan
kelainan atau anomali lainnya. Dalam kebanyakan kasus, infeksi
dapat menjadi cukup parah dan menyebabkan kelainan yang
serius pada anak.

• Pemeriksaan fisik diagnostik telah banyak dibahas untuk


mendeteksi penyakit ini. Namun, selain pemeriksaan fisik yang
cermat, pemeriksaan serologis penting dilakukan karena dapat
mengindikasikan diagnosis spesifik.
THANKS
Do you have any questions?

addyouremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourcompany.com

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik
Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai