GENERAL ANESTHESIA
Oleh:
Preseptor:
dr. Boy Suzuky, Sp.An
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah karena berkat rahmat dan
hidayah-NYA penulis dapat menyelesaikan Clinical Science Session (CSS) yang
berjudul “General Anesthesia”. CSS ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
dalam mengikuti kepaniteraan klinik Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada dr. Boy Suzuky, Sp.An selaku pembimbing yang telah memberikan arahan
dan petunjuk dalam penulisan CSS ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
CSS ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.
Penulis berharap agar CSS ini bermanfaat dalam meningkatkan
pengetahuan serta pemahaman tentang “General Anesthesia” terutama bagi
penulis sendiri dan bagi teman-teman mahasiswa yang tengah menjalani
kepaniteraan klinik di bagian Anestesi.
Penulis
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Batasan Masalah 5
1.3 Tujuan Penulisan 5
1.4 Metode Penulisan 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Anestesi 6
2.1.1 Definisi Anestesi 6
2.2 Anestesi Umum 7
2.2.1 Definisi Anestesi Umum 7
2.2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Anestesi Umum 7
2.2.3 Stadium dan Komponen Anestesi Umum 9
2.2.4 Mekanismen Kerja Anestesi Umum 9
2.2.5 Jenis Anestesi Umum 15
2.2.6 Teknik Anestesi Umum 17
2.2.7 Evaluasi Pra-Operatif Anestesi Umum 20
2.2.8 Persiapan Pra-Operatif Anestesi Umum 27
2.2.9 Prosedur dan Monitoring Intra Operatif 37
2.2.10 Monitoring Anestesi Umum Secara Keseluruhan 64
2.2.11 Anestesi umum pada COVID-19 66
BAB 3 PENUTUP 76
3.1 Kesimpulan 76
DAFTAR PUSTAKA 77
2.1 Anestesi
2.1.1 Definsi Anestesi
Anestesi, yang didefinisikan sebagai hilangnya sensasi dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran, dapat dicapai secara efektif dengan berbagai macam obat
yang memiliki struktur kimia yang sangat beragam. Istilah anestesi berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari kata “an” (tidak, tanpa) dan “aesthetos” (persepsi,
kemampuan untuk merasa). Secara umum, anestesi dapat diartikan sebagai suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. 1
Sejarah perkembangan anestesi dimulai pada pertengahan abad ke-19, dan
terminologi anestesi pertama kali digunakan oleh Oliver Wendell Holmes pada
tahun 1864. Dahulunya, peradaban kuno menggunakan opium poppy, daun koka,
akar mandrak (dudaim, genus mandragora), alkohol, dan bahkan melakukan
flebotomi untuk menidaksadarkan pasien sehingga memungkinkan ahli bedah
untuk mengoperasi. Saat ini perkembangan anestesi semakin berkembang dan
maju.3
Anestesiologi sendiri merupkan cabang dari berbagai ilmu yang mendasari
berbagai tindakan meliputi pemberian anestesi maupun pemberian analgesik,
pengawasan keselamatan penderita yang mengalami pembedahan atau tindakan
lainnya, pemberian bantuan hidup dasar, perawatan intensif pasien gawat
(emergensi), terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun. 2
.Pelaksanaan anestesi menggunakan senyawa/agen yang tidak hanya
mencakup agen anestesi klasik, seperti anestesi umum dan lokal, tetapi juga
banyak depresan sistem saraf pusat (SSP), seperti analgesik, sedatif/hipnotik
(barbiturat dan benzodiazepin), antikonvulsan, dan relaksasi otot. Meskipun
berbagai mekanisme aksi dikaitkan dengan agen-agen ini, pada akhirnya mereka
semua menghasilkan aksi anestesi mereka dengan mengganggu konduksi di
neuron sensorik dan kadang-kadang juga neuron motorik.2
Pelaksanaan anestesi pada suatu operasi pada prinsipnya memiliki
beberapa tahapan diantaranya pra anestesi yang mencakup persiapan fisik dan
Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi absolut untuk anestesi umum selain penolakan
pasien. Namun, ada banyak kontraindikasi relatif. Kontraindikasi relatif termasuk
pasien dengan kondisi medis yang tidak dioptimalkan sebelum operasi elektif,
pasien dengan kesulitan jalan napas, atau komorbiditas signifikan lainnya
(stenosis aorta parah, penyakit paru signifikan, CHF, dll.), menjalani prosedur
yang dapat dilakukan dengan regional atau teknik neuraksial, oleh karena itu,
menghindari manipulasi jalan napas dan perubahan fisiologis yang terkait dengan
anestesi umum.
Pasien yang berencana untuk menjalani anestesi umum harus menjalani
evaluasi pra operasi oleh penyedia anestesi. Evaluasi ini melibatkan tinjauan
riwayat anestesi pasien sebelumnya, komorbiditas medis, fungsi
jantung/paru/ginjal, dan status kehamilan/merokok. Kondisi medis pasien
dimaksimalkan sebelum operasi jika memungkinkan. Misalnya, pasien dengan
angina tidak stabil harus menjalani kateterisasi jantung atau bypass sebelum
operasi elektif apapun.
Secara umum, kontraindikasi dari anestesi umum dikelompokkan menjadi
kontraindikasi absolut dan kontraindikasi relatif. Kontraindikasi absolut dari
anestesi umum yaitu (a) Dekompresi kordis derajat III-IV, dan (b) AV blok
derajat II-total (tidak ada gelombang P). Sedangkan untuk kontraindikasi relatif
dari anestesi umum adalah (a) Hipertensi berat/ tidak terkontrol (Tekanan Darah
Namun, disamping itu teknik anestesi umum dengan intubasi ETT juga
memiliki beberapa kekurangan, diantaranya:
a. Invasif dan dapat menyebabkan traumatik pada pasien, dimana jalan
napas yang hiper reaktif dapat mencetuskan terjadinya asma
b. Penempatan selang ETT yang terlalu dalam dapat menyebabkan
endobronchial intubation sehingga terjadi atelektasis satu paru
a. Anamnesis
Anamnesis tetap harus dimulai dari identitas pasien. Identitas setiap pasien
harus lengkap dan harus dicocokkan dengan gelang identitas yang dikenakan
pasien. Pasien juga dapat ditanyakan kembali tentang hari dan jenis bagian tubuh
yang akan dioperasi untuk memastikan pasien tidak salah identifikasi. Hal-hal
yang perlu dianalisis setelah identitas adalah sebagai berikut :
• Riwayat spesifik yang berhubungan dengan penyakit pembedahan adalah bagian
yang akan dilakukan tindakan pembedahan yang dapat menyebabkan gangguan
fungsi organ
• Riwayat umum meliputi:
- Riwayat penyakit sistemik yang diderita atau pernah diderita yang dapat
mempengaruhi anestesi atau dipengaruhi oleh anestesi seperti asma, diabetes
mellitus, alergi, penyakit jantung dan kelainan kardiovaskular, stroke,
hipertensi, penyakit hati, penyakit ginjal, kejang, batuk pilek, dan demam.
b. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik
Hal-hal yang dinilai pada pemeriksaan fisik adalah:
a. Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, frekuensi napas)
b. Tinggi badan dan berat badan untuk memperkirakan dosis obat, terapi
cairan yang diperlukan dan jumlah urin selama pembedahan dan pasca
pembedahan
c. Pemeriksaan Rule of Thumb
Airway: evaluasi jalan napas, apakah bebas atau ada sumbatan
Breathing: periksa frekuensi napas, pola pernapasan, simetris atau
tidak
Blood: periksa perfusi pada akral, tekanan darah, dan denyut nadi,
tanda-tanda penyakit jantung dan kardiovaskular; dispnea atau
ortopnea, sianosis, maupun hipertensi
Brain: periksa keadaan umum dan kesadaran pasien (non-trauma),
pada pasien dengan trauma kapitis periksa tingkat kesadaran
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah sebagai berikut:
• Pemeriksaan rutin yang dilakukan pada pasien yang dipersiapkan untuk
operasi kecil dan menengah adalah pemeriksaan darah meliputi hemoglobin,
hematokrit, eritrosit, leukosit, trombosit, masa perdarahan (bleeding Time)
dan masa pembekuan (clotting Time).
• Pemeriksaan khusus dilakukan pada pasien yang dipersiapkan untuk operasi
besar dan pada pasien yang menderita penyakit sistemik tertentu dengan
indikasi kuat. Hal-hal yang harus diperiksa pada pasien ini adalah sebagai
berikut:
- Pemeriksaan laboratorium lengkap : fungsi hati, fungsi ginjal, analisis gas
darah, elektrolit, hematokrit, hematologi dan hemostasis fisiologis, sesuai
indikasi.
- Pemeriksaan radiologis : foto thorax dan pemeriksaan lain sesuai indikasi.
- Evaluasi kardiologi (EKG) khusus untuk pasien berusia > 35 tahun.
Reaksi saraf simpatis terhadap rasa takut atau nyeri tidak dapat
disembunyikan oleh pasien. Rasa takut atau nyeri akan mengaktifkan saraf
simpatis untuk menimbulkan perubahan dalam berbagai derajat yang mengenai
setiap sistem dalam tubuh. Banyak dari perubahan ini disebabkan oleh suplai
darah ke jaringan, sebagian karena stimulasi eferen simpatis yang ke pembuluh
darah dan sebagian karena meningkatnya katekolamin dalam sirkulasi. Impuls
adrenergik dari rasa takut timbul di korteks serebri dan dapat ditekan dengan tidur
atau dengan sedatif yang mencegah kemmpuan untuk menjadi takut bila ada
penyebab takut yang sesuai. Tanda akhir dari reaksi adrenergik terhadap rasa takut
adalah meningkatnya detak jantung dan tekanan darah. 3,8
Premdikasi harus diberikan berdasarkan keadaan psikis dan fisiologis
pasien yang ditetapkan setelah kunjungan anestesi dilakukan. Dengan demikian
maka pemilihan obat premedikasi yang akan digunakan harus selalu
memperhitungkan baik itu umur pasien, berat badan, derajat kecemasan, riwayat
anestesi sebelumnya (terutama pada anak), riwayat reaksi terhadap obat
premedikasi sebelumnya (bila pasien pernah dianestesi sebelumnya), riwayat
b. Ketamin
Ketamin dikenal baik dapat menghambat saluran N-metil-d-aspartat
(NMDA) dan saluran kationik teraktivasi hiperpolarisasi neuronal (HCN1),
serta memiliki banyak efek di seluruh sistem saraf pusat.Ketamin lebih unggul
dibanding agen anestetik lainnya karena memiliki keunggulan yaitu dapat
menimbulkan efek hipnotik dan analgesia sekaligus. Pada sistem saraf pusat,
ketamin memiliki banyak efek diantaranya dapat menghambat refleks
polisinaptik di medulla spinalis dan neurotransmitter eksitasi di area tertentu
pada otak, serta dapat memutus hubungan thalamus (penghubung impuls
sensoris dari sistem aktivasi retikuler ke korteks serebri) dengan korteks
limbus (berperan pada sensasi waspada), secara klinis disebut juga sebagai
anestesi disosiasi dimana pasien tampak sadar (mata terbuka, refleks menelan
dan kontraksi otot) tetapi tidak mampu mengolah dan merespon input
sensorisnya.
Secara fungsional, ketamin dapat mendisosiasi impuls sensorik dari korteks
limbik (yang terlibat dengan sensasi).Sehingga ketamin juga memiliki efek
terhadap suasana hati, dan saat ini ketamin banyak digunakan sebagai terapi
pada pasien-pasien dengan depresi berat yang resisten terhadap pengobatan,
terutama pada pasien dengan ide bunuh diri.
Pemberian ketamin dengan dosis kecil secara IV juga digunakan untuk
melengkapi anestesi umum dan untuk mengurangi kebutuhan opioid selama
dan setelah prosedur pembedahan.Pemberian infus ketamin dosis rendah ini
c. Etomidat
Etomidat menekan sistem pengaktif retikuler dan meniru efek
penghambatan GABA.Secara khusus, etomidat terutama isomer R (+)
tampaknya berikatan dengan subunit dari reseptor GABA dan meningkatkan
afinitas reseptor untuk GABA.Etomidat mungkin memiliki efek disinhibisi
pada bagian-bagian sistem saraf yang mengontrol aktivitas motorik
ekstrapiramidal.Disinhibisi ini menawarkan penjelasan potensial untuk efek
gerakan mioklonus 30% - 60% dengan induksi anestesi etomidat. Dosis
induksi etomidat adalah 0,2-0,4 mg/kgBB. Dosis ini menghasilkan durasi efek
hipnosis sekitar 5-15 menit, dengan sedikit perubahan pada status
kardiovaskular pada pasien yang sehat maupun dengan penyakit katup atau
penyakit jantung sistemik.Etomidat dapat menimbulkan nyeri pada saat
penyuntikkan dan angka kejadian PONV yang tinggi.
1) Farmakokinetik
a) Absorbsi
Etomidat hanya tersedia dan hanya dapat diberikan secara IV dan
digunakan terutama untuk induksi anestesi umum.Terkadang juga
digunakan untuk sedasi dalam sesaat sebelum melakukan blokade
retrobular.
b) Distribusi
Meskipun sangat terikat protein, etomidat dicirikan oleh onset aksi yang
sangat cepat dikarenakan etomidat sangat larut dalam lemak dan fraksi
non ionisasinya tinggi pada pH fisiologis. Proses redistribusi berperan
d. Benzodiazepin
Benzodiazepin mengikat reseptor yang sama dalam sistem saraf pusat
seperti barbiturat namun ke lokasi yang berbeda. Ikatan benzodiazepin dengan
reseptor GABA dapat meningkatkan frekuensi pembukaan saluran ion klorida
yang terkait.Flumazenil (sebuah imidazobenzodiazepin) merupakan antagonis
reseptor benzodiazepin spesifik yang secara efektif membalikkan sebagain
besar efek sistem saraf pusat dari benzodiazepin.
Midazolam memiliki keunggulan dibandingkan diazepam dan lorazepam
untuk induksi anestesi, karena memiliki onset yang lebih cepat. Kecepatan
onset midazolam ketika digunakan untuk induksi anestesi ditentukan oleh
dosis, kecepatan injeksi, tingkat premedikasi sebelumnya, usia, status fisik
ASA, dan kombinasi obat anestetik lain yang digunakan. Pada pasien yang
sehat yang telah diberikan premedikasi sebelumnya, midazolam 0,2 mg/kgBB
dengan kecepatan injeksi 5-15 detik akan menginduksi pasien dalam waktu 28
detik. Pasien dengan usia lebih dari 55 tahun dan dengan status fisik ASA III
memerlukan pengurangan dosis midazolam sebesar 20% atau lebih untuk
induksi anestesi.
1) Farmakokinetik
a) Absorbsi
Benzodiazepin biasanya diberikan secara oral dan IV (atau lebih jarang,
secara IM) untuk memberikan sedasi (atau yang lebih jarang untuk
menginduksi umum). Diazepam dan lorazepam diserap dengan baik
dari saluran pencernaan, dengan kadar plasma puncak biasanya dicapai
dalam 1 dan 2 jam, masing-masing. Injeksi midazolam dan lorazepam
diabsorbsi dengan baik setelah injeksi IM, dengan level puncak dicapai
masing-masing pada 30 menit dan 90 menit, sedangkan diazepam IM
terasa menyakitkan dan tidak dapat diserap.
b) Distribusi
Diazepam relatif larut dalam lemak dan siap menembus sawar darah
otak.Meskipun midazolam larut dalam air pada pH rendah, cincin
e. Propofol
Induksi propofol anestesi umum melibatkan neurotransmisi penghambat
yang dimediasi oleh pengikat reseptor GABA A. Propofol secara alosterik
meningkatkan afinitas pengikatan GABA untuk reseptor GABA A. Aktivasi
reseptor menyebabkan hiperpolarisasi membran saraf. Propofol (seperti
kebanyakan anestesi umum) mengikat berbagai saluran ion dan reseptor.
1) Farmaokinetik
a) Propofol hanya tersedia untuk pemberian intravena untuk induksi
anestesi umum dan untuk sedasi sedang hingga dalam.
b) Propofol memiliki onset aksi yang cepat. Kebangkitan dari dosis bolus
tunggal juga cepat karena waktu paruh distribusi awal yang sangat
singkat (2-8 menit).
c) Pemulihan dari propofol lebih cepat dan disertai dengan lebih sedikit
"mabuk" daripada pemulihan dari metoheksikal, tiopental, ketamin, atau
etomidat. Hal ini membuatnya menjadi pilihan anestesi untuk operasi
rawat jalan.
d) Farmakokinetik propofol tidak dipengaruhi oleh obesitas, sirosis, atau
gagal ginjal.
e) Penggunaan infus propofol untuk sedasi jangka panjang pada anak-anak
yang sakit kritis atau pasien bedah saraf dewasa muda telah dikaitkan
f. Fospropofol
Merupakan produk yang larut dalam air yang dimetabolisme in vivo
menjadi propofol, fosfat, dan formaldehid.Zat ini dirilis di Amerika Serikat
(2008) dan negara-negara lain berdasarkan studi yang menunjukkan bahwa itu
menghasilkan amnesia yang lebih lengkap dan sedasi sadar yang lebih baik
untuk endoskopi daripada midazolam plus fentanil.Fospropofol memiliki
onset yang lebih lambat dan pemulihan yang lebih lambat daripada propofol.
g. Dexmedetomidine
Merupakan agonis α2-adrenergik yang dapat digunakan untuk ansiolisis,
sedasi, dan analgesia. Agen ini dapat digunakan untuk premedikasi dengan
pemberian nasal 1-2 mcg/kgBB atau oral 2,5-4 mg/kgBB pada anak-anak
dimana obat ini sangat baik dibandingkan dengan midazolam oral. Paling
umum, dexmedetomidine digunakan untuk sedasi prosedural (misalnya selama
prosedur kraniotomi terjaga atau intubasi fiberoptik), sedasi ICU (misalnya
2. Anestesi inhalasi
Berdasarkan kemasannya, obat anestesi umum inhalasi ada 2 macam,
yaitu:13,14
a. Obat anestesi umum inhalasi yang berupa cairan yang mudah menguap
Derivat halogen hidrokarbon: halotan, trikhloroetilen, chloroform
Derivat eter: dietil eter, metoksifluran, enfluran, isofluran
b. Obat anestesi umum berupa gas
Nitrous oksida (N2O)
Siklopropan
1) Halotan
Merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar dan
tidak mudah meledak atau terbakar meskipun dicampur dengan oksigen.Tidak
iritatif dan mudah rusak bila terkena cahaya.Dosis untuk induksi inhalasi adalah
2-4%, dosis untuk induksi anak 1.5 – 2%.Pada induksi inhalasi kedalaman yang
cukup terjadi setelah 10 menit.Dosis untuk pemeliharaan adalah 1 – 2%, dan dapat
dikurangi bila digunakan juga N2O atau narkotik.Pemeliharaan pada anak 0.5 –
2%. Waktu pulih sadar sekitar 10 menit setelah obat dihentikan dengan Koefisien
partisis darah/gas yaitu 2:3, dan MAC yaitu 0,74.
a) Farmakokinetik
2) Enfluran
Berbentuk cair, tidak mudah terbakar, tidak berwarna, tidak iritatif, lebih stabil
dibandingkan halotan, induksi lebih cepat dibanding halotan, tidak terpengaruh
cahaya dan tidak bereaksi dengan logam. Enfluran merupakan golongan eter
halogeneted dengan koefisien partisi darah/gas yaitu 1,8 dan MAC yaitu 1,7.
Dosis induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2-3%
bersama dengan N2O. Dosis pemeliharaan dengan pola nafas spontan,
konsentrasinya berkisar antara 1- 2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar
antara 0,5-1%.
a) Farmakodinamik
Setelah diabsorbsi dari paru ke dalam darah, enfluran akan didistribusikan ke
seluruh tubuh. Kelarutan enfluran dalam lemak lebih rendah dibandingkan
halotan.Ekskresi melalui paru dan sebagian kecil melalui urin.
b) Efek pada sistem organ
Menyebabkan depresi yang berujung kepada hipnotik, perubahan EEG bentuk
epileptiform, dan meningkatkan aliran darah otak dan tekanan intrakranial.
Tidak dianjurkan pemakaiannya pada pasien yang mempunyai riwayat
epilepsi.
Menimbulkan depresi kontraktilitas miokard, disritmia jarang terjadi, tidak
meningkatkan sensitifitas miokard terhadap katekolamin. Hipotensi dapat
terjadi akibat menurunnya curah jantung. Selain itu dapat meningkatkan
kepekaan jantung walaupun terhadap katekolamin ringan.
Menurunkan frekuensi nafas dan depresi fungsi mukosiliar.
Menurunkan aliran darah ginjal, menurunkan laju filtrasi glomerulus dan
akhirnya menurunkan urin output/diuresis.
3) Isofluran (Forane)
Isofluran adalah cairan tidak berwarna dan berbau tajam, menimbulkan iritasi
jalan nafas jika dipakai dengan konsentrasi tinggi menggunakan sungkup muka.
Isofluran tidak mudah terbakar, tidak terpengaruh cahaya dan proses induksi dan
pemulihannya relatif cepat. Koefisien partisi darah/gas yaitu 1,4 dengan MAC
yaitu 1,2. Dosis induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2-
3% bersama dengan N2O. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan
konsentrasinya berkisar antara 1-2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar
antara 0,5-1%.
a) Efek terhadap sistem organ
Efek depresinya pada otot jantung dan pembuluh darah lebih ringan
dibanding dengan obat anesetesi volatil yang lain.
Dapat menimbulkan efek berupa iritasi refleks jalan nafas atas.
Menurunkan tonus otot rangka melalui mekanisme depresi pusat motorik
pada serebrum, sehingga dengan demikianberpotensiasi dengan obat
pelumpuh otot non depolarisasi.
4) Desfluran
Desfluran merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan efek klinisnya
mirip isofluran. Desfluran sangat mudah menguap dibandingkan anestesi volatil
lain, sehingga perlu menggunakan vaporizer khusus (TEC-6). Titik didihnya
mendekati suhu ruangan (23.5C).
a) Efek terhadap sistem organ
Menurunkan resistensi vaskular sistemik, menyebabkan turunnya tekanan
darah.
Menyebabkan menurunnya volume tidal dan meningkatnya frekuensi nafas
sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan CO2. Desfluran bersifat iritatif,
sehingga tidak ideal untuk induksi.
b) Penggunaan klinik
Digunakan terutama sebagai komponen hipnotik dalam pemeliharaan
anestesia umum. Disamping efek hipnotik, desfluran juga mempunyai efek
analgetik yang ringan dan relaksasi otot ringan. 1,9
c) Kontraindikasi
Hati-hati pada pasien yang sensitif terhadap “drug induced hyperthermia”,
hipovolemik berat dan hipertensi intrakranial.
5) Sevofluran
Merupakan halogenasi eter, bentuk cairan, tidak berwarna, tidak eksplosif,
tidak berbau, stabil di tempat biasa (tidak perlu tempat gelap). Obat ini tidak
bersifat iritatif terhadap jalan nafas sehingga baik untuk induksi inhalasi. Proses
induksi dan pemulihannya paling cepat dibandingkan dengan obat-obat anestesi
inhalasi yang ada pada saat ini. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada
udara inspirasi adalah 3,0-5,0% bersama-sama dengan N2O. Untuk pemeliharaan
dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar antara 2,0-3,0%, sedangkan
untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1%.
a) Efek terhadap sistem organ
Efek depresinya pada SSP hampir sama dengan isofluran.
Relatif stabil dan tidak menimbulkan aritmia.
Tahanan vaskuler dan curah jantung sedikit menurun, sehingga tekanan
darah sedikit menurun. Menyebabkan penurunan laju jantung.
Menimbulkan depresi pernapasan dan dapat memicu bronkhospasme.
Menurunkan aliran darah ke hepar paling kecil dibandingkan dengan
enfluran dan halotan.
b) Kontraindikasi
Hati-hati pada pasien yang sensitif terhadap “drug induced hyperthermia”,
hipovolemik berat dan hipertensi intrakranial.
c) Keuntungan
Induksi cepat dan lancar, tidak iritatif terhadap mukosa jalan nafas,
pemulihannya paling cepat dibandingkan dengan agen volatil lain.
d) Kelemahan
Batas keamanan sempit (mudah terjadi kelebihan dosis), analgesia dan
relaksasinya kurang sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain.
PREOPERATIF
Intubasi dan Kamar Operasi
Intubasi pasien dengan COVID-19 atau dengan kecurigaan COVID-19
adalah prosedur berisiko tinggi karena kedekatan petugas kesehatan dengan
orofaring dan paparan sekresi saluran napas dari pasien.
Rekomendasi :
• Operasi dilakukan di ruangan dengan tekanan negatif.
• Para ahli menyarankan untuk memakai respirator N95 atau FFP2, penutup
kepala, sarung tangan sekali pakai non-steril, face shield (yang memiliki
keuntungan melindungi respirator), kacamata pengaman, lengan panjang tahan
cairan + celemek plastik atau gaun bedah saat melakukan prosedur yang
menimbulkan aerosol pada pasien dengan COVID-19 statusnya tidak
diketahui. Prosedur berisiko aerosol adalah: intubasi dan ekstubasi
Perawatan Kritis
Rekomendasi :
• Solusi di ruang perawatan intensif (ICU) bergantung pada operasi yang
dilakukan, komorbiditas pasien dan keparahan infeksi COVID-19, perawatan
di ruangan bertekanan negatif lebih direkomendasikan. Selain itu fleksibilitas
dalam manajemen klinis ventilasi untuk pasien yang terinfeksi, termasuk
prosedur penghasil aerosol seperti NIV dan HFNO harus dipertimbangkan
kembali. 13,14
Peralatan
Rekomendasi :
• Hanya peralatan dan obat-obatan yang diperlukan yang harus dibawa ke ruang
operasi untuk mencegah kontaminasi dan pemborosan sumber daya.
Gambar 2.18 Layar dan kontrol mesin USG dilindungi dengan penutup plastik15
Gambar 2.19 Probe ultrasonik ditutupi dengan selongsong plastik sekali pakai15
INTRAOPERATIF
a. Pemilihan Anestesi
Pada saat ini, rekomendasi pemilihan anestesi regional (RA) untuk
anestesi dan analgesia lebih baik daripada anestesi umum. Dalam konteks
pandemi COVID-19, ada banyak keuntungan memilih RA jika memungkinkan.
Anestesi umum (GA) memaparkan risiko kontaminasi selama periode manajemen
saluran napas bagian atas.14
Anestesi regional memiliki efek lebih sedikit terhadap fungsi pernapasan
dibandingkan dengan anestesi umum. Fungsi pernapasan ini secara teoritis dapat
POST ANESTHESIA
Ekstubasi dapat dilakukan di ruang operasi ketika kondisi pasien stabil.
Rekomendasi :
• Sebelum ekstubasi, 2 lapis kain kasa basah dapat digunakan untuk menutupi
hidung dan mulut pasien untuk meminimalkan paparan sekret pasien.
• Di ICU, jika distres pernapasan dan/atau hipoksemia pasien tidak dapat
dikurangi setelah menerima terapi oksigen standar dan kondisinya tidak
membaik setelah 2 jam terapi oksigen kateter hidung aliran tinggi atau
ventilasi noninvasif (dimanifestasikan sebagai gangguan pernapasan, frekuensi
pernapasan >30 kali/menit, dan indeks oksigenasi <150 mm Hg), intubasi
trakea harus dilakukan tepat waktu.13,14
4.1 Kesimpulan
Anestesi umum atau General Anesthesia merupakan keadaan hilangnya
nyeri di seluruh tubuh dan hilangnya kesadaran yang bersifat sementara yang
dihasilkan melalui penekanan sistem saraf pusat karena adanya induksi secara
farmakologi atau penekanan sensori pada saraf.Anestesi umum bekerja dengan
cara menekan sistem saraf pusat secara reversible, mengoptimalisasi respon
fisiologis, dan menciptakan keadaan operasi yang kondusif.
Anestesi umum memiliki 3 komponen yaitu hilangnya kesadaran,
analgesia, dan relaksasi otot. Beberapa jenis dari anestesi umum yaitu anestesi
inhalasi, anestesi intravena, serta anestesi kombinasi.Dari segi teknik, anestesi
umum dapat dilakukan dengan teknik TIVA, menggunakan face mask, pipa
endotrakeal, ataupun dengan Laryngeal Mask Airway (LMA).Untuk mencapai
tujuan yang diharapkan, maka tindakan monitoring baik sebelum, saat, ataupun
sesudah operasi sangat perlu dilakukan.